paripurna DPRD yang dihadiri oleh walikota. Rancangan peraturan daerah yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada masa sidang yang sama.
Proses persetujuan dan penetapan rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah
sampai pada pengundangan naskah peraturan daerah ke dalam lembaran daerah tercantum dalam Pasal 141 dan 142 Peraturan Tata Tertib DPRD Kota Bandar
Lampung. Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Walikota disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Walikota untuk ditetapkan
menjadi peraturan daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 141 Peraturan Tata Teratib DPRD Kota Bandar Lampung. Penyampaian rancangan peraturan daerah tersebut
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan walikota ditetapkan oleh walikota dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 30 tiga
puluh hari sejak rancangan peraturan daerah disetujui bersama oleh DPRD dan walikota sebagaimana diatur dalam Pasal 142 Peraturan Tata Tertib DPRD Kota
Bandar Lampung. Dalam hal rancangan peraturan daerah tidak ditandatangani oleh walikota, rancangan peraturan daerah tersebut sah menjadi peraturan daerah dengan
kalimat pengesahaan yang berbunyi “Peraturan daerah ini dinyatakan sah” dan wajib diundangkan dalam lembaran daerah. Kalimat pengesahan dalam rancangan peraturan
daerah yang telah disetujui tersebut harus dibubuhkan pada halaman terakhir peraturan daerah sebelum pengundangan naskah peraturan daerah ke dalam lembaran daerah.
Peraturan daerah berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah.
Melihat deskripsi pasal-pasal dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Kota Bandar Lampung di atas, peneliti dapat mengambil simpulan bahwa pasal-pasal tersebut dapat
dijadikan acuan sebagai instrumen dalam penelitian ini karena pasal-pasal tersebut menjelaskan tentang proses penyusunan dan penetapan rancangan peraturan daerah
sampai menjadi peraturan daerah yang dalam proses penyusunan dan penetapan peraturan daerah tersebut terjadi relasi atau hubungan antar institusi DPRD Kota
Bandar Lampung dan Pemerintah Kota Bandar Lampung.
3. Mekanisme Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata
Ruang RTR KabupatenKota
Demikian halnya dengan mekanisme yang dilakukan di kabupatenkota, pemerintah provinsi mempunyai peran mewakili pemerintah pusat dalam melakukan proses
evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang kabupatenkota. Mekanisme penyusunan raperda tentang rencana tata ruang
kabupatenkota secara
garis besar
dilakukan melalui
dua tahap
yaitu tahap konsultasi dan tahap evaluasi seperti yang tergambar pada diagram berikut ini :
Gambar 4. Mekanisme penyusunan raperda kabupatenkota Pada tahap konsultasi bupatiwalikota dibantu BKPRD Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah kabupatenkota mengkonsultasikan rancangan perda tentang RTRWKK, RTR kawasan strategis kabupatenkota, dan RDTRKK kepada instansi
pusat yang membidangi urusan tata ruang yang dikoordinasikan oleh BKTRN guna mendapatkan persetujuan substansi teknis. Rancangan perda harus dilampiri dokumen
RTR kabupatenkota dan album peta. Pengajuan permintaan persetujuan substansi teknis ke pemerintah pusat dilakukan setelah rancangan perda dibahas di BKPRD
Provinsi dan mendapatkan rekomendasi dari gubernur. Setelah keluar surat persetujuan substansi teknis dari instansi pusat yang membidangi
urusan tata ruang, dilanjutkan oleh bupatiwalikota untuk mendapat persetujuan bersama dengan DPRD. Kedua bahan tersebut yaitu surat persetujuan substansi teknis
dari menteri yang membidangi urusan penataan ruang dan surat persetujuan bersama dengan DPRD menjadi bahan gubernur dalam melakukan evaluasi terhadap rancangan
perda tentang RTRWKK, rancangan perda tentang RTR kawasan strategis kabupatenkota, dan rancangan perda tentang RDTR kabupatenkota serta klarifikasi
terhadap perda tentang RTRWKK, perda tentang RTR kawasan strategis kabupatenkota,
dan perda
tentang RDTR
kabupatenkota. http:www.google.com26012011
4. Proses Perumusan dan Penetapan Perda RTRW KabupatenKota
Pasal 3 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tanggal 26 April 2007 tentang penataan ruang disebutkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan keberlanjutkan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan
Ketahanan Nasional.
Undang-undang tersebut
mengamanatkan agar dibentuk peraturan pelaksanaan sebagai landasan operasional dalam mengimplementasikan ketentuan-ketentuan Undang-undang tersebut.
Peraturan pelaksanaan yang dimaksud terdiri atas 18 delapan belas substansi mengenai aspek-aspek dalam penyelenggaraan penataan ruang. Untuk mewujudkan
harmonisasi dan keterpaduan pengaturan penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah pusat telah memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang yang memadukan berbagai substansi yang belum diatur secara tegas dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tersebut dan diatur
lebih lanjut sebagai landasan hukum bagi praktik penyelenggaraan penataan ruang. Alur proses perumusan dan penetapan peraturan daerah tentang rencana tata ruang
wilayah kabupatenkota berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dapat dilihat pada bagan proses berikut:
Gambar 5. Alur proses perumusan dan penetapan perda RTRW kabupatenkota
Perencanaan tata ruang pada akhirnya akan menjadi kebijakan pemerintah, daerah merupakan salah satu faktor pemicu pertumbuhan suatu kawasan disamping kegiatan
ekonomi dan transportasi wilayah. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu perencanaan yang komprehensif dan bersinergis dengan produk-produk perencanaan
daerah sebelumnya yang saat ini masih berlaku, sehingga di dalam implementasinya akan terlihat suatu rangkaian kegiatan yang saling terkait, terstruktur dan tepat sasaran
sesuai dengan tujuan awal maupun skala prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyusunan Mateks
RTRW Pembahasan Mateks
oleh BKPRD KabKota
Konsultasi Publik
Konsultasi Perbatasan oleh
BKPRD KabKota Pembahasan Raperda
oleh DPRD KabKota Pembahasan Mateks oleh
BKPRD Provinsi Lampung Rekomendasi
Gubernur Lampung Pembahasan Mateks
oleh BKPRN
Persetujuan Substansi Menteri Pekerjaan Umum
Evaluasi Raperda oleh BKPRD Provinsi Lampung
Surat Keputusan Gubernur Lampung
Pengesahan Raperda Menjadi Perda RTRW
KabKota
Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi
Lampung, Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang memiliki fungsi utama sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat perdagangan dan
jasa regional, pusat distribusi dan koleksi, pusat pendukung jasa pariwisata, dan pusat pendidikan tinggi. Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung dan
pusat pemerintahan dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan laju perkembangan pembangunan yang cukup pesat, memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap pemanfaatan ruang, disamping itu juga memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya.
Untuk itu diperlukan upaya dari Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk
memformulasikan kebijakan pokok mengenai pola, struktur dan strategi pemanfaatan ruang kota serta merumuskan arahan pengelolaan dan pengembangan potensi sumber
daya alami dan buatan serta sumber daya manusia dan juga merumuskan arahan pengendalian ruang melalui sebuah peraturan daerah. Hal penting yang harus menjadi
perhatian dalam pembangunan Kota Bandar Lampung adalah masalah lingkungan alami yang sudah mulai berkurang fungsi ekologisnya dampak dari pembanguanan fisik
dan dampak dari pemanasan global, serta masalah sosial yang berdampak pada kemajuan Kota Bandar Lampung.
Ruang terbuka hijau yang sangat minim akan berdampak buruk pada fungsi ekologis
yang akan merembet kepada masalah sosial. Urbanisasi berdampak pada kepadatan penduduk dan penggunaan prasarana dan sarana perkotaan juga akan menimbulkan
masalah tersendiri. Oleh karena itu penetapan penyediaan ruang terbuka hijau 30 dan