xxi Uji waktu alir dilakukan dengan cara granul dimasukkan ke dalam corong
yang telah di rangkai kemudian permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan saat
granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Waktu alir tidak lebih dari 10 detik.
3.4.2.2 Redispersi
Kemudahan redispersi dari masing-masing sirup kering yang telah dilarutkan dan didiamkan ditentukan dengan melakukan pembalikan terhadap
sirup di dalam suatu wadah kaca yang telah di tutup dan selama pembalikan sirup di hindari pengocokan. Pembalikan dilakukan setiap hari selama 30 hari berturut-
turut untuk mengetahui kestabilan sediaan dan homogenitas dari sediaan sirup kering amoksisilin yang telah dilarutkan.
3.4.2.3 Tinggi sedimen
Sirup dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL, di tutup dengan kertas alumunium foil. Kemudian di amati sedimentasi yang terbentuk pada waktu 5
menit, 15 menit, 30 menit, 1 jam, dan 2 jam di mulai dari pukul 08.00 sampai 10.00 setiap hari berturut-turut dari hari pertama sampai hari ke tujuh. Pengukuran
sedimentasi dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya sedimen yang terbentuk dalam sediaan pada masing-masing formula dan kecepatan pembentukan sedimen
pada setiap sediaan.
3.4.2.4 Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter. Pengamatan dilakukan selama 7 hari, pH sediaan di ukur setiap hari berturut-turut mulai dari
Universitas Sumatera Utara
xxii hari pertama sampai dengan hari ke tujuh. pH yang diharapkan yaitu pH 5 - 7,5
pada masing-masing formula untuk sediaan oral sirup kering amoksisilin.
3.4.2.5 Viskositas
Pengukuran viskositas pada setiap sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield menggunakan spindle No. 61 dengan
kecepatan 1,5. Viskositas di ukur untuk mengetahui kemudahan redispersi dari sediaan, hasil yang diharapkan adalah viskositas yang rendah agar mudah di
redispersi kembali.
3.4.2.6 Penetapan kadar sirup amoksisilin 3.4.2.6.1 Pembuatan larutan induk baku
Ditimbang seksama 50 mg Amoksisilin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml tambahkan HCl 0,1 N sampai garis tanda, konsentrasi teoritis
adalah 500 mcgml.
3.4.2.6.2 Penentuan panjang gelombang maksimum
Dipipet sebanyak 2,0 ml larutan induk baku amoksisilin BPFI lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan HCl 0,1 N sampai
garis tanda, kemudian dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis 20 mcgml. Diukur serapan pada panjang gelombang 200 -300
nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N.
3.4.2.6.3 Pembuatan kurva kalibrasi
Dipipet larutan induk baku sebanyak 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, 2,5 ml, dan 3 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan
HCl 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh larutan
Universitas Sumatera Utara
xxiii dengan konsentrasi 10 mcgml, 15 mcgml, 20 mcgml, 25 mcgml, dan 30
mcgml. Masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.
3.4.2.6.4 Penetapan kadar amoksisilin dalam sirup
Dipipet 2,0 ml sediaan sirup dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan HCl 0,1 N sampai dengan garis tanda, dikocok sampai homogen
dan kemudian disaring melalui kertas saring, 5 ml filtrat pertama dibuang, filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 2,0 ml lalu dimasukkan kedalam labu
tentukur 50 ml dan ditambahkan HCl 0,1 N sampai dengan garis tanda, dikocok sampai homogen dan kemudian disaring melalui kertas saring, 5 ml filtrat pertama
dibuang, filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan ini dipipet 5 ml masukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan tambahkan HCl 0,1 N sampai dengan garis
tanda. Lalu diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko, pengerjaan ini
dilakukan sebanyak 3 kali. Persyaratan: menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, sirup amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari
110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket Ditjen POM, 1995.
3.4.2.7 Uji kesukaan acceptability test
Uji kesukaan dilakukan dengan menggunakan 50 orang panelis anak-anak usia mulai dari 5 - 7 tahun, dimana setiap panelis memberikan penilaian terhadap
masing-masing sediaan sirup kering berdasarkan rasanya. Hasil penilaian diubah dalam bentuk angka dan selanjutnya dianalisis secara statistik untuk penarikan
kesimpulan dengan pedoman Standar Nasional Indonesia. Skor penilaian:
Universitas Sumatera Utara
xxiv 1 = Tidak suka
2 = Kurang suka
3 = Cukup suka
4 = Suka
5 = Sangat suka
Universitas Sumatera Utara
xxv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengukuran waktu alir
Ke dalam corong alir dimasukkan granul yang akan di cetak, lalu dialirkan hingga seluruh granul mengalir. Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir
sampai seluruh granul mengalir keluar. Syarat: t
alir
10 detik. Dari hasil pengukuran seperti terlihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1
diperoleh waktu alir Formula I 1,48 detik, Formula II 1,16 detik, Formula III 1,36 detik, Formula IV 0,63 detik, Formula V tidak diukur waktu alir karena pada
formula tersebut tidak dilakukan granulasi sehingga tidak dapat terbaca waktu alirnya untuk melihat perbedaan dengan formula lain yang bahannya di proses
dengan cara granulasi. Pada hasil yang didapatkan terlihat bahwa waktu alir dari sediaan yang
mengandung bahan tambahan pati tapai padat brem yaitu formula II dan formula III didapati waktu alir yang lebih baik dari pada formula lainnya yang tidak
mengandung bahan tambahan berupa pati tapai padat brem. Hal ini membuktikan dengan adanya penambahan bahan tambahan pati tapai padat
brem pada sediaan akan mempermudah sirup kering pada saat akan di masukkan kedalam wadah sediaan untuk proses pengemasan.
Universitas Sumatera Utara