Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

(1)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN POSKESDES DI KECAMATAN

PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

OLEH ANISATULLAILA

077033002

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN POSKESDES DI KECAMATAN

PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANISATULLAILA 077033002

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN POSKESDES DI KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Anisatullaila Nomor Induk Mahasiswa : 077033002

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Fikarwin Zuska) (Drs. Tukiman, M.K.M

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof.Dr.Dra. Ida Yustina, MSi) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 31 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Fikarwin Zuska Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M

2. Drs. Amru Nasution, M.Kes 3. Drs. Eddy Syahrial, M.S


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN POSKESDES DI KECAMATAN

PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2010

(Anisatullaila) 077033002


(6)

ABSTRAK

Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang masih menghadapi masalah kesehatan berupa kematian ibu, bayi dan balita. Jumlah kematian ibu di kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Provinsi Sumatera Utara ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005, terdapat kematian ibu sebanyak 19 orang, maka pada tahun 2006 meningkat menjadi 24, tahun 2007 naik menjadi 27 orang. Kasus-kasus kematian ibu ini sebagian besar disebabkan karena terjadinya perdarahan, eklampsia dan infeksi ketika persalinan. Desa Baru dan Desa Namo Bintang diketahui telah tersedia poskesdes, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan dasar di desa, khususnya untuk kesehatan ibu dan anak, dalam bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), namun diduga masyarakat masih ada yang belum paham peruntukannya.

Penelitian ini adalah penelitian survei dengan rancangan crossectional bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat (kontribusi pemikiran, kontribusi tenaga, dan kontribusi dana) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan Poskesdes. Populasi adalah ibu rumah tangga yang sedang hamil, ibu yang mempunyai balita, kader, dan tokoh masyarakat (kepala dusun, kepala desa, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda). Sampel sebanyak 93 orang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu subyek yang diambil adalah masyarakat yang memahami seluk beluk permasalahan Poskesdes. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga variabel yang diuji, semua variabel mempunyai pengaruh signifikan dengan variabel dependen yaitu variabel kontribusi pemikiran dengan nilai p=0,000 (p<0,005), kontribusi tenaga dengan nilai p=0,000 (p<0,005), dan kontribusi dana dengan nilai p=0,000 (p<0,005).

Perlu adanya pemberian informasi kepada masyarakat tentang poskesdes dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat. Perlu adanya pendekatan khusus bagi masyarakat dalam upaya peningkatan pemberian kontribusi tenaga. Perlu adanya sosialisasi yang baik tentang manfaat partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan pemanfaatan poskesdes.


(7)

ABSTRACT

Deli Serdang is one of the districts in the Province of Sumatera Utara which still faces health problems in the forms of maternal, infant and children under 5 years old mortality. The maternal mortality rate in this district with the largest number of population in the Province of Sumatera Utara keeps increasing from year to year. In 2005, the maternal mortality rate was 19, in 2006 it increased to 24, and in 2007, it became 27. Most of these maternal mortality cases resulted from the incident of hemorrhage, clampsia and infection during delivering a baby. Poskesdes (village health center) to provide the basic health service facility at village level in the form of Community Based Health Attempt (UKJBM), but it is estimated that the community members have not understood the allotment of the village health center.

The purpose of this survey study with cross-sectional design was to analyze the influence of community participation (their contribution of thought, energy and fund) on the use of health service provided by the Poskesdes. The populations of this study were pregnant housewives, mothers with children under five years old, cadres of Poskesdes, and community prominent figures (head of hamlet, head of village, adat prominent figure, religious prominent figure, and youth prominent figure). The samples for this study were 93 persons selected from the community members who understand well the problems of Poskesdes through purposive sampling method. The influence of independent variables on the dependent variable was analyzed through Chi-square test.

The result of this study showed that all of the three variables tested such as contribution of thought with p = 0.000 (p < 0.005), contribution of energy with p = 0.000 (p < 0.005) and contribution of fund with p = 0.000 (p < 0.005), had significant influence on the dependent variable.

The conclusion is that it is a need to provide information about Poskesdes to the community members in an attempt to improve their knowledge, to approach the community in a special way in an attempt to improve their willingness in contributing their energy, and to socialize the benefit of community participation well in an attempt to improve the use of Poskesdes.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S W T, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan judul “Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.” Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S2 Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sumatera Utara Medan.

Karya ini penulis persembahkan kepada suami dan ketiga buah hati tercinta Wahyu Al Baihaqi, Ibnu Bagus Syahputra dan Noviatri Khairunnisa, semoga menjadi motivasi bagi ketiganya untuk menjadi manusia yang selalu belajar sepanjang hidupnya.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan semangat serta kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, semoga sehat bahagia dan panjang umur serta selalu dalam lindungan Allah SWT kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H, M.Sc(CTM). Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Dr. Drs. Surya Utama, M.S, yang telah banyak membantu dan memberikan perhatian yang tulus, dengan


(9)

kearifannya tesis ini dimungkinkan untuk di uji dan disempurnakan, serta seluruh staf yang banyak membantu.

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Dra. Ida Yustina, MSi, yang telah banyak memberi masukan-masukan dengan tulus ikhlas demi kesempurnaan tesis ini.

4. Dr. Drs. Kintoko Rokhadi, M.K.M selaku sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang dengan sabar selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Fikarwin Zuska, dan Drs. Tukiman, M.K.M selaku pembimbing dengan sabar dan tulus dalam memberikan perhatian, dukungan, pengertian dan arahan sejak awal hingga selesai tesis ini.

6. Seluruh dosen Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Allah SWT.

7. Drs. Amru Nasution, M.Kes, dan Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku penguji yang sudah banyak memberi masukan – masukan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Sahabat – sahabat tersayang di BAPELKES Provinsi Sumatera Utara yang banyak memberikan bantuan serta dukungan moril kepada penulis hingga akhir penyelesaian tesis ini.


(10)

9. Seluruh teman – teman seangkatan di Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak membantu selama proses pembelajaran sampai penyelasaian tesis ini.

10. Dr. Masdulhag Siregar, Sp.OG(K), MHA selaku Kepala Dinas Kesehatan Deli Serdang beserta staf, dan Drg. Nathanael Tarigan, M.AP selaku Kepala Puskesmas Pancur Batu beserta staf, yang telah memberikan ijin dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

11.Kepala desa, sekretaris desa dan bidan desa serta para kader desa Namo Bintang dan desa Baru, yang telah banyak memberikan bantuan moril kepada penulis hingga akhir penyelesaian tesis ini.

12.Kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai anak balita, yang menjadi subyek dalam penelitian.

Sesungguhnya penulis sudah berusaha secara maksimal dalam menyelesaikan tesis ini dan menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karenanya saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2010

Peneliti


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anisatullaila, dilahirkan di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 2 April 1960, di besarkan di Komplek. UIN Jakarta, beragama Islam, anak ketiga dari delapan bersaudara dari bapak Drs, H. Mahmudy dan ibu Hj. Siti Munifah.

Penulis menikah, dan dikaruniai tiga keturunan dua orang putra, satu orang putri, alamat tempat tinggal, di komplek Setiabudi Sentosa, Blok. D. No. Delapan, Tanjung Sari, Pasar 2, Medan.

Riwayat pendidikan ; Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1972 di SD Negri No.3 di Ciputat, Jakarta, pada tahun 1975 menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negri 87 Jakarta, tahun 1977 menamatkan Sekolah Penjenang Kesehatan Umum Tangerang, Banten, tahun 1980 menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan Angkatan Laut Jakarta, tahun 1984 menamatkan Diploma I Bidan Depkes Jakarta, tahun 1999 menamatkan Akademi Keperawatan Program Keguruan di Depkes Jakarta, tahun 2005 menamatkan Strata I Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), tahun 2008 menamatkan Pendidikan Diploma III Kebidanan di Poltekes Medan.

Riwayat diklat yang pernah diikuti tahun 1984 Insersi AKDR, tahun1985, Meningkatkan Kemampuan dan Ketrampilan KB-Kesehatan-Terpadu, tahun 1989 Akta di Universitas Negri Jakarta, tahun1991 Kursus Dasar Perinatologi, tahun 2000 Penanggulangan Penderita Gawat Darurat dan Penanggulangan Narkoba, tahun 2003 Maternal Neonatal Healt Up Date, tahun 2004 Kompetensi Base Penulisan Karya


(12)

Tulis Ilmiah, tahun 2005 Asuhan Persalinan Normal, tahun 2006 Training Officer Course, tahun 2007 Penyegaran Asuhan Persalinan Normal ( APN ), TOT Penemuan dan Tatalaksana Diabetes Melitus, Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal, tahun 2008 TOT Supervisi Fasilitatif, TOT Master Of Training, TOT Fasilitator KIBBLA, tahun 2009 Calon Widyaiswara, TOT Gender Bagi Widyaiswara, Widyaiswara Lanjutan Dengan Pendekatan NLP, tahun 2010 Akreditasi Mutu Diklat. TOT Jabatan Fungsional Bidan.

Pengalaman Mengajar : Pada Lembaga Pendidikan tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 Akademi Keperawatan Rumah Sakit Haji Medan, tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 Akademi Kebidanan Rumah Sakit Haji Medan sebagai Pudir I. 2006 sampai sekarang dosen AKBID MITRA HUSADA.

Pengalaman Kerja ( Riwayat Jabatan ) : Pada tahun 1977 sampai dengan 1979 di Rumah Sakit Angkatan Laut Jakarta, pada tahun1980 sampai tahun 1982 Staff Bagian Keperawatan RS. Pelni Jakarta, tahun1983 sampai tahun1986 Kepala Bagian Kebidanan RS. Usaha Mulia, Jakarta, tahun 1990 sampai tahun 1991 Staff Bagian Kebidanan RS. Permata Bunda Medan, tahun1992 sampai tahun 2000 Kepala Ruangan Bersalin RS. Haji Medan, tahun 2000 sampai tahun 2002 Wakil Kepala Bidang Keperawatan RS. Haji Medan, tahun 2002 sampai tahun 2004 Wakil Direktur AKBID RS. Haji Medan, tahun 2005 sampai tahun 2006 Staff Seksi Monitoring dan Evaluasi Bapelkes Prop.SU, tahun 2006 sampai Januari 2010 Plh. Kasi Monitoring dan Evaluasi Bapelkes Prop.SU. Tahun 2010 sampai sekarang Widyaiswara di Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Hipotesis ... 13

1.5. Manfaat Penelitian ... 13

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 15

2.1.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan ... 15

2.1.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 18

2.2. Partisipasi Masyarakat ... 19

2.1.1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 19

2.2.2. Faktor-Faktor Keberhasilan Partisipasi Masyarakat ... 20

2.2.3. Jenis-jenis Partisipasi Masyarakat ... 27

2.2.4. Syarat-syarat Partisipasi Masyarakat ... 28

2.2.5. Membangun Partisipatif ... 28

2.2.6. Tahapan dan Manfaat Perencanaan Partisipatif ... 30

2.3. Pos Kesehatan Desa ... 31

2.3.1. Pengertian Poskesdes ... 31

2.3.2. Tujuan Poskesdes ... 32

2.3.3. Sumberdaya yang terdapat dalam Poskesdes ... 33

2.3.4. Ruang Lingkup Kegiatan Poskesdes ... 34

2.3.5. Fungsi Poskesdes ... 35

2.3.6. Prioritas Pengembangan Poskesdes ... 35

2.3.7. Manfaat Poskesdes ... 35

2.3.8. Kedudukan dan Hubungan Kerja ... 37

2.3.9. Potensi Desa ... 39


(14)

2.4. Tahapan Perencanaan Musyawarah Masyarakat Desa ... 46

2.4.1.Pengertian MMD ... 46

2.4.2.Tujuan MMD ... 46

2.4.3.Peserta MMD ... 46

2.4.4.Tempat dan waktu pelaksanaan MMD ... 47

2.4.5.Cara pelaksanaan ... 47

2.4.6.Tindak lanjut MMD ... 48

2.4.7.Rencana kegiatan tindak lanjut ... 48

2.5. Landasan Teori ... 49

2.5.1. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan ... Pelayanan Kesehatan ... 49

2.5.2.Pengukuran partisipasipasi masyarakat... 52

2.5.3.Dimensi kuantitatif partisipasi masyarakat ... 53

2.5.4.Pengukuran komponen kontribusi... 56

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 57

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 58

3.1. Jenis Penelitian ... 58

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

3.3. Populasi dan Sampel ... 58

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

3.5.Variabel dan Defenisi Operasional ... 62

3.5.1. Definisi operasional variabel independen ... 62

3.5.2. Definisi operasional variabel dependen ... 64

3.6. Metode Pengukuran ... 65

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen ... 65

3.6.2. Pengukuran variabel dependen ... 67

3.7. Variabel Pemanfaatan Poskesdes ... 67

3.8. Metode Analisis Data ... 69

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 71

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 71

4.1.1. Desa Namo Bintang ... 71

4.1.2. Desa Baru ... 71

4.2. Partisipasi Masyarakat ... 72

4.3. Analisis Univariat ... 73

4.3.1. Kontribusi Pemikiran ... 73

4.3.2. Kontribusi Tenaga ... 74

4.3.3. Kontribusi Dana ... 76


(15)

4.4. Analisis Bivariat ... 81

4.4.1. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 81

4.5. Analisis Multivariat ... 82

4.5.1. Faktor yang Paling Dominan Berpengaruh terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 82

BAB 5. PEMBAHASAN ... 84

5.1. Pemanfaatan Poskesdes di desa Baru dan di desa Namo Bintang Di Kecamatan Pancur Batu ... 84

5.2. Hubungan Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Poskesdes di desa Namo Bintang di Kecamatan Pancur Batu ... 87

5.2.1. Hubungan Kontribusi Pemikiran dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 87

5.2.2. Hubungan Kontribusi Tenaga terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 89

5.2.3. Hubungan Kontribusi Dana terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 92

5.3. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 94

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

6.1. Kesimpulan ... 96

6.2. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian pada masing-masing

Desa di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 59

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Partisipasi Masyarakat ... 61

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Pemanfaatan Poskesdes ... 68

4.1 Distribusi Penduduk dan Sarana Kesehatan ... 72

4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kontribusi Pemikiran ... 73

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kontribusi Pemikiran ... 74

4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kontribusi Tenaga .. 75

4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kontribusi Tenaga ... 75

4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kontribusi Dana ... 76

4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kontribusi Dana ... 77

4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 79

4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pemanfaatan Poskesdes ... 80

4.10 Pengaruh Partisipasi Masyarakat (Kontribusi Pemikiran, Kontribusi Tenaga, dan Kontribusi Dana) terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 81

4.11 Hasil Analisis Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 83


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Tahapan perencanaan partisipatif ... 30

2.2 Kedudukan Hubungan Kerja Poskesdes ... 37

2.3 Matrik Rencana Kegiatan ... 49


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 102

2. Master Tabel Independen ... 110

3. Master Tabel Dependen ... 114

4. Analisis Univariat ... 118

5. Analisis Bivariat ... 123

6. Analisis Multivariat ... 128

7. Pemanfaatan Poskesdes ... 131

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 140

9. Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 152


(19)

ABSTRAK

Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang masih menghadapi masalah kesehatan berupa kematian ibu, bayi dan balita. Jumlah kematian ibu di kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Provinsi Sumatera Utara ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005, terdapat kematian ibu sebanyak 19 orang, maka pada tahun 2006 meningkat menjadi 24, tahun 2007 naik menjadi 27 orang. Kasus-kasus kematian ibu ini sebagian besar disebabkan karena terjadinya perdarahan, eklampsia dan infeksi ketika persalinan. Desa Baru dan Desa Namo Bintang diketahui telah tersedia poskesdes, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan dasar di desa, khususnya untuk kesehatan ibu dan anak, dalam bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), namun diduga masyarakat masih ada yang belum paham peruntukannya.

Penelitian ini adalah penelitian survei dengan rancangan crossectional bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat (kontribusi pemikiran, kontribusi tenaga, dan kontribusi dana) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan Poskesdes. Populasi adalah ibu rumah tangga yang sedang hamil, ibu yang mempunyai balita, kader, dan tokoh masyarakat (kepala dusun, kepala desa, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda). Sampel sebanyak 93 orang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu subyek yang diambil adalah masyarakat yang memahami seluk beluk permasalahan Poskesdes. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga variabel yang diuji, semua variabel mempunyai pengaruh signifikan dengan variabel dependen yaitu variabel kontribusi pemikiran dengan nilai p=0,000 (p<0,005), kontribusi tenaga dengan nilai p=0,000 (p<0,005), dan kontribusi dana dengan nilai p=0,000 (p<0,005).

Perlu adanya pemberian informasi kepada masyarakat tentang poskesdes dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat. Perlu adanya pendekatan khusus bagi masyarakat dalam upaya peningkatan pemberian kontribusi tenaga. Perlu adanya sosialisasi yang baik tentang manfaat partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan pemanfaatan poskesdes.


(20)

ABSTRACT

Deli Serdang is one of the districts in the Province of Sumatera Utara which still faces health problems in the forms of maternal, infant and children under 5 years old mortality. The maternal mortality rate in this district with the largest number of population in the Province of Sumatera Utara keeps increasing from year to year. In 2005, the maternal mortality rate was 19, in 2006 it increased to 24, and in 2007, it became 27. Most of these maternal mortality cases resulted from the incident of hemorrhage, clampsia and infection during delivering a baby. Poskesdes (village health center) to provide the basic health service facility at village level in the form of Community Based Health Attempt (UKJBM), but it is estimated that the community members have not understood the allotment of the village health center.

The purpose of this survey study with cross-sectional design was to analyze the influence of community participation (their contribution of thought, energy and fund) on the use of health service provided by the Poskesdes. The populations of this study were pregnant housewives, mothers with children under five years old, cadres of Poskesdes, and community prominent figures (head of hamlet, head of village, adat prominent figure, religious prominent figure, and youth prominent figure). The samples for this study were 93 persons selected from the community members who understand well the problems of Poskesdes through purposive sampling method. The influence of independent variables on the dependent variable was analyzed through Chi-square test.

The result of this study showed that all of the three variables tested such as contribution of thought with p = 0.000 (p < 0.005), contribution of energy with p = 0.000 (p < 0.005) and contribution of fund with p = 0.000 (p < 0.005), had significant influence on the dependent variable.

The conclusion is that it is a need to provide information about Poskesdes to the community members in an attempt to improve their knowledge, to approach the community in a special way in an attempt to improve their willingness in contributing their energy, and to socialize the benefit of community participation well in an attempt to improve the use of Poskesdes.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan saat ini lebih mengarah kepada pelayanan kesehatan di pedesaan. Hal ini terlihat dari pembangunan kesehatan di pedesaan kini lebih dipacu karena masih banyak masyarakat yang tinggal di pedesaan dan belum dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan geografis di negara kita yang tidak sama di setiap desa, tempat tinggal yang tersebar di ribuan pulau, antara lain ada yang berbukit, persawahan, perkebunan, dan hutan sehingga dapat menimbulkan permasalahan kesehatan. Hal ini harus dipecahkan bersama antara pemerintah dan masyarakat secara berkesinambungan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Sampai saat ini kualitas kesehatan di Indonesia masih rendah, ini dapat diketahui dari masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 37 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2009).

Melalui paradigma sehat (Depkes, 2001), dimana pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh pemerintah, lebih berfokus pada pelayanan kesehatan dasar dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Hal ini ditempuh melalui pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) seperti pondok persalinan desa (Polindes) dan pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang


(22)

dikembangkan sejak tahun 1984. Tujuan pengembangan UKBM adalah agar semua masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, terutama untuk mempercepat penurunan kematian ibu, bayi, dan balita.

Paradigma sehat, yakni suatu pola fikir dan pola aksi yang lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2001), merupakan paradigma pembangunan kesehatan dewasa ini.

Pemerintah, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia (Susilo Bambang Yodhoyono), telah mempertegas pentingnya dikembangkan UKBM, terutama Posyandu. Hal ini tercermin dari sambutan yang disampaikan pada peringatan Hari Kesehatan Nasional di Karang Anyar pada tahun 2005, menyerukan revitalisasi Posyandu dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pesan ini selanjutnya direspon oleh menteri kesehatan dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 564/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, dengan mengambil kebijakan bahwa pengembangan Desa Siaga, yang mempunyai ciri dimana desa yang sudah menjadi Desa Siaga dilanjutkan dengan revitalisasi Polindes menjadi Poskesdes, tetapi bila di desa tersebut belum ada Polindes dengan partisipasi masyarakat dan sarana prasarananya sebagian dibantu oleh pemerintah segera mendirikan Poskesdes (Depkes, 2006).

Berdasarkan Kepmenkes No. 564/2006 tersebut ditargetkan pada akhir tahun 2006, 12.000 desa telah menjadi Desa Siaga, dan pada akhir tahun 2008 telah dicapai 70.000 Desa Siaga. Pada setiap desa siaga dibentuk minimal 1 pos kesehatan desa


(23)

(Poskesdes) sebagai UKBM yang bertujuan mendekatkan/ menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Kegiatannya meliputi peningkatan hidup sehat (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan dua orang kader atau tenaga sukarela dari masyarakat (Depkes, 2006).

Dukungan pemerintah dalam pendirian Poskesdes berupa pemberian stimulus melalui Dana Bantuan Sosial Operasional Poskesdes. Hal ini sejalan dengan kebijakan penganggaran kesehatan pemerintah yang mengutamakan aspek upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Proporsi anggaran kesehatan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan mengalami peningkatan sekurang-kurangnya 5% dari alokasi 30%. Selain stimulan dari pemerintah pusat, dana pengembangan Desa Siaga juga diharapkan berasal dari pemerintah daerah, lintas sektor dan dana masyarakat, sehingga diharapkan pengembangan dan operasionalnya Poskesdes /Desa Siaga dapat berkelanjutan (Depkes, 2006).

Selain kontribusi dalam bentuk dana, partisipasi masyarakat juga diharapkan melalui pemanfaatan Poskesdes. Jika pemanfataan Poskesdes berjalan optimal, dapat diharapkan akan membantu mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kondisi ini dapat meningkatkan pelayanan dan mendekatkan keterjangkauan kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan, dapat dibuktikan sebagai berikut; 1). Pelayanan keluarga berencana, termasuk penanggulangan aborsi. Upaya ini memberikan kontribusi 13% untuk penurunan AKI, 2). Perbaikan kualitas pelayanan antenatal termasuk deteksi dan


(24)

manajemen anemia, pencegahan malaria, pengobatan infeksi cacing, penanganan hipertensi, skrining infeksi menular seksual dan HIV/AIDS serta pemberian imunisasi tetanus toxoid. Upaya ini dapat memberikan kontribusi penurunan AKI dan AKB lebih kurang 10%. 3). Perbaikan manajement persalinan, pasca persalinan, pelayanan obsterik emergensi dasar dan komprehensif akan memberikan kontribusi penurunan AKI dan AKB sebanyak 30 - 40%. 4). Promosi petolongan persalinan oleh tenaga profesional di fasilitas pelayanan kesehatan (Poskesdes), 5). Perbaikan sistem rujukan, 6). Peningkatan koordinasi pelayanan kesehatan reproduksi dan manajemen infeksi menular seksual, HIV/AIDS. Dan pelayanan esensial neonatal yaitu: 1). Pemberian ASI dini dan eksklusif, 2). Menjaga suhu tubuh neonatus tetap hangat,

mencegah infeksi, pemberian imunisasi dan manajemen neonatus yang sakit. 3). Manajemen terpadu balita muda (MTBM). Upaya tersebut dapat menurunkan angka kematian bayi sampai 50% (Depkes, 2005).

Penurunan angka kematian ibu dan bayi, merupakan sasaran pembangunan kesehatan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 – 2009 dengan sasaran yang harus dicapai sebagai berikut : (1) Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, (2) Menurunnya angka kematian bayi dari 37 menjadi 26/1000 kelahiran hidup, (3) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, (4) Menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8 % menjadi 20% (Depkes, 2006).


(25)

Ini berkaitan dengan visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia “Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan”, visi ini akan dicapai melalui misi: (1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, serta (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik, maka optimalisasi pemanfaatan Poskesdes merupakan langkah strategis karena merupakan manifestasi dari pemberdayaan masyarakat, sebagaimana dituangkan pada misi pertama di atas (Depkes, 2010).

Menurut Slamet (2003), partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Siaga bukan hanya berarti ikut menyumbangkan sesuatu input ke dalam proses pengembangan, tetapi termasuk ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pengembangan Desa Siaga. Apabila pelaku atau pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang-orang, organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan, dan dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraan hidupnya.

Menurut Sutrisno dkk dalam Depdagri (1995), prinsip-prinsip partisipasi masyarakat antara lain adalah program harus ditentukan oleh masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Selain itu, harus selalu dilakukan pendampingan dan pemberian bimbingan kepada masyarakat baik dalam persiapan, perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan.


(26)

Menurut Adisasmita (2006) yang mengutip pendapat Awang, partisipasi mempunyai arti keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap fase kegiatan mulai dari perencanaan dan pengambilan keputusan, implementasi, evaluasi dan pemanfaatan atas inisiatif sendiri berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang ada pada mereka untuk menyelesaikan hal-hal yang dianggap sebagai hambatan dan merupakan bentuk inovatif dalam melihat peluang atas kebutuhan-kebutuhannya.

Menurut FAO dalam Chambers (1996), menegaskan bahwa partisipasi masyarakat adalah hak asasi, sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan. Kesempatan tersebut perlu diberikan karena tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sesuai dengan yang mereka inginkan. Masyarakat sendiri yang akan merasakan dan menilai apakah pembangunan tersebut berhasil atau tidak.

Menurut Adisasmita (2006), pembangunan di Indonesia terus dilakukan melalui berbagai program, namun keberhasilannya belum sepadan dengan investasi. Hal ini antara lain karena kurang memperhatikan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan dan pelaksanaan. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa partisipasi berhasil diterapkan dalam berbagai jenis kegiatan bila masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan teknis, operasional, dan strategis.

Mengutip pendapat Adisasmita, khususnya kaum ibu yang mempunyai balita bila sudah dilibatkan sejak perencanaan, hasil pembangunan akan dimanfaatkan secara maksimal.


(27)

Fakta di atas dapat disimpulkan, bahwa belum memberikan hasil yang memuaskan karena dalam implementasinya di beberapa desa, masih ada yang belum melibatkan masyarakat khususnya kaum ibu. Masyarakat cenderung diposisikan sebagai obyek/sasaran dan bukan subyek. Masyarakat hanya diberikan penyuluhan (promotif), tentang PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), cuci tangan dengan sabun dan masalah kesehatan lingkungan. Kalaupun ada bagian dari masyarakat yang dilibatkan secara aktif, seperti kader posyandu (pos pelayanan terpadu) dan kader poskesdes. Oleh karana itu diperlukan suatu upaya yang menempatkan masyarakat secara aktif dalam program percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2009), angka kematian ibu di Sumatera Utara tahun 2008 sebesar 330 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi 35 per 1000 kelahiran hidup. Keadaan ini disebabkan karena jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan baru mencapai 65%. Angka ini masih di bawah target nasional 90%. Padahal semua ibu hamil dan melahirkan memiliki resiko mengalami komplikasi penyakit kandungan dan membutuhkan tenaga kesehatan (Dinkes Sumut, 2009).

Langkah nyata untuk mewujudkan sasaran tersebut, Upaya penanggulangan yang sudah dilakukan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara adalah pengembangan Desa Siaga yang dimulai dari tahun 2006 sampai dengan 2009 sebanyak 2420 Desa Siaga, yang tersebar di 5744 Kelurahan/Desa dari 370 Kecamatan dan ditahun 2009 dibentuk 2420 Desa Siaga. Untuk persiapan sumber daya manusia sudah dilaksanakan kegiatan pelatihan bidan yang akan ditempatkan di


(28)

Poskesdes, bidan yang sudah dilatih sampai akhir 2009 sebanyak 2117 bidan (Dinkes, Sumut, 2009).

Sesuai dengan kebutuhan tenaga yang harus ada di Poskesdes untuk mendampingi tugas bidan diperlukan dua orang kader, untuk itu upaya pelatihan kader yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah sampai akhir tahun 2009 sebanyak 572 kader, dilaksanakan pada 11 Kabupaten dan tersebar di 286 Desa / Kelurahan :

(1) Kota Medan 292 kader, (2) Binjai 26 kader, (3) Pematang Siantar 26 kader, (4) Tanjung Balai 26 kader, (5) Padang Sidempuan 26 kader, (6) Dairi 26 kader, (7) Tapanuli Selatan 28 kader, (8) Serdang Badagai 28 kader; (9) Langkat 28 kader; Simalungun 28 kader, (10) Asahan 28 kader, (11) Deli Serdang 22 kader (Dinkes Sumut, 2009).

Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang masih mengahadapi masalah kesehatan berupa kematian ibu, bayi dan balita. Jumlah kematian ibu di kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Provinsi Sumatera Utara ini mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005, terdapat kematian ibu sebanyak 19 orang, maka pada tahun 2006 meningkat menjadi 24, tahun 2007 naik menjadi 27 orang orang. Kasus-kasus kematian ibu ini sebagian besar disebabkan karena terjadinya perdarahan, eklampsia dan infeksi ketika persalinan.

Untuk angka kematian bayi (AKB) dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 AKB sebesar 2.29/1000 kelahiran hidup, tahun 2006 menjadi 1.76/1000 kelahiran hidup, lalu tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 3.09/1000


(29)

kelahiran hidup, dan tetap meningkat di tahun 2008 yaitu 3.11/1000 kelahiran hidup. Kasus AKB ini terjadi disebabkan pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Laporan Tahunan Dinkes Deli serdang, 2009).

Permasalahan diatas menjadi dasar bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk lebih memacu pembangunan kesehatan terutama di pedesaan. Hal ini ditempuh untuk mendekatkan pelayanan kesehatan agar dapat dengan mudah dijangkau oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan.Oleh karena itu perlu dibentuk UKBM seperti Poskesdes, Posyandu, dan lain-lain.

Dalam rangka mengembangkan berbagai UKBM seperti tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terus berupaya mewujudkan terbentuknya desa siaga di seluruh desa yang ada yakni 397 desa yang tersebar di 22 kecamatan. Pada akhir 2009 seluruh desa sudah menjadi Desa Siaga (Dinkes. DS, 2009).

Sehubungan dengan seluruh desa sudah menjadi Desa Siaga, maka berdasarkan Kep. Menkes RI No. 564/2006 desa yang sudah menjadi Desa Siaga melalui musyawarah masyarakat desa dan partisipasi masyarakat harus sudah menyediakan /mendirikan Poskesdes. Sampai saat ini jumlah Poskesdes di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 95, yang tersebar di 22 Kecamatan: (1) Gunung Meriah 3, (2) STM Hulu 11, (3) Sibolangit 5, (6) Pancur Batu 7, (7) Namorambe 2, (8) Biru Biru 8, (9)STM Hilir 5, (9) Bangun Purba 3, (10) Galang 10, (11) Tanjung Morawa 5, (12) Patumbak tidak ada, (13) Deli Tua tidak ada, (14) Sunggal 1, (15) Hamparan


(30)

Perak 5, (16) Labuhan Deli 1, (17) Pasar Tuan 5, (18) Batangkuis 5, (19) Pantai Labu 2, (20) Beringin 4, (21) Lubuk Pakam 3, (22) Pagar Merbau 4 (Dinkes DS, 2009).

Kecamatan Pancur Batu yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, memiliki 22 desa, dengan jumlah penduduk 82.290 jiwa. Di kecamatan ini terdapat penduduk miskin sebesar 19.728 jiwa, dan masih ditemukan adanya balita dengan gizi kurang sebanyak 121 balita. Pertolongan persalinan yang ditolong di rumah masyarakat masih cukup tinggi yakni 28 % (Dinkes DS, 2009).

Berdasarkan hal-hal tersebut, di kecamatan ini perlu dilakukan pemantauan pemanfaatan Poskesdes untuk mengetahui apakah semua Poskesdes sudah aktif. Menurut Dinas Kesehatan Deli Serdang Poskesdes dikatakan aktif bila seluruh kegiatan sudah berjalan sampai dengan 80%.

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar musyawarah masyarakat desa dalam rangka: (1) Meningkatkan perilaku hidup bersih & sehat (PHBS) masyarakat desa. (2) Meningkatkan kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan (3) Meningkatkan kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan. (4) Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat desa dan tenaga kesehatan.(5) Meningkatkan dukungan dan peran-aktif berbagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat desa ditandai dengan terbentuknya ambulan siaga, donor siaga dan dana sehat (Depkes, 2006).


(31)

Kecamatan Pancur Batu sejak akhir 2007 hingga akhir 2009 seluruh desa sudah menjadi desa siaga, yaitu sebanyak 22 desa. Sedangkan Poskesdes saat ini baru 7 Poskesdes, yang tersebar di desa sebagai berikut; (1) Namo Bintang, (2) Durin Simbelang, (3) Baru, (4) Salam Tani, (5) Tiang Layar, (6) Tuntungan II, (7) Sei Glugur. Poskesdes di desa Namo Bintang berdiri sejak tahun 2008, sampai saat ini belum aktif dan di desa Baru yang berdiri sejak tahun 2009 juga belum aktif. Sampai saat ini jumlah Poskesdes yang sudah aktif baru 5 Poskesdes (Puskesmas Pancur Batu, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan bidan Desa Baru dan Desa Namo Bintang yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2009 maka diketahui telah tersedia forum masyarakat desa, bangunan poskesdes, dan dana sehat belum didukung oleh seluruh masyarakat, diduga masyarakat masih ada yang belum paham peruntukannya, donor siaga, ambulan siaga, dan bidan desa selalu ditempat, sayangnya fasilitas diatas kurang dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Adapun yang menjadi kendala, mengapa sampai saat ini Poskesdes tidak berjalan optimal adalah karena sebagian masyarakat ada yang mendukung dan sebagian masyarakat ada yang kurang mendukung pelaksanaan kegiatan di Poskesdes.

Masyarakat masih ada yang merasa terbebani dengan adanya tabungan Dana Sehat sementara ketika berobat mereka harus membayar. Ternyata, masih ditemukan di masyarakat yang belum menyadari bahwa Poskesdes adalah milik masyarakat, bukan pemerintah. Titik persoalan adalah mengapa sampai sekarang masih ada masyarakat yang belum mengoptimalkan dan memanfaatkan Poskesdes yang sudah


(32)

ada?. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan Poskesdes belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan kriteria kegiatan Poskesdes, padahal bila Poskesdes berjalan aktif dan dimanfaatkan masyarakat, dapat menjadi solusi permasalahan - permasalahan masyarakat yang ada di desa Baru dan desa Namo Bintang, tentunya berkontribusi terhadap penurunan AKI dan AKB.

Menyadari pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan Poskesdes, perlu mencari tahu mengapa Poskesdes di desa Namo Bintang dan desa Baru belum atau kurang dimanfaatkan, apakah masyarakat kurang atau tidak berpartisipasi sehingga pemanfaatan Poskesdes tidak maksimal, atau tenaga kesehatan yang berada di wilayah tersebut kurang dapat memotivasi masyarakat, atau kurang dukungan dari tokoh masyarakat.

Untuk mengetahui sejauhmana kontribusi masyarakat dalam penyediaan/ pendirian dan kendala-kendala yang menjadi penghambat pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu, maka perlu dilakukan penelitian sejauh mana pengaruh antara partisipasi masyarakat dengan pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dibatasi pada partisipasi masyarakat dalam tahap musyawarah masyarakat desa. Permasalahan penelitian ini adalah apakah ada pengaruh partisipasi masyarakat (kontribusi pemikiran, kontribusi tenaga, dan kontribusi dana) dalam tahap musyawarah masyarakat desa terhadap


(33)

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat (kontribusi pemikiran, kontribusi tenaga, dan kontribusi dana) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh partisipasi masyarakat (kontribusi pemikiran, kontribusi tenaga, dan kontribusi dana) terhadap pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terhadap kinerja petugas pelayanan kesehatan dan keberhasilan program Desa Siaga (Poskesdes) di Kecamatan Pancur Batu Kaupaten Deli Serdang.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pancur Batu yang turut berkontribusi dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengawasan terhadap proses Desa Siaga khususnya Poskesdes di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberikan suatu konsep untuk


(34)

diketahuinya kontribusi masyarakat, dalam bentuk pemikiran ,tenaga dan dana, serta pengukurannya :

1) Bahwa tokoh masyarakat pedesaan (kades), dapat memberikan motivasi dan promosi manfaatnya pelayanan kesehatan yang ada di Poskesdes, sehingga masyarakat termasuk ibu hamil dan ibu balita perlu dilibatkan dalam musyawarah masyarakat desa, ternyata mereka sangat antusias, karena dapat mengemukakan kebutuhan-kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesuai, baik untuk dirinya, dan keluarganya, sehingga mereka bertanggung jawab untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,

2) Menganalisis dan mengevaluasi partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat pada program Poskesdes yang telah berjalan dan,

3) Mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan dan pengembangan tahap selanjutnya agar Poskesdes dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.


(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas atau tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan layanan kesehatan tersebut (Depkes, 2006).

Menurut Levey dan Loomba (1973) yang dimaksud pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Menurut Anderson dalam Notoadmodjo (2007) sebagai berikut :

1. Komponen yang mempengaruhi (predisposing), ada banyak orang memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan layanan lebih banyak dari pada individu lainnya, dimana kecenderungan ke arah penggunaannya bisa diketahui dengan karakteristik individu yang ada sebelumnya dengan permulaan episode tertentu penyakit tersebut. Orang-orang tertentu yang karakteristik ini lebih memungkinkan memanfaatkan layanan kesehatan walaupun karakteristiknya tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap pemanfaatan layanan kesehatan.


(36)

Karakteristik demikian mencakup demografi, struktur sosial, dan variabel keyakinan bersikap. Usia dan jenis kelamin, misalnya diantara variabel-variabel demografis, adalah hal yang sangat terkait dengan kesehatan dan kesakitan. Namun, semua ini masih dianggap menjadi kondisi mempengaruhi kalau sejauh usia tidak dianggap suatu alasan untuk memperhatikan perawatan kesehatan.

Lain lagi orang-orang pada kelompok usia berbeda memiliki jenis berbeda dan jumlah kesakitan dan akibat pola berbeda dalam perawatan kesehatan. Kesakitan yang lalu dimasukkan dalam kategori ini karena ada bukti jelas bahwa orang-orang yang telah mengalami masalah kesehatan di masa lampau adalah mereka yang kemungkinan mempunyai sifat menuntut terhadap sistem perawatan kesehatan di masa mendatang.

Variabel-variabel struktur sosial mencerminkan lokasi (status) individu dalam masyarakat sebagaimana diukur melalui karakteristik seperti pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, bagaimana gaya hidup individu, kondisi fisik serta lingkungan sosial dan pola perilaku yang akan menghubungkan dengan pemanfaatan layanan kesehatan.

Karakteristik demografis dan struktur sosial juga terkait dengan sub- komponen ketiga kondisi yang mepengaruhi sikap atau keyakinan mengenai perawatan kesehatan, dokter, dan penyakit. Apa yang seorang individu pikir tentang kesehatan pada hakekatnya bisa mempengaruhi kesehatan dan perilaku kesakitan. Seperti halnya variabel-variabel lain yang mempengaruhi, keyakinan kesehatan tidak dianggap menjadi suatu alasan langsung terhadap pemanfaatan layanan namun


(37)

betul-betul bisa berakibat pada perbedaan dalam kecenderungan ke arah pemanfaatan layanan kesehatan. Misalnya, keluarga yang sangat yakin dalam hal kemanjuran pengobatan dokter, mereka akan mencari dokter seketika dan memanfaatkan lebih banyak layanan daripada keluarga yang kurang yakin dalam hasil pengobatan tersebut.

2. Komponen pemungkin (enabling), walaupun individu akan lebih cenderung memanfaatkan layanan kesehatan, harus pula banyak perangkat yang wajib tersedia bagi mereka. Kondisi yang memungkinkan suatu keluarga bisa bertindak menilai atau memenuhi kebutuhan terkait layanan kesehatan pemanfaatannya dianggap sebagai faktor pemungkin.

Kondisi pemungkin menyebabkan sumberdaya layanan kesehatan tersedia wajib bagi individu. Kondisi pemungkin bisa diukur menurut sumberdaya keluarga seperti pendapatan, tingkatan pencakupan asuransi kesehatan. Atau sumber lain dari pembayaran pihak ketiga, apakah individunya memiliki sumberdaya perawatan kesehatan berkala atau tidak, maka sifat dari sumberdaya perawatan kesehatan berkala, dan akses kesumberdaya menjadi hal sangat penting.

Terlepas dari sifat-sifat keluarga, karakteristik pemungkin tertentu pada komunitas dimana keluarga tersebut hidup bisa juga mempengaruhi pemanfaatan layanan. Satu karakteristik demikian adalah pokok dari fasilitas kesehatan dan petugas dalam suatu komunitas. Apabila sumberdaya menjadi melimpah dan bisa dipakai tanpa harus menunggu, maka semuanya bisa dimanfaatkan lebih sering oleh masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, orang bisa berharap orang-orang yang


(38)

mengalami pendapatan rendah akan menggunakan lebih banyak layanan kesehatan medis.

Ukuran lain sumber daya masyarakat mencakup wilayah negara bagian dan sifat pola pedesaan dan perkotaan dari masyarakat dimana keluarga tinggal. Variabel-variabel ini akan dikaitkan dengan pemanfaatan dikarenakan norma-norma setempat menyangkut bagaimana pengobatan sebaiknya dipraktekkan atau melombai nilai-nilai masyarakat yang mempengaruhi perilaku individu yang tinggal di masyarakat tersebut.

3. Komponen tingkatan kebutuhan (need) saat kesakitan (illness level), ada faktor mempengaruhi dan pemungkin, bila individu atau keluarganya mengalami kesakitan sehingga kemungkinan kejadiannya dalam hal pemanfaatan layanan kesehatan akan terjadi. Faktor kebutuhan dibagi 2 katagori yaitu: perceived (persepsi seorang terhadap kesehatannya) dan evaluated (gejala dan diagnosa penyakit).

Tingkatan kesakitan memperlihatkan penyebab paling langsung pemanfaatan layanan kesehatan. Ukuran kesakitan dievaluasi adalah upaya mendapatkan masalah pesakitan sesungguhnya yang individu alami, dan secara klinis untuk menetapkan nilai kesulitan dari kesakitan tersebut.

2.1.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dapat dipengaruhi oleh : 1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan

Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil dan ibu balita


(39)

2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia

Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil dan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan 3. Keterjangkauan informasi

Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada

4. Demand (permintaan) adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar (Depkes, 1999).

2.2 Partisipasi Masyarakat

2.2.1 Pengerian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi yang berarti keturut-sertaan setiap orang di dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan, pengawasan dalam menguasai dan memelihara alam, bukan sekedar melaksanakan apa yang telah orang (kelompok) lain rencanakan dan putuskan (Maroelak Sihombing, 1980).

Menurut WHO (1979), memberikan pengertian bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat merupakan hak dan kwajiban anggota masyarakat baik sebagai individu maupun dalam kelompok, sebagaimana dinyatakan. Sedangkan Davis dan Newstrom (1993), memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang


(40)

mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu.

Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, memprakarsai dialog lintas sektoral secara berkelanjutan, menciptakan rasa memiliki terhadap program yang sedang berjalan, penyuluhan kesehatan dan mobilisasi serta membuat suatu mekanisme yang mendukung kegiatan masyarakat (Depkes, 2005).

2.2.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Partisipasi Masyarakat adalah :

(1) Kegiatan atau program sesuai dengan situasi dan kondisi sosial dari masyarakat setempat, (2) faktor kepemimpinan dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan masyarakat. Sedang sebagai indikator adanya partisipasi masyarakat keterlibatan yang luas dari masyarakat, dalam hal; (1) pengambilan berbagai keputusan, (2) pelaksanaan kegiatan, (3) pemanfaatan sarana yang telah di bangun, dan (4) pemeliharaan sarana tersebut (Compton, 1982)

Menurut Sadik (1996), Faktor pendukung yang penting lainnya adalah partisipasi masyarakat secara keseluruhan. Partisipasi aktif masyarakat, terutama Tokoh Masyarakat (TOMA) dan Tokoh Agama (TOGA), yaitu mencakup semua tahap: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program.

Menurut Soetomo (2010) yang mengutip pendapat Honaddle at all, menyebutkan sejumlah kriteria agar suatu program dari luar dapat melahirkan institusi yang dapat menjadi sarana tumbuhnya keberlanjutan adalah : (1) dapat menjadi saluran yang meningkatkan arus komunikasi dua arah (2) mereduksi faktor


(41)

resiko sampai minimal (3) mengembangkan sumber daya lokal. (4) mendorong independensi keputusan ekonomi dan politik masyarakat lokal (5) mengkoordinasikan dan mendistribusikan keuntungan dan kemanfaatan berbagai bentuk bantuan dari luar.

Hasil Studi Kasus Henri Soekirdi, dkk (2009), Partisipasi Masyarakat Terhadap Praktek Kebidanan Komunitas dengan memanfaatkan Poskesdes, di Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul, menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dilakukan sejak dari penyusunan rencana, pembekalan mahasiswa, pelaksanaan program, hingga evaluasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Abe (2005), bahwa partisipasi masyarakat dilakukan atas dasar kesadaran sendiri untuk membantu keberhasilan program pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat (Poskesdes), tidak mengharapkan besarnya sumbangan yang akan diterima dan partisipasi tersebut dilakukan sejak perencanaan, implementasi, pengendalian dan evaluasi program. Mengutip pendapat Mikkelsen dalam Soetomo (2010), membedakan adanya empat pendekatan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat. (1) Pendekatan partisipasi pasif, pelatihan dan informasi. Pendekatan ini berdasarkan pada anggapan bahwa pihak eksternal yang lebih tahu, lebih menguasai pengetahuan, teknologi, skill dan sumber daya. Bentuk partisipasi ini tipe komunikasi satu arah, dari atas ke

bawah, hubungan pihak eksternal dan masyarakat lokal bersifat vertikal. (2) Pendekatan partisipasi aktif. Dalam pendekatan ini sudah dicoba dikembangkan

komunikasi dua arah, pada dasarnya masih berdasarkan pra anggapan yang sama dengan pendekatan yang pertama, pendekatan ini sudah mulai membuka dialog, guna


(42)

memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pendekatan pelatihan dan kunjungan. (3) Pendekatan partisipasi dengan keterikatan. Pendekatan ini mirip kontrak sosial antara pihak eksernal dengan masyarakat lokal. Dalam model ini masyarakat setempat mempunyai tanggung jawab terhadap pengelola kegiatan yang telah disepakati dan mendapat dukungan dari pihak eksternal baik finansial maupun teknis. Keuntungan pendekatan ini adalah memberi kesempatan kepada masyarakat lokal untuk belajar dalam melakukan pengelolaan pembangunan dan modifikasi atas model yang disepakati sesuai dengan tujuan yang diinginkan. (4) Partisipasi atas permintaan setempat. Bentuk ini mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat. Kegiatan dan peranan pihak eksternal lebih bersifat menjawab kebutuhan yang diputuskan dan dinyatakan oleh masyarakat lokal, bukan kebutuhan berdasarkan program yang dirancang dari luar.

Dilihat dari pendekatan proses belajar sosial, pendekatan yang terakhir ini yang lebih sesuai dan banyak digunakan dalam praktik di komunitas. Sebagai salah satu contoh dalam pelaksanaan yang lebih teknis dan operasional dapat disebutkan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA), yang kemudian dikembangkan kedalam pendekatan perencanaan yang partisipatif.

Hasil dari proses belajar sosial adalah peningkatan kapasitas, baik pada tingkat warga masyarakat maupun pada tingkat komunitas, untuk melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sumber daya di lingkungan komunitasnya secara


(43)

mandiri dan berkesinambungan, maka dalam komunitas yang bersangkutan telah terjadi keberlanjutan pembangunan atau sustainability.

Menurut Soetomo (2010) yang mengutip pendapat Sajogyo, dari hasil penelitiannya di beberapa desa propinsi Nusa tenggara Timur mengatakan, bahwa pembangunan masyarakat desa yang berkelanjutan hanya dapat berlangsung atas potensi sosial budaya masyarakat di desa yang bersangkutan, di mana masyarakat mampu mengambil keputusan tentang apa yang terbaik bagi kepentingan bersama.

Menariknya dari laporan studi ini adalah, bahwa untuk berkelanjutan perlu ada perubahan pemimpin lokal, terutama pimpinan formal. Apabila sebelumnya sejak lama sudah dibina untuk mendukung program dari atas sehingga mengurangi bobot fungsinya sebagai wakil rakyat yang memilihnya, maka saat ini dan masa datang harus siap untuk mendukung dan mengakomodasi aspirasi dari bawah melalui musyawarah masyarakat desa. Kondisi yang menggambarkan masyarakat lokal merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara mandiri tadi dapat disebut dengan keberlanjutan sosial.

WHO dalam Deklarasi Alma Alta, memberi batasan mengenai pengertian partisipasi masyarakat pada program pembangunan kesehatan masyarakat sebagai proses individu dan keluarga merupakan bagian dari masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap pengembangan kapasitas masyarakat melalui kotribusi nya (WHO, 1978).

Dari batasan tersebut, jelas bahwa yang dimaksud sebagai partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah merupakan (1) suatu proses yang


(44)

dinamis yang anggota masyarakatnya baik secara individu maupun kelompok, (2) ikut aktif bertanggung jawab pada kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri dan masyarakat pada umumnya, dan (3) meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan kontribusi pada pembangunan kesehatan.

Dari beberapa pengertian tentang partisipasi masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah :

“Suatu proses keterlibatan yang bertanggung jawab dalam suatu kegiatan dari suatu individu yang merupakan suatu kegiatan (unit of action) pada proses pengambilan keputusan, kontribusi dalam pelaksanaannya dan pemanfaatan hasil kegiatan, sehingga terjadi peningkatan kemampuan kelompok tersebut dalam mempertahankan perkembangan yang telah dicapai serta mengembangkan derajat kesehatan dan kesejahteraan secara mandiri”.

Perlunya peningkatan pasrtisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat (pedesaan).

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat pedesaan secara lebih efektif dan efisien, baik dari (a) Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana dan teknologi), (b) Aspek proses (pelaksanaan, monitoring dan pengawasan), (c) Aspek keluaran atau output , pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi (Slamet, 2003).


(45)

Partisipasi masyarakat, menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan prioritas (urutan berdasar besar kecilnya tingkat kepentingannya), dengan demikian pelaksanaan (implementasi) program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien.

Penyusunan perencanaan pembangunan harus mengikuti tahapan-tahapan perencanaan. Abe (2005), berpendapat bahwa tahap-tahap dalam perencanaan pembangunan adalah penyelidikan, perumusan, menentukan tujuan dan target, mengidentifikasi sumberdaya, merumuskan rencana kerja, dan menentukan anggaran (budget) yang hendak digunakan dalam realisasi rencana. Dalam konteks upaya perubahan, langkah untuk melakukan evaluasi dapat dimasukkan dan menjadi bagian dari tahap kerja.

Mengapa anggota masyarakat diajak untuk berperan serta dan didorong untuk berpartisipasi. Alasan atau pertimbangannya adalah anggota masyarakat dianggap bahwa mereka mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingannya atau kebutuhan mereka.

1. Mereka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya.

2. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian yang terjadi dalam masyarakat.


(46)

3. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi masyarakat.

4. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (sumber daya alam, sumber daya masyarakat, dana, teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya.

5. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan SDM (sumber daya manusia) nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar (Adisasmita, 2006). Itulah sebabnya mereka (masyarakat) harus terlibat dalam pembangunan, mulai dari perencanaan agar pembangunan dimanfaatkan.

Bila dalam perencanaan masyarakat tidak terlibat maka manfaat pembangunan bagi mereka akan kecil/tidak ada, karena pembangunan yang dilaksanakan itu akan tidak selaras dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Akhirnya manfaatnya pun tidak ada bagi masyarakat.

Jika pembangunan itu tidak banyak bermanfaat atau tidak dirasakan manfaatnya oleh banyak orang di masyarakat, maka pembangunan itu bukanlah pembangunan untuk masyarakat. Atau apabila manfaat pembangunan itu bagi masyarakat hanya sesaat, sebentar alias tidak berkesinambungan, maka pembangunan itu boleh dibilang pembangunan yang tidak berkesinambungan. Yang demikian ini bisa dibilang pembangunan yang gagal.


(47)

Jadi, pengertian partisipasi dalam konteks pembangunan fasilitas kesehatan yang memerdekakan ini, bukanlah semata-mata berdasarkan "kebaikan hati" para elite pengambil keputusan. Akan tetapi, partisipasi adalah hak dasar yang sah dari umat manusia, untuk turut serta merencanakan saat pelaksanaan musyawarah masyarakat desa, dalam mengendalikan pembangunan fasilitas kesehatan yang menjanjikan sesuai dengan harapan masyarakat

Seperti banyaknya proyek pengembangan yang sedang trend dilakukan saat ini, makna yang tepat dari partisipasi adalah sesuatu yang sukar dipahami, akhirnya, banyak kritik atau tanggpan dalam pelaksanaan pembangunan merupakan kepentingan dari pembuat program yang keputusannya diambil langsung oleh atasan dengan mengabaikan para bawahan (Gardner, at.al, 1992).

2.2.3 Jenis – Jenis Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan pengertian tentang partisipasi dalam pembangunan seperti diuraikan di atas, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis (Slamet, 2003) :

1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.

2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.

3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung.

4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya.


(48)

Kemungkinan adanya jenis partisipasi yang lain masih ada, tetapi seperti halnya dengan jenis ke lima, partisipasi semacam itu tidak dikehendaki. Tanpa partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil pembangunan Desa Siaga berarti pula bahwa masyarakat tidak naik tingkat hidup atau tingkat kesejahteraannya.

Jelaslah kiranya bahwa partisipasi masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tanpa partisipasi masyarakat setiap pembangunan harus dinilai tidak berhasil. Karena itu penting sekali lagi bagi kita semua untuk memikirkan dan mengusahakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan pembangunan desa (Dwivedi, 2004).

2.2.4 Syarat – Syarat Partisipasi Masyarakat

Setelah menyadari betapa pentingnya partisipasi, maka perlu kita memikirkan lebih lanjut syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Menurut pendapat Slamet (2003), syarat-syarat itu dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu, satu adanya kesempatan untuk membangun dalam pembangunan Desa Siaga, kedua adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu, dan ketiga adanya kemauan untuk berpartisipasi (Chambers, 1996).

2.2.5 Pembangunan Partisipatif

Pembangunan partisipatif dilakukan, menyangkut: (1) tahapan-tahapan dari kegiatan yang harus dilakukan. (2) Analisis-analisis apa yang harus dikerjakan, sampai kepada (3) Penyusunan program pembangunan yang dibutuhkan oleh


(49)

masyarakat setempat, dan akhirnya adalah (4) Implementasi dari program pembangunan yang telah ditetapkan dengan beberapa tahap.

Tahapan dari kegiatan yang harus dilakukan adalah: (a) sosialisasi, (b) pendampingan, (c) Penguatan kelembagaan dan (d) implementasi program pembangunan (Wrihatnolo, at all, 2007).

Jika pada masa yang lalu anggota masyarakat bersifat pasif, maka dalam pembangunan masa depan sifat tersebut perlu dimotivasi dan didinamisasi secara lebih kreatif dan mampu untuk memanfaatkan peluang, dengan demikian masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan Desa Siaga.

Keberhasilan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumberdana keuangan dan manajemen keuangan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respons masyarakat terhadap pembangunan atau dapat disebut sebagai partisipasi masyarakat.

Untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa dan diterima oleh masyarakat (capable and acceptable local leadership) yang mampu mensinergikan tradisi sosial budaya dengan proses manajemen modern.

Partisipasi masyarakat dalam tingkat individu dapat dilakukan dengan mendorong/menganjurkan dalam kegiatan Desa Siaga dan perlindungan secara memadai. Pengadaan kampanye Poskesdes yang intensif dan penyebaran leaflet merupakan upaya-upaya yang dilakukan di tingkat masyarakat.


(50)

Pembentukan kader atau kelompok kerja dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan geografis dan demografis dalam desa siaga. Memperkenalkan program desa siaga (Poskesdes) pada seluruh element masyarakat, serta mengajak sektor swasta untuk terlibat dalam program desa siaga (Poskesdes), selain itu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dengan pemberian insentif bagi yang berperan aktif (Depkes, 2005).

2.2.6 Tahapan dan Manfaat Perencanaan Partisipatif

Untuk menjaring dan menyaring program-program pembangunan yang dibutuhkan masyarakat ditempuh melalui FGD (Focus Group Discussion atau Diskusi Kelompok Terfokus). Bukan suara terbanyak yang menjadi kriteria, dan tidak menjamin prioritas peringkat pertama dari suatu program Desa Siaga. Dalam menentukan prioritas program pembangunan harus digunakan kriteria yang terukur menggunakan bobot dan nilai dari masing-masing kriteria yang digunakan terhadap program pembangunan Desa Siaga yang diusulkan (Adisasmita, 2006).

Gambar 2.1. Tahapan Perencanaan Partisipatif Analisis Masalah dan Penentuan Prioritas Masalah

Analisis Potensi dan Kendala yang Dihadapi

Analisis Kepentingan (Kebutuhan) Kelompok dalam Masyarakat

Perumusan Rencana Program Pembangunan Swadaya


(51)

Perencanaan secara partisipatif diperlukan karena memberi manfaat sekurang-kurangnya, yakni:

1. Anggota masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonominya dan mampu mengidentifikasi bidang-bidang / atau sektor-sektor yang perlu dilakukan perbaikan, dengan demikian diketahui arah masa depan mereka.

2. Anggota masyarakat dapat berperan dalam perencanaan masa depan masyarakatnya tanpa memerlukan bantuan para pakar atau instansi perencanaan pembangunan dari luar pedesaan.

3. Masyarakatnya dapat menghimpun sumberdaya dan sumber dana dari kalangan anggota masyarakat untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki masyarakat (Adisasmita, 2006).

2.3 Pos Kesehatan Desa

2.3.1 Pengertian Pos Kesehatan Desa

Pos Kesehatan Desa adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar musyawarah dalam rangka:

1. Meningkatkan perilaku hidup bersih & sehat (PHBS) masyarakat desa. 2. Meningkatkan kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap


(52)

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat desa dan tenaga kesehatan.

5. Meningkatkan dukungan dan peran-aktif berbagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat desa.

Upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).

a. Tenaga Poskesdes

Tenaga masyarakat: kader penggerak ketrampilan keluarga, kader posyandu, tenaga sukarela lain. Tenaga kesehatan: bidan plus (bidan yang sudah mendapat pendidikan dan pelatihan tentang poskesdes), tenaga gizi, sanitarian. Tenaga lain: petugas - petugas sektor terkait (misal: petugas lapangan keluarga berencana).

2.3.2 Tujuan Poskesdes a. Tujuan umum

Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.


(53)

b. Tujuan khusus

1. Terselenggaranya Promosi Kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

2. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko).

3. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan.

4. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga professional kesehatan.

5. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa. 2.3.3 Sumberdaya yang terdapat dalam Poskesdes

a. Sarana bangunan Poskesdes

Sarana bangunan untuk Poskesdes dapat diupayakan dengan berbagai alternatif, yaitu :

1. Memanfaatkan/mengembangkan bangunan polindes yang sudah ada 2. Memanfaatkan/memodifikasi bangunan lain yang sudah ada


(54)

4. Membangun baru dengan fasilitasi dari dunia usaha

5. Membangun baru melalui swadaya masyarakat, atau dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donator.

2.3.4 Ruang lingkup kegiatan Poskesdes

Ruang lingkup kegiatan Poskesdes meliputi upaya kesehatan yang menyeluruh mencakup upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.

Kegiatan Poskesdes utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, dan surveilans lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawat-daruratan kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar.

Kegiatan Poskesdes lainnya yang merupakan kegiatan pengembangan yaitu promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, dan lain-lain. Sebagai bentuk pertanggung-jawaban maka kegiatan di Poskesdes didukung dengan pencatatan dan pelaporan.

Poskesdes juga merupakan pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM, menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat, kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) terkait.

Kegiatan dilakukan berdasarkan pendekatan edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah dan mufakat yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi masyarakat setempat.


(55)

2.3.5 Fungsi Poskesdes

a. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.

b. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan.

c. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan.

d. Sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa. 2.3.6 Prioritas pengembangan Poskesdes

Mengingat Poskesdes merupakan salah satu upaya memeratakan pelayanan kesehatan yang sekaligus wahana partisipasi masyarakat, prioritas pengembangannya adalah :

a. Desa/kelurahan yang tidak terdapat sarana kesehatan (Puskesmas dan rumah sakit).

b. Adapun desa yang terdapat Puskesmas Pembantu masih memungkinkan untuk dikembangkan Poskesdes.

c. Desa di lokasi terisolir, terpencil, tertinggal, perbatasan atau kepulauan. 2.3.7 Manfaat Poskesdes

1. Bagi Masyarakat Desa

a. Permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, sehingga dapat ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada.


(56)

b. Masyarakat Desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau (secara geografis).

2. Bagi Kader

a. Kader mendapatkan informasi awal dibidang kesehatan.

b. Kader mendapatkan kebanggaan, bahwa dirinya lebih berkarya bagi warga desanya.

3. Bagi Puskesmas

a. Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan segala sumberdaya secara efektif dan efisien.

b. Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

4. Bagi Sektor Lain

a. Dapat memadukan kegiatan sektornya dengan bidang kesehatan.


(57)

2.3.8 Kedudukan dan Hubungan Kerja

Kedudukan dan hubungan kerja antara Poskesdes dengan unit-unit serta masyarakat, dapat digambarkan:

Gambar 2.2 Kedudukan Hubungan Kerja Poskesdes (Depkes, 2006) 1. Dinkes Kabupaten/ Kota, sebagai penyelia dan Pembina Puskesmas serta

yang menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa siaga.

2. RSUD Kabupaten/ Kota, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas, termasuk pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

3. Puskesmas, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh Poskesdes dan memfasilitasi pengembangan desa siaga khususnya Poskesdes.

4. Poskesdes, sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) sehingga permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, dan dapat ditangani dengan


(58)

cepat sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada terutama dalam tanggap darurat dan bencana berupa dibentuknya :

a. Donor Siaga

Yaitu warga yang sukarelawan memenuhi syarat untuk menjadi donor darah dan menyepakati dengan ibu hamil, pentingnya mengetahui golongan darah untuk disesuaikan dengan golongan darah ibu hamil.

Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan, apabila ada salah seorang warga yang membutuhkan darah. Membuat daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil, pendampingan ini minimal empat warga / orang dengan satu orang ibu hamil.

b. Ambulan Siaga

Ambulan desa adalah suatu alat tranportasi yang dapat digunakan untuk mengatar warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan. Ambulan desa dapat berupa alat-alat tranportasi yang dimiliki warga desa tersebut seperti becak, gerobak, andong, perahu, motor, mobil, dll.

Peran kader disini memotivasi warga agar apabila suatu saat ada warga yang membutuhkan pertolongan untuk pergi ketempat pelayanan kesehatan dengan segera, dapat menggunakan alat transportasi yang dimilikinya sebagai ambulan Desa.


(59)

2.3.9 Potensi Desa

Potensi Desa adalah kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat di dalam penggerakan dan pemberdayaan masyarakat untuk menyelesaikan masalah, agar dapat diatasi oleh masyarakat itu sendiri dengan menggunakan sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat di desanya (Depkes, 2006).

Potensi desa ada yang berupa fisik terdiri dari tanah, air, iklim, manusia dan hutan, serta yang non fisik antara lain gotong royong, kekeluargaan, dan lembaga sosial (Elfindri, 2003). Maju mundurnya desa akan tergantung pada beberapa faktor, yaitu potensi desa, interaksi desa dengan kota atau antara desa dengan desa dan lokasi desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju.

Kemampuan (potensi) yang dimiliki masyarakat dapat berupa: a. Tokoh-tokoh Masyarakat

Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat formal (Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala Dusun, Kepala Desa) maupun tokoh non formal (Tokoh Agama, tokoh adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan (Depkes, 2006).

Dalam pengembangan desa siaga, tokoh masyarakat berperan sebagai pemberdaya masyarakat dan penggali sumber daya untuk kesinambungan dan kelangsungan desa siaga, serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) lainnya, dan mempunyai fungsi:


(60)

a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa siaga. b. Menaungi dan membina kegiatan desa siaga.

c. Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa siaga. d. Memberikan dukungan dalam pengelolaan desa siaga.

e. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan UKBM yang ada.

f. Bila memungkinkan juga memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana. b. Kader

Menurut Pemerintah Dalam Negri No.7 tahun 2007 tentang kader pemberdayaan masyarakat adalah anggota masyarakat Desa/ Kelurahan yang memiliki pengetahuan dan kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan hasil pembangunan di desanya c. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah atap dalam keadaan saling ketergantungan yang berada di Desa , baik yang aktif berpartisipasi dan mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes maupun yang tidak mau berpartisipasi dan tidak mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes (Depkes, 2006).

d. Organisasi Kemasyarakatan

Organisassi yang ada di masyarakat seperti PKK (Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga), Karang Taruna, Pengajian, dan lain sebagainya merupakan


(61)

wadah berkumpulnya para anggota dari masing-masing organisasi tersebut, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkan-nya dalam upaya pembangunan kesehatan.

e. Dana Masyarakat

Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Tetapi pada golongan masyarakat yang tidak mampu ekonominya, pra-sejahtera, penggalangan dana masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan-tabungan atau sistem asuransi yang bersifat subsidi silang. Potensi dana yang ada di masyarakat antara lain jimpitan, iuran dana sosial RT (dana sehat, tabungan ibu bersalin) koperasi, kelompok usaha (pembuatan telur asin, keripik singkong, minuman sehat, dll) (Elfindri, 2003).

f. Sarana dan Material yang Dimiliki Masyarakat

Identifikasi sarana dan material yang dimiliki oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat (Seminar Nasional, 2008).

g. Teknologi yang Dimiliki Masyarakat

Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri dalam memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat sederhana tapi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya misal penyaluran air


(62)

menggunakan bambu dll. Untuk itu pemerintah sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.

h. Pengetahuan Masyarakat

Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat tradisionil (asli Indonesia) pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna. Pengetahun yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan uapaya pembangunan kesehatan yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya (Cambes, 1996).

2.3.10 Peran dan Fungsi

a. Peran dan fungsi tokoh masyarakat

Pengembangan desa siaga, peran tokoh masyarakat sebagai pemberdaya masyarakat dan penggali sumber daya untuk kesinambungan dan kelangsungan desa siaga, serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) lainnya, dan mempunyai fungsi :

a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa Siaga. b. Menaungi dan membina kegiatan desa siaga.

c. Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa Siaga. d. Memberikan dukungan dalam pengelolaan desa siaga.

e. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Poskesdes) dan UKBM yang ada.


(1)

C.

PHBS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 32.3

Excludeda 63 67.7

Total 93 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.873 7

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

phbs1 1.67 .479 30

phbs2 1.87 .346 30

phbs3 1.63 .490 30

phbs4 1.73 .450 30

phbs5 1.63 .490 30

phbs6 1.30 .466 30


(2)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

phbs1 9.80 4.166 .775 .837

phbs2 9.60 4.869 .606 .862

phbs3 9.83 4.075 .807 .832

phbs4 9.73 4.409 .689 .850

phbs5 9.83 4.557 .533 .871

phbs6 10.17 4.902 .384 .889

phbs7 9.83 4.075 .807 .832

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

11.47 5.913 2.432 7

D.

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 32.3

Exclude

da 63 67.7

Total 93 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.


(3)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.980 22

Item Statistics

Mean

Std.

Deviation N

pkd1 1.23 .430 30

pkd2 1.20 .407 30

pkd3 1.23 .430 30

pkd4 1.23 .430 30

pkd5 1.13 .346 30

pkd6 1.13 .346 30

pkd7 1.23 .430 30

pkd8 1.20 .407 30

pkd9 1.23 .430 30

pkd10 1.17 .379 30

pkd11 1.13 .346 30

pkd12 1.27 .450 30

pkd13 1.17 .379 30

pkd14 1.10 .305 30

pkd15 1.13 .346 30

pkd16 1.13 .346 30

pkd17 1.20 .407 30

pkd18 1.23 .430 30

pkd19 1.17 .379 30

pkd20 1.13 .346 30

pkd21 1.07 .254 30


(4)

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

pkd1 24.60 44.248 .962 .978

pkd2 24.63 44.516 .968 .978

pkd3 24.60 44.248 .962 .978

pkd4 24.60 44.248 .962 .978

pkd5 24.70 47.252 .540 .981

pkd6 24.70 46.838 .630 .981

pkd7 24.60 44.248 .962 .978

pkd8 24.63 44.516 .968 .978

pkd9 24.60 44.248 .962 .978

pkd10 24.67 45.264 .888 .979

pkd11 24.70 46.148 .781 .980

pkd12 24.57 44.875 .806 .980

pkd13 24.67 45.264 .888 .979

pkd14 24.73 47.168 .638 .981

pkd15 24.70 46.217 .766 .980

pkd16 24.70 47.252 .540 .981

pkd17 24.63 44.516 .968 .978

pkd18 24.60 44.248 .962 .978

pkd19 24.67 45.264 .888 .979

pkd20 24.70 46.217 .766 .980

pkd21 24.77 48.047 .519 .981

pkd22 24.73 47.099 .655 .981

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(5)

(6)