Jenis-jenis Kecelakaan Kerja Evaluasi Kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Studi di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung)

45 c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja. d. Meningkatkan produktivitas kerja.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan menjamin agar tenaga kerja memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja ataumenderita penyakit akibat kerja. Menurut Pasal 31 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap ataupun meninggal dunia. Manfaat jaminan kecelakaan kerja berupa uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia atau pekerja yang cacat sesuai dengan tingkat kecacatannya. Manfaat jaminan kecelakaan kerja diberikan pada fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang memenuhi syarat dan menjalin kerja sama dengan badan penyelenggara jaminan sosial. Tenaga kerja yang termasuk dalam jaminan kecelakaan kerja adalah tenaga kerja magang dan pekerja tetap pada perusahaan yang bersangkutan dan juga tenaga kerja borongan atau tenaga kerja musiman. 46 Menurut Pasal 9 UU Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, jaminan kecelakaan kerja meliputi: a. Biaya pengangkutan. b. Biaya pemeriksaan, pengobatan atau perawatan. c. Biaya rehabilitasi. d. Santunan berupa uang yang meliputi: 1 Santunan sementara tidak mampu bekerja. 2 Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya. 3 Santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental. 4 Santunan kematian. Perusahaan di mana tempat tenaga kerja bekerja wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada badan penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.

3. Jaminan Hari Tua

Menurut Pasal 35 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Jaminan hari tua bertujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia. Menurut Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, manfaat jaminan hari tua berupa uang tunai dibayarkan sekaligus pada saat tenaga kerja memasuki usia pensiun, meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap. Besarnya manfaat jaminan hari tua ditentukan berdasarkan seluruh 47 akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangnya. Pembayaran jaminan hari tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah kesepakatan mencapai minimal 10 sepuluh tahun. Apabila tenaga kerja meninggal dunia maka ahli waris yang sah berhak menerima manfaat jaminan hari tua. Sedangkan, dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, besarnya iuran jaminan hari tua untuk pekerja penerima upah ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan tertentu yang ditanggung bersama oleh perusahaanpemberi kerja dan pekerja. Besarnya iuran jaminan hari tua untuk pekerja yang tidak menerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah. Tenaga kerja yang dapat menerima jaminan hari tua adalah tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 lima puluh lima tahun atau tenaga kerja yang cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter.

4. Jaminan Pensiun

Menurut Pasal 39 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat tenaga kerja kehilangan atau kekurangan penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. Usia pensiun ditetapkan menurut ketentuan peraturan perundang- undangan. Kemudian, menurut Pasal 41 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.