Pengendapan Xilanase Menggunakan Aseton Hidrolisis Xilan Analisis Produk Akhir Xilooligosakarida dengan KCKT

pada suhu ruang. Pengukuran absorbansi masing-masing larutan dilakukan pada λ 540 nm. Satu unit aktivitas xilanase didefinisikan sebagai jumlah μ mol xilosa yang dihasilkan permenit untuk setiap mL enzim pada kondisi optimumnya.

7. Pengendapan Xilanase Menggunakan Aseton

Ekstrak kasar xilanase dimurnikan dengan diendapkan menggunakan aseton secara bertahap pada konsentrasi 60, 70, 80 dan 90. Sebanyak 10 mL ekstrak kasar xilanase ditambahkan aseton dingin disimpan pada suhu -20 C sedikit demi sedikit sampai tercapai konsentrasi yang diinginkan sambil diaduk perlahan menggunakan pengaduk magnetik Scopes, 1987. Campuran tersebut disimpan dalam lemari pendingin selama 2 jam, kemudian disentrifuga pada kecepatan 4500 rpm pada suhu 4 C selama 15 menit. Endapan protein yang terbentuk diambil dan dilarutkan dalam 0,02 M bufer fosfat pH 7 dengan volume seminimal mungkin 1 mL. Aktivitas yang tinggi menunjukkan persentase konsentrasi aseton yang optimum.

8. Hidrolisis Xilan

Sampel xilan yang digunakan sebanyak 5 buah sampel dengan perbandingan 1:3 antara xilan dengan enzim xilanase diinkubasi dalam pada suhu kamar dengan variansi waktu 0 jam, 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Peningkatan jumlah xilooligosakarida yang terbentuk menunjukkan substrat xilooligosakarida telah terhidrolisis dengan waktu inkubasi yang optimum Safitri, 2007.

9. Analisis Produk Akhir Xilooligosakarida dengan KCKT

1 mL sampel xilooligosakarida hasil dari hidrolisis xilan kemudian dimasukkan ke dalam tabung vial. Analisis HPLC dilakukan menggunakan kolom karbohidrat Waters, detektor indeks bias, pelarut metanol, kecepatan alir 1 mLmenit, volume injek 10 µL dan suhu kolom 40 o C. Standar yang digunakan adalah xilosa berkualifikasi pro-analisa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jerami Padi

Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya gabahnya, sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Pada sebagian petani, jerami sering digunakan sebagai mulsa pada saat menanam palawija. Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai pakan ternak alternatif di kala musim kering karena sulitnya mendapatkan hijauan. Di lain pihak jerami sebagai limbah pertanian, sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering di bakar untuk mengatasi masalah tersebut Ikhsan et al., 2009. Sementara itu, pembakaran limbah pertanian meningkatkan kadar CO 2 di udara yang berdampak terjadinya pemanasan global Puspaningsih, 2007 Jerami padi merupakan biomassa berlignoselulosa yang terbentuk dari tiga komponen utama yakni selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan komponen utama yang terkandung dalam dinding sel tumbuhan dan mendominasi hingga 50 berat kering tumbuhan. Jerami padi diketahui memiliki kandungan selulosa yang tinggi, mencapai 34,2 berat kering, 24,5 hemiselulosa dan kandungan lignin hingga 23,4. Komposisi kimia limbah pertanian maupun