salonklinik kecantikan. Hasil dari pemeriksaan tersebut disajikan dalam grafik sebagai berikut:
Grafik 1.1 Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetik 2012
Keterangan:
MK: Memenuhi Ketentuan TMK: Tidak Memenuhi Ketentuan
Sumber :
Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan Kota Bandar Lampung Tahun 2013
Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan terhadap distributor kosmetik, toko kosmetik, dan kliniksalon
kecantikan ditemukan bahwa 93 sarana atau 75,6 telah sesuai dengan ketentuan, sedangkan 30 sarana atau 24,4 tidak memenuhi ketentuan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada 123 sarana atau 19,68 dari 625 sarana yang terinventarisir. Dari penemuan kosmetik yang tidak memenuhi ketentuan
tersebut terdapat 5 saranatoko kosmetik yang dilakukan tindak lanjut ke proses pengadilan dari 9 sarana yang dilakukan pemeriksaan.
Razia yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan BBPOM terhadap
saranatoko, kliniksalon
kecantikan tersebut
dalam rangka
meminimalisir angka peredaran kosmetik ilegal dan mengandung bahan
93 30
123 MK
TMK Jumlah
berbahaya. Hasil razia tersebut menunjukkan bahwa masih ditemukannya saranatoko kosmetik yang menggunakan kosmetik yang mengandung bahan
berbahaya. Pada tahun 2013 juga masih ditemukan kosmetik berbahan berbahaya pada klinik-klinik kecantikan di Bandar Lampung, namun pihak BBPOM bersikap
acuh terhadap temuan tersebut. Sumber: Harian Radar Lampung terbit tanggal 8 Januari 2014 .
Dengan adanya permasalahan masih beredar luasnya kosmetik ilegal dan mengandung bahan berbahaya di tokosarana dan kliniksalon kecantikan yang
dimuat oleh Harian Radar Lampung diatas, serta sikap BBPOM yang acuh dalam hal masih ditemukannya kosmetik berbahan berbahaya, maka perlu diadakannya
penilaian sejauhmana kinerja BBPOM dalam melakukan pengawasan. Kinerja merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Wibawa dan Atmosudirdjo dalam Harbani 2013: 176 bahwa kinerja organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk
kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha- usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-
menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif. Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka hasil kerja yang dicapai oleh BBPOM
sebagai badan yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam mengawasi peredaran kosmetik perlu dilakukan penilaian. Apakah kinerja BBPOM dalam
mengawasi peredaran kosmetik telah memberikan hasil yang memuaskan atau belum. Apabila kinerja BBPOM dalam hal pengawasan tersebut telah
memberikan hasil yang maksimal, maka kosmetik-kosmetik ilegal yang selama ini
beredar bebas dipasaran tidak akan lagi ditemukan. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk mengadakan riset mengenai “Kinerja Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan Kota Bandar Lampung Dalam Mengawasi Peredaran Kosmetik Ilegal di Provinsi Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kinerja BBPOM Kota Bandar Lampung dalam mengawasi peredaran kosmetik ilegal di Provinsi Lampung?
2. Apa sajakah faktor penyebab masih beredarnya kosmetik ilegal di Provinsi Lampung?
3. Apa sajakah faktor penghambat BBPOM Kota Bandar Lampung dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran kosmetik ilegal di Provinsi
Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kinerja BBPOM Kota Bandar Lampung dalam mengawasi peredaran kosmetik ilegal di Provinsi Lampung.
2. Menganalisis penyebab masih beredarnya kosmetik ilegal di Provinsi Lampung.
3. Menganalisis tentang faktor penghambat kinerja BBPOM dalam melakukan pengawasan kosmetik ilegal di Provinsi Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
a. Secara akademis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi pemikiran bagi studi Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai kinerja BBPOM Kota Bandarr Lampung dalam mengawasi
peredaran kosmetik ilegal di Provinsi Lampung. b.
Secara praktis diharapkan penelitian ini mampu memberikan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam penilaian
terhadap kinerja BBPOM Kota Bandar Lampung. c.
Sebagai salah satu referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja performance adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatankebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi yang tertuang dalam startegic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan
individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau
organisasi tidak dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya sumber: Mahsun 2006:25.
Menurut Chaizi Nasucha dalam Sinambela 2012:186 kinerja organisasi didefinisikan sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi
kebutuhan yng ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha- usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-
menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif. Wibowo 2011:7 mengatakan bahwa kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang
memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil
kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung, Berdasarkan beberapa definisi mengenai kinerja organisasi diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja organisasi merupakan hasil kerja organisasi ataupun gambaran mengenai apakah suatu organisasi telah dapat melaksanakan kegiatankebijakan
sesuai dengan visi dan misi yang telah dibuat oleh organisasi.
2. Pengukuran Kinerja
Wibowo 2011:229 menjelaskan bahwa Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi
dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waku yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai
dengan yang diharapkan. Untuk melakukan penilaian tesebut diperlukan kemampuan untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja.
Gary Dessler dalam Pasolong 2013: 182 menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah merupakan upaya sistematis untuk membandingkan apa yang dicapai
seseorang dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya, yaitu untuk mendorong kinerja seseorang agar bisa berada diatas rata-rata.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah menilai hasil kerja suatu organisasi publik. Penilaian hasil kerja tersebut
untuk melihat apakah hasil yang dicapai oleh suatu organisasi publik telah sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh organisasi publik tersebut.
3. Tujuan Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerja menurut Mardiasmo dalam Sinambela 2012: 187
mempunyai tiga tujuan, yaitu: 1.
Membantu memperbaiki kinerja agar kegiatan terfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
2. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
4. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja Organisasi Publik
Menurut Mahsun dalam Sinambela 2012:187 terdapat empat elemen pengukuran kinerja organisasi publik, yaitu:
1. Menetapkan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Organisasi
Tujuan adalah pernyataan secara umum tentang apa yang ingin dicapai sebagai penjabaran dari visi dan misi yang telah ditentukan oleh organisasi
publik. Kemudian ditentukan sasaran yaitu tujuan organisasi yang dinyatakan secara eksplisit dengan dibatasi waktu yang jelas kapan sasaran
itu akan dicapai. Selanjutnya ditentukan strategi pencapaiannya yang menggambarkan bagaimana mencapainya.
2. Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran
kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator dan