9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DefinisiKetidaksesuaian
Definisi Ketidaksesuaian menurut ISO 9000 definisi 3.6.2 adalah tidak terpenuhinya sebuah persyaratan requirement. Sedangkan persyaratan requirements
menurut ISO 9000 definisi 3.1.2 adalah kebutuhan need dan ekpektasi yang dinyatakan, baik dinyatakan secara tidak langsung atau dengan sebuah kewajiban obligatory.
Dinyatakan secara tidak langsung termasuk di dalamnya adalah kebiasaan yang umum dalam industri tersebut, sebagai contoh adalah umum di industri jasa konstruksi bahwa
safety incidentnear misses adalah ketidaksesuaian.Persyaratan akan menjadi spesifik jika diikuti dengan tambahan kata di belakangnya sebagai contoh:.Persyaratan Administrasi,
Persyaratan Teknis,Persyaratan Produk, Persyaratan Kompetensi,Persyaratan Sistem Manajemen, dll. Persyaratan Produk biasanya diperjelas lebih teknis dalam spesifikasi
teknis.
2.2. Definisi Umum Kegagalan
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu persyaratan
minimum dantoleransi yang ditentukan oleh peraturan, standard dan spesifikasi yang berlaku saat ini sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik HAKI,2006.
2.3. Definisi KegagalanKonstruksi
Undang - Undang 18 1999 tentang Jasa Konstruksi pasal 22 ayat g mengamanatkan bahwa ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi, sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pasal 31 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan dari pengguna jasa atau penyedia jasa.
Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan
10
ini dapat disebabkan karena kegagalan pada proses pengadaan barangjasa, atau kegagalan saat proses pelaksanaan konstruksi.
Untuk mendapatkan faktor penyebab kegagalan konstruksi tidaklah mudah.Seringkali sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi dari berbagai
faktor.Oyfer2002 menyatakan bahwa “Construction failures, including quality defects may stem from not only single but also multiple sources
”.Sedangkan Pranoto 2007menyebutkan bahwa sumber kegagalan konstruksi seringkali dipengaruhi oleh
faktor alam dan perilaku manusia.Faktor alam dicontohkan sebagai kegagalan yang terjadi akibat perubahan dinamik dari alam seperti letusan gunung berapi, banjir, gelombang laut
dan gempa bumi.Perilaku manusia juga berperan signifikan terhadap kegagalan konstruksi. Vickynason2003menyatakan bahwa 80 dari total projects risk in construction
dimungkinkan penyebabnya faktor manusia. Riset yang dilakukan Oyfer2002 menyatakan “construction defects” di Amerika disebabkan oleh faktor manusia 54,
desain 17, perawatan 15, material 12, dan hal tak terduga 2. Sementara itu, Carper 1989 menyatakan bahwa penyebab potensial kegagalan
konstruksi secara umum: site selection and site developments errors, programing deficienciess, construction errors, material deficienciess and perational errors.
Di samping terkait proses pelaksanaan konstruksi life cycle product faktor alam juga merupakan salah
satu penyebab kegagalan konstruksi yang sulit diperkirakan. Hal ini dikarenakan data atau rekaman tentang perilaku yang tersedia tidak akurat atau karakter dari alam yang sekarang
kecenderungannya bukan merupakan akibat tunggal, tetapi merupakan akibat dari resultante kesalahan-kesalahan multiple sources yang dibuat masing-masing pihak yang
terlibat dalam proyek konstruksi Oyfer,2002. Studi lain Hartanto2006“Model Pengaruh Faktor Faktor Laten Terhadap perilaku
Pekerja Pada Cacat Konstruksi”. Studi ini memfokuskan pada perilaku pekerja konstruksi yang menyebabkan terjadinya kegagalan konstruksi.Dapat dikatakan bahwa studi ini
mempunyai hipotesa human error merupakan faktor terbesar pada kegagalan konstruksi, disamping itu unsurquality management system menengarai komitmen perusahaan
terhadap mutu berpengaruh terhadap perilaku.
11
2.4. Definisi Kegagalan Bangunan