Maka besar sampel pada ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang sebanyak 36 orang
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada ibu yang mempunyai anak balita gizi kurang yang meliputi :
a. Karakteristik responden Nama, umur, suku, pendidikan dan pekerjaan
b. Karakteristik anak balita gizi kurang Nama, umur, jenis kelamin, data
antropometri berat badan dan tinggi badan. c.
Data status gizi balita berdasarkan data antropometri yang di lakukan sebelum dan sesudah konseling gizi kemudian dinilai status gizinya berdasarkan WHO
2005. Alat pengumpulan data ini berupa dacin dan microtoise. Data diambil langsung dilokasi penelitian, oleh peneliti dan di bantu 4 orang tenaga
konselor lulusan D-IV. d.
Data pola asuh diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang sudah dimodifikasi dari kuesioner yang telah
dilakukan oleh Dinkes Sumut dalam mengumpulkan data yang sejenis kuesioner terlampir.
3.4.2 Data Sekunder
Gambaran umum wilayah kerja Puskesmas Amplas dan data anak balita gizi kurang yang ada di wilayah kerja Puskesmas Amplas.
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Pengumpulan Data
A. Pengumpulan data di lakukan sebanyak 3 tahap :
1. Tahap Pertama :
A. Pre test tentang Pola asuh dengan cara memberikan kuesioner kepada responden
yang meliputi : 1.
Pola asuh tentang pemberian makanan 2.
Pola Asuh tentang Perawatan Kesehatan B.
Pengukuran berat badan dan tinggi badan balita gizi kurang yang dinilai berdasarkan WHO 2005.
2. Tahap Kedua :
Diberikan konseling gizi dengan materi tentang Pemberian makanan balita dan perawatan kesehatan balita oleh konselor. Konseling gizi pada ibu balita gizi
kurang dilakukan satu kali seminggu sebanyak 4 kali selama satu bulan dan berlangsung selama kurang lebih satu jam setiap pertemuan. Konseling dilakukan
dengan cara mendatangi rumah tempat tinggal ibu balita home visite. Dalam hal ini didukung oleh penelitian yang menurut Korsch Negrete
1972 yang mengatakan bahwa tidak ada kaitan antara kepuasan ibu dengan lamanya konsultasi. Dalam hal ini yang paling penting adalah kualitas interaksi
antara konselor dan ibu balita klien. Lamanya waktu konseling sangat bergantung kompleksitas permasalahan
yang dihadapi. Durasi pertemuan konseling pada prinsipnya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi ibu balita Lubis,2009. Menurut Yalom 1975 dalam
Universitas Sumatera Utara
latipun,2001 durasi konseling terlalu lama yaitu diatas dua jam menjadi tidak kondusif.
3. Tahap Ketiga :
a. Post test tentang Pola asuh dengan cara memberikan kuesioner kepada responden
yang meliputi : 1.
Pola asuh tentang pemberian makanan 2.
Pola Asuh tentang Perawatan Kesehatan b.
Pengukuran berat badan dan tinggi badan balita gizi kurang yang dinilai berdasarkan WHO 2005.
3.4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas dilakukan pada ibu balita gizi kurang yang berbeda, yaitu ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun. Ibu yang mengikuti uji
instrument ini adalah ibu yang mempunyai balita gizi kurang yang diambil secara acak sebanyak 30 ibu. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu
ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel pada
analisis reliability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Setelah semua pernyataan valid berdasarkan uji validitas, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas data dicari dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat
Universitas Sumatera Utara