PENDAHULUAN studi atas pelaksanaan metode pbl dan hubungannya dengan soft skill dan prestasi belajar mahasiswa

STUDI ATAS PELAKSANAAN METODE PBL DAN HUBUNGANNYA DENGAN SOFT SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Fitriany Amarullah Dahlia Sari Departemen Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Indonesia Abstract The purpose of this research is to conduct survey on the student’s assessment about trigger problem, facilitator and learning climate in PBL implementation. This research investigates the relationship between student’s performance and skill enhancement with trigger problem, facilitator and learning climate. This research compares the student’s performance in PBL class and the lecturing class. This research also compares the soft skill enhancement when the students use PBL method and when they use lecturing method. The result of this research shows that trigger and learning climate have positive and significant relationship with soft skill enhancement, and only trigger that has positive relationship with student’s performance. There is no significant difference on student’s performance between PBL class and lecturing class. For skill enhancement, only communication skill and working in team skill that have significant difference between PBL class and lecturing class. Keywords: PBL, lecturing, trigger, facilitator,learning climate

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang Metode pengajaran yang paling tradisional dan telah lama digunakan dalam sejarah pendidikan adalah metode ceramah lecturing, yaitu suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau uraian tentang suatu pokok permasalah secara lisan. Dalam metode ini, keterampilan pengajar dalam menyampaikan informasi dapat menentukan 1 tercapai tidaknya tujuan pengajaran sehingga peran pengajar bagi proses belajar didalam kelas sangat besar. Dengan metode ceramah lecturing, peran peserta didik dikelas sangat terbatas, dimana peserta didik hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh pengajar dan sesekali mencatat. Bahkan beberapa penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah lecturing dapat menghambat proses belajar peserta didik Turnwald, Bull Seeler, 1993 dalam Tri Wardhani, 2002. Chims et al. 1990, dalam Tri Wardhani, 2002 mengatakan beberapa kekurangan dalam metode lecturing : - Metode lecturing dapat menghalangi proses belajar karena menenpatkan siswa pada peran pasif didalam kelas. - Metode lecturing sangat kurang memberikan umpan balik baik kepada peserta didik maupun pengajar; - Metode lecturing memerlukan pengajar yang efektif - Metode lecturing menempatkan tanggung jawab untuk mengorganisasi dan sintesa terhadap isi materi pengajaran hanya kepada pengajar - Metode lecturing tidak sesuai digunakan untuk menjelaskan materi yang terlalu kompeks, detail dan abstrak. Bonwell dan Eison 1991 mendefinisikan belajar aktif sebagai aktifitas pengajaran yang melibatkan peserta didik dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang sedang mereka lakukan. Silberman 1996 mengatakan jika proses belajar terjadi secara aktif, maka peserta didik melakukan banyak hal. Mereka menggunakan otak mereka, mempelajari ide- ide, memecahkan masalah dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Selain itu Campbell dan Piccinin 1996 berpendapat bahwa belajar aktif menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajarnya. Shenker, Goss Bernstein, 1996, dalam Tri Wardhani 2002 mengatakan bahwa tujuan belajar aktif adalah menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan analitis, juga kemampuan peserta didik untuk menggunakan keterampilan tersebut agar dapat menguasai 2 materi pengajaran. Dengan demikian tujuan pengajaran aktif tidak hanya sekedar memindahkan informasi dari pengajar kepada peserta didik. Salah satu metode pembelajaran aktif adalah PBL Problem Based Learning atau Pembelajaran Berdasarkan Masalah. PBL adalah proses pembelajaran yang dimulai dengan “problem” dan bukannya paparanpenjelasan mengenai knowledge D.Boud, G. Feletti, 1987 dalam Pengantar PBL, Djauhari Widjajakusumah. Dalam PBL, problem disajikan terlebih dahulu sebelum knowlegde diberikan. Problem yang disajikan harus menanyakan suatu masalah secara komprehensif, aplikasi, analisa dan sintesa. Peserta didik harus memilih knowledge yang dibutuhkan, mempelajari hal tersebut, dan menghubungkannya dengan problem yang diberikan. David; Patel Burdett; Rangachari, 1999 dalam Pengantar PBL, Djauhari Widjajakusumah menyebutkan bahwa inti dari PBL adalah : 1. Diskusi kelompok kecil berdasarkan suatu problem trigger material, untuk memutuskan knowledge apa yang harus mereka pelajari; 2. Self Study, proses memperoleh knowledge; 3. Diskusi kelompok kecil untuk membagi knowledge, membandingkan dan menghubungkan apa yang telah mereka temukandapatkan pada masa self study, dan mencari tahu apakah mereka telah meng-cover dasar yang kuat; 4. Pengembangan sejumlah skills dan attitude :  reasoning skills  problem solving skills  self- directed learning skills  communication skills Tujuan dari program PBL yang well integrated adalah dapat mencapai 1 perolehan integrated body of knowledge yang dapat di-recall, diadaptasi dan diaplikasikan ketika 3  working in teams  initiative  sharing information  menghargai orang lain dibutuhkan; 2 mengembangkan reasoning and problem solving skills, communication skills, self directed learning dan teams skills yang memungkinkan peserta didik berhubungan secara efektif dengan problem yang baru dan kompleks yang akan mereka temui dalam dunia kerja atau kehidupan pribadi. Wee Keng Neo 2004 menyatakan bahwa komponen-komponen yang harus dievaluasi dalam pelaksanaan metode PBL adalah trigger problem, kurikulum, proses APBL, fasilitator dan learning climate. Dalam proses evaluasi perlu melibatkan peserta didik, lulusan, fasilitator, employer. Dalam penelitian ini survey akan dilakukan kepada mahasiswa. Survey dilakukan untuk melihat penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate. Penelitian ini juga akan mengkaitkan antara penilaian mahasiswa tersebut dengan prestasi belajar mahasiswa. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah hubungan antara penilaian mahasiswa dengan trigger problem, fasilitator dan learning climate dengan peningkatan soft skill mahasiswa? 2. Bagaimanakah hubungan antara penilaian mahasiswa dengan trigger problem, fasilitator dan learning climate dengan prestasi belajar mahasiswa? 3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas yang menggunakan metode PBL dengan metode lecturing. 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan softskill antara mahasiswa ketika menggunakan metode PBL dan ketika menggunakan metode lecturing. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan survey atas penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate dalam pelaksanaan metode PBL. Penelitian ini akan mengkaji hubungan antara peningkatan soft skill dan prestasi belajar mahasiswa dengan penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate dalam kelas yang menerapkan PBL. Penelitian ini juga bertujuan untuk 4 membandingkan prestasi belajar mahasiswa antara kelas yang menerapkan metode PBL dengan kelas yang menerapkan metode lecturing. Selain itu penelitian ini juga akan membandingkan peningkatan softskill antara mahasiswa ketika menggunakan metode PBL dan ketika menggunakan metode lecturing. Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini akan menjadi alat evaluasi pelaksanaan metode PBL yang sudah diterapkan. Hasil survey penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate akan menjadi bahan masukan untuk perbaikan terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climatet dalam pelaksanaan PBL di masa depan. 2. Bagi dunia Akuntansi Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi kalangan akuntan pendidik di Indonesia dalam peningkatan kualitas pengajaran untuk mahasiswa. 3. Bagi dunia penelitian akuntansi, hasil penelitian ini akan memperkaya khasanah penelitian khususnya tentang metode pembelajaran yang dilakukan di Asia.

B. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS