Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen mencakup penentuan tujuan, bagaimana
rencana untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan dan memaksimalkan sumber daya yang ada, yang kesemuanya difokuskan
dalam rangka pencapaian tujuan di organisasi tersebut.
2.2.2. Konsep Perencanaan
Untuk memberikan pemahaman mengenai penelitian ini, maka berikut beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli. Kata perencanaan
merupakan istilah yang memiliki cakupan yang luas dalam kegiatannya. Perencanaan planning adalah fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
diproses oleh perencana planner, hasilnya menjadi rencana plan. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan rencana. Produk dari
perencanaan adalah rencana Hasibuan, 2006:91. Para perencana dikemukakan oleh Hamzens 2005:142 bahwa haruslah orang-orang yang
profesional di bidangnya yang mampu melihat pada kondisi empiris serta melakukan anlisis sesuai bidangnya masing-masing.
Konsepsi dasar yang diungkapkan oleh Siswanto 2007:42 menggambarkan perencanaan sebagai proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan
menentukan cakupan pencapaiannya. Tidak jauh berbeda, secara sederhana berkaitan dengan tujuan perencanaan juga diungkapkan oleh Allen dalam
Manullang 1996:38 yang merumuskan perencanaan sebagai sebuah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pendapat ini serupa dengan apa yang dikemukakan oleh Stoner dan Wankel
dalam Siswanto 2007:2 bahwa perencanaan adalah menetapkan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan. Robbins dan Coulter dalam Sule dan
Saefullah 2005:96 mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengkordinasikan seluruh pekerjaan hingga tercapainya tujuan organisasi. Secara sederhana pula perencanaan diartikan oleh Tjokroamidjojo dalam
Widjaya 1995: xiii sebagai suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Terry dan Rue 1996:43-44 menjelaskan bahwa di dalam fungsi- fungsi manajemen, perencanaan merupakan sebuah proses memutuskan
tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai.
Pelaksanaan perencanaan seperti diungkapkan oleh Hamzens 2005:8 juga harus dipandang sebagai suatu kegiatan yang yang terus-menerus dan
berkelanjutan untuk menyelesaikan masalah publik. Terry dan Rue juga mengemukakan bahwa perencanaan merupakan bagian
yang paling awal dari fungsi-fungsi manajemen yang lain dengan urutan siklus sebagai berikut:
1. Planning – menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2. Organizing – mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan tersebut. 3. Staffing – menentukan kebutuhan-kebutuhan sumber daya manusia,
pengarahan, penyaringan latihan dan pengembangan tenaga kerja. 4. Motivating - mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia-manusia
ke arah tujuan. 5. Controlling – mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan
sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan- tindakan korektif bila diperlukan.
Definisi mengenai perencanaan juga diungkapkan oleh Sarwoto dalam Syafii 1998:49 yang menganggap bahwa perencanaan adalah suatu gejala
yang umum dan mutlak diperlukan terutama bagi usaha-usaha yang mempunyai lapangan yang luas, serta merupakan fungsi pertama yang harus
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Jadi, perencanaan merupakan persiapan teratur dari setiap usaha untuk mewujudkan tujuan.
Terry dalam Syafii 1998:49 kemudian juga mengemukakan bahwa perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu, maka manajemen perencanaan merupakan sebuah tindakan yang berupaya menghasilkan
keputusan-keputusan dan tindakan yang mengarahkan suatu kebijakan pada
suatu tujuan dan hasil dengan memperhatikan resiko, dan tindakan yang diambil.
Sementara itu, Miro 2005:3 menjelaskan perencanaan sebagai proses, tahapan, langkah-langkah yang harus dilalui dan dilakukan untuk mencapai
produk atau hasil, sasaran object, tujuan goals, cita-cita atau keinginan target serta mewujudkan dan merealisasikan ide-ide atau gagasan yang
sudah dinyatakan sebelumnya. Ini menerangkan bahwa tahapan perencanaan merupakan tahap yang menentukan dalam pencapaian sebuah tujuan dan
sasaran. Beberapa hal menurut Hasibuan 2006:91 yang membuat perencanaan menjadi tahapan yang sangat penting, karena:
1. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang akan dicapai;
2. tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan sehingga banyak pemborosan;
3. rencana adalah dasar pengendalian, karena tanpa ada rencana pengendalian tidak dapat dilakukan;
4. tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen yang dilakukan.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan merupakan kegiatan terintegrasi yang dikoordinasikan dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi. Dari perumusan-perumusan mengenai definisi perencanaan di atas, suatu rencana juga harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Penjelasan dari perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya, faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan; 2. penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan itu harus dikerjakan dan
mengapa tujuan yang ditentukan itu harus dicapai; 3. penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan
sehingga tersedia segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu;
4. penjelasan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya pekerjaan baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan maupun untuk seluruh
pekerja; 5. penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaannya,
baik mengenai kuantitas maupun kualitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi pegawai, seperti keahlian, pengalaman, dan sebagainya; serta
6. penjelasan tentang tehnik mengerjakan pekerjaan. Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini konsep perencanaan
program BRT Kota Bandar Lampung oleh pemerintah kota dan stakeholder dapat diidentifikasi melalui tujuan program BRT yang akan dicapai di masa
depan, pedoman perencanaan program BRT, perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan, hingga aktivitas pemerintah kota Bandar Lampung dan
stakeholder yang terkait dalam perencanaan program BRT.
2.2.3. Fungsi dan Tujuan Perencanaan