Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 21 Tahun 2010 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan

k. Dibuka kesempatan bagi pekerjaburuh yang tidak memperoleh jaminan kelangsungan bekerja, maka pekerjaburuh dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Hubungan Industrial. l. Digunakannya prinsip dialihkannya tanggungjawab perlindungan pekerja pada perusahaan pemborongan kerja yang baru.

C. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 21 Tahun 2010 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan

Sebelum berlakunya Peraturan Presiden Republik Indonesia tahun No. 21 tahun 2010 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan maka yang menjadi dasar Pengawasan ketenagakerjaan adalah Undang-undang No. 23 Tahun 1948 tentang Pengawasan perburuhan. Pengawasan ketenagakerjaan dalam UU ini lebih luas lagi, bukan hanya mengontrol implementasi aturan-aturan ketenagakerjaan tetapi juga untuk mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan para pekerja sebagai dasar pembentukan peraturan-peraturan yang baru. Pengawasan yang dilakukan pemerintah melalui departemen tenaga kerja dimaksudkan yntuk menjamin pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Pengawasan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan, tugas dan kewajibnya adalah sebagai berikut: 17 a. Merahasiakan segala sesuatu yang mnurut sifatnya wajib dirahasiakan b. Tidak menyalahgunakan kewenanganya Pemerintah cq.Depnaker melalui pengawasan perburuhan berdasarkan UU No.23 Tahun 1948 jo. UU. No. 3 Tahun 1951tentang pengawasan perburuhan diberikan wewenang 18 1. Mengawasi berlakunya undang-undang dan peraturan –peraturan perburuhan pada khusus nya : 2. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja dan keadaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat undang-undang dan peraturan-peraturan perburuhan lainya 17 Maimun , Hukum ketenagakerjaan, PT PRADNYA PARAMITA, Jakarta, 2004, hal. 34. 18 Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,hal. 115. Universitas Sumatera Utara 3. Menjalankan pekerjaan lainya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan UU 23 Tahun 1948 tentang pengawasan perburuhan masih berlaku sampai saat ini karena UUK tidak mencabutnya. Dalam pasal 1 disebutkan bahwa tujuan diadakanya pengawasan adalah untuk: a Mengawasi berlakunya UU dan peraturan Perburuhan; b Mengumpulkan bahan keterangan tentang persoalan hubungan kerja dan keadaan perburuhan dalam arti seluas-luasnya guna membuat UU dan peraturan perburuhan. Pengawasan ketenagakerjaan dapat dipahami dalam dua pengertian, yaitu secara luas, pengawasan ketenagakerjaan adalah segala tindakan dan perbuatan yang tujuannya untuk mengawasi pelaksanaan kesehatan kerja,keamanaan kerja, pelaksanaan peraturan perlindungan kerja, keamanaan kerja seperti waktu kerja, waktu istirahat, K3 dan sebagainya,yang dapat dilakukan oleh siapa saja pemerintah,asosiasi pengusaha,serikat pekerja buruh dan sebagainya. Biasanya pengertian sempit pengawasan ketenagakerjaan adalah tugas yang diemban oleh instansi ketenagakerjaan untuk menjamin dilaksanakannya peraturan perlindungan kerja,dalam hal ini petugas pengawas ketenagakerjaan. Persamaan keduaanya adalah bahwa pengawasan bukanlah alat perlindungan melainkan lebih sabagai cara untuk menjamin pelaksanaan peraturan perlindungan. Tahun 1948 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pengawasan tenaga kerja yaitu UU no.23 Tahun 1948 jo UU No.3 THUN 1951. Pengawasan ketenagakerjaan dalam UU ini lebih luas lagi,bukan hanya mengontrol implementasi aturan-aturan ketenagakerjaan tetapi juga untuk mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan para pekerja sebagai dasar pembentukan peraturan-peraturan yang baru. Secara umum pengawasan ada dua 19 1. Pengawasan preventif : Pengawasana preventif,yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya segala penyelewengan-penyelewengan,kesalahan-kesalahan,dan sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan dengan member pedoman-pedoman pelaksanaan. 2. Pengawasan represif 19 Agusmidah, Dinamika Hukum ketenagakerjaan Indonesia, USU Press, Medan, 2010, hal. 77 Universitas Sumatera Utara Pengawasan yang dilakukan sesudah rencana dilaksanakan,dengan kata lain berkenaan dengan hasil-hasil yang dicapai,dinilaidiukur,jadi pengawasan ini dilakukan setelah adanya kesalahan atau penyimpangan. UU 23 Tahun 1948 tentang pengawasan perburuhan masih berlaku sampai saat ini karena UUK tidak mencabutnya.Dalam pasal 1 disebutkan bahwa tujuan diadakanya pengawasan adalah untuk: c Mengawasi berlakunya UU dan peraturan Perburuhan; d Mengumpulkan bahan keterangan tentang persoalan hubungan kerja dan keadaan perburuhan dalam arti seluas-luasnya guna membuat UU dan peraturan perburuhan. Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep.353MSJ1996 tentang uraian Kegiatan Kantor Wilayah,Kantor Departemen dan Unit Pelaksana Teknis Depnaker disebutkan dalam bagian ketujuh bahwa bidang pengawasan ketenagakerjaan memiliki tugas melaksanakan pembinaan dan pengawasan norma kerja,norma jaminan social tenaga kerja,norma keselamatan dan kesehatan kerja,melakukan penyidikan terhadap pelanggaran norma kerja. Pegawai pengawas dilingkungan departemen tenaga kerja diberi wewenang pengawasan yang mencakup 20 j Memasuki semua tempat dimana dijalankan pekerjaan dan juga segala rumah yang disewakan atau dipergunakan oleh pengusaha atau wakilnya untuk perumahan ata erawatan tenaga kerja : k Meminta keterangan baik lisan maupun tertulis kepada pengawas atau pengurus dan atau tenaga kerja atau serikat pekerja tanpa dihadiri pihak ketiga l Menjaga,membantu dan memerintahkan pengusaha atau pengurus perusahaan dan pekerja agar menaati peraturan perundangan ketenagakerjaan m Memberikan teguran terhadap penyimpangan peraturan perundangan ketenagakerjaan n Melakukan pengujian teknik persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja o Menyelidiki keadaan ketenagakerjaan yang belum jelas danatau belum diatur dalam peraturan perundangan.meminta bantuan polisi bila ditolak memasuki perusahaan atau pihak yang dipanggil tidak mematuhi panggilan p Memanggil pengusaha dan pekerja q Melarang pemakain bahan alat berbahaya 20 Ibid Universitas Sumatera Utara r Melakukan penyidikan selaku PPNSPenyidik Pegawai Negeri Sipil. Pengawasan ketenagakerjan merupakan salah satu unsur yang harus ikut berperan didalam tenaga kerja.sebagai penegak hukum dibidang ketenagakerjaan unsur pengawasan ini harus bertindak sebagai pendeteksi dini di lapangan,sehingga diharapkan segala gejolak yang akan timbul dapat dideteksi secara awal dan yang pada giliran nya dapat memberikan atau dapat diciptakan suasana yang aman,stabil dan mantap dibidang ketenagakerjaan yang dengan demikian dapat memberikan andil dalam pembangunan nasional,sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Kebijaksanaan pengawasan ketenagakerjaan secara operasional ditetapkan sebagai berikut 21 1. Pengawasan ketenagakerjaan diarahkan kepada usaha preventif dan edukatif,namun demikian tindakan represifbaik yang yutisial. maupun non yutisial akan dilaksanakan secara tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang yang secara sengaja melanggar ataupun telah berkali-kali diperingatkan akan tetap tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, : 2. Unit dan aparat pengawasan diharapkan lebih peka dan cepat bertindak terhadap masalah-masalah yang timbul dan mungkin timbul dilapangan,sehingga masalah nya tidak meluas atau dapat diselesaikan dengan tuntastidak berlarut-larut. 3. Aparat prngawasan dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan diharuskan turun langsung kelapangan untuk melihar permasalahnya secara langsung,sehingga dapat dijamin obyektifitaasnya. 4. Pemanfaatan aparat pengawasan secara optimal sehingga dapat menjangkau obyek pengawasan seluas mungkin khususnya pada sektor-sektor yang dianggap rawan dan strategis. Adapun ruang lingkup tugas-tugas pengawasan ketenagakerjaan ini adalah 22 1. Melaksanakan Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai norma perlindungan tenaga kerja : 2. Melaksanakan pembinaan dalam usaha penyempuranaan norma kerja dan pengawasannya 21 Sendjun H.Manulang, Pokok-pokok Hukum ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal. 124. 22 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. Melaksankan Pembinaan dan pengawasan yang menyangkut perlindungan tenaga kerja wanita, anak dan orang muda. 4. Melaksanakan usaha-usaha pembentukan, penerapan dan pengawasan norma dibidang kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dangan pasal 16 UU No 14 tahun 1969 yang berbunyi: “guna menjamin pelakasanaan pengaturan ketenagakerjaan serta peraturan-peraturan pelaksanaan nya diadakan suatu sistem pengawasann tenaga kerja. Sedangkan fungsi pengawasan ketenagakerjaan ini adalah : 1. Mengawasi pelaksanaan undang-undang atau ketentuan-ketentuan hukum dibidang perburuhan atau ketenagakerjaan 2. Memberi penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan efektif dari peraturan- peraturan ketenagakerjaan. 3. Melaporkan kepada yang berwenang kecurangan dan penyelewengan dalam bidang ketenagakerjaan yang tidak jelas diatur dalam peraturan perundang- undangan. Yang melaksanakan tugas serta fungsi-fungsi pengawasan dibidang ketenagakerjaan ini disebut ”Pegawai Pengawas” yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja pasal 1 UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pegawai-pegawai pengawas serta pegawai-pegawai pembantu yang mengikutinya dalam melakukan kewajiban nya berhak memasuki semua tempat-tempat dimana dijalankan atau biasa dijalankan pekerjaan atau dapat disangka bahwa disitu dijalankan pekerjaan dan juga segala rumah yang disewakan atau dipergunakan majikan pengusaha atau wakilnya untuk perumahan atau perwatan tenaga kerja. Jika pegawai-pegawai tersebut ditolak untuk memasukin tempat-tempat termaksud diatas maka mereka dapat meminta bantuan kepada polisi. Pegawai-pegawai pengawas didalam menjalankan tugasnya diwajibkan berhubungan organisasi serikat pekerja atau tenaga kerja yang bersangkutan. Atas permintaan pegawai tersebut maka pengusaha pimpinan perusahaan atau wakilnya dapat menunjuk seorang pengantar untuk memberikan keterangan-keterangan pada waktu diadakannya pemeriksaan. Pegawai-pegawai pengawas serta pegawai-pegawai pembantu tersebut diluar jabatanya wajib merahasiakan segala keterangan tentang rahasia-rahasia didalam suatu perusahaan yang diketahuinya berhubung dengan jabatannya. Universitas Sumatera Utara Terhadap pegawai pengawaspegawai pembantu yang dengan sengaja membuka rahasia yang dipercayakan kepadanya dikenakan sanksi hukuman berupa hukuman penjara selama-lama nya 6 enam bulan dengan tidak atau dipecat dari hak memangku jabatanya. Untuk mencapai sasaran pengawasan yang diinginkan maka pelaksanaan nya dilandasi oleh 23 1.Landasan Hukum,yaitu: : a. Undang-undang No.3 Tahun 1951 tentang pengawasan perburuhan b. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 tahun 1984 tentang pengawasan ketenagakerjaan terpadu. d. Keputusan Menteri Tenaga kerja No.199 Tahun 1983 tentang organisasi dan pembagian Tugas Departemen Tenaga Kerja. e. Berbagai peraturan perundang-undangan lainya serta konvensi ILO yang mangatur tentang pengawasan perburuhan mengenai ketenaga kerjaan. 2.Landasan Operasional a. Garis-garis Besar Haluan Negara 1983-1988 b. Kebijaksanaan Menteri Tenaga Kerja. 3.Landasan Sikap Mental Pegawai pengawas sebagai aparat pegawai negeri sipil selalu tunduk dan berpegang kepada undang-undang No.8 tahun 1974 yaitu Undang-undang tentang pokok-pokok kepegawaian 2.Pengawasan Pelaksanaan Ada 3tiga macam kegiatan yang bersifat pemeriksaan dalam melaksanakan pengawasan ini yaitu : 1. Pemeriksaan pertama,yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh pegawai pengawas umum yang mencakup dua aspek yaitu norma kerja dan norma keselamatan kerja. 2. Pemeriksaan ulang 3. Pemeriksaan khusus yaitu apabila ada hal –hal tertentu misalnya pengaduan atas perintah atasan untuk sesuatu hal disuatu perusahaan. 23 Ibid, hal. 124. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan maksud diadaknya pengawasan ketenagakerjaan maka tugas utama dari pegawai pengawas adalah 1. Mengawasi berlakunya Undang-undang dan Peraturan-peraturan ketenagakerjaan 2. Mengumpulkan bahhan-bahan keterangan dengan soal-soal hubungan kerja dan keadaan ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat Undang-undang dan perturan peraturan ketenagkerjaan 3. Menjalankan pekerjaan lainya yang diserahkan kepadanya dengan Undang- undang dan perturan lainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengawas ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil pada departemen tenaga kerja yang berdasarkan undang-undang ditugaskan secara penuh oleh penjabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap ditaatinya perturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan. 24 Pengawasan Perburuhan adalah suatu institut yang sangat penting dalam penyelenggaraan Undang-undang dan Peraturan-peraturan Perburuhan. Tidak hanya untuk mengawasi tentang berlakunya Undang-undang dan Peraturan-peraturan tadi dengan jalan memberi penerangan kepada buruh, sarekat buruh dan majikan dan jikalau perlu dengan mengusut hal-hal yang dikenakan hukuman oleh Undang-undangPeraturan-peraturan itu, akan tetapi pula untuk mengetahui dan menjelami tentang keinginan dan kebutuhan masyarakat akan adanya Undang-undangPeraturan-peraturan Pemerintah dalam suatu hal, dan selanjutnya untuk mengumpulkan bahan-bahan keterangan,agar dapat mengadakan Undang-undangPeraturan-peraturan jang setepat-tepatnya, Meskipun Kantor Pengawasan Perburuhan itu didalam zaman Belanda sudah ada, akan tetapi Kantor itu tidak begitu dikenal oleh dunia buruh terutama di perusahaan-perusahaan yang besar-besar, kebun-kebun dll., oleh karena pegawainya yang harus mengadakan pemeriksaan, seorang Arbeidinspecteur, tidak pernah mengadakan perhubungan yang seerat-eratnya dengan pihak buruh Indonesia. Oleh karena itu sampai kinipun Kantor Pengawasan Perburuhan yang sebetulnya telah ada dan masih saja belum dikenal sebaik-baiknya oleh beberapa majikan dan buruh, sehingga telah beberapa kali terjadi seorang Ajun Inspectur Pengawasan Perburuhan yang hendak memasuki suatu tempat perusahaan untuk menjalankan kewajibanya, mendapat rintangan dari atau ditolak oleh majikan yang berkepentingan. Berhubung dengan itu dan mengingat akan 24 Sendjun H.Manulang, Pokok-pokok Hukum ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta1995 hal. 124. Universitas Sumatera Utara pentingnya Pengawasan Perburuhan, dan untuk menyelesaikan sifatnya dengan aliran sekarang, maka Pemerintah menganggap perlu untuk mengadakan Undang-undang yang dengan tegas menetapkan tentang adanya Pengawasan Perburuhan beserta aturan-aturanya. Dalam rangka membenahi masalah pengawas ketenagakerjaan di tengah sistem otonomi daerah itu, Muhaimin selaku Menteri Tanaga kerja mengatakan pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawas Ketenagakerjaan. dimana dalam peraturan itu, Pengawasan Ketenagakerjaan dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang memiliki kompetensi dan independen yang ditunjuk sesuai dengann ketentuan perundang-undangan. pengawas ketenagakerjaan bertugas melaksanakan pengawasan keteneagakerjaan juga diberikan kewenangan sebagai penyidk pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pengawas ketenagakerjaan wajib 25 a. Merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan. : b. Tidak menyalahgunakan wewenangnya. Pengawas di dinas tingkat Provinsi, KabupatenKota wajib memberikan laporan pengawasan ke pemerintah pusat dan mengatakan peraturan itu diharapkan dapat memperbaiki sinergi pemerintah pusat dan daerah di bidang ketenagakerjaan. Untuk meningkatkan pengawas ketenagakerjaan, dengan menerbitkan Permenakertrans No.10 Tahun 2012 telah dibentuk Komite Pengawasan Ketenagakerjaan. Komite yang mendorong fungsi pengawasan itu terdiri dari unsur pemerintah, asosiasi pengusaha dan serikat pekerja. Komite juga berperan untuk memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada Menteri atas pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan. Akan tetapi Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia OPSI, Timboel Siregar berpendapat, mengembalikan kewenangan pengawasan ke tingkat pusat adalah tuntutan serikat pekerja yang telah lama disuarakan dan selama ini otonomi daerah memberi kewenangan kepada kepala daerah untuk menempatkan dan memutasi pengawas ketenagakerjaan ke bagian lain di luar pengawasan. Seperti dimutasi ke dinas sosial, kependudukan dan sebagainya. 26 25 Peraturan presiden No 21 tahun 2010, pasal 20 26 www.Hukumonline.com, Pengawas Ketenagakerjaan harus kembali kepusat, Rabu 23 oktober 2013 Universitas Sumatera Utara Selain itu, Timboel berpendapat kepentingan memprioritaskan PAD Pendapatan Asli Daerah membuat para kepala daerah lebih mementingkan eksistensi perusahaan di daerahnya daripada menegakkan hukum ketenagakerjaan. Akibatnya, pengawas ketenagakerjaan dikondisikan hanya pasif dan sekedarnya dalam menjalankan fungsinya di bidang pengawasan. Timboel berharap Menteri Tenaga Kerja serius merealisasikannya dan Selaras dengan itu Timboel melihat beberapa regulasi yang berkaitan dengan pengawas ketenagakerjaan dapat direvisi. Misalnya, merevisi PP No.38 Tahun 2007 agar pembinaan, pengawasan dan pertanggungjawaban pengawas langsung kepada Menakertrans. Jika laporan itu hanya sampai ke tingkat kepala daerah, Timboel ragu penegakan hukum ketenagakerjaan dan pengawasan tak berjalan baik. “Penempatan pengawas adalah tanggungjawab Kemenakertrans sehingga tidak asal-asalan lagi,” katanya kepada hukumonline lewat pesan elektronik, Rabu 104. 27 Jika Menteri Tenaga Kerja serius memperkuat pengawas ketenagakerjaan, Timboel berpendapat meningkatkan anggaran untuk bidang pengawasaan menjadi bagian yang patut dilakukan. Menurutnya, anggaran itu dapat diambil dari APBN. Ketika hal itu sudah dilakukan maka wilayah KabupatenKota yang belum punya pengawas, perlu diprioritaskan. Timboel berpendapat di setiap daerah di Indonesia pasti terdapat perusahaan yang mempekerjakan pekerja formal. Oleh karenanya, Timboel mengangap tak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak menempatkan pengawas ke seluruh wilayah di Indonesia. “Idealnya setiap tahun Kemenakertrans harus mampu menciptakan minimal 200 PPNS yang tersebar diseluruh provinsi dan KabupatenKota,” urainya. 28 27 Ibid Selain itu menyasar APBN, Timboel mengatakan APBD juga harus mengalokasikan anggaran untuk memperkuat pengawas ketenagakerjaan. Pasalnya, dari pantauannya selama ini ketika melaporkan masalah ketenagakerjaan ke dinas-dinas, Timboel mengatakan petugas pengawas kerap mengeluh tak punya dana operasional. “Laporan-laporan yang OPSI laporkan sangat lama di follow up, 28 ibid Universitas Sumatera Utara sehingga beberapa kali pengawas ketenagakerjaan yang lambat tersebut kami laporkan ke Ombudsman,” ucapnya. 29 Sementara itu, anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PAN, Hang Ali Saputra Syah Pahan, mengatakan pengawas ketenagakerjaan yang berlangsung selama ini lemah. Akibatnya, marak terjadi penyelundupan hukum ketenagakerjaan 30 Kejadian ‘perbudakan’ di Tangerang tidak cukup hanya dilakukan tindakan represif terhadap oknum siapapun yang bertanggungjawab. Namun perlu tindakan preventif dan evaluatif atas semua sarana dan prasarana pengawas ketenagakerjaan dari tingkat nasional sampai dengan tingkat kabupatenkota. agar pengawasan yang dilaksanakan dapat efektif ,maka : .Metode dan sistem pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dituangkan dalam Perpres No. 21 Tahun 2010 tidak pernah dijelaskan kepada masyarakat. 1. Dinas Tenaga Kerja setempat perlu mengupayakan sistem dan metode pengawasan terpadu dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, kelurahan dan atau kecamatan untuk melakukan pengawasan secara langsung ke lapangan secara periodik. Pengawasan yang dilakukan seharusnya tidak terbatas pada pengusahanya tetapi juga bertemu langsung dengan tenaga kerjanya. 2. Model pengaduan dan informasi melalui membuka hotline, surat elektronik, sms pengaduan, dan media informasi lainnya harus terus dikembangkan dan dikenalkan kepada masyarakat pelaku produksi. 3. Perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus dan terstruktur tentang UU Ketenagakerjaan dan peraturan yang berkaitan kepada semua pelaku usaha baik dalam bentuk usaha berbadan hukum atau tidak, milik perorangan, milik persekutuan, milik badan hukum, baik swasta maupun milik negara, skala kecil dan menengah 4. Pemerintah harus serius melakukan upaya penghapusan biaya-biaya ‘siluman upeti untuk berdirinya suatu usaha ataupun setelah badan usaha terbentuk 29 Ibid 30 www.Hukumonline.com, Pengawasan Ketenagakerjaan harus Kembali ke Pusat, Rabu 23 oktober 2013 Universitas Sumatera Utara operasional dan membersihkan oknum-oknum aparatpejabat di pusat dan daerah yang meminta sumbangan atau dana dalam bentuk apapun. 5. Perlu dilakukan terobosan karena keterbatasan jumlah pengawas ketenagakerjaan dengan membentuk ‘Intel’ Ketenagakerjaan yang bertugas mengumpulkan informasi dan data awal dengan tidak mengenal jam kerja sebagaimana pegawai negeri saat ini. Antara Intel Ketenagkerjaan dan Pengawas Ketenagakerjaan sebagai Penyidik saling berkoordinasi setiap ada temuan-temuan, info-info, dan data-data yang ada di lapangan, sehingga laporan-laporan ketengakerjaan yang diwajibkan selama ini mendekati akurat dan konkrit, setelah mendapatkan keterangan awal tersebut petugas pengawas melakukan tugas sebagaimana mestinya salah satunya pembinaan. Semoga pemerintah melalui Kemenakertrans segera mewujudkan konsep dan sistem yang modern dalam melakukan pengawasan dan kasus ‘perbudakan’ di Tangerang tidak terulang dan terjadi lagi. Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBERIAN IZIN DAN PENGAWASAN PELAKSANAAN IZIN OLEH PEMERINTAH DI BIDANG OUTSOURCING. A.Pengertian Izin dan Tujuan Hukum Perizinan Menurut Hukum administrasi Negara Agak sulit memberikan definisi izin. hal ini dikemukakan oleh SjachranBasah, Pendapat yang dikatakan Sjachran agaknya sama dengan yang berlaku di negeri Belanda,seperti yang dikemukakan oleh Van der Pot, Het is uiterst moelijk voor begrip vergunning een definitie te vindensangat sukar membuat defenisi untuk menyatakan pengertian izin itu 31 .Hal ini disebabkan oleh antara pakar tidak terdapat persesuaian paham, masing-masing melihat dari sisi yang berlainan terhadap objek yang di defenisikannya. Sukar memberikan defenisii bukan berarti tidak terdapat defenisi, bahkan ditemukan sejumlah defenisi yang beragam. 32 Utrecht memberikan pengertian vergunning sebagai berikut: bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan,tetapi masih juga memperkenakannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenalkan perbuatan tersebut bersifat suatu izinvergunning. Izinvergunning adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan- ketentuan larangan peraturan perundang-undangan,izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasanatau pembebasan dari suatu larangan. Adapun pengertian perizinan adalah suatu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyrakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Dengan memberi izin, pengusaha memperkenakan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi memperhatikan kepentingan umum yang mengharuskan adanya pengawasan. 31 Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada Penataran Hukum Admnistrasi Dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995, hal. 1-2. 32 E.Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtiar, Jakarta, 1957, hlm. 187. Universitas Sumatera Utara Hal pokok pada izin, bahwa sesutu tindakan dilrang kecuali diperkenakan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang bersangkutan dilakukan dengan cara-cara tertentu. penolakan izin terjadi bila kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi. misalnya, tentang hal ini adalah dilarang mendirikan suatu bangunan,kecuali ada izin tertulis dan penjabat yang berwenang dengan ketentuan mematuhi persyaratan- persyaratan. Kalau dibandingkan vergunning ini dengan dispensasi,maka keduanya diberikan W.F.Prins sebagai berikut: Pada izin, memuat uraian yang limitatif tentang alasan-alasan penolakan nya, sedangkan bebas syarat atau dispensasi memuat uraian yang limitatif tentang alasan-alasan penolakannya,sedangkan bebas syarat atau dispensasi memuat uraian yang limitatif tentang hal yang untuk nya dapat diberikan dispensasi itu, tetapi perbedaan ini tidak selamanya jelas. Sebagai contoh Bouwvergunning atau izin bangunan itu diberikan berdasarkan Undang-undang GangguanHinder Ordonnatie tahun 1926 Staatsblad 1926- 226,yang mana pada pasal 1 ayat 1 ditetapkan secara terperinci objek-objek dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan-gangguan bagi bangunan sekelilingnya. Jadi maksud pasal ini adalah bahwa untuk mendirikan bangunan harus ada izin dulu dari pihak pemerintah, dengan pasal ini dapat dicegah berdirinya sebuah bangunan yang dapat menimbulkan bahaya , kerugian dan gangguan-gangguan bagi bangunan-bangunan sekelilingnya, misalnya dilarang untuk meendirikan bengkel besi disebelah rumah sakit, sebab hal ini dapat menimbulkan gangguan-gangguan kepada para pasien dirumah sakit. Jadi, kalau membaca contoh-contoh dispensasi dan izin seperti telah dikemukan diatas ,maka peberdaan antara keduanya itu dapat diketahui,walaupun agak samar-samar,hal ini dikemukan juga oleh W.F. Prins sebagai berikut: istilah izin adalah tepat kiranya untuk maksud memberikan dispensasibebas syarat sebuah larangan,dan sebetulnya izin itu diberikan biasanya karena ada peraturan yang berbunyi”dilarang untuk ....,tidak dengan izin” atau bentuk lain yang dimaksud sama seperti itu. Sesudah mengetahui pengertian dispensasi, konsensi, dan lisensi dibawah ini akan disampaikan beberapa definisi izin. izin vergunning dijelaskan sebagai overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal van handeling waarop in het algemeen, niet alsonwenselijk worden beschouwd 33 33 Ibid hlm. 186 , perkenanizin dari pemerintah berdaasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang disyratkan untuk perbuatan Universitas Sumatera Utara yang pada umuumnya memerlukan pengawasan khusus,tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagian hal-hal yang sama yang tidak dikehendaki. 34 Ateng syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berani menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh 35 , atau “ als opheffing van een algemene verbodsregel in het concrete geval sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret”. 36 Menurut Sjachran basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarakan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan perturan perundang-undangan. 37 E. Utrecht mengatakan bila pembuat peraturan umumnya tidak melarang suatu perbuatan,tetapi masih juga memperkenakannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret,keputusan admnistrasi negra yang meperkenalkan perbuatan tersebut bersifat suatu izinvergunning 38 Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa bnerdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang. 39 N.M. Spelt dan J.B.J M Ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit,yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. pemerintah menggunakan izin sebagai saran yurudis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perturan perundang-uundangan. Dengan memberi izin,penguasa memperkenakan orang yang memohonya untuk melakukan tindakan- 34 S.J. Fockema Andreae, rechtsgdeerd Hanvaoordenboek, tweede Druk,J.B.Wolter uitgeversmaats N.V Cronigen, 1951 hal. 311 35 Ateng Syafrudin, Perizinan untuk berbagai kegiatan, makalah tidak dipublikasikan, hal. 1. 36 M.M. van Praag,Algemeen Nederlands Administratief Recht , Juridische Boekhandel en Uitgeverij A,Jongbloed Zoon s-Gravenhage , 1950, dalam buku Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, hal. 54. 37 Sjachran Basah, op.cit, hal. 3. 38 E. Utrecht, Op.cit., hal. 187. 39 Bagir Manan, Ketentuan-ketentuan mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak Kemerdekaan Berkumpul Ditinjau dari Perspektif UUD dasar 1945, Jakarta, 1995, hal. 8. Universitas Sumatera Utara tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang.ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusu atasanya.ini adalah paparan luas,dari pengertian izin. 40 Selanjutnya N.M spelt dan J.B.J.M Ten Berge, mendefeniskan izin dalam arti sempit yakni pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk mengahalangi keadaan-keadaan yang buruk.tujuanya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela,namun di mana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnnya. Hal yang pokok pada izin dalam arti sempit ialah bahwa suatu tindakan dilarang,terkecuali diperkenakan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dalam keadaan yang khusus,tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan. 41 Jika dibandingkan secara sekilas, maka pengertian izin dengan konsesi itu tidak dapat berbeda. Masing-masing berisi perkenan bagi seseorang untuk melakuakn suatu perbuatan atau pekerjaan tertentu.dalam pengertian sehari-hari ,kedua istilah itu digunakan secara sama,seperti disebutkan M.M. van Praag: Determen vergunning en concessie beide gebezigd voor een dezelfde juridieke figuuur,de houder der vergunning wordt concessionaris genoemd 42 40 N.M. Spelt dan J.B.J.M ten berge, Pengamat Hukum Perizinan, dikutip dalam Philipus M. Hadjon.Yundika. Surabaya, 1993, hal. 2-3 pengertian izin dan konsesi keduanya digunakan untuk suatu bentuk hukum yang sama,pemegang izin yang disebut konsesionaris. Menurut E. Utrecht ,perbedaan antara izin dan konsesi itu adalah suatu perbedaan relatif saja.pada hakikat nya antara izin dengan konsesi itu tidak ada suatu perbedaan yuridis. Sebagai contoh,izin untuk mendapatkan batu bara untuk mendapatkan batu bara menurut suatu rencana yang sederhana saja dan akan diadakan atas ongkos sendiri tidak dapat disebut konsesi. Akan tetapi, izin yang diberikan menurut undang-Undang tambang Indonesia untuk mendapatkan batu bara adalah suatu konsesi,karena izin tersebut mengenai suatu pekerjaan yang besar itu akan membawanya manfaat bagi umum.jadi konsesi itu suatu izin pula,tetapi izin mengenai hal-hal yang penting bagi umum. 41 Ibid 42 M.M. van Praag, Op.cit., hlm. 36. Universitas Sumatera Utara Meskipun izin dan konsesi ini dianggap sama,dengan perbedaan yang relatif,tetapi dapat perbedaan karakter hukum.izin sebagai perbuatan hukum bersegi satu yang dilakukan oleh pemerintah,sedangkan konsesi adalah suatu perbuatan hukum bersegi dua, yakni suatu perjanjian yang diadakan antara yang memberi konsesi dengan yang diberi konsesi atau penerima konsesi.dalam hal izin tidak mungkin diadakan perjanjian,karena tidak mungkin diadakan suatu persesuaian kehendak. Dalam hal konsesi biasanya diadakan suatu perjanjian,yakni perjanjian yang mempunyai sifat sendiri dan yang tidak diatur oleh seluruh peraturan KUH perdata mengenai hukum perjanjian. 43 Menurut M.M. van Praag, izin merupakan suatu tindakan hukum sepihakeenzijdge handeling, sedangkan konsesi merupakan kombinasi dari tindakan dua pihak yang memiliki sifat kontraktual dengan izin,yang dalam hukum pembahasan kita namakan perjanjian. Ketika pemerintah melakukan tindakan hukum yang berkenaan dengan izin dan konsesi, pemerintah menampilkan dengan dua fungsi,yaitu sebagai badan hukum umum pada saat melakukan konsesi,dan sebagai organ pemerintah ketika mengeluarkan izin. 44 Menurut Prins, verguinning adalah keputusan administrasi negara berupa aturan, tidak umum nya melarang suatu perbuatan,tetapi masih juga memperkenankanya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal yang kongkret,maka perbuatan Administrasi Negara yang diperkenankan tersebut bersifat izin. 45 Dalam perkembangan nya,secara yuridis pengertian izin dan perizinan tertuang dalam pasal 1 angka 8 dan 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dalam Pasal 1 angka 8 ditegaskan bahwa izin dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau perturan lainya yang merupakan bukti legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha atau kegiatan tertentu.kemudian pasal 1 angka 9 menegaskan bahwa perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usahakegiatan tertentu,baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Defenisi izin dan perizinan juga didefenisikan sama dalam pasal 1ngka 8 dan angka 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. 43 E. Utrecht, Op.cit., hal. 189-190. 44 M.M van praag, Op.cit., hal . 41. 45 http:prioritasku09.word press.com200901143. “izin mendirikanbangunan”. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, perizinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang menimbulkan gangguan pada kepentingan umum. Mekanisme perizinan,yaitu melalui penerapan prosedur ketat dan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menyelenggarakan suatu pemanfaatan lahan.perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki pemerintah,merupakan mekanisme pengendalian administratif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyrakat. Perizinan ketenagakerjaan merupakan instrumen bagi pengusaha untuk melegalkan berbagai aktivitasnya berkaitan dengan hubungan kerja dan kondisi kerja. Perizinan ketenagakerjaan merupakan instrumen bagi buruh untuk melindungi dirinya dari eksploitasi pengusaha dan kondisi kerja yang tidak memadai. Perizinan beranjak dari ketentuan yang membolehkan seseorang untuk melakukan tindakan setelah memenuhi syarat dan prosedur yang ditetapkan. Perizinan bidang ketenagakerjaan mengatur syarat dan prosedur bagi pengusaha dalam melakukan tindakan yang berkaitan dengan kondisi kerja dan hubungan kerja dengan buruh. Misalnya,penggunaan peralatan kerja,penggunaan tenga kerja asing, penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat, kerja malam buruh wanita,dan sebagainya.tindakan-tindakan tersebut memerlukan kontrol dari pemerintah agar pengusaha tidak sewenang-wenang dan merugikan buruh. Peraturan daerah harus bertujuan memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja. Dalam konteks perizinan,kepentingan buruh adalah perizinan yang diberikan pengusaha harus mampu memaksa pengusaha untuk meningkatkan kesejahteraan buruh,di dalam dan diluar tempat kerja. Dengan kata lain perizinan menjadi instrumen hukum pengawasan dalam penegekan hukum normatif buruh sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Fungsi inilah yang kurang berjalan dalam perizinan yang berlangsung. Disisi lain,pengusaha juga mengeluh dengan biaya tinggi yang harus dikeluarkan dalam pengurusan izin. Diluar retribusi resmi,terjadi pungutan-pungutan liar yang bahkan kadangkala lebih besar dari tarif resmi nya. 46 Secara umum,tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian dari pada aktivitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana ketentuanya berisi pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh penjabat yang berwenang selain itu tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu: 46 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar grafika, Jakarta 2011, hlm .284. Universitas Sumatera Utara 1. dari sisi pemerintah dan 2. dari sisi masyarakat 1. Dari Sisi Pemerintah Dari sisi Pemerintah tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut a. Untuk melaksanakan peraturan Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam pratiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban. b. Sebagai sumber pendapatan daerrah Dengan adanya permintaan permohonan izin,maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin oleh pemerintah akan bertambah karena setiap izin,maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu semakin banyak pula pendapatan dibidang retribusi terlebih dahulu.semakin banyak pula pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya ,yaitu untuk membiayai pembangunan. 2. Dari Sisi Masyarakat Dari sisi masyrakat tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut. a. Untuk adanya kepastian hukum. b. Untuk adanya kepastian hak c. Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas.apabila bangunan yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapat fasilitas. Dengan mengikatkan tindakan-tindakan pada suatu sistem perizinan,pembuat undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan dari izin,yaitu sebagai berikut. 1 Keinginan mengarahkanmengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu,misalnya izin mendirikan bangunan,izin HO,dan lain-lain. 2 Mencegah bahaya lingkungan, misalnya izin penebangan, izin usaha industri, dan lain-lain. 3 Melindungi objek-objek tertentu, misalnya izin membongkar monumen-monumen, izin mencari menemukan barang-barang peninggalan terpendam,dan lain-lain. 4 Membagi benda-benda,lahan atau wilayah yang terbatas,misalnya izin menghuni didaerah padat penduduk SIP,dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 5 Mengarahkanpengarahan dengan menggunakan seleksi terhadap orang dan aktivitas-aktivitas tertentu,misalanya izin bertransmigrasi,dan lain-lain. 47

B. Hubungan antara Izin dan Pengawasan

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PENYEDIA JASA PEKERJA OUTSOURCING ANTARA KISEL DENGAN PT TELKOMSEL SETELAH BERLAKUNYA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARATSYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA

0 2 15

IMPLEMENTASI OUTSOURCING DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN.

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kerja Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kerja Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain T1 312008001 BAB I

0 1 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kerja Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain T1 312008001 BAB II

0 0 21

PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

0 0 16

SYARAT SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

0 1 5

BAB II PELAKSANAAN IZIN PENYEDIA JASA TENAGA KERJA MENURUT PERATURAN KETENAGAKERJAAN A. Perjanjian Penyedia Jasa PekerjaBuruh menurut Undang –undang No.13 - Pengawasan Pemerintah Terhadap Pemberian Izin Penyedia Jasa Tenaga Kerja Berdasarkan Permenkertran

0 0 21

Pengawasan Pemerintah Terhadap Pemberian Izin Penyedia Jasa Tenaga Kerja Berdasarkan Permenkertrans No 19 tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

0 0 7

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN - POLSRI REPOSITORY

0 1 14