Efektivitas Pemberian Sinbiotik Dibandingkan Dengan Plasebo Pada Anak Penderita Diare Akut

(1)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK DIBANDINGKAN

DENGAN PLASEBO PADA ANAK PENDERITA

DIARE AKUT

TESIS

NATASHA NAULITA PARDAMEAN MANURUNG 047103014/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK DIBANDINGKAN

DENGAN PLASEBO PADA ANAK PENDERITA

DIARE AKUT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NATASHA NAULITA PARDAMEAN MANURUNG 047103014/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : Efektifitas Pemberian Sinbiotik Dibanding- kan Dengan Plasebo Pada Anak Penderita Diare Akut

Nama Mahasiswa : Natasha Naulita Pardamean Manurung Nomor Induk Mahasiswa : 047103014

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing :

( Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K) ) Ketua

( Dr. Tina Christina L.Tobing, SpA ) Anggota

Ketua Program Studi, Ketua TKP PPDS,

Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) Dr. Zainuddin Amir, SpP(K)


(4)

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK DIBANDINGKAN

DENGAN PLASEBO PADA ANAK PENDERITA

DIARE AKUT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2008


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji SpA(K) ... Anggota: 1. Dr. Tina Christina L.Tobing, SpA ... 2. Prof. Dr.H. Gontar A Siregar, SpPD-KGEH ... 3. Prof. Dr. H. Guslihan D Tjipta, SpA(K) ... 4. Prof. Dr. Bistok Saing, SpA(K) ...


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Salam sejahtera.

Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan yang Maha kuasa karena atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penelitian selanjutnya.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan tesis ini masih dijumpai banyak kekurangan. Oleh karena itu diharapkan dengan segala bentuk masukan yang bersifat membangun dapat menyempurnakan tesis ini tanpa mengurangi makna yang terkandung didalamnya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yang terhormat pembimbing utama Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K) dan pembimbing lainnya Dr. Tina Christina L.Tobing, SpA yang telah meluangkan waktu membimbing, memberikan petunjuk serta saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penulisan tesis ini. 2. Yang terhormat Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan Prof Dr. Hj.

Bidasari Lubis, SpA(K) sebagai Ketua dan Sekretaris PPDS BIKA Fakultas Kedokteran USU periode 2004 – 2007 serta Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) sebagai Ketua dan Sekretaris PPDS BIKA Fakultas Kedokteran USU periode 2007 sampai sekarang beserta anggota lainnya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Yang terhormat Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Kepala BIKA Fakultas Kedokteran USU/RSUP H.Adam Malik periode 2003-2006 serta Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K) Kepala BIKA Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik periode 2006 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Yang terhormat Prof. Dr. H. Iskandar Z Lubis, SpA(K) yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam pengolahan data hasil penelitian ini.

5. Dr. Supriatmo, SpA(K) yang telah membimbing dan memberi dorongan dalam melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Yang terhormat seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H.Adam Malik, yang telah memberi sumbangan pikiran dalam melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K) dan Dekan FK-USU yang telah


(7)

memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Fakultas Kedokteran USU.

8. Yang terhormat Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Pirngadi Medan beserta stafnya yang telah memberi izin fasilitas dan sarana untuk pelaksanaan penelitian ini.

9. Yang terhormat Direktur/Pimpinan PharmaServe (Combiphar) yang telah membantu dalam pengadaan sinbiotik dan plasebo, sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

10. Rekan-rekan satu angkatan pendidikan Rina, Dina, Nora, Beby, Mirda Zulkarnain dan Leon beserta rekan-rekan PPDS Ilmu Kesehatan Anak lainnya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Teristimewa untuk suamiku tercinta Ir. Inansius Panggabean, MT terimakasih karena dengan keiklasan, kesabarannya dan penuh pengertian telah mengizinkan penulis untuk mengikuti program pendidikan ini. Tanpa doa, dukungan dan pengorbanan serta kesabarannya mustahil program ini dapat terlaksana.

Kepada yang tersayang anak-anakku Irma Tania Daniella Panggabean dan Michael William Mangara Tua Panggabean yang dengan kesabaran dan pengertian dan doa mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan program pendidikan ini.

Kepada yang tersayang Papa Prof. Dr. Sahat M. Manoeroeng, DPH, SpA(K) dan Mama Marlena Siregar, terimakasih telah memberikan doa dan dorongan serta bantuan dan pengorbanan selama penulis mengikuti pendidikan ini. Juga kepada Papa mertua J Panggabean, mama mertua B. br. Hutauruk (+)/ br. Hutabarat yang telah memberikan doa, dan pengertian kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan ini.

Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis mengharapkan, semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Syalom !

Medan, September 2008


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tesis iii

Halaman Pernyataan iv

Halaman Penetapan Panitia Penguji v

Ucapan Terima Kasih vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar Xi

Daftar Singkatan dan Lambang Abstrak

xii xiii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1,3, Hipotesis 2

1.4.Tujuan Penelitian 2

1.5. Manfaat Penelitian 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare dan Derajat Dehidrasi 3

2.2. Usus Besar sebagai Ekosistem Mikrobiota 4

2.3. Karakteristik Fermentasi dalam Kolon 5

2.4. Probiotik 6

2.4.1. Mekanisme Kerja Probiotik 9

2.5. Prebiotik

2.5.1. Konsep Prebiotik 11

2.5.2. Jenis Prebiotik 13

2.5.3. Syarat Prebiotik 13

2.5.4 Aplikasi Prebiotik 14

2.6. Sinbiotik 15

2.7. Kerangka Konseptual 18


(9)

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Desain Penelitian 19

3.2 Tempat dan Waktu 19

3,3, Populasi Penelitian 19

3.4. Besar Sampel 20

3.5. Kriteria Penelitian 20

3.6. Persetujuan/Informed consent 21

3.7. Etika Penelitian 21

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 21

3.9. Identifikasi Variabel 23

3.10 .Definisi Operasional 23

3.11. Pengolahan dan Analisis Data 24

BAB 4. HASIL

25

BAB 5. PEMBAHASAN 30

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 34

6.2. Saran 34

RINGKASAN 35

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Kesediaan 43

2. Pemantauan Penderita 44

3. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua Subyek 46


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Menilai derajat dehidrasi penderita diare 3

Tabel 2.2. Probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang dapat dikonsumsi 17

Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian 26

Tabel 4.2. Pemantauan fkonsistensi tinja pada hari I – V 27

Tabel 4.3. Pemantauan frekuensi diare pada hari I – V 27

Tabel 4.4. Pemantauan volume tinja hari I – V 28


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka konseptual Penelitian 18

Gambar 3.1. Alur penelitian 22

Gambar 4.1. Profil penelitian 25

Gambar 4.2. Rata-rata frekuensi diare 28


(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ASI : Air Susu Ibu

BB/U : Berat badan/ Umur

CDC : Center for Disease Control and Prevention CFU : Colony-forming units

dkk : dan kawan-kawan

g : gram

kg : kilogram

NCHS : National Center for Health Statistics ORS : Oral Rehidration Solution

Pl : Plasebo

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SB : Simpangan Baku

SPSS : Statistical Package for Social Science

WHO : World Helath Organization

< : Lebih kecil > : Lebih besar

≥ : Lebih besar sama dengan % : Persen

n : Jumlah subyek : Kesalahan tipe I : Kesalahan tipe II

PH : Derajat keasaman suatu zat ± : Lebih kurang

P : Tingkat kemaknaan : Perempuan

: Laki-laki

P : Proporsi penyakit atau keadaan yang dicari Q : 1 – p

X² : Uji non parametrik untuk data nominal

Uji-t : Untuk menganalisa data dengan variabel bebas nominal dengan variabel tergantung berskala numerik


(13)

ABSTRAK

Latar belakang. Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di berbagai negara yang sedang berkembang. Kematian penderita diare akut oleh karena dehidrasi dengan segala akibatnya. Karena itu langkah yang penting dalam penanganan diare adalah rehidrasi, pencegahan dehidrasi dan terapi dietetik. Terapi diare pada dekade ini mengalami kemajuan pesat, namun masih sedikit penelitian difokuskan pada terapi tambahan dengan sinbiotik (probiotik dan prebiotik) terhadap penyembuhan diare (lama diare, perubahan konsistensi / volume dan frekuensinya.)

Tujuan. Menilai pengaruh pemberian sinbiotik, dibandingkan dengan plasebo pada anak penderita diare akut yang dihubungkan dengan lama diare, konsistensi, volume dan frekuensi diare

Metode. Suatu penelitian uji klinik acak tersamar ganda yang dilakukan bulan November 2006-Oktober 2007 di RSUP H.Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilakukan terhadap 116 orang anak yang menderita diare akut. Pemberian sinbiotik dan plasebo dilakukan secara acak dengan dosis satu sachet satu kali sehari selama 5 hari.

Hasil. Setelah 5 hari pemantauan, dari 58 anak yang mendapat sinbiotik didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB 0,77) hari sedangkan plasebo 2,22(SB 0,80). Terdapat perbedaan bermakna lama diare, konsistensi, volume diare (P<0,05) pada kelompok yang mendapat sinbiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Kesimpulan. Didapatkan bahwa pemberian sinbiotik berpengaruh terhadap lama, konsistensi, dan volume diare pada anak dibandingkan dengan yang mendapat plasebo.


(14)

ABSTRACT

Background. Acute diarrhea is one of main cause of morbidity and mortality at developing country. Mortality of acute diarrhea patient is caused by dehydration with all of its consequences. The most important thing to manage the diarrhea is rehydration, prevent dehydration and dietetic therapy. The treatment of diarrhoea at this decade has quickly improvement but that is a little study focused on added therapy with synbiotic for diarrhea (duration, volume, consistency and frequency of diarrhoea.)

Objective. To compare effect of synbiotic with placebo at children with acute diarrhoea which associated with duration, volume, consistency, and frequency of diarrhoea.

Methods. This randomized double blind clinical trial was undertaken from November 2006-October 2007 at H. Adam Malik hospital and Pringadi hospital Medan. This study was done on 116 children which suffered from acute diarrhoea. Synbiotic and placebo was given randomizedly with doses one sachet daily for 5 days.

Results. After 5 days follow up, 58 children with synbiotic had 1,81 ( SB 0,77) days duration of diarrhoea, in other hand, 58 children with placebo had 2,22 (SB 0,80) days. There was significant differences diarrhoea duration and volume and stool consistency between sinbiotic and placebo group.

Conclusion. There is an effect of synbiotic on duration, volume, and consistency of diarrhoea compared with placebo.


(15)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak - anak di negara-negara yang sedang berkembang dan penyebab dari malnutrisi. Tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak usia di bawah lima tahun meninggal karena diare. Delapan dari 10 kematian terjadi pada usia di bawah dua tahun. Umumnya, anak usia < 3tahun mengalami 3 episode diare tiap tahun di negara berkembang.1

Berdasarkan data hasil survei rumah tangga di Indonesia, kematian karena diare diperkirakan menurun dari 40% pada tahun 1972 hingga 24,9% pada tahun 1980, 16% tahun 1986 hingga 7,4% tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah menurun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang.2

Diare akut sebagian penyebabnya infeksi bakteri, virus, parasit patogen atau agen lain yang dapat menyebabkan kerusakan mikroflora usus atau

gangguan fungsi barier mukosa usus. Langkah yang penting dalam

penanganan diare adalah selain rehidrasi, pencegahan dehidrasi dan terapi dietetik adalah memperbaiki mikroflora usus.3,4 Terapi diare pada dekade ini mengalami kemajuan pesat, namun masih sedikit penelitian difokuskan pada terapi tambahan dengan sinbiotik terhadap penyembuhan diare.


(16)

1.2 . Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) efektif pada anak dengan diare akut sehingga dapat mengurangi frekuensi, volume, lama diare dan konsistensi tinja.

1.3 . Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) pada anak penderita diare akut memberikan pengaruh terhadap frekuensi, volume, lama diare dan konsisitensi tinja.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) pada anak penderita diare akut yang dihubungkan dengan frekuensi, volume, lama diare dan konsistensi tinja

.

1.5 . Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan terapi tambahan lain yang efektif dalam hal mengurangi frekuensi, volume, lama diare dan konsistensi tinja.


(17)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare dan Derajat Dehidrasi

Diare adalah bila frekuensi defekasi ≥ 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair)1 dengan atau tanpa darah/lender dalam tinja, disertai atau tanpa muntah.5 Diare cair akut adalah diare dengan pengeluaran tinja cair yang berlangsung kurang dari 14 hari.6 Diare tanpa dehidrasi, bila tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi berat. Dehidrasi ringan sedang dan berat bila dijumpai tanda-tanda seperti tabel 1.1 Diare dikatakan sembuh bila frekuensi defekasi < 3 x sehari dan tidak dijumpai tinja cair.7

Tabel 2.1. Menilai derajat dehidrasi penderita diare1

PENILAIAN A B C

1.Lihat:

- Keadaan umuma Baik, sadar Gelisah,rewel Lesu,lunglai atau tidak sadar

- Matab Normal Cekung Sangat cekung dan

kering - Rasa haus Minum biasa

tidak haus

Haus, ingin minum banyak

Malas minum atau tidak bisa minum

2. Periksa :

- Turgor kulitc Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat 3.Hasil Pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan sedang. Bila ada 2 atau lebih tanda dalam

Dehidrasi berat Bila ada 2 tanda atau lebih tanda dalam kelompok C.


(18)

kelompok B.

Catatan : a

: Letargi dan mengantuk tidak sama. Anak yang letargi tidak berarti tidur, status mental anak tersebut datar dan anak tersebut tidak dapat sepe- nuhnya dibangunkan; anak dapat jatuh kedalam keadaan tidak sadar. b

: Beberapa balita dan anak-anak pada mata bisa tampak cekung. Jadi tanyakan pada ibunya apakah mata anak normal atau cekung dari biasa, anak normal atau lebih cekung dari biasanya

c

: Mencubit kulit kurang bermanfaat pada anak dengan marasmus atau kwasiokor atau anak gemuk.

2.2. Usus Besar sebagai Ekosistem Mikrobiota

Usus besar mempunyai fungsi biologik yang penting, yaitu untuk absorpsi dan sekresi beberapa elektrolit tertentu dan air, serta pengumpulan dan ekskresi bahan-bahan sisa pencernaan. Namun dalam dasawarsa terakhir, perhatian banyak ditujukan pada fungsi-fungsi usus besar (kolon) yang mempengaruhi kesehatan dan nutrisi, utamanya dalam hubungan dengan mikrobiota yang hidup di dalamnya.8,9

Kolon merupakan suatu ekosistem yang sangat sarat dengan kolonisasi mikrobiota (sampai 1012 bakteri/ gram isi kolon), sehingga aktivitas terpadu dari mikrobiota yang hidup didalamnya, menjadikan usus besar bagian tubuh dengan aktivitas metabolik paling tinggi. Diperkirakan 95% dari


(19)

semua sel hidup dalam tubuh manusia adalah bakteri usus besar.10 Kolon mempunyai ekosistem mikrobiota yang sangat kompleks, didiami sekurang-kurangnya 50 genera bakteri, yang terdiri atas lebih 400 spesies bakteri yang berbeda.8

Umumnya berbagai komponen mikrobiota kolon dibagi dalam 2 jenis, yaitu komponen penyebab efek patogenik dan komponen dengan potensi efek promotif bagi kesehatan. Saluran cerna merupakan sasaran berbagai infeksi akut oleh virus, parasit, dan bakteri.9

Bakteri-bakteri umumnya dibagi dalam kelompok yang mempunyai pengaruh toksik atau merusak terhadap kesehatan, kelompok yang mempunyai efek yang menguntungkan, dan kelompok yang bersifat campuran yang mempunyai segi menguntungkan tapi juga segi merugikan kesehatan.9

2.3. Karakteristik Fermentasi dalam Kolon

Substrat utama bagi fermentasi oleh bakteri dalam kolon adalah karbohidrat yang lolos melewati saluran cerna bagian proksimal, yang terutama terdiri atas resistant starch, disusul non-starch polysaccharide, dan nondigestible oligosaccharide. Selain daripada itu juga protein yang lolos baik eksogen maupun endogen (seperti enzim-enzim pencernaan).9

Sehubungan dengan banyaknya jenis spesies yang hidup bersama dalam kolon, dengan kemampuan metabolisme yang sangat bervariasi, maka


(20)

proses fermentasi dalam kolon sangat rumit. Produk akhir metabolisme satu spesies dapat menjadi substrat bagi spesies lainnya. Bacteroides, genus terbanyak, adalah pengguna polisakarida, di samping bakteri sakarolitik lainnya seperti Bifidobacterium, Ruminococcus, Eubacterium, Lactobacillus dan Clostridium. Proses metabolisme dalam kolon bergantung pada kerjasama berbagai enzim dari bermacam-macam spesies bakteri yang saling bergantung sama lain dalam rantai proses fermentasi.8

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komposisi dan aktivitas metabolik mikrobiota kolon maka suplai substrat eksogen mempunyai peranan penting. Oleh karena itu modulasi diit untuk menciptakan keseimbangan yang menguntungkan bagi berkembangnya dan terpeliharanya bakteri yang potensial bagi promosi kesehatan, akan sangat berguna untuk menurunkan resiko penyakit-penyakit usus akut maupun kronik.9,11

Dalam hal ini probiotik dan prebiotik merupakan 2 mekanisme dengan mana kesehatan hospes dapat diperbaiki melalui fortifikasi bakteri yang promotif bagi kesehatan secara selektif.9

2.4. Probiotik

Banyak faktor yang mempengaruhi komposisi mikrobiota dalam usus besar, faktor tersebut antara lain usia, kerentanan terhadap infeksi, kebutuhan nutrisi, status imunologi host, PH usus, waktu transit makanan,


(21)

interaksi komponen flora usus dan adanya bahan-bahan dalam usus yang dapat mengalami fermentasi.12

Para peneliti dunia membuktikan pentingnya peranan mikroflora atau bakteri saluran pencernaan bagi kesehatan, antara lain adalah bakteri asam laktat yang berperan positif menjaga keseimbangan mikroflora usus serta membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai efek probiotik.13

Diet merupakan faktor utama penentu komposisi bakteri usus, disamping faktor didalam saluran pencernaan itu sendiri. Berbagai jenis bakteri usus tidak bisa dihindari keberadaannya, sebab tempat hidup kita tidak steril. Masalah baru timbul apabila bakteri "jahat" yaitu patogen (penyebab penyakit) jumlahnya berlebihan. Terjadinya diare misalnya, akibat bakteri enteropatogen E coli, Vibrio cholerae atau Salmonella typhii yang tumbuh pesat. Pemberian antibiotik juga bisa menganggu keseimbangan mikroflora usus yang berakibat diare.13

Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada host14

dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus.15 Terdapat

banyak macam definisi probiotik yang yang dibuat, tetapi yang banyak dipakai, berlaku secara saintifik dikemukakan oleh Fuller dan Gibson yaitu bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang mempunyai


(22)

pengaruh menguntungkan pada kesehatan baik pada manusia dan binatang, dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal.8,16,17

Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik adalah yang memproduksi Lactic acid terutama misalnya Lactobacilli dan Bifidobacteria walaupun jenis yang lain juga ada.15

Probiotik yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria:16 1) Memberikan efek yang menguntungkan pada host,

2) Tidak patogenik dan tidak toksik,

3) Mengandung sejumlah besar sel hidup,

4) Mampu bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme dalam usus, 5) Tetap hidup selama dalam penyimpanan dan waktu digunakan, 6) Mempunyai sifat sensori yang baik,

7) Diisolasi dari host.

Probiotik baik untuk pemeliharaan mikroflora normal usus dalam mempertahankan kesehatan. Probiotik dapat diberikan untuk pengobatan diare anak, traveller's diarrhea, C difficile diare, dan diare akibat antibiotik.18 Efek kesehatan yang menguntungkan dari probiotik adalah:19-22

1) Memperbaiki keluhan malabsorsi laktosa,

2) Meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi di usus, 3) Supresi kanker,

4) Mengurangi kadar kholesterol darah, 5) Memperbaiki pencernaan,16


(23)

6) Stimulasi imunitas gastrointestinal.23

a) 2.4.1. Mekanisme Kerja Probiotik

Terdapat beberapa mekanisme kerja probiotik dalam melindungi host dari gangguan saluran pencernaan. Secara keseluruhan, proses yang terjadi adalah terganggunya pertumbuhan bakteri oleh kolonisasi probiotik. Tetapi masih diperlukan penelitan lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja probiotik terhadap patogen tertentu. Sebagai tambahan, probiotik yang sama dapat menganggu patogen yang berbeda melalui mekanisme yang berbeda pula.

Berikut ini adalah mekanisme dimana probiotik dapat melindungi host terhadap penyakit yang berasal dari saluran cerna:24

- Menghasilkan zat penghambat.

Bakteri probiotik menghasilkan berbagai zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positip maupun gram negatip. Zat penghambat ini antara lain adalah asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin. Zat yang dihasilkan ini adalah dapat mengurangi tidak hanya sel yang hidup tetapi juga dapat mempengaruhi metabolisme bakteri ataupun produksi toksin oleh bakteri

- Menghambat tempat perlekatan

Inhibisi secara kompetitif terhadap permukaan epitel saluran cerna merupakan mekanisme kerja lain dari probiotik.25-27 Pada dasarnya, beberapa


(24)

strain probiotik memiliki kemampuan untuk menempel pada sel epitel saluran cerna.

- Kompetisi nutrisi

Kompetisi dalam nutrisi juga diusulkan sebagai salah satu mekanisme kerja probiotik. Probiotik menggunakan nutrien sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh mikroorganisme patogen. Tetapi, bukti hal ini secara invivo sangat kurang.

- Degradasi reseptor toksin

Castagiodo dkk dan Poihoulates dkk mempostulasikan mekanisme proteksi S.boulardii terhadap infeksi C.difficile adalah melalui degradasi reseptor toksin dipermukaan mukosa saluran cerna.28,29

- Stimulasi imunitas

Bukti terbaru memperlihatkan bahwa stimulasi imunitas spesifik dari non spesifik merupakan mekanisme proteksi probiotik terhadap penyakit saluran cerna.30,31 Sebagai contoh : Kaila dkk, 1992 memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus GG peroral pada diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat meningkatkan respon imunologi terhadap rotavirus.31 Hal ini mungkin sebagai penyebab makin memendeknya lama diare pada pasien yang diberi probiotik. Mekanisme secara jelas terjadinya stimulasi imunologi ini belum diketahui secara jelas tetapi diketahui bahwa komponen tertentu dari dinding sel atau lapisan sel dapat bekerja sebagai adjuvan dan menghasilkan imun humoral.


(25)

- Terganggunya metabolisme mikroba yang terdapat dari saluran cerna31

Pemberian probiotik dapat meningkatkan enzim seperti galactosidase yang akan menurunkan maldigesti lactosa pada orang yang mengalami intoleransi laktosa. Selain itu pemberian suplementasi ini juga dapat menurunkan aktivitas enzim seperti glukuronidase, glukosidase, nitroreductase, azoreductase, dan steroid 7 dehidroxylase yang diketahui mempunyai efek karsinogenik.

Terdapat juga banyak kendala dalam penggunaan probiotik, termasuk kemampuan survival, kolonisasi, kompetisi nutrien untuk masuk ke dalam satu lingkungan ekosistem yang sudah mengandung beberapa ratus jenis

spesies bakteri lainnya. Data Bouhnik dkk (1992) menunjukkan bahwa

bilamana bahan yang mengandung probiotik tidak lagi dimakan, maka bakteri yang ditambahkan itu dengan cepat akan mengalami wash-out. Dalam hal demikian, maka pendekatan lain yang dapat mengatasi keterbatasan pemakaian probiotik adalah dengan penggunaan prebiotik.9

2.5. Prebiotik 2.5.1. Konsep Prebiotik

Karena survival bakteri probiotik dalam bahan makanan dan selama transit melalui saluran cerna dapat bervariasi, maka konsep prebiotik sebagai suatu alternatif pun dikembangkan, pertama kali oleh Gibson dan Roberfroid.


(26)

Konsep prebiotik menganggap bahwa banyak mikroorganisme yang potensial mempunyai efek promotif bagi kesehatan seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus telah ada bermukim dalam usus. Dalam hal ini pertumbuhan bakteri yang asli hidup, yang sudah berkembang dalam usus, itulah yang dimodifikasi. Untuk itu perlu diidentifikasi bahan-bahan atau molekul-molekul yang secara eksklusif digunakan oleh bakteri yang promotif bagi kesehatan tersebut.9

Prebiotik, adalah nondigestible food ingredient yang mempunyai pengaruh baik terhadap host dengan memicu aktivitas, pertumbuhan yang selektif, atau keduanya terhadap satu jenis atau lebih bakteri penghuni kolon.17,32,33 Prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat yang tidak dicerna dan tidak diserap biasanya dalam bentuk oligosaccharide (oligofructose) dan dietary fiber (inulin).34,35

Bahan makanan apapun yang masuk keusus besar merupakan kandidat prebiotik. Yang penting adalah selektivitas terhadap fermentasi oleh mikroflora usus. Saat ini, penelitian prebiotik lebih banyak diarahkan pada mikroorganisme yang menghasilkan asam laktat. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya untuk meningkatkan kesehatan. Tetapi yang tidak kalah penting sebenarnya adalah penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengetahui efek prebiotik terhadap mikroflora patogen.12

Gibson dan Roberfoid yang memperkenalkan konsep prebiotik, menyatakan bahwa prebiotik sama seperti probiotik merupakan golongan


(27)

bahan makanan yang secara umum masuk ke usus besar, yang menjadi substrat untuk bakteri endogen yang terdapat pada usus besar, sehingga dapat dikatakan secara tidak langsung menyediakan energi, substrat metabolik dan mikronutrien essensial bagi host.36 Tetapi hubungan antara perubahan jumlah spesies bakterial ataupun strainnya per gram feses dan dosis substrat / prebiotik masih belum jelas.31

2.5.2. Jenis Prebiotik

FOS (Fructooligosaccharides), Inulin, GOS (Galactooligosaccharides), Lactulose, Lactitol.12,23 Bahan bahan tersebut paling sering dipakai sebagai prebiotik, disamping itu terdapat pula bahan lain yang memenuhi kriteria prebiotik misalnya, xylose, soya, dan mannose.37

2.5.3. Syarat Prebiotik

Bahan yang dipakai sebagai prebiotik harus memenuhi syarat sebagai berikut,12,23,33,38

1) Tidak dihidrolisa dan tidak diserap dibagian atas traktus gastrointestinal, 2) Substrat yang selektif untuk satu atau sejumlah mikroflora komensal yang menguntungkan dalam kolon, jadi memicu pertumbuhan bakteri yang aktif melakukan metabolisme,

3) Mampu merubah mikroflora kolon menjadi komposisi yang me- nguntungkan kesehatan.


(28)

Saat ini prebiotik yang diproduksi adalah karbohidrat. Prebiotik tersebut bervariasi mulai dari gula sederhana sampai polisakarida. Dengan variasi struktur kimia yang beragam diharapkan akan memberikan efek yang beragam pula bagi mikroflora yang terdapat dalam kolon.31 Lactosa digunakan sejak 40 tahun yang lalu sebagai prebiotik dalam susu bayi yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah Lactobacillus dalam usus bayi. Tetapi spesifisitas substrat ini dalam meningkatkan jumlah mikroorganisme dari segi biomolekuler masih belum jelas.12

2.5.4. Aplikasi Prebiotik

Bayi yang masih mengkonsumsi ASI akan mempunyai kesehatan yang lebih baik dari bayi yang tidak mengkonsumsi ASI, karena ASI mengandung pre- dan probiotik sehingga mikroflora usus akan didominasi oleh bakteri probiotik yang dapat tumbuh subur karena ada faktor pertumbuhan (growth factor) yang terdapat pada ASI yaitu prebiotik. Setelah bayi disapih, secara perlahan-lahan jumlah bakteri probiotik dalam usus menurun sehingga mikroekosistem mikrobiota tidak lagi didominasi oleh bakteri probiotik tetapi oleh bakteri lain.13

Pemberian bahan prebiotik tentunya tidak lagi memberi manfaat seperti yang diharapkan. Bila diharapkan mikroekosistem mikroflora dalam usus tetap didominasi oleh bakteri probiotik maka perlu dipertimbangkan pemberian formula yang mengandung pro dan prebiotik kepada bayi yang


(29)

telah disapih sehingga manfaat pro dan prebiotik yang menguntungkan kesehatan tetap dapat dipertahankan sampai masa anak-anak.13

2.6. Sinbiotik

Kemungkinan yang lain untuk manajemen mikroflora adalah menggunakan sinbiotik yaitu kombinasi probiotik dan prebiotik.12,14,37,39 Penambahan mikroorganisme hidup (probiotik) dan substrat (prebiotik) untuk pertumbuhan bakteri misalnya Fructooligosaccharide (FOS) dengan Bifidobacterium atau lactitol dengan Lactobacillus. Keuntungan dari kombinasi ini adalah meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik oleh karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini.12,31

Istilah sinbiotik berasal dari kata sinergis. Efek ini terlihat dengan meningkatnya jumlah total bakteri anaerob, aerob, Lactobacillus dan Bifidobacteria yang disertai dengan penurunan Clostridium, Enterobacteraceae dan E.Coli. Sebagai contoh produk yang mengandung Oligofruktosa dan probiotik Bifidobacteria memenuhi kriteria sinbiotik. Berbagai jenis produk sinbiotik terdapat dipasaran baik dalam bentuk bio yugurt yang mengandung prebiotik maupun sachet berisi serpihan prebiotik dan butiran bakteri probiotik . Butiran kuning merupakan bakteri probiotik Bifidobacteria yang dilapisi dua senyawa pelindung agar dapat mencapai usus besar tetap hidup.13


(30)

Prebiotik dan probiotik berpotensi mencegah dan mengobati kelainan pada populasi anak. Walaupun yang terkini adalah yang lebih menjadi perhatian efikasi probiotik terhadap terapi infeksi diare dan pencegahan diare dalam hubungannya dengan antibiotik. Banyak keuntungan probiotik dan prebiotik tidak terbukti, namun masih dalam perkembangan secara bukti ilmiah untuk mendukung keuntungan ini. Diperlukan protokol untuk menentukan agen mana yang diperlukan, waktu pemberian, dosis dan cara pemberian. Masih sedikitnya bukti, dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap prebiotik dan probiotik secara klinis.39 Probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang cocok untuk konsumsi manusia terdapat pada tabel 2.2


(31)

TABEL 2.2

Examples of common probiotics, prebiotics, and synbiotics Probiotics

Lactobacilli L. acidophilus L. casei

L. delbrueckii subsp. bulgaricus L. reuteri L. brevis L. cellobiosus L. curvatus L. fermentum L. plantarum Gram-positive cocci

Lactococcus lactis subsp. cremoris

Streptococcus salivarius subsp. thermophilus Enterococcus faecium S. diaacetylactis S. intermedius Bifidobacteria B. bifidum B. adolescentis B. animalis B. infantis B. longum B. thermophilum. Prebiotics

FOS (eg, oligofructose and neosugar) Inulin

GOS Lactulose Lactitol

Synbiotics

Bifidobacteria + FOS

Lactobacilli + lactitol

Bifidobacteria + GOS

Some still under evaluation. FOS, fructooligosaccharides; GOS,


(32)

2.7. KERANGKA KONSEPTUAL

- Infeksi virus - Infeksi bakteri

- Infeksi parasit patogen - Infeksi agen lain

`

DIARE

Kerusakan mikroflora usus

- Frekuensi diare

- Volume

- Lama diare - Konsistensi tinja Akut

Penanganan Diare

Kronis

Pencegahan dehidrasi

Antibiotika Terapi Tambahan Rehidrasi

Gambar 2.1. Kerangka konseptual penelitian


(33)

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Desain

Penelitian ini adalah uji klinik acak tersamar ganda untuk mengetahui pengaruh pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) dibanding plasebo pada anak penderita diare akut yang dihubungkan dengan frekuensi, volume, lama diare dan konsistensi tinja.

3.2. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik dan

Bangsal Anak RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan yang

dilakukan pada bulan November 2006 – Oktober 2007

3.3. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah bayi/anak yang berusia 4-24 bulan yang berobat ke instalasi gawat darurat, poliklinik dan bangsal anak RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan yang menderita diare akut dengan dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi sesuai kriteria WHO.


(34)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus :40

2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 ) ( ) 2 ( P P Q P Q P z PQ z n n − + + =

= α β

Z = Derivat baku normal untuk =0,05 å Z = 1,96 Z = Derivat baku normal untuk = 0.20 å Z = 0,842 n1 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok plasebo n2 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok sinbiotik P1 = proporsi sembuh untuk kelompok plasebo 50 %

P2 = proporsi sembuh untuk kelompok yang diberi obat 79% P = proporsi = ½ (P1+P2) = ½ (0,49+0,76) = 0,625

P1-P2= perbedaan proporsi sembuh antar kelompok plasebo dan kelompok sinbiotik yang diinginkan = 0,25

Q = 1-P = 1-0,625 = 0.375

Sehingga diperoleh besar sampel 58 untuk masing-masing kelompok

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1.Kriteria inklusi


(35)

2. Penderita diare akut tanpa penyakit penyerta yang berat misalnya bronkopneumoni, ensefalitis dan sebagainya. 3. Bersedia mengikuti penelitian.

3.5.2.Kriteria eksklusi

1. Bila terjadi komplikasi selama penelitian, misalnya

bronkopneumoni, ensefalitis dan sebagainya.

2. Bila anak dengan gizi buruk berdasarkan standar CDC-NCHS 2000 dimana BB/U< median -3SD (standar deviasi )41

3.6. Persetujuan/Informed Consent

Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua/wali dengan menandatangani informed concent yang diajukan oleh peneliti setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara seperti yang terlampir pada tesis ini.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitan

Sinbiotik dan plasebo dalam kemasan sachet dengan bentuk dan jumlah yang sama. Suatu tim khusus membagi obat atas dua


(36)

kelompok A dan B (untuk sinbiotik dan plasebo). Dilakukan random sampai didapat urutan obat sampai mencapai 116. Penderita yang termasuk dalam kriteria inklusi semuanya dilakukan anamnese penyakit, pencatatan umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan suhu tubuh dan diberikan obat berurutan mulai nomor 1 dan seterusnya. Obat diberikan langsung kepada orang tua penderita yang dapat dilarutkan dalam air. Pada penderita tanpa dehidrasi langsung diberikan obat sebanyak 5 sachet, dosis 1 x 1 sachet sehari. Sedangkan pada penderita dengan dehidrasi ringan sedang terlebih dahulu dilakukan rehidrasi sesuai protokol WHO, kemudian dilakukan penimbangan berat badan dan suhu tubuh kembali dan dilakukan pemberian obat.

Diare Akut -Tanpa dehidrasi -Dehidrasi Ringan sedang

- Lama diare - Konsistensi tinja - Volume tinja - Frekuensi diare Sinbiotik

Plasebo

- Lama diare - Konsistensi tinja - Volume tinja - Frekuensi diare

R


(37)

3.9. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas yang dinilai pada penelitian ini adalah pemberian obat dengan skala nominal

2. Variabel tergantung yang dinilai pada penelitian ini adalah

frekuensi, volume, lama diare dengan skala numerik sedangkan

konsistensi tinja dengan skala nominal.

3.10. Definisi Operasional

1. Diare, bila frekuensi defekasi ≥ 3x / hari disertai perubahan konsistensi tinja ( lembek atau cair ) dengan atau tanpa muntah.1,5 2. Diare akut, bila berlangsung kurang dari 14 hari.6

3. Diare tanpa dehidrasi, bila tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi berat (Tabel1).1

4. Dehidrasi ringan sedang bila dijumpai tanda-tanda seperti tabel1. 1 5. Dehidrasi berat, bila dijumpai tanda-tanda seperti tabel 1. 1

6. Konsistensi buang air besar : cair (air >ampas), lunak (air<ampas), padat

7. Volume tinja diukur dengan 1 gelas ± 200cc,½ gelas ± 100 cc.¼ gelas ± 50 cc, 1 sendok makan ± 15cc, 1 sendok teh ± 5 cc.

8. Diare dikatakan sembuh bila frekuensi defekasi < 3 x sehari dan tidak dijumpai tinja cair.7


(38)

9. Sinbiotik ( probiotik dan prebiotik ) merupakan sachet berisi granul halus berwarna putih kekuningan mengandung Lactobacillus, Streptococcus, Bifidobacterium dan Fructo oligosaccharide tiap sachet. 10. Plasebo merupakan sachet berisi granul halus berwarna putih

kekuningan.

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Semua variabel yang dinilai dicatat dalam formulir penelitian. Program statistik yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS for Window Versi 13.0. Analisa data untuk karakteristik sampel dan melihat perbedaan konsistensi tinja digunakan uji kai kuadrat. Untuk melihat perbedaan lamanya, frekuensi diare, volume tinja pada kelompok populasi digunakan uji t independent. Uji dinyatakan bermakna bila P< 0,05


(39)

BAB 4. HASIL

Selama periode penelitian terdapat 116 anak yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu 58 anak untuk kelompok sinbiotik dan 58 anak untuk kelompok plasebo. Setelah pemberian terapi, seluruhnya menyelesaikan penelitian sampai hari ke 5 pemantauan (Gambar 4.1.).

Gambar 4.1. Profil penelitian

Distribusi dan karakteristik subyek penelitian mirip pada kedua kelompok dan tidak ada perbedaan bermakna pada umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan status gizi (Tabel 4.1.).

Dianalisis lengkap (n=58)

Plasebo (n=58)

Dianalisis lengkap (n=58) Sinbiotik (n=58)

Subyek masuk ke


(40)

Tabel 4.1. Karakteristik subyek penelitian Karakteristik Kelompok

Sinbiotik Plasebo

n=58 n=58 P

38(47,5%) 42(52,5%) Umur < 12 bulan

≥ 12 bulan 20(55,6%) 16(44,4%) 0,547

40 (55,6%) 32 (44,4%) Jenis kelamin

18 (40,9%) 26(59,1%) 0,180

1(16,7%) 5(83,3%) 31(56,4%) 24(43,6%) 18(48,6%) 19(51,4%) Status gizi :

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang

Gizi sedang 8(44,4%) 10(55,6%) 0,283

Pendidikan ibu (n:%):

Tidak tamat SD 6(83,3%) 1(16,7%) SD 7(63,6%) 4(36,4%) SMP 3(23,1%) 10(76,9%) SMA 41(49,4%) 42(50,6%)

Perguruan tinggi 1(50,0%) 1(50,0%) 0,142

Setelah 5 hari pemantauan, dengan menggunakan uji t independent dari 58 anak yang mendapat sinbiotik didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB 0,77) hari sedangkan plasebo 2,22 (SB 0,80) hari. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,004) pada kelompok yang mendapat sinbiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Hasil pemantauan konsistensi tinja pada hari kedua dan ketiga dengan menggunakan uji kai kuadrat pada kelompok sinbiotik dan plasebo terdapat perbedaan bermakna pada kedua kelompok (P<0,05) dimana pada hari kedua dan ketiga kelompok sinbiotik lebih cepat terjadi perubahan konsistensi dari cair menjadi lunak dan padat. (Tabel 4.2)


(41)

Tabel 4.2. Pemantauan konsistensi tinja hari I - V

Pemantauan Konsistensi Tinja

Sinbiotik

n=58

Plasebo

n=58 Jumlah P

Cair 58(50,0%) 58(50%) 116(100,0%) -

Hari I

Lunak 0 0 0

Cair 17(29,8%) 40(70,2%) 57(100,0%) 0,0001 Hari II

Lunak 41(69,5%) 18(30,5%) 59(100,0%)

Cair 1(11,1) 8(88,9) 9(100,0) 0,0001

Lunak 16(32,7) 33(67,3) 49(100,0) Hari III

Padat 41(70,7) 17(29,3) 58(100,0)

Lunak 2(18,2) 9(81,8) 11(100,0) 0,480 Hari IV

Padat 15(31,9) 32(68,1) 47(100,0)

Lunak 0(0,0) 5(100,0) 5(100,0) 0,455

Hari V

Padat 2(33,3) 4(66,7) 6(100,0)

Frekuensi diare pada pemantauan dengan menggunakan uji t independent tidak dijumpai perbedaan bermakna pada kedua kelompok (P>0,05). Namun pada kelompok sinbiotik frekuensi diare pada hari keempat berkurang lebih banyak pada kelompok sinbiotik (20) dibanding kelompok plasebo (38) (Tabel 4.3). Hal ini dapat juga terlihat pada gambar 4.2.

Tabel 4.3. Pemantauan frekuensi diare hari I – V

Sinbiotik Plasebo Pemantauan

n Rerata SB n Rerata SB P

Hari I 58 8,74 3,32 58 7,33 2,96 0,017 Hari II 58 3,60 1,94 58 3,40 1,21 0,492 Hari III 58 1,86 0,91 58 2,02 0,95 0,369 Hari IV 20 1,70 1,26 38 1,74 0,69 0,904 Hari V 3 1,33 0,58 9 1,89 0,60 0,192


(42)

0 2 4 6 8 10

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Hari pem antauan

F

reku

en

si

d

iar

e

Sinbiotik Plasebo

Gambar 4.2. Rata-rata frekuensi diare

Hasil pemantauan volume tinja dengan menggunakan uji t pada kelompok sinbiotik dan plasebo pada hari ketiga dijumpai perbedaan bermakna pada kedua kelompok (P<0,05) dimana pada kelompok sinbiotik volume tinja cenderung menurun dan jumlah subyek jauh lebih banyak mengalami penurunan volume tinja pada hari kedua dan ketiga. (Tabel 4.4) Hal ini dapat juga terlihat pada gambar 4.3.

Tabel 4.4. Pemantauan volume (cc) tinja hari I – V

Sinbiotik Plasebo Pemantauan

n Rerata SB n Rerata SB P

Hari I 58 65,86 24,19 58 61,98 27,40 0,421 Hari II 17 47,94 15,92 40 51,00 20,85 0,591 Hari III 1 30,00 8 47,50 2,67 0,0001

Hari IV 0 1 45,00


(43)

0 10 20 30 40 50 60 70

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Hari pemantauan

Jum

lah

vol

u

m

e

t

inj

a (

cc)

Sinbiotik Plasebo

Grafik 4.3. Rata-rata volume tinja


(44)

BAB 5. PEMBAHASAN

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak–anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%.2 Pada penelitian ini jumlah anak laki-laki (72anak) yang menderita diare lebih banyak dari perempuan (44 anak).

Sinbiotik adalah gabungan antara probiotik dan prebiotik, yang memberi pengaruh menguntungkan bagi hospes, dengan cara memperbaiki survival dan implantasi suplemen mikroba hidup dalam saluran cerna, oleh stimulasi pertumbuhan secara selektif, dan dengan aktivasi metabolisme dari satu atau sejumlah terbatas bakteri yang mempunyai efek promotif bagi kesehatan, sehingga dengan demikian meningkatkan kesehatan hospes.8,11 Namun penelitian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) terhadap diare akut secara invivo masih sangat sedikit.

Guarino meneliti terhadap 100 anak dengan diare yang menerima rehidrasi oral atau yang ditambahkan Lactobacillus GG, didapatkan bahwa lamanya diare berkurang dari 6 hari menjadi 3 hari pada anak yang mendapat Lactobacillus GG dibanding kontrol.42 Van Niel dan kawan-kawan dalam hasil meta analisanya menyimpulkan Lactobacillus formula yang ditambahkan dengan Bifidobacterium bifidum aman dan efektip dalam pengobatan anak dengan infeksi diare akut.43


(45)

Isolauri dkk mendapatkan rehidrasi oral bersamaan dengan pemberian strain L.casei mempercepat penyembuhan diare akut pada anak. Diare pada umumnya disebabkan oleh infeksi rotavirus.44

Guandalini meneliti terhadap anak usia 1 bulan hingga 3 tahun dengan diare akut, dimana kelompok A (144 anak) yang diberikan rehidrasi oral dan plasebo sedangkan kelompok B (147 anak) diberikan rehidrasi oral ditambah Lactobacillus GG (sedikitnya 1010 CFU/250ml) selama 4-6 jam. Didapatkan bahwa lamanya diare (>7 hari) dan masa rawat inap pada kelompok A lebih lama dibandingkan kelompok B.28

Sekurangnya 6 metaanalisis ditujukan untuk menentukan efek probiotik terhadap tatalaksana infeksi diare akut. Berdasarkan hasil meta analisis ini, efek yang menguntungkan probiotik terhadap diare akut pada anak menjadi:43,45-49

1. berkurangnya lama diare antara 17-30 jam

2. tergantung strain, dengan Lactobacillus GG dan S. boulardi lebih efektif

3. tergantung dosis (lebih banyak pada dosis > 1010CFU)

4. bermakna pada diare dan viral gastroenteritis (Lactobacillus GG), tapi tidak untuk invasive bakterial diare

5. lebih terbukti pada terapi dengan probiotik yang diberikan awal terjadinya penyakit


(46)

Pada penelitian ini pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) didapatkan rata-rata lama diare 1,81 (SB 0,77) hari sedangkan plasebo 2,22 (SB 0,80) hari. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,004) pada subyek yang mendapat sinbiotik, lama diare lebih singkat dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Critenden berpendapat bahwa pemberian prebiotik untuk

meningkatkan jumlah bakteri yang menguntungkan dalam kolon lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian probiotik. Bakteri probiotik yang dikonsumsi harus tetap hidup selama masa transitnya dalam lambung dan kemudian harus beradaptasi secara cepat terhadap lingkungan yang baru sehingga kemampuan hidup dan kemampuan membentuk koloni menjadi suatu masalah. Sebaliknya pemberian prebiotik menawarkan tidak hanya potensinya untuk menambah jumlah bakteri yang menguntungkan tetapi juga meningkatkan aktivitas metaboliknya. Peningkatan aktivitas metabolisme bakteri probiotik merupakan mekanisme yang paling mendasarkan yang diusulkan saat ini dalam meningkatkan kesehatan.50

Pada penelitian ini dengan memberikan penggabungan probiotik dan prebiotik (sinbiotik) pada anak penderita diare akut dengan harapan tubuh mendapatkan manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini.

Tidak ada standar kadar prebiotik yang dibutuhkan untuk memberikan manfaat dalam hal kesehatan. Dosis harus cukup menstimulasi mikroflora


(47)

usus dan menyebabkan perkembangan bakteri baik. Lebih jauh lagi dosis bergantung pada tipe prebiotik yang digunakan.51

Prosedur penanganan mikroflora yang lain adalah penggunaan

sinbiotik, yaitu probiotik dan prebiotik digunakan secara kombinasi. Morelli dkk dalam penelitiannya yang menilai memeriksa feses setelah pemberian suplemen sinbiotik pada orang sehat mendapati bahwa strain L.Paracasei yang diberikan dengan suplemen sinbiotik mampu bertahan dalam saluran cerna dan bertahan setidaknya dalam beberapa hari. Juga ditunjukkan bahwa preparat sinbiotik memiliki efikasi dalam mempengaruhi mikroflora pada subjek penelitian yang sehat.31

Subijanto MS, dkk melakukan penelitian pada 25 anak grup sinbiotik dan 25 grup kontrol dijumpai pada grup sinbiotik lebih mengalami perbaikan angka remisi yang signifikan dibandingkan grup kontrol (p=0,002). Hasil serupa dijumpai dalam analisa feses dan frekuensi signifikan menurun pada grup sinbiotik.52

Hasil dari penelitian ini menunjukkan pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) terdapat perbedaan bermakna lama diare, konsistensi berkurang bermakna pada hari ke 2 dan ke 3 pada subyek sinbiotik, terhadap volume diare terdapat perbedaan bermakna pada hari ke 3 (P<0,05) pada kelompok yang mendapat sinbiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo.


(48)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk pengobatan diare akut pada anak.

5.2. Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar untuk melihat pengaruh pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) sebagai terapi tambahan terhadap diare akut serta protokol untuk menentukan agen mana yang diperlukan, waktu pemberian, dosis dan cara pemberian sinbiotik


(49)

RINGKASAN

Pada diare akut sering menyebabkan kerusakan mikroflora usus. Langkah penting dalam penanganan diare adalah rehidrasi, pencegahan dehidrasi dan terapi dietetik dalam memperbaiki mikroflora usus. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen

makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada host dengan

memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus. Sedangkan prebiotik adalah bahan yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme usus yang menguntungkan. Saat ini masih dilakukan penelitian-penelitian mengenai manfaat sinbiotik yang merupakan kombinasi prebiotik dengan probiotik. Keuntungan dari kombinasi ini meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna.

Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang dilakukan

RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan pada periode bulan

November 2006 – Oktober 2007 pada anak-anak yang berusia 4-24 bulan yang datang berobat dengan diare akut tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan sedang sesuai dengan kriteria WHO. Yang termasuk kriteria inklusi dilakukan randomisasi.

Anak dimasukkan ke dalam satu dari dua kelompok perlakuan yaitu sinbiotik (probiotik dan prebiotik) dan plasebo. Masing-nasing kelompok


(50)

mendapatkan 1X1 sachet sehari selama 5 hari. Plasebo mempunyai bentuk dan rasa yang sama dengan sinbiotik.

Seratus enam belas anak dibagi menjadi dua kelompok yaitu 58 anak untuk kelompok sinbiotik dan 58 anak untuk kelompok plasebo. Setelah 5 hari terdapat perbedaan bermakna pada kelompok sinbiotik dalam hal lama diare, volume dan konsistensi tinja sedangkan terhadap frekuensi pada kelompok sinbiotik terdapat jumlah anak lebih banyak berkurang frekuensi diarenya dibanding plasebo walaupun secara statistik tidak bermakna.

Dapat disimpulkan bahwa pemberian sinbiotik menunjukkan berkurangnya lama diare, volume dan konsistensi tinja secara bermakna.

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh pemberian sinbiotik (probiotik dan prebiotik) dengan menggunakan subyek yang lebih besar.


(51)

SUMMARY

Acute diarrhea often result in intestinal microfloral damage. The important steps of diarrhea treatment are rehidration, prevention of dehydration and diethetic thrapy for improving intestinal microfloral. Probiotic is life microorganism given as food suplement wich have beneficial effect for host by improving intestinal microfloral balance. While prebiotic is substance that stimulate beneficial intestinal microorganism. Recently, research of sinbiotic effect, wich is combination of prebiotic and probiotic is still ongoing. The advantage of this combination is increasing the survival of probiotic bacteria because of the availability of specific substrate for fermentation, therefore the body get more perfect beneficial.

This sudy is double blind randomized controlled trial was conducted on H. Adam Malik Hospital and Pringadi Medan Hospital, on November 2006-October 2007. Popultion of this study is 4-24 months of age children admitted with acute diarrhea without dehydration or with some dehydration. Sample was determined by randomization. Children was devided into sinbiotic (probiotic and prebiotic) group or placebo. Sinbiotic was given every day in 1 gram sachet, one sachet daily for 5 days. Placebo was given one sachet daily for 5 days.

During study periode, there was 116 children divided in to two groups, 58 children for sinbiotic group and 58 children for placebo group. After 5 days,


(52)

there was significant different on diarrhea duration, volume and stool consistency in sinbiotic group compared with placebo group. While on frecquency of diarrhea, there was decreased of frequency in sinbiotic group compared with placebo group but it was not statistically significant.

We conclude that sinbiotic showed significant effect on decreasing diarrhea duration and volume, and stool consistency.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. The treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior health workers. WHO document prod.serv. 4th rev. 2005:1-50

2. Soenarto Y, Jufrie M. Tatalaksana diare pada anak. Disampaikan pada lokakarya tatalaksana diare, Medan, 7-10 Juni 2007.

3. Bhuta ZA. Acute gastroenteritis in children. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders, 2007. h.1605-17

4. Subijanto MS. Manfaat penggunaan smectite pada penderita anak dengan gastroenteritis akut. Disampaikan pada Seminar nasional pengembangan penelitian penyakit gastrointestinal dan penyakit hepar pada anak. Surabaya, 1994.

5. Sinuhaji AB. Patofisiologi dan tatalaksana diare akut pada neonatus dan bayi. Dalam: Pasaribu S, Lubis M, Lubis B, penyunting. Penatalaksanaan diare pada bayi dan neonatus. Naskah lengkap pendidikan dokter berkelanjutan. Ilmu Kesehatan Anak FK-USU Medan, 1999. h 1-8

6. Cohen MB. Evaluation and treatment of the child with acute diarrhea. Dalam: Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ, penyunting. Rudolph´s pediatrics. Ed-21. McGrawHill Companies, 2002. h. 656-60

7. Strand TA, Chandyo RK, Bahl R, Sharma PR, Adhikari RK, Bhandari N,et al Effectiveness and efficacy of zinc for treatment of acute diarrhea in young children. Pediatrics.2002;109:898-903

8. Gibson GR, Roberfroid MB. Dietary modulation of the human colonic microbiota: introducing the concept of prebiotics. J Nutr. 1995; 125:1401-12

9. Lisal JS. Konsep probiotik prebiotik untuk modulasi mikrobiota usus halus. J Med Nus. 2005; 26:256-62

10. Gibson GR. Probiotics and prebiotics : gut microflora management for improved health. Med Prog. 2000; 27:34-6

11. Bird AR. Probiotics : a role for dietary fibre and resistant starch? Asia Pacific J Clin Nutr. 1999; 8:S32-6

12. Collins MD, Gibson GR. Probiotic, prebiotics and synbiotics approaches for modulating the microbial ecology of the gut. Am J Clin Nutr.1999; 69:105s-7s

13. Surono IS. Probiotik susu fermentasi dan kesehatan. Tri Cipta Karya (TRICK); 2004


(54)

14. Branski D, Wilschanski M. Probiotics in gastrointestinal disorders. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders, 2007. h.1618-20

15. Schrezenmeir J, Heller K, Mccue M, Lliamas C, Lam W, Burow H, et al. Benefit of oral supplementation with and without synbiotics in young children with acute bacterial infections. Clin Pediatr. 2004; 43:239-49 16. Van Niel C, Feudtner C, Garrison M, Cristakis D. Lactobacillus therapy

for acute infection diarrhea in children : A meta analysis. Pediatrics. 2002 ; 109:678-84

17. Gibson GR, Fuller R. Aspect of invitro and invivo researches directed toward identifying probiotics and prebiotics for human use. J Nutr. 2000; 130(2Suppl):391S-395S.

18. Lung E. Acute diarrheal diseases Dalam: Friedman SL, Mc Quaid KR, Grendell JH, penyunting. Current Diagnosis & treatment in Gastroenterology. Edisi ke-2. International edition, 2003. h.131-150

19. Fuller R. A review: probiotics in man and animals. J Appl bacteriol. 1989; 66:365-78

20. Gonzales SN, Cardozo R, Apella MC, Oliver G. Biotherapeutic role of fermented milk. Bioth. 1995; 8:126-43

21. Saavedra JM. Microbes to fight microbes: a not so novel approach for controlling diarrheal disease. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1995; 21:125-9

22. Pearce JL, Hamilton JR. Controlled trial of orally administered lactobacilli in acute infantile diarrhoea. J pediatr. 1974; 84:261-2

23. Mcfarlane GT, Cummings JH. Probiotics and prebiotics : can regulating the activities of intestinal bacteria benefit health? BMJ. 318:999-1003. 24. Rolfe RD. The role of probiotic culture in the control of gastrointrestinal

health. J Nutr. 2000; 130:396 - 402

25. Conway PL, Gorbach SL, Goldin BR. Survival of lactic acid bacteria in the human stomach and adhession to intestinal cells. J Dairy Sci. 1987; 70:1-12.

26. Goldin BR, Gorbach SL, Saxelin M, Barakat S, Gualtieri L, Salminen S. Survival of Lactobacillus species (strain GG) in human gastrointestinal tract. Dig Dis Sci. 1992; 37:121-8

27. Kleeman EG, Klaenhammer TR. Adherence of Lactobacillus species to human fetal intestinal cells. J.Dairy Sci. 1982; 65:2063-9

28. Castagliuolo I, LaMont JT, Nikulasson ST, Pothoulakis C.

Saccharomyces boulardi protease inhibits Clostridium difficile toxin a effects in the rat ileum. Infect Immun. 1996; 64:5525-32

29. Castagliuolo I, Riegler MF, Valenick L, Pothoulakis C. Saccharomyces boulardi protease inhibits the effects of Clostridium difficile toxin A and B in human colonic mucosa. Infect Immun. 1999; 67:302-7


(55)

30. Fukushima Y, Kawata Y, Hara H, Terada A, Mitsuoka T. Effect of a probiotic formula on inyestinal immunoglobulin A production in healthy children. Int J Food microbiol. 1998; 42:39-44

31. Suskovic J. Role of lactic acid bacteria and Bifidobacteria in synbiotic effect. Food technol biotechnol. 2001; 39(3):227-235

32. Salminen S, Bouly C, Boutron-Ruault MC, Cumming JH, Frank A, Gibson GR, et al. Functional food science gastrointestinal physiology and function. Br J Nutr. 1998; Suppl 1:S147-71.

33. Roberfroid MB. Prebiotics and probiotics: are they functional foods? Am J Clin Nutr. 2000; 71(6 Suppl):1682S-7S.

34. Grizard D, Barthomeuf C. Non-digestible oligosaccharides used as prebiotic agents : mode of production and benefecial effects on animal and human health. Reprod Nutr Dev. 1999; 39:563-88.

35. Reddy BS. Possible mechanism by which pro- and prebiotics influence colon carcinogenesis and tumor growth. J Nutr. 1999; 129 (7 Suppl):1478S-82S.

36. Gibson GR, Roberfroid MR. Dietary modulation of the human colonic microbiota: introduction the concept of prebiotics. J Nutr. 1995; 125: 1401-12

37. Schrezenmeir J, Vrese M. Probiotic, prebiotic, and synbiotics approaching a definition. Am J Clin Nutr. 2001; 73:361s-4s

38. Sudarmo SM, Ranuh RG, Soeparto P, Djupri LS. Kontribusi prebiotik pada formula untuk pemeliharaan ekosistem mikrobiota normal pada usus. Diunduh dari www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-bqspcr-ilmiah_popular.doc

39. Szajewska H. Probiotic and prebiotic in pediatrics: where are we now? Turk Jour Ped. 2007; 49:231-44

40. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto S. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S,Ismaels, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitianm klinis. Edisi ke-2 Sagung seto. Jakarta 2002.h.259-86

41. Kuczmarski RJ, Ogden CL, Straun LG. CDC Growth Charts United

States Advance Data-NCHS 2000;314;1-28

42. Guarino A, Canani RB, Spagnuolo MI, Albano F, Benedetto L. Oral bacterial therapy reduces the duration of symptoms and off viral excretion in children with mild diarrhea. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1997; 25:516-9

43. Van Niel C, Feudtner C, Garrison MM, Cristakis DA. Lactobacillus therapy for acute infection diarrhea in children : A meta analysis. Pediatrics. 2002; 109:678-84

44. Isolauri E, Juntunen M, Rautanen T, Sillanaukee P, Kolvula T. A human Lactobacillus strain ( Lactobacillus casei sp strain GG) promotes recovery from acute diarrhea in children. Pediatrics. 1991; 88:90-7


(56)

45. Szajewska H, Mrukowicz J. Probiotic in the treatment and prevention of acute infectious diarrhea in infants and children: a systematic review of pblished randomized, double-blind, placebo controlled trials. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001; 33:S17-S25

46. Huang JS, Bousvaros A, Lee JW, Diaz A, Emily J. Davidson. Efficacy of probiotic use in acute diarrhea in children: a meta-anlysis. Dig Dis Sci. 2002; 47:2625-34

47. Allen SJ, Okoko B, Martinez E, Gregorio G, Dans LF. Probiotic for treating infectious diarrhoea. The Cochrane database of systematic Rev. 2003, Issue 4

48. Szajewska H, Skorka A, Dylag M. Meta-analysis: Saccharomyces

boulardii fo treating acute diarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther. 2007; 25:257-64

49. Szajewska H, Skorka A, Ruszczak , Bialek D. Meta-analysis:

Lactobacillus GG for treating acute diarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther. 2007; 25:871-81

50. Crittenden RG. Prebiotics in : Probiotics a critical review. G. W. Tannock (Ed.), Horizon Scientific Press Wymondham (1999) pp.141-56

51. Morelli. Assessment of new synbiotic preparation in healththy volunteers: survival, persistence of probiotic strains and its effect on the indigenous flora. Nutr Jour. 2003;11:1-6

52. Subijanto MS, Cahyono HA, Soeparto P, Djupri L, Ranuh R.

Manipulation of intestinal microflora with Protexin on the clinical course of diarrhoea in children. Diunduh dari http://www.protexin.com/health-care/ibs.php?fID=10


(57)

Lampiran 1.

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya orang tua dari :

Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Umur : ...tahun ...bulan

Alamat : ... Desa Kecamatan

Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian dengan judul :¨ Efektifitas pemberian Sinbiotik pada anak penderita diare akut.¨ Dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya resiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya, menyatakan bahwa saya mengizinkan dengan sukarela anak saya menjadi subjek peneltian tersebut dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak mampu mengikuti penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.

Medan, 2007 Yang Menyatakan Pimpinan penelitian


(58)

Lampiran 2.

PEMANTAUAN PASIEN

No. Obat : MR :

Nama : ………. Alamat/Telp. : ……… Umur : ……… Jenis Kelamin : ……… BB/PB masuk : ……… Temperatur : ……… Anamnese :

……… ………... ... ...

Obat yang sudah diberi : ………... BB Post rehidrasi :………... Diagnosa : ……… ASI : ……….. Diet :………...


(59)

H A R I

I II III IV V

BB

Temperatur

Frekuensi

Konsistensi Feses

Obat yg diberikan

Volume

Lab : Hb :... Ht :... Leukosit : ... Trombosit :... Feses :...

Nama orang tua : ... Umur : ... Pekerjaan : ... Penghasilan / bln : ... Alamat : ... ...


(60)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA SUBYEK

Penjelasan kepada orang tua subyek diberikan secara lisan pada saat anak datang ke RS dan dilakukan anamnese/wawancara dengan keterangan sebagai berikut :

“Bapak/Ibu saat ini bayi/anak bapak/ibu sedang mencret apabila mencret semakin sering dan bila kita biarkan anak akan kekurangan cairan hal ini bisa kita lihat dari matanya mulai cekung, rasa haus dan sianak akan kelihatan lemah. Karena itu yang penting kita lakukan adalah menggantikan cairan didalam tubuhnya dengan minuman oralit atau diberi cairan infus.Disini anak ibu/bapak akan kita beri cairan infus karena sudah kekurangan cairan selain itu saat ini ada terapi yang dapat memperbaiki saluran pencernaan yang terganggu akibat diare yaitu sinbiotik. Sinbiotik saat ini juga sudah banyak dicampur kesusu formula fungsinya untuk menjaga saluran pencernaan. Jadi aman untuk diberikan. Penelitian selama ini efek samping belum ada dilaporkan karena bila tidak diperlukan dia akan dibuang melalui feses, namun bila ada kelainan mohon hubungi saya dr Natasha N P Manurung nomor handphone 081396788058 atau hubungi saya ke jalan Sei Besitang No.3 Medan. Dengan persetujuan/ kesediaan Bapak/Ibu, maka bayi/anak Bapak/Ibu akan saya berikan obat sinbiotik sebanyak 5 sachet diberikan 1x1 sachet tiap hari. Sinbiotik ini dapat dicampur dengan minuman ataupun makanan. Saya akan memantau data perkembangan bayi/anak Bapak/Ibu selama 5 hari terhadap frekuensinya, volume/konsisensinya dan lamanya diare berlangsung.

Demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan kepada orang tua pasien agar mengerti tindakan apa yang akan dilakukan dan apa manfaatnya.


(61)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : dr.Natasha N.P.Manurung Tanggal Lahir : 27 Agustus 1969

Tempat lahir : Medan

Alamat : Jl.Sei Besitang No.3 Medan (20119)

Nama suami : Ir.Inansius Panggabean, MT Nama anak : - Irma Tania Daniella Panggabean - Michael William MT Panggabean Pendidikan :

̇ SD Methodist 8, Medan, Tamat tahun 1982

̇ SMP Methodist 8, Medan, Tamat tahun 1985

̇ SMU Immanuel, Medan, Tamat tahun 1988

̇ Fakultas Kedokteran USU, Medan, Tamat 1995

̇ Pendidikan Spesialis :

1. Adaptasi diBIKA FK-USU : 01-06-2004 s/d 30-06-2004 2. Pendidikan Tahap I : 01-07-2004 s/d 30-06-2005 3. Pendidkan Tahap II : 01-07-2005 s/d 30-06-2006 4. Pendidikan Tahap III : 01-07-2006 s/d 30-06-2007 5. Pendidikan Tahap IV : 01-07-2007s/d 30-06-2008 6. Penelitian : November 2006-Oktober 2007 7. Tesis : September 2008


(1)

45. Szajewska H, Mrukowicz J. Probiotic in the treatment and prevention of acute infectious diarrhea in infants and children: a systematic review of pblished randomized, double-blind, placebo controlled trials. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001; 33:S17-S25

46. Huang JS, Bousvaros A, Lee JW, Diaz A, Emily J. Davidson. Efficacy of probiotic use in acute diarrhea in children: a meta-anlysis. Dig Dis Sci. 2002; 47:2625-34

47. Allen SJ, Okoko B, Martinez E, Gregorio G, Dans LF. Probiotic for treating infectious diarrhoea. The Cochrane database of systematic Rev. 2003, Issue 4

48. Szajewska H, Skorka A, Dylag M. Meta-analysis: Saccharomyces boulardii fo treating acute diarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther. 2007; 25:257-64

49. Szajewska H, Skorka A, Ruszczak , Bialek D. Meta-analysis: Lactobacillus GG for treating acute diarrhoea in children. Aliment Pharmacol Ther. 2007; 25:871-81

50. Crittenden RG. Prebiotics in : Probiotics a critical review. G. W. Tannock (Ed.), Horizon Scientific Press Wymondham (1999) pp.141-56

51. Morelli. Assessment of new synbiotic preparation in healththy volunteers: survival, persistence of probiotic strains and its effect on the indigenous flora. Nutr Jour. 2003;11:1-6

52. Subijanto MS, Cahyono HA, Soeparto P, Djupri L, Ranuh R. Manipulation of intestinal microflora with Protexin on the clinical course of diarrhoea in children. Diunduh dari http://www.protexin.com/health-care/ibs.php?fID=10


(2)

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya orang tua dari :

Nama : ...

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Umur : ...tahun ...bulan

Alamat : ...

Desa Kecamatan

Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya

mengenai penelitian dengan judul :¨ Efektifitas pemberian Sinbiotik pada anak

penderita diare akut.¨ Dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya

resiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya, menyatakan bahwa saya

mengizinkan dengan sukarela anak saya menjadi subjek peneltian tersebut

dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak

mampu mengikuti penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya perbuat

dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari

siapapun juga.

Medan, 2007


(3)

Lampiran 2.

PEMANTAUAN PASIEN

No. Obat :

MR :

Nama : ……….

Alamat/Telp. : ………

Umur : ………

Jenis Kelamin : ………

BB/PB masuk : ………

Temperatur : ………

Anamnese :

………

………...

...

...

Obat yang sudah diberi : ………...

BB Post rehidrasi :………...

Diagnosa : ………

ASI : ………..


(4)

I II III IV V

BB

Temperatur

Frekuensi

Konsistensi Feses

Obat yg diberikan

Volume

Lab : Hb :...

Ht :...

Leukosit : ...

Trombosit :...

Feses :...

Nama orang tua : ...

Umur : ...

Pekerjaan : ...

Penghasilan / bln : ...

Alamat : ...


(5)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA SUBYEK

Penjelasan kepada orang tua subyek diberikan secara lisan pada saat anak datang ke RS dan dilakukan anamnese/wawancara dengan keterangan sebagai berikut :

“Bapak/Ibu saat ini bayi/anak bapak/ibu sedang mencret apabila mencret semakin sering dan bila kita biarkan anak akan kekurangan cairan hal ini bisa kita lihat dari matanya mulai cekung, rasa haus dan sianak akan kelihatan lemah. Karena itu yang penting kita lakukan adalah menggantikan cairan didalam tubuhnya dengan minuman oralit atau diberi cairan infus.Disini anak ibu/bapak akan kita beri cairan infus karena sudah kekurangan cairan selain itu saat ini ada terapi yang dapat memperbaiki saluran pencernaan yang terganggu akibat diare yaitu sinbiotik. Sinbiotik saat ini juga sudah banyak dicampur kesusu formula fungsinya untuk menjaga saluran pencernaan. Jadi aman untuk diberikan. Penelitian selama ini efek samping belum ada dilaporkan karena bila tidak diperlukan dia akan dibuang melalui feses, namun bila ada kelainan mohon hubungi saya dr Natasha N P Manurung nomor handphone 081396788058 atau hubungi saya ke jalan Sei Besitang No.3 Medan. Dengan persetujuan/ kesediaan Bapak/Ibu, maka bayi/anak Bapak/Ibu akan saya berikan obat sinbiotik sebanyak 5 sachet diberikan 1x1 sachet tiap hari. Sinbiotik ini dapat dicampur dengan minuman ataupun makanan. Saya akan memantau data perkembangan bayi/anak Bapak/Ibu selama 5 hari terhadap frekuensinya, volume/konsisensinya dan lamanya diare berlangsung.

Demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan kepada orang tua pasien agar mengerti tindakan apa yang akan dilakukan dan apa manfaatnya.


(6)

Nama lengkap : dr.Natasha N.P.Manurung Tanggal Lahir : 27 Agustus 1969

Tempat lahir : Medan

Alamat : Jl.Sei Besitang No.3 Medan (20119)

Nama suami : Ir.Inansius Panggabean, MT Nama anak : - Irma Tania Daniella Panggabean - Michael William MT Panggabean Pendidikan :

̇ SD Methodist 8, Medan, Tamat tahun 1982 ̇ SMP Methodist 8, Medan, Tamat tahun 1985 ̇ SMU Immanuel, Medan, Tamat tahun 1988 ̇ Fakultas Kedokteran USU, Medan, Tamat 1995 ̇ Pendidikan Spesialis :

1. Adaptasi diBIKA FK-USU : 01-06-2004 s/d 30-06-2004 2. Pendidikan Tahap I : 01-07-2004 s/d 30-06-2005 3. Pendidkan Tahap II : 01-07-2005 s/d 30-06-2006 4. Pendidikan Tahap III : 01-07-2006 s/d 30-06-2007 5. Pendidikan Tahap IV : 01-07-2007s/d 30-06-2008 6. Penelitian : November 2006-Oktober 2007 7. Tesis : September 2008