Manfaat Penelitian KEMAMPUAN MENENTUKANRELASI MAKNA PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 BANJIT WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

intensional, d analisis komponensial, e makna dan pemakaiannya, f kesinoniman, keantoniman, kehomoniman, dan kehiponiman. Secara umum hubungan antara satu makna dan makna yang lain secara leksikal dibedakan atas sinonim, antonim, penjamin makna, hipernim, dan hiponim superordinal atau subordinal, homonim, dan polisemi Parera, 2004: 60. Penjamin makna adalah sebuah pernyataan XI menjamin makna dari pernyataan Y jika kebenaran pernyataan Y merupakan akibat dari kebenaran pernyataan XI. Contohnya, jika mengatakan “mawar”, maka sudah ada jaminan bahwa ia sebuah bunga karena dalam makna “mawar” ada komponen “bunga”. Akan tetapi, jika seorang berujar “Adik memetik bunga”, sudah tentu ada jaminan bahwa “Adik memetik mawar”. Jika seorang berujar “Adik memetik mawar‟, maka sudah ada jaminan makna bahwa “Adik memetik bunga”. Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa relasi makna adalah hubungan atau pertalian antara bentuk bahasa dan barang hal yang telah disepakati bersa-ma oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

2.2 Jenis-Jenis Relasi Makna

Beberapa ahli bahasa mengemukakan tentang jenis-jenis relasi makna. Relasi makna terbagi atas tujuh jenis, yaitu 1 kesamaan makna sinonim, kebalikan makna antonim, 3 kegandaan makna dalam kata polisemi, 4 ketercakupan makna hiponim dan hipernim, 5 kelainan makna homonim, homofon, dan ho-mograf, 6 kelebihan makna redudansi, dan kegandaan makna dalam frase atau kalimat ambiguitas Chaer, 1994: 82. Pendapat lain menyebutkan bahwa relasi makna terbagi atas lima jenis, yaitu 1 sinonim, 2 antonim, 3 homonim, 4 polisemi, 5 hiponim Soedjito, 1990: 76. Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini penulis mengacu pada pembe-daan jenis-jenis relasi makna menurut Soedjito. Pembagian jenis-jenis relasi mak-na yang diungkapkan Soedjito, sesuai dengan aspek relasi makna yang dipelajari di SMA. Aspek relasi makna yang dipelajari di SMA adalah sinonim, antonim, homonim, homofon, dan homograf, hiponimdan hipernim, serta polisemi.

2.2.1 Sinonim

Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno,yaitu onama yang berarti „nama‟, dan syn yang berarti „dengan‟. Maka secara harfiah kata sino-nimi berarti „nama lain untuk benda atau hal yang sama‟. Secara semantik Verhaar dalam Chaer, 2002: 82 mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan bisa berupa kata, frase, atau kalimat yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ung-0kapan lain. Sinonim ialah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja Kridalaksana, 2001: 198. Parera 2004: 61 menyatakan bahwa sinonim ialah dua ujaran, apakah ujaran dalam ben-tuk morfem terikat, kata, frase, atau kalimat yang menunjukan kesamaan makna. Sejalan dengan pendapat di atas, Chaer 1994: 249 mengemukakan bahwa sino-nim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna santara satu