Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor

EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEKTOR AGRIBISNIS
NASABAH BRI UNIT CIAMPEA BOGOR

ANUGRAH MAHADHI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas
Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor
Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Anugrah Mahadhi
NIM H34090009

ABSTRAK
ANUGRAH MAHADHI. Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor.
Dibimbing oleh DWI RACHMINA
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang
bisnis yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan nasional. Keterbatasan modal sebagai salah satu faktor yang
menghambat perkembangan UMKM. Bank adalah lembaga keuangan yang dapat
membantu masyarakat untuk mengatasi keterbatasan modal dengan pinjaman
dalam bentuk kredit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem,
efektivitas, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan UMKM. Observasi dan
wawancara dilakukan dengan 45 responden sebagai nasabah sektor agribisnis BRI
unit Ciampea dengan metode proporsional dan purposive sampling. Hasilnya
adalah penyaluran kredit menurut pihak bank menunjukkan penilaian efektif

berdasarkan adanya tren peningkatan dana kredit dan proporsi jumlah nasabah
sektor agribisnis dari tahun 2010-2012 serta persentase tunggakan dan NPL
masing-masing 2.16 dan 3.65 masih dalam kondisi keuangan yang ideal bagi bank.
Selain itu, perubahan omzet dan pendapatan responden setelah menerima kredit
meningkat masing-masing sebesar 27.51% dan 28.25% dari omzet dan
pendapatan sebelumnya. Perubahan dalam jumlah pendapatan yang responden
telah melampaui perkiraan perubahan omzet dan pendapatan setelah menerima
kredit menurut pihak bank yaitu omzet dan pendapatan responden meningkat
sebesar 20% setiap tahun.
Kata Kunci: efektivitas, pengaruh, kredit, pendapatan, UMKM sektor agribisnis,
BRI Unit Ciampea
ABSTRACT
ANUGRAH MAHADHI. Effectiveness Credit Distribution of Micro, Small,
and Medium Enterprises (MSMEs) Agribusiness Sector to Customer of BRI Unit
Ciampea Bogor. Supervised by DWI RACHMINA.
Micro, small, andmedium enterprises (MSMEs) is one area of business
that has the potential to increase economic growth and national development.
Lack of capital was one of the factors that constraint the development of MSMEs.
Bank is a financial institution that can help people to overcome limitations with
loan capital in the form of credit. The purpose of this study was analyze the

system, effectiveness, and effect of credit to MSMEs income. Observations and
interviews were conducted with 45 respondents as BRI Unit Ciampea agribusiness
customers with proportional method and purposive sampling. The result was
credit distribution shows effective assessment based on the trend of increasing
credit funds and the proportion of the number of customers agribusiness sector in
2010-2012 as well as the percentage of credit arrears and NPL respectively 2.16
and 3.65 were still in ideal conditions for bank finance. In addition, changes in
revenue and income respondents after receiving loans increased respectively by
27.51% and 28.25% from the previous. Changes in the amount of revenue and
income that the respondent has exceeded estimates change that revenue and
income of respondents increased 20% every year.
Keywords: effectiviness, effect, credit, income, MSMEs, BRI Unit Ciampea

EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEKTOR AGRIBISNIS
NASABAH BRI UNIT CIAMPEA BOGOR

ANUGRAH MAHADHI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari hingga
Maret 2013 adalah pembiayaan, dengan judul Efektivitas Penyaluran Kredit
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI
Unit Ciampea Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem
penyaluran kredit, menganalisis efektivitas kredit menurut bank, menganalisis

penilaian nasabah terhadap kredit, dan menganalisis pengaruh kredit terhadap
pendapatan usaha nasabah BRI Unit Ciampea.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku pembimbing skripsi, Bapak Agus
Kurniawan selaku Kepala Unit BRI Unit Ciampea, Bapak Teguh dan Ibu Neneng
selaku Account Officer BRI Unit Ciampea yang banyak mendampingi dan
memberikan ilmu, wawasan, dan curahan waktu kepada penulis selama
melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak,
Mama, Benny, Sarah, Krisna dan seluruh keluarga besar tercinta atas limpahan
doa dan kasih sayangnya.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Stefan
Efendi, Debby Febrina Simanjuntak, Margaretta Seftiana, Winny S. Gulo, Cecep
Sentawulan, Achmad Fachruddin, Anggi Lesmana, serta teman-teman terkasih
Agribisnis 46 lainnya yang telah menemani penulis selama menjalani kegiatan
perkuliahan di Departemen Agribisnis IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Anugrah Mahadhi

Judul Skripsi : Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit
Ciampea Bogor
Nama
: Anugrah Mahadhi
NRP
: H34090009

Disetujui oleh,

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi.
Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN ....................................................................................................
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit
7
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi danPengembalian Kredit
8
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penyaluran Kredit
9
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................................................
Kerangka Pemikiran Teoritis
11
Permintaan dan Penawaran Kredit ................................................................ 11
Penilaian Kredit ............................................................................................. 12
Konsep dan Kriteria Penilaian Efektivitas Kredit.......................................... 14
Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan
15
Kerangka Pemikiran Operasional
18
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 21
Jenis dan Sumber Data.. .................................................................................... 21
Metode Penentuan Sampel.. .............................................................................. 21

Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 22
Analisis Kualitatif .......................................................................................... 22
Analisis Kuantatif .......................................................................................... 24
GAMBARAN UMUM BRI UNIT CIAMPEA
Profil BRI Unit Ciampea ....................................................................................... 25
Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan BRI Unit Ciampea .................................... 25
Struktur Organisasi BRI Unit Ciampea ............................................................. 26
Produk Utama BRI Unit Ciampea ..................................................................... 28
Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea ..................................... 29
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN PENGARUH KREDIT TERHADAP
PENDAPATAN USAHA
Karakteristik Responden ................................................................................... 33
Karakteristik Personal Responden ................................................................. 33
Karakteristik Usaha Responden ..................................................................... 36
Karakteristik Kredit Responden..................................................................... 37
Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM menurut Penilaian Bank .......................... 39
Penilaian Penyaluran Kredit UMKM menurut Nasabah ................................... 43
Pengaruh Penyaluran Kredit UMKM Terhadap Pendapatan Nasabah
51


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................................ 55
Saran. ................................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 57
LAMPIRAN .......................................................................................................... 59
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 67

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala
usaha tahun 2011
Nilai Produk Domestik Bruto sektor Usaha mikro, kecil, dan menengah
dan Nasional tahun 2009-2011 atas dasar harga berlaku
Data kredit perbankan tahun 2010-triwulan II 2012
Bank penyedia kredit UMKM tahun 2011
Laporan perkembangan umum BRI Unit Ciampea tahun 2011-2012
Data jumlah responden BRI Unit Ciampea berdasarkan klasifikasi
sektor agribisnis tahun 2013
Penentuan kategori penilaian penyaluran kredit menurut nasabah BRI
Unit Ciampea
Sebaran responden berdasarkan karakteristik usia nasabah BRI Unit
Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin nasabah
BRI Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan
nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah tanggungan dalam
keluarga nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik omzet usaha per tahun
nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik lama usaha nasabah BRI
Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik pengalaman meminjam
nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah pinjaman nasabah
BRI Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik frekuensi pinjaman
nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013
Sebaran responden berdasarkan karakteristik jangka waktu
pengembalian nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013
Realisasi dana kredit UMKM sektor agribisnis BRI Unit Ciampea
tahun 2010-2012
Laporan persentase tunggakan dan Non performing Loan BRI Unit
Ciampea tahun 2010-2012
Jangkauan penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis nasabah BRI
Unit Ciampea tahun 2010-2012

1
2
3
3
5
22
23
34
34
35
35
36
36
37
38
38
39
40
41
42

21. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
persyaratan awal BRI Unit Ciampea tahun 2013
22. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
prosedur pinjamanBRI Unit Ciampea tahun 2013
23. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
realisasi kreditBRI Unit Ciampea tahun 2013
24. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
biaya administrasi BRI Unit Ciampea tahun 2013
25. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
tingkat bunga BRI Unit Ciampea tahun 2013
26. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
agunan BRI Unit Ciampea tahun 2013
27. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
pelayanan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013
28. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria
pemantauan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013
29. Penilaian penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis menurut
reesponden BRI Unit Ciampea tahun 2013
30. Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden sebelum dan setelah
memperoleh kredit BRI Unit Ciampea tahun 2013

43
44
45
46
46
47
48
49
50
52

DAFTAR GAMBAR
1. Kurva pengaruh kredit terhadap pendapatan
2. Kerangka pemikiran operasional
3. Struktur organisasi BRI Unit Ciampea
4. Sistem penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea

17
20
27
33

DAFTAR LAMPIRAN
1. Contoh brosur pinjaman BRI Unit Ciampea
2. Contoh brosur pinjaman BRI Unit Ciampea
3. Contoh formulir aplikasi pembukaan rekening BRI Unit Ciampea
4. Contoh formulir aplikasi pengajuan kredit UMKM BRI Unit Ciampea
5. Hasil pengujian pengaruh kredit dan perkiraan peningkatan pendapatan
responden dengan menggunakan t-spared method

60
61
62
64
66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu unit
usaha yang strategis di Indonesia. Perkembangan sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kegiatan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang berkembang dan
mampu konsisten, bertahan dari berbagai gejolak seperti kejadian krisis pada
tahun 1997-1998. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bagi
perekonomian Indonesia yaitu salah satu sumber penyediaan lapangan pekerjaan
dan salah satu sumber penerimaan pendapatan negara dalam bentuk produk
domestik bruto nasional.1
Usaha mikro, kecil, dan menengah mendominasi dari jumlah unit usaha
dan jumlah penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia sementara sektor usaha
besar hanya mengambil sebagian kecil dari jumlah unit usaha keseluruhan.
Berdasarkan Tabel 1, UMKM telah menyalurkan lebih dari 100 juta tenaga kerja
dan UMKM merupakan sektor usaha terbesar dengan jumlah usaha mencapai 55
juta unit usaha atau 99% dari total unit usaha yang ada di Indonesia.
Tabel 1 Jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala
usaha tahun 2011
Skala Usaha
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Usaha
Jumlah
Tenaga Kerja
Jumlah
(Unit)
Usaha (%)
(Orang)
Tenaga Kerja
(%)
Usaha Mikro
54 559 969
98.82
94 957 797
90.77
Usaha Kecil
602 195
1.09
3 919 992
3.75
Usaha Menengah
44 280
0.08
2 844 669
2.72
Usaha Besar
4 952
0.01
2 891 224
2.76
Total
55 211 396
100.00
104 613 682
100.00
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2012
Usaha mikro, kecil, dan menengah juga memiliki peranan yang amat besar
bagi penerimaan negara berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). UMKM
telah berkontribusi dalam nilai Produk Domestik Bruto sebesar lebih dari 50%
dari PDB Nasional berdasarkan dasar harga berlaku pada periode tahun 2009
sampai 2011 (Tabel 2). Selain itu, persentase nilai PDB UMKM terhadap PDB
Nasional menunjukkan peningkatan dari 56.52% pada tahun 2009 menjadi 57.95
pada tahun 2011.
1

Musnandar, Aries. 2012. Staf Pengajar Kewirausahaan (Entrepreneurship) FEB Universitas
Brawijaya
Malang.
Peran
UKM
dalam
Pertumbuhan
Ekonomi
Bangsa.http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2883:%20
peranukmdalampertumbuhanekonomibangsa&catid=35:artikeldosen&Itemid=210. Diakses pada
tanggal 30 Juni 2013.
.

2

Tabel 2 Nilai Produk Domestik Bruto sektor Usaha mikro, kecil, dan menengah
dan Nasional tahun 2009-2011 atas dasar harga berlaku
Uraian
2009
2010
2011
PDB UMKM (Milyar Rupiah)
PDB Nasional (Milyar Rupiah)
Persentase PDB UMKM (%)

2993
5295
56.52

3466
6069
57.11

4304
7427
57.95

Sumber :Badan Pusat Statistik, 2012
Perkembangan dan kemajuan UMKM bukan hanya ditentukan oleh
stakeholder usaha itu sendiri, namun juga pihak eksternal dapat terlibat dalam
pengembangan usaha. Berbagai keterbatasan yang menjadi kendala bagi UMKM
untuk melangsungkan kegiatan bisnis. Pelaku usaha menghadapi kendala meliputi
lemahnya permodalan, kurangnya kewirausahaan, teknik produksi masih
sederhana, serta kemampuan manajemen dan pemasaran masih sangat terbatas.
Kendala permodalan mengakibatkan UMKM sulit untuk berkembang dan
bersaing dengan usaha lainnya.2 Apabila modal rendah, maka akan menyebabkan
rendahnya tingkat produktivitas baik input maupun tenaga kerja yang pada
akhirnya akan menghasilkan tingkat pendapatan. Pemerintah dan lembaga
keuangan berperan penting dalam memberikan solusi praktis agar permodalan
tidak lagi menjadi masalah bagi kegiatan usaha ini.Peran dari pemerintah dan
lembaga keuangan adalah sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan
pihak-pihak yang memiliki dana lebih dan kemudian menyalurkannya kepada
sektor usaha yang produktif. Wujud solusi ini adalah pemberian kredit bagi
UMKM sebagai sumber modal dalam menjalankan aktivitas usaha maupun
pengembangan usaha.
Salah satu lembaga keuangan yang dapat melakukan peran tersebut adalah
bank. Tugas dan fungsi bank adalah memberikan kredit semudah mungkin dalam
arti sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bantuan modal dalam bentuk kredit ini
tentunya diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan permodalan dan meningkatkan
produktivitas usaha UMKM. Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan
bahwa bantuan kredit yang diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
tujuan produktif. Salah satu indikator peningkatan produktivitas ini adalah
peningkatan pendapatan yang diterima UMKM. Peningkatan pendapatan ini dapat
menjadi tolak ukur seberapa besar peranan dan kontribusi kredit terhadap
pendapatan UMKM. Berdasarkan data Kredit Perbankan (Tabel 3), kredit UMKM
menunjukkan peningkatan jumlah penyaluran lebih dari 135 milyar dalam selang
2010 hingga Triwulan II-2012.

2

Lianto, Ubaya Benny. 2012. Staf Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM).
Keterbatasan
Modal
Masih
Jadi
Kendala
Utama
UMKM.http://surabaya.tribunnews.com/2012/05/26/keterbatasan-modal-masih-jadi-kendalautama-umkm. Diakses pada tanggal 30 Juni 2013.

3

Tabel 3 Data kredit perbankan tahun 2010-triwulan II 2012
Jenis Kredit
2010
2011
(Milyar Rupiah)
(Milyar Rupiah)
Kredit UMKM
394299
479887
Kredit Non UMKM
1416960
1779976
Kredit Perbankan
1811259
2259863

Triwulan II-2012
(Milyar Rupiah)
530417
1988518
2518935

Sumber : Bank Indonesia, 2012
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu lembaga perbankan milik
pemerintah terbesar di Indonesia. Usaha-usaha utama bidang keuangan yang
dikelola oleh BRI meliputi: (a) menghimpun dana, (b) menyalurkan dana, dan (c)
menyediakan jasa bank lainnya seperti jasa setoran telepon, listrik, air,
pembayaran uang kuliah, pembayaran gaji dan pensiun, kartu kredit, valas (valuta
asing), dan jasa-jasa lainnya. BRI memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam penyaluran kredit. Jangkauan
penyaluran kredittelah tersebar di seluruh Indonesia hingga pelosok perdesaan
memungkinkan BRI turut mengembangkan UMKM. BRI mengembalikan dana
yang dikelola ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman UMKM yang
diberikan berdasarkan prinsip umum pengajuan kredit. Kredit UMKM yang
disalurkan oleh BRI kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar
157.9 triliun rupiah atau setara dengan 67.58% dari total kredit (Tabel 4).
Tabel 4 Bank penyedia kredit UMKM tahun 2011
No
Nama Bank
Total Kredit
Jumlah Kredit
(Rp juta)
UMKM (Rp juta)
1 BRI
233668009
157916823
2 BNI
126073612
79963723
3 MANDIRI
229989109
29802423
4 CIMB NIAGA
96291494
23140382
5 DANAMON
72850105
22818042

Persentase Kredit
UMKM (%)
67.58
63.42
12.95
24.03
31.32

Sumber : Biro Riset Infobank 2011
BRI sebagai bank ’rakyat’ tentunya dituntut untuk mewujudkan
keberpihakan terhadap rakyat kecil. Penyaluran kredit UMKM oleh BRI seperti
halnya yang dialami lembaga perkreditan lainnya yaitu pengembalian kredit dari
debitur (sebagai penerima kredit) tidak selalu berjalan dengan lancar, seperti
penunggakan bahkan kemacetan pembayaran angsuran kredit. Pengembalian
kredit yang diberikan bank terhambat dapat mengakibatkan penurunan tingkat
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas bank itu sendiri yang pada akhirnya
menyebabkan lemahnya kemampuan bank dalam membayar kewajibannya untuk
memenuhi penarikan dari deposan (penabung) dan menghambat sirkulasi uang
yang dapat menurunkan profitabilitas bank. Sebaliknya, pengembalian kredit yang
lancar menunjukkan kemampuan nasabah sebagai debitur dalam mengembangkan
usaha dapat dikatakan efektif. Kemampuan pengembalian mengindikasikan
bahwa nasabah telah melakukan pengembangan usaha dan sudah merasakan
manfaat tambahan modal dalam bentuk kredit yang digunakan dalam kegiatan

4

usaha. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan nasabah dalam meminjam kredit
antara lain adanya peningkatan pendapatan usaha dan kesejahteraan hidup yang
dialami oleh nasabah.3
Perumusan Masalah
Penyaluran kredit UMKM pada BRI berawal dari program pemerintah
mengenai swasembada pangan nasional. BRI menjadi salah satu lembaga
pendukung dalam pelaksanaan penyaluran kredit melalui Program Bimas yang
merupakan program pemberian kredit dengan pendekatan terhadap petani sebagai
potensi kredit di perdesaan. BRI membentuk kantor unit untuk menyalurkan
kredit UMKM kepada masyarakat di daerah perdesaan. Kredit UMKM yang
diberikan oleh BRI di tingkat unit adalah Kupedes dan KUR Mikro. Penyaluran
Kupedes dan KUR Mikro sebagai program untuk pemberdayaan usaha mikro
kecil dan menengah ini diharapkan secara efektif mampu mengatasi masalah
kesulitan modal yang dihadapi para pelaku usaha dan meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan mereka sehingga sasaran pihak BRI dalam membantu
peningkatan produktivitas UMKM dapat tercapai.
BRI Unit Ciampea merupakan salah satu unit kerja di wilayah BRI Kantor
Cabang Bogor yang melayani masyarakat yaitu menyalurkan kredit UMKM. BRI
unit Ciampea juga memiliki peluang penyaluran Kupedes yang besar terhadap
sektor komersil (UMKM) karena ruang lingkup BRI Unit Ciampea meliputidua
kecamatan, yaitu Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Kecamatan
Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu Cihideung Udik, Cihideung Ulir, Bojong
Jengkol, Benteng, Ciampea, Ciampea Udik, Cibadak, Cinangka, Tegal Waru,
Cicadas, Cibuntu, dan Bojong Rangkas. Sedangkan Kecamatan Tenjolaya terdiri
dari enam desa, yaitu Tapos I, Tapos II, Gunung Malang, Situ Daun, Cibitung
Tengah, dan Cinangneng dan letak kantor BRI unit Ciampea sangat strategis
dengan pasar Ciampea lama dan baru sebagai salah satu pusat perdagangan
semakin mendukung penyaluran kredit terhadap banyaknya unit kegiatan usaha
yang pada umumnya berskala mikro, kecil dan menengah. Data tahun 2012 dari
BRI Unit Ciampea menunjukkan jumlah nasabah yang dimiliki sebanyak 800
nasabah, yang terdiri atas 450 nasabah Kupedes, 251 orang nasabah KUR Mikro,
dan 79 orang nasabah GBT dan Pensiunan. Penyaluran kredit UMKM yang telah
dilakukan pihak bank BRI Unit Ciampea bertujuan untuk membantu nasabah yang
merupakan pelaku usaha sebagai bentuk perhatian untuk kemajuan usaha.
Tambahan modal yang diperoleh pihak nasabah akan digunakan untuk
mengembangkan skala usaha sehingga akan berpengaruh sejalan dengan
meningkatnya kesejahteraan setiap nasabah melalui peningkatan pendapatan
usaha. Total penyaluran kredit UMKM untuk nasabah sebesar 118.5 milyar rupiah.
Sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi nasabah
BRI Unit Ciampea bergerak pada sektor agribisnis dengan jumlah 406 orang atau
setara dengan 50.75% dari total seluruh nasabah.

3

Basir, Sofyan. 2012. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia. Kunci Sukses BRI Fokus dan
Konsisten pada Pasar Domestik. http://wartaekonomi.co.id/berita3472/sofyan-basir--kunci-suksesbri-fokus-dan-konsisten-pada-pasar-domestik.html. Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.

5

Pihak bank menghadapi beberapa kendala dalam penyaluran kredit
UMKM. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah penyebaran nasabah
berdasarkan jangkauan sektor agribisnis kurang merata, dan banyaknya nasabah
yang terlambat untuk melunasi tunggakan dari peminjaman kredit. Penyebaran
nasabah berdasarkan sektor agribisnis meliputi nasabah yang melakukan usaha
pada sektor pertanian, perdagangan dan perindustrian. Saat ini, nasabah pada
sektor perdagangan lebih dominan terhadap sektor lainnya. Pihak bank mengaku
sulitnya untuk memberikan kredit kepada nasabah yang bergerak pada sektor
pertanian dan perindustrian. Hal ini disebabkan kedua sektor memiliki risiko
kredit yang besar dalam kegagalan untuk mengembalikan kredit. Pihak bank
merasa jika memberikan keleluasaan bagi masyarakat yang melakukan usaha pada
sektor pertanian dan perindustrian, kemudian mengalami kegagalan dalam
pengembalian kredit akan menyebabkan makin banyaknya jumlah nasabah yang
menunggak dan makin besar jumlah tunggakan yang ditanggung oleh bank. Pada
tahun 2012, jumlah nasabah yang menunggak dan rata-rata tunggakan tiap orang
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah nasabah yang menunggak
meningkat sebesar 0.4% dan rata-rata tunggakan meningkat lebih dari 300 ribu
rupiah tiap orang. Hal ini menjadi masalah karena dapat memperbesar nilai NPL
akibat kredit macet sehingga dapat menyebabkan kinerja tidak baik.
Tabel 5 Laporan perkembangan umum BRI Unit Ciampea tahun 2011-2012
Jenis data
Tahun
2011
2012
Perubahan
(%)
Besar Tunggakan (Rp)
193 880 600
203 850 000
5.14
Saldo Pinjaman (Rp)
8.40
5 156 382 800 5 589 696 400
% NPL (TT/SP)
-0.19
3.76
3.65
Jumlah Penunggak (Orang)
91
83
-8.79
Jumlah Nasabah (Orang)
454
406
-10.57
Persentase Penunggak (%)
20.04
20.44
0.40
Rata-rata Tunggakan per
2 130 556
2 456 024
-15.28
Orang (Rp)
Sumber : BRI Unit Ciampea, 2013
Sistem penyaluran kredit di BRI Unit Ciampea meliputi mekanisme dan
prosedur penyaluran kredit yang terdiri atas beberapa tahap mulai dari proses
pemenuhan berkas persyaratan awal hingga pengembalian kredit kepada bank.
Sistem penyaluran kredit UMKM pada BRI Unit Ciampea telah berjalan dengan
baik. Namun begitu, terdapat kendala dalam mekanisme penyaluran kredit,
meliputi proses pemenuhan persyaratan awal, realisasi kredit yang memerlukan
waktu yang cukup lama bagi beberapa nasabah, keterbatasan nasabah dalam tata
cara pengajuan dan penggunaan kredit secara optimal. Pihak BRI Unit Ciampea
sebagai pelaku usaha menyatakan salah satu kendala UMKM dalam mengajukan
permohonan kredit kepada perbankan adalah beban suku bunga yang dianggap
besar bagi sebagian nasabah. Kendala lain yang dialami pihak nasabah meliputi
ketidaksesuaian besar dan jenis agunan berdasarkan jumlah kredit yang diperoleh .
Bagi UMKM, beban suku bunga menjadi penghambat aksesibilitas UMKM untuk
pembiayaan yang bersumber dari perbankan. Salah satu temuan survei BI tahun

6

2012 mengenai profil UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM masih enggan
mengambil kredit ke bank karena adanya agunan (untuk debitur mikro) dan terlalu
tingginya suku bunga bank (untuk debitur mikro dan kecil) dan realita jumlah
UMKM di Indonesia hanya sekitar 21% saja yang mengambil kredit bank. Hal ini
disebabkan karena untuk kredit di atas 50 juta rupiah, pada umumnya bank telah
mensyaratkan nasabah melengkapi berbagai dokumen yang masih jarang
dimilikioleh nasabah sendiri.4
Penyaluran kredit kepada para nasabah dimaksudkan untuk
mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha. Agus Kurniawan, Kepala unit
BRI Unit Ciampea memperkirakan pendapatan nasabah akan meningkat sebesar
20% setiap tahunnya setelah menerima kredit. Perkiraan tersebut ditetapkan
dengan pertimbangan bahwa tidak semua kredit yang diberikan pihak bank
digunakan untuk mengembangkan usaha.Selain itu, peningkatan pendapatan usaha
setiap sektor usaha melalui kredit UMKM berbeda- beda tiap nasabahnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea saat ini?
2. Bagaimana efektivitas penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada
nasabah BRI Unit Ciampea?
3. Bagaimana penilaian nasabah pada sektor agribisnis mengenai penyaluran
kredit UMKM BRI Unit Ciampea?
4. Bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha
sektor agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sistem penyaluran kredit UMKM pada BRI Unit Ciampea.
2. Menganalisis efektivitas penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada
nasabah BRI Unit Ciampea
3. Menganalisis penilaian nasabah pada sektor agribisnis mengenai penyaluran
kredit UMKM BRI Unit Ciampea
4. Menganalisis pengaruh kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha
agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi manajemen Bank BRI Unit
Ciampea sebagai masukan dan solusi untuk dapat mengetahui sistem dan

4

Yustika, Ahmad Revani. 2012 (Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of
Economics and Finance) sekaligus anggota BSBI (Badan Supervisi Bank Indonesia).
http://m.merdeka.com/khas/perbankanindonesiaabaikansektorpertaniandanindustriwawancaradari
a.eraniyustika-1.html Peran Kredit UMKM 2012, Peluang dan Tantangan..Diakses pada tanggal 12
Juni 2013.

7

pengaruh penyaluran kredit UMKM kepada debiturnya sehingga bank dapat
mengantisipasi faktor tersebut untuk meningkatkan kualitas kredit.
2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang
pernah dipelajari untuk mengkaji berbagai fakta yang terjadi di lembaga
perbankan.
3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki batasan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu
debitur kredit UMKM BRI yang melakukan kegiatan usaha Agribisnis dan masih
aktif sebagai nasabah hingga bulan Maret 2013. Keterbatasan dalam peneltian ini
antara lain beberapa kriteria efektivitas penyaluran kredit menurut penilaian bank
menggunakan pendekatan tren, tidak menggunakan pendekatan harapan (target)
dan kenyataan (realisasi) dalam menganalisis data.

TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit
Wicaksono (2007) menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit pertanian dan membahas mengenai kebijakan dalam
menyalurkan kredit pertanian oleh BRI di Indonesia.Adapun faktor – faktor yang
dilihat dalam penulisan tersebut adalah NPL (Non Performing Loan), dan PDB
(Produk Domestik Bruto). Wicaksono menyimpulkan bahwa proporsi kredit
pertanian terhadap total kredit yang disalurkan BRI tumbuh secara fluktuatif
dengan trend yang semakin menurun dibandingkan dengan kredit non-pertanian.
Selain itu ditemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran
kredit oleh BRI adalah produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian dan
pengembalian kredit bermasalah dalam sektor pertanian di BRI. Secara tidak
langsung kesimpulan ini menunjukkan bahwa PDB sektor pertanian semakin
menurun dan kredit bermasalah/macet di sektor pertanian semakin banyak pula.
Penelitian Andriani (2008) mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
menjelaskan bahwa dalam jangka panjang penyaluran kredit mikro, kecil, dan
menengah dipengaruhi secara signifikan oleh GDP, kapasitas kredit, suku bunga
kredit dan NPL, dimana GDP berpengaruh positif sedangkan kapasitas kredit,
suku bunga kredit, dan NPL berpengaruh negatif.
Penelitian Pratama (2009) mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penyaluran kredit perbankan dilatarbelakangi oleh adanya
fenomena belum optimalnya penyaluran kredit perbankan. Hal ini ditunjukkan
dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih berada dibawah harapan Bank
Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian faktor - faktor yang
mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan, yang meliputi Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan

8

suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berdasarkan penelitian diperoleh
hasil bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyaluran kredit perbankan.Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non
Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran
kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.
Untuk meningkatkan penyaluran kredit, Bank Umum harus melakukan
penghimpunan dana secara optimal, mengoptimalkan kegunaan sumber daya
finansial (modal) yang dimiliki, dan memiliki manajemen perkreditan yang baik
agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan dalam batas yang
disyaratkan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan penyaluran secara signifikan antara lain jumlah kredit, Produk
Domestik Bruto, suku bunga, Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non
Performing Loan (NPL). Jumlah kredit dan Produk Domestik Bruto secara positif
berpengaruh terhadap kebijakan penyaluran kredit. Artinya, semakin
meningkatnya jumlah kredit dan PDB maka kebijakan penyaluran kredit semakin
baik. Sedangkan CAR, suku bunga, NPL berpengaruh secara negatif terhadap
kebijakan penyaluran kredit. Jika nilai CAR, suku bunga, dan NPL mengalami
penurunan maka kebijakan penyaluran kredit semakin baik. Variabel- variabel di
atas menjadi bagian dari rujukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan penyaluran kredit dalam penelitian ini.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit
Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2006) mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) dalam sektor
pertanian di BRI Unit Parung Bogor menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh nyata terhadap permintaan Kupedes di BRI Unit Parung adalah
jumlah agunan, pengalaman kredit, dan omzet. Agunan (Collateral) digunakan
sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal
atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari
usahanya yang normal. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam
pemberian kredit adalah karakter nasabah dengan kapasitas nasabah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) di wilayah
perkotaan dan perdesaan pada Bank BRI Unit Ciampea dan Unit Citeureup.
Variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan adalah tingkat pendapatan,
aksesibilitas atau jarak, aset keluarga, aset usaha, frekuensi atau pengalaman
kredit, agunan atau jaminan, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, lokasi
dan jenis kelamin. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Kupedes dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ada
enam, yaitu pendapatan, aset keluarga, aset usaha, pengalaman kredit, agunan dan
modal.
Penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2007) tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap besarnya Kupedes pada nasabah BRI unit Ciampea, Bogor.
Safitri menjelaskan bahwa karakterisitik debitur tidak menunjukkan pola yang erat
terhadap pengembalian kredit, sedangkan besarnya kredit dipengaruhi oleh nilai
agunan, tingkat pendidikan, frekuensi pinjaman dan pengaruhnya positif.

9

Karakteristik yang tidak berpengaruh terhadap besarnya kredit adalah aset uasaha,
aset rumah tangga, pendapatan usaha dan jarak rumah debitur dengan kantor BRI.
Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha perdesaan (Kupedes) dalam
sektor agribisnis di BRI Unit Ciomas, Bogor mengemukakan bahwa jumlah
tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan bank serta omzet usaha
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes.
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan semakin jauhnya jarak rumah
dengan bank serta semakin kecilnya omzet usaha yang diperoleh maka
kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Hal tersebut menunjukkan
bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha,
jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam
menentukan kemampuan pengembalian kredit.
Muhammamah (2008) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat pengembalian kredit oleh UMKM studi kasus nasabah Kupedes
pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cigudeg Cabang Bogor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor omzet usaha serta frekuensi peminjaman
kredit memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes.
Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh
terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan kantor unit lama
usaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan
dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit.
Lubis (2011) menganalisis faktor-faktor yang realisasi dan tingkat
pengembalian KUR pada salah satu BRI Unit di kawasan Bogor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor omzet usaha, tingkat pendapatan bersih, jenis usaha,
jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan berpengaruh secara signifikan
terhadap realisasi KUR. Sementara faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengembalian KUR (lancar atau menunggak) adalah jenis
kelamin, tingkat pendidikan, jangka waktu pengembalian, dan kewajiban per
bulan membayar cicilan dan bunga kredit.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi dan tingkat pengembalian kredit menunjukkan variabel-variabel seperti
jumlah agunan, pengalaman kredit, tingkat pendidikan, frekuensi pinjaman, modal,
pendapatan, dan omzet. Variabel- variabel di atas menjadi bagian dari rujukan
penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit
dalam penelitian ini.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penyaluran Kredit
Penelitian Rachmina (1994) yang berjudul Analisis Permintaan Kredit
Pada Industri Kecil menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan mendorong
pengusaha industri untuk menjadi debitur pada suatu sumber kredit yaitu faktor
kemudahan, pelayanan,dan pertimbangan ekonomi. Faktor kemudahan dan
pelayanan meliputi kemudahan administrasi, prosedur yang relatif cepat dan tidak
berbelit, syarat pembukuan tidak rumit, serta pelayanan yang baik dan bersifat
kekeluargaan. Sedangkan, faktor pertimbangan ekonomi meliputi tingkat bunga
relatif rendah, jangka waktu kredit, besar plafond kredit, dan adanya dukungan

10

usaha. Faktor orang lain misalnya karena ada kenalan pada bank tersebut,
didatangi pihak bank, atau disarankan oleh tetangga/teman/saudara.
Penelitian Pardosi (1998) tentang efektivitas penyaluran kredit pembinaan
peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K) dan analisis pendapatan
petani pengguna kredit, menyimpulkan bahwa (1) penyaluran kredit cukup efektif
berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan (persyaratan awal, prosedur
pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan
pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) Proyek P4K telah
memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga petaninelayan kecil.
Penelitian Candrayasa (2000) yang berjudul mendeskripsikan faktor yang
mempengaruhi pengambilan kredit yakni tingkat pendidikan, banyaknya
tanggungan keluarga, dan kecilnya rasio pendapatan. Sedangkan, kriteria
efektivitas penyaluran kredit menurut penilaian nasabah pada penelitian ini adalah
persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat
bunga, pelayanan, dan jarak/lokasi pelayanan. Candrayasa menjelaskan bahwa
penyaluran kredit pada nasabah BRI Unit Diponegoro Surabayasudah efektif.
Penelitian Novitasari (2006) mengenai analisis kinerja Kredit Umum
Pedesaaan dan dampaknya terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga kecil
di BRI Unit Kreo menyimpulkan bahwa kinerja kredit bank dinilai bagus
sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup berat.
Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih besar
bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non Kupedes.
Penelitian Sevia (2008) mengenai kinerja penyaluran Kredit Umum
Perdesaan (Kupedes) serta dampaknya terhadap peningkatan pendapatan usaha
nasabah pada BRI Unit Citeureup, Cabang Bogor menyimpulkan bahwa kriteria
penilaian efektivitas, penyaluran Kupedes dari pihak bank sudah efektif. Efektif
dalam hal ini berarti sudah tercapai tujuan perusahaan untuk menbantu pelaku
usaha dengan harapan dari para pelaku usaha. Hal ini terlihat dari pencapaian
target dan realisasi kredit, persentase tunggakan, jangkauan kredit dan frekuensi
pinjaman. Realisasi kredit telah mampu mencapai target yang telah ditetapkan.
Selain itu, dampak pinjaman kredit terhadap pendapatan usaha responden secara
keseluruhan mengalami peningkatan.
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas penyaluran kredit meliputi pencapaian realisasi,
persentase tunggakan, jangkauan kredit, dan frekuensi pinjaman menurut
penilaian bank. Sedangkan, persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit,
biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan lokasi bank merupakan
variabel-variabel penilaian menurut nasabah. Faktor-faktor penilaian menurut
bank dan nasabah dapat menjelaskan seberapa efektif kegiatan penyaluran kredit
yang telah dilakukan pihak bank. Variabel- variabel di atas menjadi bagian dari
rujukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penyaluran kredit
dalam penelitian ini.

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Permintaan dan Penawaran Kredit
Ketersediaan modal secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Modal sendiri, yaitu modal yang dimiliki secara pribadi dan digunakan untuk
mengembangkan usahanya.
2. Modal dari luar (kredit), yaitu modal yang berasal dari pihak lain dan
digunakan untuk mengembangkan suatu usaha.untuk memperoleh modal ini,
seluruh prosedur yang ada harus dapat dipenuhi oleh calon debitur.
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti
kepercayaan. Seseorang atau lembaga yang memberikan kredit (kreditur) percaya
bahwa penerima kredit (debitur) akan mampu mengembalikan kredit sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati. Kredit dibutuhkan karena adanya
kebutuhan manusia yang beraneka ragam sedangkan kemampuan untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan terbatas. Hal ini menyebabkan manusia membutuhkan
bantuan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya, salah satunya dengan
cara memperoleh bantuan kredit untuk meningkatkan usahanya.
Kebutuhan kredit menjadi sesuatu kebutuhan bagi semua sektor kegiatan
usaha. Rendahnya produktivitas setiap sektor Indonesia, tidak terlepas dari
kurangnya pengadaan kredit yang dilakukan pihak perbankan terhadap sektor
tersebut. Sektor tersebut di antaranya sektor pertanian, perdagangan, dan industri.
Walaupun menjadi salah satu pilar strategi pembangunan, ketiga sektor tersebut
tetap membutuhkan pembiayaan dari pihak perbankan.
Kredit perbankan yang diperoleh pelaku usaha dapat digunakan sebagai
penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga pelaku usaha tersebut
dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi. Keseimbangan
tingkat suku bunga pada pasar kredit terbentuk adanya permintaan dan penawaran
dalam pasar yang menghubungkan komponen tingkat suku bunga dan kuantitas
kredit yang akan disalurkan.
Keseimbangan pasar dapat berubah-ubah posisi sesuai dengan pergerakan
dan pergeseran kurva permintaan dan penawaran. Pada kasus permintaan kredit,
gerakan sepanjang kurva berlaku apabila terdapat perubahan suku bunga kredit
yang diminta pada suatu tingkat tertentu, sedangkan pergeseran kurva permintaan
ke kanan atau ke kiri dapat terjadi apabila terdapat perubahan terhadap permintaan
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain suku bunga. Adapun faktor-faktor
permintaan kredit pada pelaku usahakecil selain suku bunga tersebut antara lain
skala usaha, tingkat upah, pengeluaran untuk riset, proporsi lahan, tingkat
pendidikan, ukuran keluarga, umur kepala keluarga, dan transitory income
(Nuryakin dan Warjiyo, 2006).
Pada kasus penawaran kredit, gerakan sepanjang kurva juga terjadi apabila
terdapat perubahan suku bunga kredit yang ditawarkan pada suatu tingkat tertentu,
sedangkan pergeseran kurva penawaran dapat terjadi apabila terdapat perubahan
terhadap penawaran yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain suku bunga. Pada
sisi penawaran ini, Nuryakin dan Warjiyo (2006) berpendapat bahwa faktor-faktor

12

penawaran kredit pada lembaga keuangan selain suku bunga tersebut secara
sederhana dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor yang mempengaruhi penawaran kredit pada perbankan adalah
permodalan (CAR),jumlah kredit macet (NPL), dan loan to deposit ratio yang
dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai faktor internal lembaga. Selain itu,
diutarakan pula faktor persepsi lembaga terhadap prospek usaha debitur yang
dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal lembaga. Prospek usaha
debitur ini dapat dideskripsikan sebagai faktor yang berkaitan dengan omset usaha,
pendapatan bersih, aset debitur dan lain sebagainya.
Keseimbangan pasar kredit menggunakan pendekatan teori makroekonomi
klasik dimana terdapat asumsi bahwa terjadi keseimbangan pada permintaan dan
penawaran kredit perbankan secara umum. Keadaan sebenarnya yang terjadi
adalah keseimbangan ini tidak selalu dalam kondisi pasar kredit sempurna
sehingga sulit ditemukan karena adanya aspek-aspek yang menyangkut moral
hazard dan adverse selection.
Penilaian kredit
Penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa
atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan pada
bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible).
Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini dimaksudkan untuk
mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon debitur.
Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan
nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis prinsip '6C',
prinsip '6A' (Dendawijaya, 2001), dan prinsip '7P' (Kashmir, 2002). Prinsip '6C'
meliputi:
1. Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon
debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan
membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh terhadap
integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan
pemberian kredit dengan benar.
2. Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan
nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan
dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan
perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.
3. Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon
debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat-syarat
lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha,
pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat
profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban
lain semakin besar.
4. Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi
yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh
terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan
pemanfaatan dan pengembalian kredit.
5. Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan
seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu

13

merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman karena
agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit
6. Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat
berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.
Prinsip ‘6A’ mencakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan pihak bank
terhadap nasabah yang mengajukan kredit yaitu :
1. Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas
perusahaan calon penerima kredit.
2. Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat
diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti
tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi
persaingan.
3. Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha
dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa
besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu
entitas bisnis.
4. Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola
usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.
5. Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola keuangannya.
6. Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang
dapat diterima pemerintah dan masyarakat dari sudut