Analisis Faktor yang Memengaruhi Tindakan Ibu dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Tahun 2009

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN IBU DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DAN PEMULIHAN PENYAKIT

PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR MERAH

TAHUN 2008

Oleh :

NIM.051000099

Suhartini Batubara

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN IBU DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DAN PEMULIHAN PENYAKIT

PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR MERAH

TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM.051000099

SUHARTINI BATUBARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN IBU DALAM PENCARIAN PENGOBATAN DAN PEMULIHAN PENYAKIT

PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR MERAH TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : NIM. 051000099

SUHARTINI BATUBARA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Januari 2010 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Heldy BZ, M.P.H

NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 19730803 199903 2 001

Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes

Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si

NIP. 19680320 199308 2 001 NIP. 140052649 dr. Fauzi, SKM

Medan, Maret 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19531018 198203 2 001 dr. Ria Masniari Lubis M.Si


(4)

ABSTRAK

Di Indonesia, penyakit pneumonia masih merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat. Di Kota Medan, pneumonia merupakan penyakit ketiga dari 10 pola penyakit terbanyak di puskesmas di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus 7.885. Puskesmas Pasar Merah merupakan salah satu puskesmas di Kota Medan yang memiliki angka kasus baru tertinggi terhadap pneumonia di wilayah kerjanya yaitu 16,87%. Pada tahun 2008 penderita pneumonia di Puskesmas Pasar Merah berjumlah 377 balita (13,14%).

Jenis penelitian ini adalah explanatory research, untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga), faktor pendukung (ketersediaan sarana kesehatan, jarak ke sarana kesehatan) dan faktor pendorong (pernah tidaknya memperoleh penyuluhan/informasi tentang pneumonia dari petugas kesehatan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah selama tahun 2008 yang berjumlah 377 orang, dan sampel penelitian berjumlah 79 responden dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita, sedangkan faktor pekerjaan, penghasilan keluarga, ketersediaan sarana kesehatan, jarak ke sarana kesehatan dan pernah tidaknya memperoleh penyuluhan/informasi tentang pneumonia dari petugas kesehatan tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan peran serta aktif petugas kesehatan di Puskesmas Pasar Merah dalam meningkatkan penyuluhan atau memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama pada ibu yang berpendidikan rendah.


(5)

ABSTRACT

The pneumonia disease in Indonesia is still one of the main health problems among the people. In Medan, pneumonia is the third of ten most recently diseases in the entire health centers in North Sumatra Province; with the total cases of 7.885 (seven thousand-eight hundred-eighty-five cases). The Pasar Merah health center is one of the health centers in Medan which has the highest incidents rate on pneumonia in its jurisdiction area with the level of 16.87% (sixteen-point-eighty seven percents). In the year of 2008, the number of pneumonia patients in the Pasar Merah health center were 377 babies (13.14%).

The design of this research was the explanatory research and was aimed to explain the influence of predisposing factors (education, employment, family income), enabling factors (the health services provided, the health center access) and reinforcing factors (the record of pneumonia socialization from the health representatives) to the mothers’ medical actions in seeking disease curing and rehabilitative the pneumonia disease to the under-five-year-old babies in the jurisdiction area of the Pasar Merah health center. The population of the research were the entire mothers who had under-five-year old babies that suffered from the pneumonia in the area during the year of 2008; with the total population were 377 mothers and the sampling of the research were 79 respondents with simple random sampling technique. The research instrument was using the questionnaire, and was analyzed by multiple linear regression test.

The result of research showed that the variabel of education had significant influence on the mothers’ medical actions in seeking disease curing and rehabilitative the pneumonia disease to the under-five-year-old babies; while employment, family income, the medical services provided, the health center access, and the absence of the record of pneumonia socialization from the medical representatives factors had no significant influence on the mothers’ medical actions.

Based on the result of the study, it is hoped that the health representatives work in Pasar Merah health center more actively in giving socialization activities to enrich the local people’s knowledge and horizon on health matters, especially to the low-educated mothers.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suhartini Batubara

Tempat/Tanggal Lahir: Sorkam Kanan/01 Agustus 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Datuk Naturion No.10 Sorkam Kanan Riwayat Pendidikan : 1. TK Muhammadiyah Sorkam Kanan

2. SD Negeri Sorkam

3. MTs Swasta Darul Hikmah 4. SMU Negeri 1 Sorkam 5. FKM USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang menjadi tugas sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang berjudul “Analisis Faktor yang Memengaruhi Tindakan Ibu dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Tahun 2009”.

Dalam menjalani proses penulisan skripsi, mulai dari awal sampai pada akhir sehingga terwujudnya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan oleh berbagai pihak baik secara moril dan material. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan memberikan saran dalam pelaksanaan serta pembuatan skripsi ini, khususnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen, dosen penasehat akademik, dosen Metodologi Penelitian dan dosen Departemen AKK yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan berupa perbaikan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

3. Bapak dr. Heldy BZ, MPH, selaku dosen Departemen AKK dan dosen pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku dosen Departemen AKK dan dosen pembimbing II skripsi yang juga banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Artraida, SKM, selaku staf di Puskesmas Pasar Merah yang telah banyak memberikan bantuan dalam penelitian skripsi ini.

6. Bapak Prof. dr. Aman Nasution, MPH, selaku dosen Departemen AKK. 7. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku dosen Departemen AKK.

8. Ibu Dr. Irna Marsaulina MS dan Dr.Erna selaku dosen Metodologi Penelitian. 9. Seluruh Dosen serta seluruh staf yang ada di FKM USU.

10.Kedua orangtua Irsyad Batubara (Ayahanda) dan Agustina (Ibunda)yang selalu membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis serta adik-adikku yang kusayangi.

11.Teman-teman mahasiswa FKM USU stambuk 2005 : Ika, Vita, Wiwiek, Helfa, Neri, Astri, Nina, Rahmi, dan mohon maaf saya pada teman-teman yang tidak disebut namanya satu per satu.

12.Teman-teman mahasiswa Peminatan AKK : Ade, Franky, Yuni, Risti, Rina, Umi, Sri, Husein, Irfani, Siska, Suaidah, kakak Mitha, kakak Fitri dan seluruh teman-teman mahasiswa peminatan AKK.

13.Teman-teman saya yang lain : Dewi, Aisyah, Gadis, Leni dan spesial untuk Fansuri yang selalu memberikan bantuan dan dukungan.


(9)

14.Semua pihak yang telah ikut memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, untuk itu masukan yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Desember 2009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ... viii

Daftar Tabel ... ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pneumonia ... 8

2.1.1. Pengertian Pneumoni ... 8

2.1.2. Penyebab Pneumonia ... 8

2.1.3. Klasifikasi Pneumonia ... 9

2.1.4. Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia ... 11

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Pneumonia ... 12

2.1.6. Cara Penularan Penyakit Pneumonia ... 14

2.1.7. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Pneumonia ... 15

2.1.8. Program Pemberantasan Penyakit ISPA ... 17

2.2. Perilaku Kesehatan ... 18

2.3.Tindakan Penanganan Penyakit ... 19

2.3.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)... 24

2.3.2. Faktor Pendukung (Enabling Factor) ... 26

2.3.3. Faktor Pendorong (Reinforcing Faktor) ... 27

2.4. Kerangka Konsep ... 27

2.5. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1. Populasi... 30

3.3.2. Sampel ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Definisi Operasional ... 32

3.6. Aspek Pengukuran ... 33


(11)

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 34

3.7. Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Pasar Merah ... 36

4.1.1. Keadaan Geografis ... 36

4.1.2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pasar Merah ... 36

4.1.3. Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah ... 37

4.2. Deskripsi Variabel Responden ... 40

4.2.1. Deskripsi Kategori Variabel Karakteristik Umur, Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan Keluarga ... 40

4.2.2. Deskripsi Variabel Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Ketersediaan Pelayanan Kesehatan, Jenis Pelayanan Kesehatan dan Jarak Pelayanan Kesehatan ... 42

4.2.3. Deskripsi Variabel Penyuluhan Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendapat Penyuluhan Tentang Pneumonia dan Pemberi Penyuluhan ... 43

4.2.4. Deskripsi Variabel Tindakan Responden Dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia ... 43

4.2.5. Deskripsi Variabel Tindakan Responden Dalam Pencarian Pengobatan Terhadap Penyakit Pneumonia ... 46

4.2.6. Hasil Uji Korelasi ... 47

4.2.6. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pencarian Pengobatan Dan Pemulihan Penyakit Pneumonia ... 51

5.1.1. Variabel Tingkat Pendidikan ... 51

5.2. Variabel Yang Tidak Berpengaruh Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pencarian Pengobatan Dan Pemulihan Penyakit Pneumonia ... 52

5.2.1. Variabel Pekerjaan ... 52

5.2.2. Variabel Penghasilan Keluarga ... 53

5.2.3. Variabel Ketersediaan Sarana Kesehatan ... 54

5.2.4. Variabel Jarak Sarana Kesehatan ... 55

5.2.5. Variabel Pernah Tidaknya Memperoleh Informasi/Penyuluhan Tentang Pneumonia Dari Petugas Kesehatan ... 56

5.3. Pola Pencarian Pengobatan Pneumoia Pada Balita ... 57

5.4. Keterbatasan Penelitian... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1.1. Jumlah Penderita Pneumonia Pada Balita di Puskesmas se-Kota Medan

Tahun 2008 ... 3

2.1. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologinya ... 10

3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 34

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 34

4.1. Distribusi Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Tahun 2008 ... 36

4.2. DistribusiPenduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 ... 38

4.3. DistribusiPenduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008 ... 39

4.4. DistribusiPenduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Menurut Suku Bangsa Tahun 2008 ... 40

4.5. Distribusi Kategori Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Suku dan Agama ... 40

4.6. Distribusi Kategori Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan ... 41

4.7. Distribusi KategoriPelayanan Kesehatan Berdasarkan Ketersediaan Pelayanan Kesehatan, Jenis Pelayanan Kesehatan dan Jarak Ke Pelayanan Kesehatan ... 42

4.8. Distribusi Kategori Penyuluhan Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendapat Penyuluhan Tentang Pneumonia dan Pemberi Penyuluhan ... 43

4.9. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia pada Balita ... 44

4.10. Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia pada Balita... 45


(13)

4.11. Hasil Analisis Bivariat Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pencarian Pengobatan dan

Pemulihan Penyakit Pneumonia Pada Balita ... 48 4.12. Hasil AnalisisRegresi Linear Berganda Predisposisi, Pendukung dan

Pendorong Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pencarian Pengobatan dan

Pemulihan Penyakit Pneumonia Pada Balita ... 50


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Gambar Pola Pencarian Penyakit Pneumonia

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Dekan FKM USU Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Puskesmas Pasar

Merah


(16)

ABSTRAK

Di Indonesia, penyakit pneumonia masih merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat. Di Kota Medan, pneumonia merupakan penyakit ketiga dari 10 pola penyakit terbanyak di puskesmas di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus 7.885. Puskesmas Pasar Merah merupakan salah satu puskesmas di Kota Medan yang memiliki angka kasus baru tertinggi terhadap pneumonia di wilayah kerjanya yaitu 16,87%. Pada tahun 2008 penderita pneumonia di Puskesmas Pasar Merah berjumlah 377 balita (13,14%).

Jenis penelitian ini adalah explanatory research, untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga), faktor pendukung (ketersediaan sarana kesehatan, jarak ke sarana kesehatan) dan faktor pendorong (pernah tidaknya memperoleh penyuluhan/informasi tentang pneumonia dari petugas kesehatan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah selama tahun 2008 yang berjumlah 377 orang, dan sampel penelitian berjumlah 79 responden dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita, sedangkan faktor pekerjaan, penghasilan keluarga, ketersediaan sarana kesehatan, jarak ke sarana kesehatan dan pernah tidaknya memperoleh penyuluhan/informasi tentang pneumonia dari petugas kesehatan tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan peran serta aktif petugas kesehatan di Puskesmas Pasar Merah dalam meningkatkan penyuluhan atau memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama pada ibu yang berpendidikan rendah.


(17)

ABSTRACT

The pneumonia disease in Indonesia is still one of the main health problems among the people. In Medan, pneumonia is the third of ten most recently diseases in the entire health centers in North Sumatra Province; with the total cases of 7.885 (seven thousand-eight hundred-eighty-five cases). The Pasar Merah health center is one of the health centers in Medan which has the highest incidents rate on pneumonia in its jurisdiction area with the level of 16.87% (sixteen-point-eighty seven percents). In the year of 2008, the number of pneumonia patients in the Pasar Merah health center were 377 babies (13.14%).

The design of this research was the explanatory research and was aimed to explain the influence of predisposing factors (education, employment, family income), enabling factors (the health services provided, the health center access) and reinforcing factors (the record of pneumonia socialization from the health representatives) to the mothers’ medical actions in seeking disease curing and rehabilitative the pneumonia disease to the under-five-year-old babies in the jurisdiction area of the Pasar Merah health center. The population of the research were the entire mothers who had under-five-year old babies that suffered from the pneumonia in the area during the year of 2008; with the total population were 377 mothers and the sampling of the research were 79 respondents with simple random sampling technique. The research instrument was using the questionnaire, and was analyzed by multiple linear regression test.

The result of research showed that the variabel of education had significant influence on the mothers’ medical actions in seeking disease curing and rehabilitative the pneumonia disease to the under-five-year-old babies; while employment, family income, the medical services provided, the health center access, and the absence of the record of pneumonia socialization from the medical representatives factors had no significant influence on the mothers’ medical actions.

Based on the result of the study, it is hoped that the health representatives work in Pasar Merah health center more actively in giving socialization activities to enrich the local people’s knowledge and horizon on health matters, especially to the low-educated mothers.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, penanggulangan gizi buruk dan penanganan krisis kesehatan akibat bencana (Depkes, 2009).

Periode bawah lima tahun (balita) merupakan masa yang rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat menentukan banyak aspek di kemudian hari setelah dewasa bahkan, dapat berakibat pada kematian. Sejak dilahirkan hingga usia lima tahun merupakan periode emas tumbuh kembang anak, namun proses perkembangan anak ini bisa terhambat oleh serangan penyakit pneumonia, bahkan penyakit ini merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita. Menurut Direktur Regional World Health Organization (WHO) Western Pacific, selain penyebab utama kematian pada anak, pneumonia juga penyebab utama rawat inap pada balita di mayoritas negara berkembang, padahal sebagian besar pembiayaan rumah sakit itu tidak dijamin asuransi, tetapi harus dibayar secara tunai sehingga meningkatkan angka kemiskinan di banyak negara di Asia (Kartasasmita, 2007).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup


(19)

tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Sekitar 40% -60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA, dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% -30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Rasmaliah, 2004).

Laporan Subdit ISPA Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Ditjen P2M-PLP) Depkes RI tahun 2007 menyebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan pneumonia atau 21,52% dari jumlah seluruh balita di Indonesia. Proporsinya 35,02% pada usia di bawah satu tahun dan 64,97% pada usia satu hingga empat tahun (Djelantik, 2008).

Pneumonia merupakan penyakit yang tergolong ke dalam ISPA dan sekitar 80-90% dari seluruh kematian ISPA adalah pneumonia. Data penderita pneumonia pada balita berturut-turut pada tahun 2000, 2001, 2002, 2003 dan 2004 adalah sebesar 30,1%, 22,6%, 22,1%, 29,5%, dan 27,1%, meskipun terjadi penurunan bukan berarti pneumonia tidak menjadi suatu masalah yang diabaikan begitu saja, karena angka kesakitan pneumonia pada bayi dan balita bisa menjadi angka kematian yang akan berdampak pada derajat kesehatan masyarakat (Depkes, 2005).

Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus mendapat tata laksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Jumlah kasus ISPA dimasyarakat diperkirakan 10% dari populasi. Target cakupan program ISPA nasional pada pneumonia balita sebesar 76% dari perkiraan jumlah kasus, namun pada tahun 2008 cakupan penemuan kasus baru mencapai 18,81% (Depkes, 2009).


(20)

Di Sumatera Utara, pneumonia merupakan penyakit ketujuh dari 10 pola penyakit terbanyak di puskesmas Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus 4.463. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2007, ditemukan 41.291 balita menderita pneumonia dengan cakupan penemuan 32,4% sedangkan dalam SPM tahun 2008 cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% pada tahun 2010 (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

Di Kota Medan, pneumonia merupakan penyakit ketiga dari 10 pola penyakit terbanyak di puskesmas se-Kota Medan dengan 7.885 kasus. Berdasarkan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2008, kasus pneumonia pada balita di Kota Medan selama tahun 2008 sebesar 7.885 balita. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel I.1. Jumlah Penderita Pneumonia Pada Balita di Puskesmas se-Kota Medan Tahun 2008

No Puskesmas Jlh

Penderita Jlh Balita

Insidents Rate (%)

1 Puskesmas Tuntungan 19 2625 0,72

2 Puskesmas Simalingkar 214 5936 3,60

3 Puskesmas Medan Johor 318 9703 3,28

4 Puskesmas Kedai Durian 86 4634 1,86

5 Puskesmas Amplas 122 13811 0,88

6 Puskesmas Desa Binjai 76 5105 1,49

7 Puskesmas Tegal Sari 25 5288 0,47

8 Puskesmas Medan Denai 277 3585 7,73

9 Puskesmas Bromo 127 2713 4,68

10 Puskesmas Kota Matsum 285 4065 7,01

11 Puskesmas Suka Ramai 201 5112 3,93

12 Puskesmas Medan Area Selatan 94 3934 2,39

13 Puskesmas Teladan 479 3861 12,41

14 Puskesmas Pasar Merah 591 3503 16,87

15 Puskesmas Simpang Limun 298 4347 6,86

16 Puskesmas Kampung Baru 364 6926 5,26

17 Puskesmas Polonia 155 4688 3,31

18 Puskesmas Padang Bulan 0 6166 0

19 Puskesmas PB. Selayang 101 9169 1,10

20 Puskesmas Desa Lalang 23 4079 0,56

21 Puskesmas Sunggal 98 7307 1,34


(21)

Sambungan Tabel 1.1

23 Puskesmas Petisah 43 3008 1,43

24 Puskesmas Darussalam 143 3158 4,53

25 Puskesmas Rantang 163 2165 7,53

26 Puskesmas Glugur Kota 133 2139 6,22

27 Puskesmas Pulo Brayan 337 2126 15,85

28 Puskesmas Sei Agul 273 4155 6,57

29 Puskesmas Glugur Darat 68 14112 0,48

30 Puskesmas Sentosa Baru 708 10999 6,44

31 Puskesmas Mandala 61 8098 0,75

32 Puskesmas Sering 1 6447 0,02

33 Puskesmas Medan Deli 618 14955 4,13

34 Puskesmas Titi Papan 155 2925 5,30

35 Puskesmas Medan Labuhan 63 3484 1,81

36 Puskesmas Pekan Labuhan 234 3627 6,45

37 Puskesmas Martubung 222 6889 3,22

38 Puskesmas Terjun 382 12902 2,96

39 Puskesmas Belawan 0 12402 0

TOTAL 7.885 245.220

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa Puskesmas Pasar Merah merupakan puskesmas dengan insidens rate tertinggi di Kota Medan yaitu sebesar 16,87 %. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan bulanan Puskesmas Pasar Merah bagian Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular pada saat melakukan survei awal, jumlah penderita pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah pada tahun 2008 sebesar 377 penderita atau 13,14% dari 2.869 balita.

Tindakan ibu mempunyai peranan dalam pencegahan dan penanganan penyakit pneumonia pada bayi dan balita. Dalam hal ini banyak faktor yang memengaruhi tindakan tersebut baik faktor dari dalam diri sendiri seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, sosial ekonomi, maupun faktor dari luar yaitu sarana kesehatan serta sikap dan perilaku petugas. Tindakan ibu sangat berpengaruh terhadap kesembuhan penyakit pneumonia pada balitanya (Sibarani, 1996).


(22)

Menurut Weber yang dikutip oleh Sarwono (1997), individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat.

Menurut pendapat Sarwono (1997), di negara-negara maju banyak orang yang sangat tinggi kesadarannya akan kesehatan dan takut terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka dia akan langsung pergi ke dokter, padahal tidak terdapat gangguan fisik yang nyata. Di sisi lain masyarakat tradisional memandang seseorang sakit jika orang itu kehilangan nafsu makan atau gairah kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari secara optimal atau kehilangan kekuatan sehingga harus tinggal di tempat tidur.

Menurut penelitian Afifah (2001), balita yang menderita ISPA 47,1% pernah diobati sendiri dan sisanya berobat jalan. Dari yang pernah berobat jalan, 66,3% berobat jalan ke pelayanan kesehatan dan 33,7% berobat ke dukun. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi lebih banyak yang membawa anaknya berobat ke praktik dokter dan ke rumah sakit, sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan lebih rendah lebih banyak yang membawa anaknya ke Puskesmas.

Menurut Notoadmodjo (2003) ada beberapa respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :

1. Tidak bertindak /kegiatan apa-apa (no action). 2. Tindakan mengobati sendiri.


(23)

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy).

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop).

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modren yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modren yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).

Menurut Green yang dikutip oleh Sarwono (1997), perilaku dipengaruhi oleh tiga kelompok faktor yaitu : predisposing factor atau faktor predisposisi (meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat); enabling factor atau faktor pendukung (tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya); dan reinforcing factor atau faktor pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan).

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor yang memengaruhi tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas pasar merah tahun 2009.


(24)

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor (faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong) memengaruhi tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas pasar merah tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas pasar merah tahun 2009.

2. Untuk menjelaskan pengaruh faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke pelayanan kesehatan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas pasar merah tahun 2009.

3. Untuk menjelaskan pengaruh faktor pendorong (Pernah tidaknya memperoleh informasi/penyuluhan tentang penyakit pneumonia dari petugas kesehatan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas pasar merah tahun 2009.


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan umumnya dan Puskesmas Pasar Merah khususnya dalam upaya Penanganan Penyakit Pneumonia.

2. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi pihak yang membutuhkan dalam penelitian selanjutnya.

3. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang penyakit Pneumonia sekaligus untuk menerapkan ilmu yang diperoleh penulis selama perkuliahan di FKM USU.

4. Sebagai informasi kesehatan bagi yang membaca skripsi peelitian ini.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pneumonia

2.1.1. Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih permenit, dan bayi umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih permenit (Depkes, 1991).

Pneumonia adalah keradangan paru dimana sinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium (Alsagaff, 2005). Pneumonia merupakan infeksi bakteri akut ditandai dengan serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia (Chin, 2000).

2.1.2. Penyebab Pneumonia

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh bahan-bahan lain, sehingga dikenal :


(27)

2. Pneumonia Kimiawi (chemical Pneumonitis) : Inhalasi bahan-bahan organik atau uap kimia seperti Berillium.

3. Extrinsic allergic alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung alergen, seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas tebu di pabrik gula.

4. Pneumonia karena obat : Nitrofurantoin, Busulfan, Metotreksat. 5. Pneumonia karena radiasi

6. Pneumonia dengan penyebab tidak jelas : Desquamative interstitial pneumonia, Eosinofilic pneumonia (Alsagaff, 2005).

2.1.3. Klasifikasi Pneumonia

2.1.3.1. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Penyakit pneumonia dibagi dalam tiga kelompok yaitu, sebagai berikut : 1. Pneumonia sangat berat : Pneumonia sangat berat ditandai dengan kesulitan

bernafas dengan stridor (ngorok), kejang, adanya nafas cepat dan penarikan dinding dada ke dalam, anak mengalami mengi (mengeluarkan bunyi saat menarik nafas), dan sulit menelan makanan/minuman. Pneumonia sangat berat harus segera dirujuk baik di puskesmas ataupun rumah sakit.

2. Pneumonia berat : Pneumonia berat ditandai dengan kesulitan bernafas tanpa stridor, nafas cepat, adanya penarikan dinding dada ke dalam, anak mengalami mengi, dan dapat menelan makanan/minuman.

3. Pneumonia : Pneumonia ditandai dengan nafas cepat tanpa penarikan dinding dada ke dalam, anak mengalami mengi (Putri, 2006).


(28)

2.1.3.2. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologinya

Tabel 2.1. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Etiologinya

Grup Penyebab Tipe Pneumonnia

Bakteri Streptokokus pneumonia Streptokokus piogenesis Stafilokokus aureus Klebsiela pneumonia Eserikia koli

Yersinia pestis

Legionnaires bacillus

Pneumoni bakterial

Legionnaires disease Aktinomisetes Aktinomisetes Israeli

Nokardia asteroides

Aktinomisetes pulmonal Nokardia pulmonal Fungi Kokidioides imitis

Histoplasma kapsulatum Blastomises dermatitidis Aspergilus

Fikomisetes

Kokidioidomikosis Histoplasmosis Blastomikosis Aspergilosis Mukormikosis

Riketsia Koksiela burneti Q fever

Klamidia Chlamydia trachomatis Chlamydial Pneumonia Mikoplasma Mikoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmal Virus Influenza virus, adeno

Virus respiratory Syncytial

Pneumonia virus

Protozoa Pneumositis karini Pneumonia pneumosistis (pneumonia plasma sel) Sumber : Alsagaff, 2005.

Pneumonia timbul sesering bronkitis akut pada anak-anak, dan hampir selalu mengikuti suatu infeksi saluran nafas bagian atas yang menyebar ke bawah dan dapat menyebabkan timbulnya pus pada bronki, kadang-kadang terlalu kental untuk dapat dikeluarkan dengan batuk yang biasa, dan membentuk gumpalan yang menyumbat satu atau lebih bronki besar. Bila ini terjadi, bagian paru yang dialiri oleh bronkus yang tersumbat itu akan kuncup, udara tidak akan dapat lagi memasukinya, kemudian akan terinfeksi dengan bakteri seperti Pneumokok, Hemofilis influensa, dan


(29)

kadang-kadang Streptokok. Dengan jalan ini, pneumonia dapat terjadi pada anak yang sebelumnya sehat atau pada perjalanan penyakit batuk rejan(Jelliffe, 1994).

Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia

Secara umum penyakit pneumonia ditandai dengan adanya serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, eosinophilia, cyanosis (kulit kebiru-biruan), adanya peningkatan IgM dan IgG, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Pada bayi dan anak kecil, demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Gejala lainnya adalah sakit kepala, malaise, batuk biasanya paroxysmal, sakit tenggorokan, kadang-kadang sakit didada kemungkinan pleuritis dan pada awalnya sputum sedikit lama-lama bertambah banyak (Chin, 2000).

Sebagian dari penderita didahului dengan keradangan saluran pernafasan bagian atas, kemudian timbul keradangan saluran pernafasan bagian bawah. Serangan biasanya mendadak dengan perasaan menggigil disusul dengan panas badan (100-106°F), yang tertinggi pada pagi dan sore, batuk-batuk terdapat pada 75% dari penderita, batuk dengan berwarna merah dan kadang-kadang berwarna hijau dan purulen, nyeri dada waktu tarik napas dalam (pleuritic pain), mialgia terutama pada daerah lengan dan tungkai (Alsagaff, 2005).


(30)

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyakit Pneumonia Faktor Agent (Bibit Penyakit)

Menurut Yusuf yang dikutip oleh Putri (2006), Hasil penelitian fungsi paru di negara berkembang menunjukkan bahwa kasus pneumonia berat pada anak disebabkan oleh bakteri yang biasanya adalah Streptococcus pneumonia atau Haemophillus influenza. Penyebab lain adalah Staphylococcus aureus, Bordetella pertusis, Mycoplasma pneumonia.

Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Dirjen P2M dan PLP) tahun 1992, sebelumnya jenis bakteri yang sering dilaporkan sebagai penyebab ISPA bawah terbatas pada Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae. Tetapi sejak 15 tahun belakangan ini telah terjadi perubahan besar bakteri penyebabnya, diantaranya adalah Moraxella, Legionella pneumophilia, dan Chlamydia pneumonia (Sibarani, 1996)

Faktor Host (Pejamu)

1. Umur

Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Dirjen PPM dan PLP) tahun 2005, didapatkan 600.720 kasus pneumonia pada balita, dengan jumlah kematian 204 balita yang terdiri dari 155 balita berumur dibawah 1 tahun dan 49 balita berumur 1-4 tahun (Putri, 2006).


(31)

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 melaporkan prevalensi Balita dengan batuk dan nafas cepat pada anak laki-laki lebih tinggi dari pada anak perempuan yaitu sebesar 9,4% dan 8,5%.

3. Status Gizi

Menurut penelitian Sihadi (2000), pasien gizi yang menderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) pada awal kunjungan senilai 24,0%, dan pada kunjungan ke 12 menjadi 28,6%. Dan untuk penyakit infeksi saluran pernafasan bawah (ISPB) terjadi penurunan. Jika diawal kunjungan jumlah anak balita gizi buruk yang menderita ISPB sebesar 75,8%, maka pada kunjungan ke 12 menjadi 33,8%.

4. Status ASI

Bayi usia 0-11 bulan yang tidak diberi ASI mempunyai risiko 5 kali lebih besar meninggal karena ISPA dibandingkan dengan bayi yang memperoleh ASI ekslusif. Bayi yang tidak diberi ASI menyebabkan terjadinya defisiensi zat besi. Ini yang menjadikan risiko kematian karena ISPA sangat besar dibandingkan bayi yang secara eksklusif memperoleh ASI dari si ibu (Kartasasmita, 2004).

5. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Alisjahbana yang dikutip oleh Putri (2006), BBLR yang berhasil melewati masa kritis dalam periode neonatal menunjukkan resiko untuk kejadian cacat termasuk gangguan perkembangan neurologist, cacat bawaan, gangguan pernafasan, atau komplikasi yang didapat karena perawatan intensif. Bayi dengan BBLR menunjukkan kecendrungan untuk lebih rentan menderita penyakit infeksi


(32)

dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal, hal tersebut merupakan penyebab tingginya angka kematian bayi (Elizawarda, 2004).

Faktor Environment (Lingkungan)

1. Status Ekonomi

Menurut penelitian yang dilakukan Kamagi tahun 2009, balita yang memiliki keluarga dengan kategori keluarga sejahtera III memiliki risiko 0,051 dan 0,136 kali lebih kecil untuk terkena pneumonia daripada balita yang memiliki keluarga dengan kategori keluarga sejahtera I dan II.

2. Kepadatan Hunian Rumah

Menurut penelitian yang dilakukan Kamagi tahun 2009, kepadatan hunian dalam rumah memiliki pengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita dengan besar risiko 5,95 kali lebih besar.

3. Musim

Menurut Cissy B. Kartasasmita yang dikutip oleh Sibarani (1996) diketahui bahwa insiden ISPA lebih tinggi secara bermakna dalam musim hujan (masing-masing musim hujan 56% dan musim kemarau 45%). Pengaruh musim juga dikemukakan oleh Denoy, yang menyatakan bahwa di daerah tropis lebih banyak ISPA waktu musim hujan.

Cara Penularan Penyakit Pneumonia

Pada umumnya penyakit pneumonia ditularkan melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang


(33)

terkontaminasi oleh discharge saluran pernafasan (Chin, 2000). Menurut Himawan yang dikutip oleh Putri (2006), cara penyebaran infeksi penyakit pneumonia ada dua , yaitu :

a. Melalui Aerosol (mikroorganisme yang melayang di udara) yang keluar pada saat batuk dan bersin.

b. Melalui kontak langsung dari benda yang telah tercemar mikroorganisme penyebab (hand to hand transmission).

Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan modus terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerosol.

Pencegahan dan Penanganan Penyakit Pneumonia Pencegahan Penyakit Pneumonia

Pencegahan Pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit Pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :

1. Jauhkan anak dari penderita batuk 2. Mintakan imunisasi lengkap

3. Berilah makanan bergizi setiap hari

4. Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan(Depkes 1991).

Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran nafas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma, tetapi


(34)

sebagian besar mereka jadi pneumonia karena malnutrisi. Perbaikan mutu gizi akan diikuti dengan penurunan angka infeksi saluran nafas yang berat (Jelliffe, 1994).

2.1.7.2. Penanganan Penyakit Pneumonia

Jika anak batuk pilek rawatlah anak di rumah dengan cara berikut yaitu:

1. Jika anak panas, beri minum obat Parasetamol atau kompres dengan air dingin. Pemberian Parasetamol dengan aturan setengah tablet untuk usia 3 sampai 5 tahun dan seperempat tablet untuk usia 6 bulan sampai 3 tahun dengan cara dihaluskan sebelum diminum

2. Jika anak batuk, berikan obat batuk yang dianjurkan petugas kesehatan.

3. Jika hidungnya tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidungnya dengan sapu tangan yang bersih

4. Selama anak dirawat di rumah :

a. Tetap berikan ASI dan makanan. Bila muntah, usahakan anak mau makan lagi, berikan makanan sedikit-sedikit tapi sering

b. Beri minum lebih banyak dari biasanya

c. Jangan pakaikan selimut atau pakaian tebal selama badan anak masih panas d. Awasi adanya tanda-tanda penyakit bertambah parah yaitu anak tidak mau

minum, napasnya sesak dan cepat (Depkes, 1991).

Obat pilihan masih penisilin 300.000-600.000 U Pen.Proc, 1-2 kali/hari selama 7-10 hari atau 300.000 U aqueous penisilin 2-4 kali/hari. Tidak ada bukti yang cukup bahwa dosis tinggi penisilin dapat mempercepat kesembuhan. Oksigen via


(35)

kateter nasal atau masker pada penderita dengan pneumonia yang luas disertai sianosis (Alsagaff, 2005).

Terapi mencakup tindakan penunjang, pemberian oksigen tambahan, antibiotika, dan ventilasi mekanik bila terjadi kegagalan respirasi. Terapi antimikrobial berspektrum luas empirik hendaknya juga mencakup pneumonia aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Amphotericin sering ditambahkan bila pasien tidak memberi respon terhadap terapi antimikrobial initial, terutama bila terdapat tanda-tanda kolonisasi dan infeksi jamur superficial. Namun demikian sebaliknya dilakukan diagnosis jaringan untuk infeksi jamur invasif (Woodley, 1992).

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA

Program P2 ISPA merupakan program yang menangani masalah ISPA yang ditujukan pada kelompok Balita.

a. Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit b. Melaporkan kasus penyakit menular

c. Menyembuhkan penderita sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi d. Pemberian imunisasi

e. Pemberantasan vektor

f. Memberikan penyuluhan kesehatan.

Masalah yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi adalah pneumonia beserta komplikasinya. Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2 ISPA. Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal


(36)

masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan pneumonia (Sibarani, 1996).

Perilaku Kesehatan

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang pada dasarnya menyangkut dua aspek fisik, seperti misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat. Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia menganggap dirinya sehat, dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit (Sarwono, 1997).

Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)


(37)

Yaitu menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri.

2.3. Tindakan Penanganan Penyakit

Pandangan setiap orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah selalu obyektif. Bahkan lebih banyak unsur subyektif dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa mengidap penyakit, atau jika siindividu merasa bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh mahkluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada orang pintar yang dianggap mampu mengusir mahkluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang (Sarwono, 1997).

Di negara-negara seperti Indonesia masih ada satu tahap lagi yang dilewati banyak penderita sebelum mereka datang ke petugas kesehatan, yakni pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya. Oleh sebab itu petugas kesehatan perlu menyelidiki persepsi masyarakat setempat tentang sehat dan sakit.


(38)

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Sarwono, 1997).

Menurut Mantra yang dikutip oleh Sarwono (1997), masyarakat memiliki hak dan potensi untuk memilih hal-hal/tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya sendiri, dan disertai dengan instink untuk mempertahankan hidupnya, maka hak dan potensi ini mendorong individu/masyarakat untuk melakukan sesuatu guna menangani masalah kesehatan mereka.

Menurut Mechanic yang dikutip oleh Sarwono (1997), proses yang terjadi dalam diri individu sebelum dia menentukan untuk mencari upaya pengobatan. Banyak faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakitnya, antara lain : 1. Dikenalinya atau dirasakannya gejala-gejala/tanda-tanda yang menyimpang dari

keadaan biasa.

2. Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya. 3. Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dan

dalam kegiatan sosial lainnya.

4. Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.

5. Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu (kemungkinan individu untuk diserang penyakit itu).

6. Informasi, pengetahuan dan asumsi budaya tentang penyakit itu. 7. Perbedaan interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya.


(39)

8. Adanya kebutuhan untuk bertindak/berperilaku mengatasi gejala sakit itu.

9. Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana tesebut, tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dsb).

Menurut Notoadmodjo (2003) ada beberapa respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :

7. Tidak bertindak /kegiatan apa-apa (no action). 8. Tindakan mengobati sendiri.

9. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy).

10.Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop).

11.Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modren yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta.

12.Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modren yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).

Menurut Suchman yang dikutip oleh Sarwono (1997), ada beberapa pola proses pencarian pengobatan dari segi individu maupun petugas kesehatan. Menurut pendapatnya, terdapat lima macam reaksi dalam proses mencari pengobatan, yaitu : 1. Shopping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan

seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan harapan si sakit.


(40)

2. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. Contoh : berobat ke dokter sekaligus ke sinse dan ke dukun. 3. Procrastination ialah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala

penyakitnya sudah dirasakan.

4. Self medication ialah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan yang dinilainya tepat baginya.

5. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan.

Menurut Suchman yang dikutip oleh Sarwono (1997), dalam menentukan reaksi/tindakannya sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, individu berproses melalui tahap-tahap berikut ini :

a. Tahap pengenalan gejala. Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya dalam keadaan sakit yang ditandai dengan rasa tidak enak dan keadaan itu dianggap dapat membahayakan dirinya.

b. Tahap asumsi peranan sakit. Individu mulai mencari pengakuan dari kelompok acuannya (keluarga, tetangga, teman sekerja) tentang penyakitnya.

c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan. Disini individu mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalamannya atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain.

d. Tahap ketergantungan penderita. Individu memutuskan bahwa dirinya, sebagai orang yang sakit dan ingin disembuhkan, harus menggantungkan diri dan pasrah kepada prosedur pengobatan.


(41)

e. Tahap penyembuhan atau rehabilitasi. Dalam hal ini penderita melepaskan diri dari peranannya sebagai orang sakit dan berusaha memulihkan fungsi sosialnya meskipun tidak optimal.

Menurut Green yang dikutip oleh Sarwono (1997) mengatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku. Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu faktor-faktor predisposisi, pendukung dan pendorong.

1. Faktor predisposisi (predisposing factor) mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

2. Faktor pendukung (enabling factor) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Menurut Blum, perilaku lebih besar perannya dalam menentukan pemanfaatan sarana kesehatan dibanding dengan penyediaan sarana kesehatan itu sendiri. Pengalaman menunjukkan bahwa penyediaan dan penambahan sarana kesehatan tidaklah selalu diikuti oleh peningkatan pemanfaatan sarana-sarana tesebut.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Tokoh kunci dalam proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit ialah petugas kesehatan, atau lebih khusus lagi adalah dokter. Bagi masyarakat awam seorang dokter dianggap mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit sehingga dia berwewenang melakukan tindakan terhadap diri si sakit demi pencapaian kesembuhannya.


(42)

Hambatan yang paling besar dirasakan adalah faktor pendukungnya (enabling factor). Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap, meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktek tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat masih rendah, setelah dilakukan pengkajian oleh WHO, terutama di negara-negara berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung masyarakat untuk berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2003).

2.3.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor pemudah mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoadmodjo, 2003).

2. Sikap

Menurut Sarwono (1997), sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek, atau situasi


(43)

tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya), disamping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek) serta aspek konatif (kecendrungan bertindak). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut.

Menurut Newcomb yang dikutip oleh Sibarani (1996), sikap merupakan kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, dan merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi, merupakan predisposisi tindakan. Sikap masih merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

3. Pendidikan

Menurut Notoadmodjo yang dikutip oleh Nainggolan (2008) menyatakan bahwa orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut penelitian yang dilakukan Sibarani (1996), seseorang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung bertindak lebih baik.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Sibarani, 1996). Menurut Anderson yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satu diantaranya adalah pekerjaan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.


(44)

5. Penghasilan

Penghasilan sangat memengaruhi status ekonomi keluarga. Status ekonomi yang lebih tinggi cenderung memberi kemudahan bagi seseorang dalam melakukan tindakan yang lebih baik dalam kesehatan, seperti kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan (Sibarani, 1996). Menurut Kartasasmita yang dikutip oleh Nainggolan (2008), status sosial ekonomi dianggap sebagai salah satu faktor risiko penting untuk pneumonia, karena penderita pneumonia pada anak banyak ditemukan pada kelompok keluarga dengan sosial ekonomi rendah.

2.3.2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

Faktor pendukung mencakup tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkannya. Namun kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan (pelayanan kesehatan) setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran yang tinggi sangat dibutuhkan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Nainggolan (2008) yang mengutip pendapat Dever menyatakan bahwa keterjangkauan/jarak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.


(45)

2.3.3. Faktor Pendorong (Reinforcing Faktor)

Faktor pendorong (reinforcing factor) meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan. Dalam hal ini dapat diukur dengan frekuensi pemberian informasi/penyuluhan tentang pneumonia kepada masyarakat.

1. Informasi/Penyuluhan tentang pneumonia dari petugas kesehatan

Tujuan akhir dari program kesehatan adalah menumbuhkan perilaku sehat dalam masyarakat. Dan salah satu fungsi petugas kesehatan adalah memberikan informasi/penyuluhan kesehatan. Dalam bidang kesehatan tugas ini merupakan tugas utama dari pendidik/penyuluh kesehatan. Penyuluhan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Sarwono, 1997).

Menurut Notoadmodjo dan Sarwono yang dikutip oleh Sarwono (1997) mengatakan, upaya mengubah perilaku dapat digolongkan menjadi tiga cara yaitu : 1. Menggunakan kekuasaan/kekuatan

2. Memberikan informasi 3. Diskusi dan partisipasi

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :


(46)

Variabel Independen

Variabel dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep tersebut dapat didefinisikan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat yang meliputi : pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

2. Faktor pendukung adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat pelayanan kesehatan, yaitu ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke pelayanan kesehatan.

Faktor Predisposisi

-Pendidikan -Pekerjaan -Penghasilan

Faktor Pendukung

- Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan - Jarak ke pelayanan

kesehatan

Faktor Pendorong

-Pernah tidaknya memperoleh

informasi/penyuluhan tentang penyakit

pneumonia dari petugas kesehatan

Tindakan Ibu dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit


(47)

3. Faktor pendorong adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan petugas kesehatan, dalam hal ini mencakup pernah tidaknya memperoleh informasi/penyuluhan tentang penyakit pneumonia dari petugas kesehatan

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh variabel faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.

2. Ada pengaruh variabel faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.

3. Ada pengaruh variabel faktor pendorong (pernah tidaknya memperoleh informasi/penyuluhan tentang penyakit pneumonia dari petugas kesehatan) terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey dengan tipe explanatory research yaitu untuk menjelaskan pengaruh antara variabel penelitian melalui pengujian hipotesa dengan menganalisa data yang ada (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2009 di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Kecamatan Medan Kota dengan 4 kelurahan yaitu kelurahan Teladan Timur, kelurahan Pasar Merah Barat, kelurahan Kota Matsum III dan kelurahan Sei Rengas I. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa Puskesmas Pasar Merah adalah puskesmas dengan angka insidens rate pneumonia tertinggi di Kota Medan.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah selama tahun 2008 yang berjumlah 377 orang.

3.3.2. Sampel

Notoadmodjo (2002) mengatakan bahwa untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat digunakan formula yang lebih sederhana sebagai berikut :


(49)

N n =

1 + N (d²) Dimana : N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10%=0,1)

377

n =

1 + 377 (0,1²)

377

n = = 79,04

1 + 377 (0,01)

Dari hasil perhitungan di atas didapat besar sampel sebanyak 79,04 atau dibulatkan menjadi 79 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan metode simple random sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui dua cara, yaitu :

1. Data primer : yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

2. Data sekunder : yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait, antara lain Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Pasar Merah.

3.5. Definisi Operasional

Dari beberapa variabel penelitian ini maka dapat didefinisikan sebagai berikut :


(50)

1. Tingkat pendidikan adalah lembaga pendidikan formal yang pernah ditempuh responden berdasarkan ijazah terakhir, yaitu tidak sekolah/tidak tamat SD, SD, SLTP, SMU, Akademi, Sarjana.

2. Pekerjaan adalah sumber mata pencarian responden untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, yaitu : tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan bekerja.

3. Penghasilan keluarga adalah jumlah uang yang diterima keluarga responden setiap bulan, dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.561/4213/K/tahun 2008 tentang penetapan UMP Sumatera Utara yakni : a. Penghasilan di bawah UMP (<Rp.905.000,-)

b. Penghasilan di atas atau sama dengan UMP (≥Rp. 905.000,-)

4. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah tempat pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal resonden yang dapat dijangkau oleh responden bila terdapat gejala pneumonia pada balita meliputi : tidak tersedia dan tersedia (puskesmas, rumah sakit, balai pengobatan, poliklinik, praktik dokter atau bidan swasta dan sebagainya).

5. Jarak ke pelayanan kesehatan adalah persepsi responden terhadap kemampuan untuk memperoleh layanan kesehatan secara geografi.

6. Pernah tidaknya memperoleh informasi/penyuluhan tentang penyakit pneumonia dari petugas kesehatan adalah responden pernah atau tidak pernah diberikan informasi/penyuluhan oleh petugas kesehatan (dokter, bidan dan perawat,) mengenai penyakit pneumonia.


(51)

7. Tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita adalah segala upaya yang dilakukan responden dalam pencarian pengobatan dan pemulihan pada saat balita menderita penyakit pneumonia, Tindakan terdiri dari 5 pertanyaan yang diukur dengan metode skoring yang telah diberi bobot 1-3 dan dikelompokkan ke dalam 3 kriteria yaitu :

a. Tindakan baik, apabila ibu membawa balita ke pelayanan kesehatan dalam waktu 1x24 jam dan melakukan perawatan dengan baik di rumah atau berada pada skor 11-15.

b. Tindakan sedang, apabila ibu hanya memberi obat kepada balita dalam waktu 1x24 jam dan melakukan perawatan yang kurang baik di rumah atau berada pada skor 8-10.

c. Tindakan buruk, apabila ibu tidak melakukan apa-apa pada balita dalam waktu 1x24 jam dan melakukan perawatan yang tidak baik di rumah atau berada pada skor 5-7.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Variabel bebas terdiri dari faktor predisposisi (meliputi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), faktor pendukung (ketersediaan sarana kesehatan dan keterjangkaun meliputi ketersedian sarana kesehatan dan jarak ke sarana kesehatan) dan faktor pendorong (pernah tidaknya memperoleh informasi/penyuluhan tentang


(52)

penyakit pneumonia dari petugas kesehatan). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut :

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No

Variabel Jumlah

Indikator Kriteria Bobot Skor

Skala Ukur

1 Pendidikan 1 1.Tidak sekolah

2.SD 3.SLTP 4.SMU 5.Akademi 6.Sarjana Ordinal

2 Pekerjaan 1 1.Tidak Bekerja

2.Bekerja

Ordinal 3 Penghasilan 1 1.<Rp.905.000,-

2.≥Rp. 905.000,-

Ordinal 4 Ketersediaan

sarana kesehatan

1 1.Tidak Tersedia 2.Tersedia

Ordinal 5 Jarak ke sarana

kesehatan

1 1.> 1 KM 2.≤ 1 KM

Ordinal 6 Pernah tidaknya

memperoleh informasi/penyulu han tentang pneumonia

1 1.Tidak Pernah 2.Pernah

Ordinal

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel terikat berupa tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia pada balita dengan menggunakan skala interval. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut :

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

No

Variabel Jumlah

Indikator Kriteria Bobot Skor

Skala Ukur

1 Tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit pneumonia

5 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 3 2 1 11-15 8-10 5-7 Interval


(53)

3.7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda dengan α=0,05 yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut adalah model persamaan regresi linier berganda yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Dimana :

Y = Variabel dependen X = Variabel independen

a = Intercep, perkiraan besarnya rata-rata variabel Y ketika nilai variabel X=0 b = Slope, perkiraan besarnya perubahan nilai variabel Y bila nilai X berubah

satu unit pengukuran

e = Nilai kesalahan (error) yaitu selisih antara nilai Y individual yang teramati dengan nilai Y yang sesungguhnya pada titik X tertentu.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pasar Merah 4.1.1 Keadaan Geografis

Luas Puskesmas Pasar Merah 161,5 Ha dengan wilayah kerja terdiri dari 4 kelurahan. Kelurahan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah yaitu Teladan Timur, Pasar Merah Barat, Kota Matsum III dan Sei Rengas I. Puskesmas Pasar Merah berbatasan dengan:

Sebelah Barat : Kelurahan Teladan Timur Sebelah Timur : Kelurahan Desa Binjai Sebelah Utara : Kelurahan Pasar Merah Barat

Sebelah Selatan : Kelurahan Teladan Timur dan Desa Binjai

4.1.2 Jumlah Tenga Kesehatan di Puskesmas Pasar Merah Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa tenaga kerja yang paling banyak adalah perawat sebanyak 5 orang, bidan sebanyak 4 orang, Dokter umum sebanyak 3 orang, asisten apoteker sebanyak 2 orang dan selebihnya 1 orang. Jumlah keseluruhan tenaga kerja di Puskesmas Pasar Merah adalah 20 orang.

Tabel 4.1. Distribusi Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Tahun 2008

NO Tenaga Kerja Jumlah

1 Dokter umum 3

2 Dokter gigi 1

3 SKM 1


(55)

Sambungan Tabel 4.1

NO Tenaga Kerja Jumlah

5 Perawat 5

6 Perawat gigi 1

7 Asisten apoteker 2

8 SPAG 1

9 Analisis 1

10 S. Sos 1

Jumlah 20

Sumber : Profil Puskesmas Pasar Merah Tahun 2008

4.1.3 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Tahun 2008

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah pada tahun 2008 tersebar di 4 kelurahan dengan jumlah penduduk sebesar 33.881 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan Teladan Timur yaitu sebesar 13758 dan yang terkecil terdapat di kelurahan Pasar Merah Barat yaitu sebesar 4910 jiwa.

4.1.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk perempuan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah

sebesar 17.057 jiwa, dan jumlah penduduk laki-laki sebesar 16.824 jiwa. Jumlah penduduk keseluruhan laki-laki dan perempuan adalah 33.881 jiwa.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki tertinggi terdapat di Kelurahan Teladan Timur yaitu sebesar 6.710 jiwa, jumlah penduduk laki-laki yang terendah terdapat di Kelurahan Pasar Merah Barat yaitu sebesar 3.087 jiwa. Jumlah penduduk perempuan tertinggi terdapat di Kelurahan Teladan Timur yaitu


(1)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 6 7.6 7.6 7.6

> 1 km 11 13.9 13.9 21.5

<= 1 km 62 78.5 78.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

pernah dpt penyuluhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 56 70.9 70.9 70.9

pernah 23 29.1 29.1 100.0

Total 79 100.0 100.0

pemberi penyuluhan/informasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid dokter 11 47.8 47.8 47.8

perawat 3 13.0 13.0 60.9

bidan 9 39.1 39.1 100.0

Total 23 100.0 100.0

Tindakan Responden

jika panas?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan apa-apa 9 11.4 11.4 11.4

kasih obat 57 72.2 72.2 83.5

ke pelayanan kesehatan 13 16.5 16.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 7 53.8 53.8 53.8

poliklinik 1 7.7 7.7 61.5

bidan 5 38.5 38.5 100.0

Total 13 100.0 100.0

sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 21 26.6 26.6 26.6

tidak 58 73.4 73.4 100.0

Total 79 100.0 100.0

kalau blm sembh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan apa-apa 1 1.7 1.7 1.7

kasih obat 4 6.9 6.9 8.6

ke pelayanan kesehatan 53 91.4 91.4 100.0

Total 58 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 37 69.8 69.8 69.8

praktek dokter 4 7.5 7.5 77.4

bidan 12 22.6 22.6 100.0

Total 53 100.0 100.0

jika batuk?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan apa-apa 11 13.9 13.9 13.9

kasih obat 41 51.9 51.9 65.8

ke pelayanan kesehatan 27 34.2 34.2 100.0

Total 79 100.0 100.0


(2)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 21 77.8 77.8 77.8

bidan 6 22.2 22.2 100.0

Total 27 100.0 100.0

kalau blm sembh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan apa-apa 7 8.9 8.9 8.9

ke pelayanan kesehatan 72 91.1 91.1 100.0

Total 79 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 49 68.1 68.1 68.1

rumah sakit 1 1.4 1.4 69.4

poliklinik 3 4.2 4.2 73.6

praktek dokter 5 6.9 6.9 80.6

bidan 14 19.4 19.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 6 7.6 7.6 7.6

tidak 73 92.4 92.4 100.0

Total 79 100.0 100.0

kalau blm sembh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ke pelayanan kesehatan 16 100.0 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 3 18.8 18.8 18.8

rumah sakit 2 12.5 12.5 31.3

poliklinik 4 25.0 25.0 56.3

praktek dokter 5 31.3 31.3 87.5

bidan 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 7 43.8 43.8 43.8

tidak 9 56.3 56.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

jika kejang/kulitkebiru2an

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ke dukun 2 5.4 5.4 5.4

ke pelayanan kesehatan 35 94.6 94.6 100.0

Total 37 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 13 37.1 37.1 37.1

rumah sakit 2 5.7 5.7 42.9

poliklinik 3 8.6 8.6 51.4

praktek dokter 9 25.7 25.7 77.1

bidan 8 22.9 22.9 100.0

Total 35 100.0 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 15 40.5 40.5 40.5

tidak 22 59.5 59.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

kalau blm sembh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan apa-apa 1 5.9 5.9 5.9

ke pelayanan kesehatan 16 94.1 94.1 100.0

Total 17 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 4 25.0 25.0 25.0

rumah sakit 6 37.5 37.5 62.5

poliklinik 3 18.8 18.8 81.3

praktek dokter 3 18.8 18.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 7 41.2 41.2 41.2

tidak 10 58.8 58.8 100.0

Total 17 100.0 100.0

jika sesak napas?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ke pelayanan kesehatan 44 100.0 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 19 43.2 43.2 43.2

rumah sakit 4 9.1 9.1 52.3

poliklinik 8 18.2 18.2 70.5

praktek dokter 10 22.7 22.7 93.2

bidan 3 6.8 6.8 100.0

Total 44 100.0 100.0

sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 29 65.9 65.9 65.9

tidak 15 34.1 34.1 100.0

Total 44 100.0 100.0

kalau blm sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ke pelayanan kesehatan 15 100.0 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 2 13.3 13.3 13.3

rumah sakit 7 46.7 46.7 60.0

poliklinik 1 6.7 6.7 66.7

praktek dokter 3 20.0 20.0 86.7

bidan 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 14 93.3 93.3 93.3

tidak 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ke pelayanan kesehatan 1 100.0 100.0 100.0

Jenis pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid puskesmas 1 100.0 100.0 100.0

sembuh?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 1 100.0 100.0 100.0

beri gizi yg cukup?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 8 10.1 10.1 10.1

kadang 24 30.4 30.4 40.5

iya 47 59.5 59.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

beri minum yg banyak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 5 6.3 6.3 6.3

kadang 4 5.1 5.1 11.4

iya 70 88.6 88.6 100.0

Total 79 100.0 100.0

pake selimut tebal?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 28 35.4 35.4 35.4

iya 51 64.6 64.6 100.0

Total 79 100.0 100.0

tindakan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid buruk 4 5.1 5.1 5.1

sedang 15 19.0 19.0 24.1

baik 60 75.9 75.9 100.0

Total 79 100.0 100.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

pendidikan terakhir responden

pekerjaan responden

penghasilan responden

ketersediaan pelayanan

kes

jarak ke pelayanan

kes

pernah dpt penyuluhan

tindakan responden

N 79 79 79 79 79 79 79

Normal Parameters(a,b)

Mean

3.51 2.19 1320253.16 1.08 1.06 1.71 11.84

Std.

Deviat ion

1.229 1.755 819533.912 .267 .462 .457 2.121

Most Extreme Differences

Absol

ute .213 .359 .298 .536 .415 .447 .139

Positi

ve .192 .359 .298 .536 .415 .262 .102

Negati

ve -.213 -.249 -.190 -.388 -.370 -.447 -.139

Kolmogorov-Smirnov Z 1.894 3.189 2.645 4.766 3.690 3.971 1.235


(5)

Correlations

Correlations

pendidikan

terakhir

responden

pekerjaan

responden

penghasilan

responden

ketersediaan

pelayanan

kes

jarak ke

pelayanan kes

pernah

dpt

penyuluh

an

tindakan

responden

pendidikan terakhir

responden

Pearson

Correlation

1

.038

.484(**)

-.119

.078

-.419(**)

.386(**)

Sig. (2-tailed)

.739

.000

.297

.493

.000

.000

N

79

79

79

79

79

79

79

pekerjaan

responden

Pearson

Correlation

.038

1

.056

-.141

.285(*)

.022

.018

Sig. (2-tailed)

.739

.625

.216

.011

.848

.876

N

79

79

79

79

79

79

79

penghasilan

responden

Pearson

Correlation

.484(**)

.056

1

-.026

-.040

-.251(*)

.253(*)

Sig. (2-tailed)

.000

.625

.823

.727

.026

.025

N

79

79

79

79

79

79

79

ketersediaan

pelayanan kes

Pearson

Correlation

-.119

-.141

-.026

1

-.663(**)

-.027

-.108

Sig. (2-tailed)

.297

.216

.823

.000

.816

.344

N

79

79

79

79

79

79

79

jarak ke pelayanan

kes

Pearson

Correlation

.078

.285(*)

-.040

-.663(**)

1

.028

.072

Sig. (2-tailed)

.493

.011

.727

.000

.809

.527

N

79

79

79

79

79

79

79

pernah dpt

penyuluhan

Pearson

Correlation

-.419(**)

.022

-.251(*)

-.027

.028

1

-.135

Sig. (2-tailed)

.000

.848

.026

.816

.809

.234

N

79

79

79

79

79

79

79

tindakan

responden

Pearson

Correlation

.386(**)

.018

.253(*)

-.108

.072

-.135

1

Sig. (2-tailed)

.000

.876

.025

.344

.527

.234

N

79

79

79

79

79

79

79

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(6)

Regression

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 penghasilan

responden, pendidikan terakhir responden(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: tindakan responden

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .393(a) .155 .132 .520 1.741

a Predictors: (Constant), penghasilan responden, pendidikan terakhir responden b Dependent Variable: tindakan responden

ANOVA(b)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.759 2 1.880 6.953 .002(a)

Residual 20.545 76 .270

Total 24.304 78

a Predictors: (Constant), penghasilan responden, pendidikan terakhir responden b Dependent Variable: tindakan responden

Coefficients(a)

a Dependent Variable: tindakan responden

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant)

pendidikan terakhir responden

penghasilan

responden (Constant)

pendidikan terakhir responden

1 1 2.896 1.000 .01 .01 .01

2 .056 7.170 .42 .93 .07

3 .048 7.780 .57 .06 .92

a Dependent Variable: tindakan responden

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2.42 3.14 2.71 .220 79

Std. Predicted Value -1.312 1.976 .000 1.000 79

Standard Error of Predicted

Value .079 .137 .100 .019 79

Adjusted Predicted Value 2.40 3.15 2.71 .221 79

Residual -1.830 .579 .000 .513 79

Std. Residual -3.520 1.114 .000 .987 79

Stud. Residual -3.561 1.134 .000 1.007 79

Deleted Residual -1.874 .601 .000 .534 79

Stud. Deleted Residual -3.876 1.137 -.012 1.041 79

Mahal. Distance .828 4.448 1.975 1.191 79

Cook's Distance .000 .229 .013 .031 79

Centered Leverage Value .011 .057 .025 .015 79

a Dependent Variable: tindakan responden Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error

1 (Constant) 2.012 .212 9.512 .000

pendidikan terakhir

responden .156 .055 .344 2.856 .006 .766 1.305