Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)

(1)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan

Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)

Yenni Kurnia A14203004

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

Yenni Kurnia. Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur) (di bawah bimbinganPudji Muljono).

Wahana Visi Indonesia merupakan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak dibidang sosial kemanusiaan. LSM ini memiliki program ADP (Area Development Program) yang telah berlangsung sejak tahun 1999 di wilayah Jakarta Timur, khususnya di wilayah Kelurahan Tengah. Program ADP dilaksanakan dengan metode pelatihan, pemberian bantuan dan pembangunan infrastruktur. ADP memfokuskan programnya pada tiga bidang yaitu bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Tujuan program ADP secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat agar masyarakat bisa hidup mandiri. Sedangkan tujuan program ADP secara khusus menitikberatkan pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, peningkatan prestasi belajar anak, dan peningkatan status ekonomi keluarga.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kotamadya Jakarta Timur. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan didukung pendekatan kuantitatif. Metode kualitatif yang digunakan adalah studi kasus yakni untuk memperoleh informasi secara mendalam. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan tiga metode kualitatif (triangulasi) yakni dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik bola salju yaitu proses pengumpulan data secara bertahap dan berlapis, setiap tambahan data menambah kelengkapan dan kedalaman data yang dikumpulkan, Dan pendekatan kuantitatif dilakukan menggunakan metode survai yaitu pengambilan sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.


(3)

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu tingkat partisipasi warga dalam mengikuti kegiatan program ADP, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi warga tersebut, output program ADP, efek program ADP dan dampak Program ADP.

Tingkat partisipasi warga bervariasi pada setiap tahapan kegiatan, namun secara umum dapat dikatakan memiliki nilai yang tinggi. Hal ini bisa dilihat pada tingginya tingkat partisipasi warga pada tahap pelaksanaan program yakni sebanyak 70 persen, pada tahap menikmati hasil sebesar 70 persen, dan pada tahap evaluasi sebesar 60 persen, sedangkan pada tahap perencanaan program sebesar 40 persen. Kemudian faktor-faktor yang mendukung tingkat partisipasi warga adalah faktor pendamping, fasilitas yang memadai, monitoring dari pengurus dan pendamping, dan keterlibatan semua pihak. Sedangkan faktor penghambat tingkat partisipasi warga adalah faktor internal dan eksternal dari individu.

Output program ADP yang dihasilkan setelah penggunaan input antara lain meningkatnya hubungan kerjasama antara Wahana Visi Indonesia dengan institusi kesehatan, meningkatnya kemampuan institusi kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan gratis, meningkatnya akses warga ke tempat pembuangan sampah, meningkatnya komitmen masyarakat untuk melakukan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), meningkatnya kapasitas dan kemampuan warga dalam mengelola sampah, meningkatnya jumlah anak yang memiliki buku paket, meningkatnya partisipasi anak dalam forum kegiatan anak-anak, meningkatnya jumlah anak yang dapat mengakses kegiatan ekstrakulikuler, meningkatnya kemampuan masyarakat dalam berorganisasi melalui KUB, dan meningkatnya kualitas produk KUB.


(4)

Efek yang diterima oleh warga Kelurahan Tengah adalah meningkatnya akses warga ke pelayanan kesehatan melalui program mobile clinic, meningkatnya sanitasi lingkungan yang baik dengan dibangunnya saluran air dan beroperasinya 18 unit gerobak sampah, meningkatnya kemudahan warga untuk mengakses pelayanan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas, dan meningkatnya pendapatan kelompok usaha selama setahun terakhir.

Dampak pada bidang kesehatan adalah terjadi penurunan beberapa kasus penyakit seperti saluran pernapasan, diare dan kulit. Data menunjukkan penurunan jumlah kasus penyakit saluran pernapasan menjadi 36,2 persen pada tahun 2006 dari 36,7 persen pada tahun 2005. Penyakit diare juga mengalami penurunan kasus menjadi 5,1 persen dari 5,3 persen pada tahun 2005. dan penyakit kulit kasusnya turun menjadi 3,3 persen dari 4,3 persen kasus pada tahun 2005.

Dampak pada bidang pendidikan adalah terjadi peningkatan prestasi belajar anak di sekolah. Data Wahana Visi Indonesia menunjukkan bahwa sebesar 66,5 persen siswa Sekolah Dasar (SD) binaan Wahana Visi Indonesia mendapatkan nilai rata-rata tujuh disekolahnya. Dan siswa SMP juga menunjukkan kenaikan rata-rata nilai tujuh sebesar 19,9 persen pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 hanya 19,1 persen saja. Hal ini tentu menjadi prestasi yang luar biasa bagi anak-anak, orang tua dan LSM Wahana Visi Indonesia sendiri.

Wahana Visi Indonesia mentargetkan di tahun 2009 tejadi penurunan jumlah keluarga miskin menjadi 2074 kepala keluarga dari data tahun 2003 sebesar 8296 kepala keluarga. Dampak proyek bidang ekonomi membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat merealisasikannya.


(5)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan

Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)

Yenni Kurnia A14203004

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(6)

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini dinyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Yenni Kurnia

NRP : A14203004

Program studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul : Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat

(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)

Dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si NIP 1962 1010 198903 1 005

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir.Didy Soepandie, M.Agr NIP 1957 1222 198203 1 002


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT” ADALAH

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN – BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Februari 2010

YENNI KURNIA A14203004


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1985 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Abdul Rochim dan Darmayanti. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Harapan 1 pada tahun 1991 dan pada tahun yang sama melanjutkan sekolah dasar di SD 25 Pagi dan lulus pada tahun 1997. Selanjutnya penulis sekolah di SLTPN 20 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMU PB.Sudirman Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Penulis pernah mendapatkan juara umum pada tahun pertama di SMU PB.Sudirman.

Tahun 2003 penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada program studi “Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat”. Penulis pernah aktif dalam kegiatan paduan suara IPB selama satu tahun dan pernah mengikuti beberapa acara paduan suara di Bogor dan Jakarta.


(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT“ di bawah bimbingan Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian skripsi berlokasi di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur selama tiga bulan. Penyusunan skripsi ini banyak memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis yaitu belajar berbagi pengalaman dan pemikiran dengan masyarakat secara langsung.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan sekaligus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak yang ingin mendalami evaluasi program.

Bogor, Februari 2010


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan yang tidak mengenal kata lelah dan menyerah dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

2. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

3. LSM Wahana Visi Indonesia khususnya ibu Asih selaku manager ADP Cawang.

4. Semua teman-teman yang telah mengisi hari-hari penulis di kampus menjadi sangat berwarna untuk dikenang.

5. Dan untuk yang terakhir penulis ingin mengucapkan terima kasih sekaligus kata

maaf yang terdalam “to my lovely husband” yang sangat banyak membantu dan


(11)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... i

DAFTAR TABEL……….. iv

DAFTAR GAMBAR………... v

DAFTAR LAMPIRAN………... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..1

1.2 Perumusan Masalah………. 2

1.3 Tujuan Penelitan………. .3

1.4 Manfaat Penelitian………... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Evaluasi Program……….4

2.2 Pemberdayaan Masyarakat………..8

2.3 Konsep Pemberdayaan………...9

2.4 Partisipasi Masyarakat………....11

2.5 Strategi Pemberdayaan………...13

2.6 Pendampingan Sosial....………..15

2.7 Pengembangan Wilayah..………....20

2.8 Kerangka Pemikiran………....24

2.9 Definisi Operasional..………...27

2.10 Hipotesis Pengarah...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Pendekatan Penelitian………...30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………...30

3.3 Objek Pengamatan……….. ………...31


(12)

ii

3.5 Analisis Data………..32

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Wahana Visi Indonesia………...…….33

4.1.1 Sejarah...33

4.1.2 Pendanaan...34

4.2 Kinerja ADP………..……....35

4.2.1 Peserta...36

4.2.1.1 Bidang Kesehatan...36

4.2.1.2 Bidang Pendidikan...37

4.2.1.3 Bidang Ekonomi...38

4.2.1.4 Pembangunan Inrastruktur...39

4.2.2 Evaluasi...40

4.3 Lokasi ADP………...40

BAB V TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PROGRAM PENGEMBANGAN WILAYAH atau ADP 5.1 Partisipasi Masyarakat………..…….47

5.1.1 Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanan Program.…....47

5.1.2 Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan Program.…...49

5.1.3 Partisipasi Masyarakat pada TahapMenikmati Hasil…….…..51

5.1.4 Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi………....52

5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakt…………...53

5.2.1 Faktor Pendukung………...53

5.2.2 Faktor Penghambat………...54

BAB VI EVALUASI INPUT dan OUTPUT PROGRAM 6.1 Input Program………...55

6.1.1 Aktivitas Program………..….55

6.1.2 Peserta Program………..59

6.1.3 Anggaran………..………..…..59

6.1.4 Pendamping………......60

6.2 Output Program……….60


(13)

iii

6.2.2 Output pada Bidang Pendidikan………....63

6.2.3 Output pada Bidang Ekonomi………...64

BAB V11 EVALUASI EFEK dan DAMPAK PROGRAM 7.1 Efek Program pada Bidang Kesehatan……….………...66

7.2 Efek Program pada Bidang Pendidikan………...67

7.3 Efek Program pada Bidang Ekonomi………...……...67

7.4 Dampak Program pada BidangKesehatan………..……....68

7.5 Dampak Program pada Bidang Pendidikan……….………....69

7.6 Dampak Program Pada Bidang Ekonomi…..………..69

BAB VIII KESIMPULAN dan SARAN 8.1 Kesimpulan……….…....70

8.2 Saran……….…..73

DAFTAR PUSTAKA……….….74


(14)

iv DAFTAR TABEL

Nomor Teks halaman

Tabel 1 Target dan Realisasi Peserta di Bidang Kesehatan...36

Tabel 2. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Pendidikan...37

Tabel 3. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Ekonomi...38

Tabel 4. Target dan Realisasi Pembangunan Infrastruktur………...39

Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan……….…………...41

Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan……….…………...41

Tabel 7 Pertambahan Penduduk Selama Bulan Maret 2007 Berdasarkan Lampid………...41

Tabel 8. Sarana Ekonomi Usaha Menengah………...43

Tabel 9. Data Usaha Kecil………...45

Tabel 10. Sarana Kesehatan………...46

Tabel 11. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Perencanaan Program ADP...49

Tabel 12. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Pelaksanaan Program ADP...51

Tabel 13. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Menikmati Hasil Program ADP...52

Tabel 14. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah pada Tahap Evaluasi Program ADP...52

Tabel 15. Laporan Kegiatan Program ADPBidang Kesehatan Tahun 2006…..57

Tabel 16. Laporan Kegiatan Program Bidang Pendidikan Tahun 2006……...58

Tabel 17 Laporan Kegiatan Program ADP Bidang Ekonomi Tahun 2006…....58

Tabel 18 Aktifitas Program Pemberian Bantuan………...59

Tabel 19 Pencapaian Output pada Bidang Kesehatan………...62

Tabel 20 Pencapaian Output pada Bidang Pendidikan………...64

Tabel 21 Pencapaian Output pada Bidang Ekonomi.. ………...65


(15)

v DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


(16)

vi DAFTAR LAMPIRAN

Teks Halaman


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan juga membuat masyarakat sulit berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka dalam keadaan tidak mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup.

Ife (1995) dalam Suharto (2005) menjelaskan bahwa pemberdayaan yang berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) bertujuan untuk memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung. Rappaport (1987) dalam Suharto (2005) menjelaskan pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupanya.

Pemberdayaan hadir, dicanangkan, dan diprogramkan sesuai dengan kondisi atau kebutuhan masyarakat setempat sehingga diharapkan hasil dari pemberdayaan bisa membuat perubahan sosial dan tepat pada sasaran pada sebuah komunitas miskin atau lemah. Program pemberdayaan telah lama dilakukan oleh pemerintah namun tidak sedikit yang mengalami kegagalan karena belum menyentuh pada kebutuhan masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan. Penyebab inilah yang akhirnya membuat LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat tergerak untuk menyingsingkan lengan untuk menuntaskan dan menghapus masalah kemiskinan dimasa sekarang dan dimasa depan.

Wahana Visi Indonesia yang bermitra dengan World Vision mencanangkan program pengembangan wilayah atau Area Development Program (ADP). ADP merupakan program


(18)

pemberdayaan jangka panjang yang menggunakan pendekatan wilayah. Program ini disusun sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap wilayah dampingan sehingga diharapkan setiap wilayah dapat mengembangkan program ini yang terfokus pada tiga bidang yaitu bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Keberadaan program ADP menarik untuk diamati karena dilakukan di wilayah perkotaan dengan mobilitas warganya yang tinggi. Fenomena ini menjadi lebih menarik untuk dikaji bagaimana tingkat partisipasi masyarakatnya terhadap program pemberdayaan. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan positif untuk program pemberdayaan yang hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah pihak pemerintahan yang terkait, mengingat banyaknya kegagalan yang terjadi pada pogram pemberdayaan sebelumnya.

Evaluasi program merupakan proses pengidentifikasian keberhasilan dan atau kegagalan suatu rencana, pelaksanaan dan hasil kegiatan program. Evaluasi sangat penting dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan telah dicapai sehingga bisa menjadi masukan positif bagi program pemberdayaan selanjutnya.

1.2 Perumusan Masalah

1. Sejauh mana partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung?

3. Bagaimanakah pemanfaatan input dan output yang dihasilkan dari pogram ADP? 4. Bagaimanakah efek dan dampak program ADP terhadap warga Kelurahan Tengah?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji sejauh mana partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung;

2. Untuk mengkaji apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat selama program ADP berlangsung;

3. Untuk mengevaluasi bagaimanakah pemanfaatan input dan output yang dihasilkan dari pogram ADP; dan

4. Untuk mengevaluasi bagaimanakah efek dan dampak program ADP terhadap warga Kelurahan Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi:

1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai evaluasi program sebagai bahan penelitiannya;

2. Kalangan akademisi yang ingin menambah literatur untuk mengkaji evaluasi program; dan

3. Pihak penyelenggara program agar dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja dimasa mendatang.


(20)

semester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Kedua ex-post evaluation atau evaluasi akhir yang dilakukan setelah implementasi suatu program atau rencana. Adapun jenis-jenis evaluasi berdasarkan waktu sebagai berikut (Yusuf, 2000):

1. Evaluasiex-ante

Evaluasi ini dilakukan terhadap rencana kegiatan. Misalnya pada seminar proposal rencana penelitian.

2. Evalusiex-post

a. on going evaluation (evaluasi sewaktu berjalan)

Evaluasi ini adalah analisa untuk mengetahui apakah kesinambungan relevansi, efisiensi dan efektivitas kegiatan proyek dapat dipertahankan serta untuk mengetahui output, efek dan dampak yang timbul atau akan mungkin ditimbulkannya ketika dilakukan pada waktu proyek tersebut sedang berjalan. Evaluasi ini membantu para pengambil keputusan dengan menyediakan informasi tentang langkah-langkah penyesuaian yang perlu diambil yang menyangkut segi-segi tujuan, kebjaksanaan, strategi pelaksanaan proyek di masa yang akan datang. Evaluasi ini akan menguji apakah semua asumsi dan hipotesa yang telah dirumuskan selama masa persiapan proyek masih tetap berlaku, atau memerlukan penyesuaian-penyesuaian untuk menjamin bahwa keseluruhan tujuan proyek akan dapat tercapai.

b. Evaluasi akhir

Evaluasi ini dilaksanakan 6-12 bulan setelah proyek berakhir, atau sebelum memulai fase proyek berikutnya sebagai pengganti ex-post evaluation


(21)

(evaluasi menyeluruh) pada proyek-proyek yang berjangka waktu singkat. Evaluasi ini akan menghitung atau mengukur ouput dan sifatnya bisa dikontrol atau diukur seketika itu juga.

c. Evaluasi dampak

Untuk mengevaluasi dampak dari kegiatan dan biasanya dilakukan setelah progam selesai sekian lama. Contohnya evaluasi sebab-akibat dan evaluasi perubahan perilaku.

Berikut adalah beberapa pendekatan dalam evaluasi program (Suyono, 2005): 1. Pendekatan experimental

2. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan 3. Pendekatan yang berfokus pada keputusan 4. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai 5. Pendekatan yangresponsive

Berikut adalah beberapa desain evaluasi program (Yusuf, 2000): 1. Fixed design

Desain evaluasi ini ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan.

2. Emergent design

Evaluasi ini dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang seperti menampung pendapat audiensi, masalah dan kegiatan program.

3. Experimental design

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menilai manfaat suatu objek, suatu program atau strategi baru yang diuji cobakan.


(22)

4. Natural inquiry design

Strategi yang multiple dan sumber-sumber dipakai untuk mempertinggi reabilitas pengumpulan data. Evaluator merundingkan isu dengan audiensi, hal ini dilakukan sesuai dengan cara evaluator.

Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program. Makna dari evaluasi program sendiri mengalami proses pemantapan. Evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan (Suharto, 2005). Sehubungan dengan definisi tersebut The Standford Evacuation Consortium Group menegaskan bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya (Arikunto, 1995).

Setiap kegiatan tentu mempunyai tujuan, demikian juga evaluasi program. Secara singkat evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur ketercapaian program yaitu mengukur sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Evaluasi program adalah penelitian yang mempunyai ciri khusus yaitu melihat keterlaksanaan program sebagai realisasi kebijakan untuk menetukan tindak lanjut dari program yang dimaksud. Jika kesimpulan penelitian diikuti dengan saran maka evaluasi program selalu harus mengarah pada pengambilan keputusan sehingga harus diakhiri dengan rekomendasi kepada pengambil keputusan.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Parson (1994) dalam Suharto (2005) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi


(23)

pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

Ife (1995) dalam Suharto (2005) menjelaskan bahwa pemberdayaan menekankan orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung.

Rapport (1984) dalam Hikmat (2004). Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan (Hikmat, 2005). Sebagai proses adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, pemberdayaan menuju pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

Shardlow melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka (Adi, 2003). Menurut Rapport (1987) dalam Hikmat (2004) pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut undang-undang. Sementara itu menurut


(24)

McArdle pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut (Adi, 2003).

2.3 Konsep Pemberdayaan

Munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu negara (Hikmat, 2004). Pada hakikatnya, proses permberdayaan dapat dipandang sebagai depowerment dari sistem kekuasaan yang mutlak-absolut (intelektual-religius, politik, ekonomi dan militer). Konsep ini digantikan oleh sistem baru yang berlandaskan idiil manusia dan kemanusiaan atau humanisme (Hikmat, 2004). Jika kelompok miskin dapat diberdayakan melalui ilmu pengetahuan dan kemandirian sehingga dapat berperan sebagai agen pembangunan maka baru bisa disebut pemberdayaan (Adi, 2003). Pemberdayaan akan menjadi masalah jika secara konseptual bersifat zero-sum. Maksudnya proses pemberdayaan itu diselaraskan oleh adanya power kelompok terhadap kelompok lainnya. Weber mendefinisikan power sebagai kemampuan seseorang atau, individu atau kelompok untuk mewujudkan keinginannya, kendatipun terpakasa menentang lainnya (Suyono, 2005).

McArdle (1989) dalam Hikmat (2004) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan external. Namun demikian McAdle (1989) mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan. Partisipasi merupakan komponen penting dalam membangkitkan kemandirian dan proses pemberdayaan. Sebaiknya


(25)

orang-orang harus terlibat dalam proses pemberdayaan sehingga mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif sehingga semakin banyak keterampilan yang dimiliki seseorang semakin baik kemampuan partisipasinya (Hikmat, 2004).

Secara konservatif, pengertian pemberdayaan dibatasi oleh situasi mandiri. Menurut pandangan ini pemberdayaan memerlukan partisipasi aktif langkah-langkah pencapaian tujuan pribadi secara menyeluruh dengan intervensi minimal dari luar yang terdiri dari beberapa tahapan yakni (Hikmat, 2004):

a. Identifikasi kebutuhan

b. Identifikasi pilihan atau strategis c. Keputusan atau pilihan tidakan d. Mobilisasi sumber-sumber e. Tindakan itu sendiri

Upaya pemberdayaan merupakan upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga masyarakat baik di tingkat individu, kelompok, kelembagaan, maupun komunitas memiliki tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses pada sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan kontrol sosial dari segala aktifitas pembangunan yang dilakukan di lingkungannya (Nasdian, 2003). 2.4 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berarti melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi (Cohen dan Uphoff 1980 dalam Nasdian, 2003). Pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas merupakan dua konsep yang erat kaitannya. Seperti dalam pernyataan Craig dan mayo (1995) dalam Nasdian (2003) bahwa empowerment is road to participation. Pemberdayaan warga komunitas


(26)

merupakan tahap awal menuju pada partisipasi warga komunitas khususnya dalam proses pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Dengan kata lain pemberdayaan dilakukan agar warga komunitas mampu berpartisipasi untuk mencapai kemandirian.

Nasdian (2003) menyatakan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Untuk menjalankan partisipasi secara terus menerus dalam pengambilan keputusan dan pembentukan struktur komunitas memerlukan suatu kegiatan atau kerja yang terus menerus. Logika dasarnya orang akan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas apabila kondisinya kondusif untuk melakukan kondisi tersebut. Kondisi tersebut antara lain jika masyarakat memandang penting isu-isu atau aktifitas tertentu dan warga komunitaslah yang menentukan isu atau tindakan mana yang penting. Bagi orang miskin, orientasi kegiatan pengembangan masyarakat dapat menjawab kebutuhan dasarnya, peningkatan pendapatan, kesehatan dan lain lain. Warga komunitas berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan seperti kegiatan usaha ekonomi yang segera memberikan hasil ataupun kegiatan-kegiatan yang memberikan jaminan sosial lebih menarik orang untuk berpartisipasi daripada usaha-usaha ekonomi tahunan atau musiman. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Partisipasi komunitas hendaknya dapat dilakukan oleh siapapun juga dengan mempertimbangkan keragaman keterampilan, bakat dan minat. Seseorang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan


(27)

didukung dalam partisipasinya. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan. Oleh karena itu diperlukan metode-metode yang partisipatif.

Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial, dan transformasi budaya. Salah satu agen internasional, Bank Dunia misalnya, percaya bahwa partisipasi masyarakat di dunia ketiga merupakan sarana efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui upaya pembangkitan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri (Paul dalam Hikmat 2004). Brudtland menyimpulkan bahwa jaminan pembangunan berkelanjutan adalah partisipasi masyarakat (Craig dan Mayo dalam Hikmat 2004).

2.5 Strategi Pemberdayaan

Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Namun dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual meskipun pada gilirannya akan tetap berkaitan dengan kolektivitas. Pencapaian tujuan pemberdayaan dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan pemberdayaan dan pelaksanaan pendekatan tersebut berpijak pada pedoman dan prinsip pekerjaan sosial (Suharto, 2005).

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan (Suharto, 2005):

1. Pemungkinan

Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat;

2. Penguatan

Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap pengetahuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka;


(28)

3. Perlindungan

Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil;

4. Penyokongan

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan; dan

5. Pemeliharaan

Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Didalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) mikro, mezzo, dan makro

(Adi, 2003):

1. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas( task centered approach).

2. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sasarn perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,


(29)

perencanaan sosial, kampanye, dan aksi sosial. Lobbying, pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

2.6 Pendampingan Sosial

Pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti (Suharto, 2005):

a. merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi b. memobilisasi sumberdaya setempat

c. memecahkan masalah sosial

d. menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan.

e. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.

Merujuk pada Payne (1986) dalam Suharto (2005), prinsip utama pendampingan sosial adalah “making the best of the client’s resourcers”. Klien dipandang sebagai sistem sosial yang memiliki kekuatan positif dan bermanfaat bagi proses pemecahan masalah. Bagian dari


(30)

pendekatan pekerjaan sosial adalah menemukan sesuatu yang baik dan membantu klien memanfaatkan hal tersebut. Pendampingan sosial berpusat pada 4 bidang tugas atau fungsi yakni:

a. Pemungkinan (enabling) atau fasilitasi

Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberpa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi contoh, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber. Pekerja sosial terpanggil untuk mampu memobilisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber yang sulit terjangkau masyarakat karena alasan ekonomi maupun birokrasi agar dapat terjangkau. Pengertian manajemen juga meliputi pembimbingan, kepemimpinan dan kolaborasi dengan pengguna atau penerima program PM.

Dengan demikian, tugas utama pekerja sosial dalam manajemen sumber adalah menghubungkan klien dengan sumber-sumber sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri klien maupun kapasitas pemecahan masalahnya.

b. Penguatan

Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat (capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagsan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan fungsi penguatan.

c. Perlindungan

Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat


(31)

bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. Fungsi perlindungan juga menyangkut tugas pekerja sosial sebagai konsultan dan orang yang bisa diajak berkonsultasi dalam proses pemecahan masalah.

d. Pendukungan

Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada masyarakat. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar seperti melakukan analisasi sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur sumber dana.

Mengacu pada Parson (1994) dalam Suharto (2005) terdapat beberapa peran pekerja sosial dalam pembimbingan sosial yang akan melakukan pendampingan sosial yakni:

a. Fasilitator

Barker (1987) dalam Suharto (2005) memberi definisi pemungkinan atau fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional.

b. Broker

Pemahaman pekerja sosial yang menjadibroker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh keuntungan maksimal. Parson (1994) dalam Suharto (2005) menerangkan tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagaibroker yaitu:

- Lingking adalah proses menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga atau pihak-pihak lainnya yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan, memperkenalkan klien


(32)

dan sumber referal, tindak lanjut pendistribusian sumber dan menjamin bahwa barang-barang dan jasa dapat diterima oleh klien.

- Goods adalah barang-barang nyata seperti makanan, uang, pakaian dll. Sedangkan service mencakup keluaran pelayanan lembaga yang dirancang untuk memnuhi kebutuhan hidup klien, misalnya perawatan kesehatan, pendidikan, pelatihan, konseling, pengasuhan anak dll.

- Quality control adalah proses pengawasan yang dapat menjamin bahwa produk-produk yang dihasilkan lembaga memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.

c. Mediator

Pekerja sosial sebagai mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti kontrak perilaku, negosiasi, pendamaian pihak ketiga serta berbagai macam resolusi konflik.

d. Pembela

Peran pembelaan merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik. Peran pembelaan dapat dibagi dua yakni advokasi kasus dan advokasi kausal. Apabila pekerjaan sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausal terjadi manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.

Kegiatan pendampingan sosial melibatkan dua strategi utama yakni pelatihan dan advokasi (pembelaan masyarakat). Terdapat lima aspek penting yang dapat dilakukan dalam


(33)

melakukan pendampingan sosial khususnya melalui pelatihan dan advokasi terhadap masyarakat yakni (Adi, 2003):

a. Motivasi

Masyarakat didorong agar dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Pembentukan kelompok merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kelompok dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan mereka sendiri.

b. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan

Peningkatan kesadaran dapat dilakukan melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Keterampilan vokasional dapat dilakukan dengan cara-cara partisipatif, pengetahuan lokal dapat digabungkan dengan pengetahuan luar melalui pelatihan. Hal ini dapat membantu masyarakat menciptakan mata pencaharian atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.

c. Manajemen diri

Kelompok harus mampu mengatur kelompoknya sendiri. Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

d. Mobilisasi sumber

Merupakan metode menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Pengembangan sistem


(34)

penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelnjutan.

e. Pembangunan dan pengembangan jaringan

Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya dalam membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.

2.7 Pengembangan Wilayah

Pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat masyarakat laukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses belajar (Alkadri, 2001). Secara umum wilayah dapat diartikan sebagai suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan. Pengertian unit geografi merujuk pada ruang (spasial), sehingga pengertian wilayah tidak hanya sebatas aspek fisik tanah, melainkan juga aspek biologi, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan lain-lain (Ambardi, 2002).

Pengembangan wilayah tidak lain adalah usaha mengawinkan secara harmonis Sumber Daya alam, manusianya dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri (Alkadri, 2001). Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. (Ambardi, 2002). Pengembangan wilayah merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan


(35)

memperhitungkan sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu wilayah (Alkadri, 2001).

Konsep pengembangan wilayah sangat berorientasi pada issue (permasalahan) pokok wilayah secara terkait dan pada dasarnya merupakan upaya intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah memiliki tiga tujuan pokok, yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan sektoral, dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan(Ambardi, 2002).

Tujuan utama pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan. Optimal berarti dapat dicapai tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan dalam alam lingkungan yang berkelanjutan (Ambardi, 2002). Tujuan pengembangan wilayah menurut (Alkadri, 2001):

1) Merupakan usaha memberdayakan masyarakat suatu masyarakat yang berada di suatu daerah untuk memanfaatkan SDA yang terdapat di sekeliling mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan.

2) Membuat suatu komunitas dapat berdiri di atas usahanya sendiri, dan benar-benar menyadarkan bahwa mereka dapat memperbaiki nasibnya atas usaha mereka sendiri. 3) Membuat suatu wilayah memiliki dan sadar akan kekuatan politiknya.

Arah kebijakan yang ingin dicapai dari analisis setiap unsur pembentuk suatu wilayah adalah sebagai berikut (Ambardi, 2002):


(36)

1. Analisis kependudukan: untuk mengetahui struktur pendidikan, sebaran penduduk, ciri dan faktor yang mempengaruhi pergerakan atau imigrasi dan produktivitas penduduk. 2. Analisis sosial budaya: untuk memahami faktor-faktor pembentuk pola dan pandangan

hidup serta adat istiadat masyarakat.

3. Analisis perekonomian: untuk mengetahui perkembangan ekonomi (meliputi sektor usaha, kesempatan kerja, tingkat produksi dan sektor-sektor unggulan), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi, sebaran kegiatan ekonomi, serta keterkaitan kegiatan produksi intra dan antar wilayah.

4. Analisis potensi sumber daya alam untuk mengetahui tingkat penggunaan, tingkat ketersediaan serta kemungkinan pengembangannya.

5. Analisis potensi sumber daya buatan: untuk mengetahui tingkat ketersediaan, tingkat pelayanan, sebaran dari prasarana yang ada dan hal lain yang berkaitan dengan teknologi serta biaya pembengunan prasarana yang spesifik sesuai dengan kondisi geografi wilayah.

6. Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang: untuk mengetahui sifat keterkaitan kegiatan-kegiatan produksi, sosial, pemukiman dalam wilayah, hirarki keterkaitannya, serta ciri khusus keterkaitan tersebut dihubungkan dengan kondisi geografi wilayah. Keseluruhan analisis diatas memberikan gambaran mengenai kecenderungan kegiatan sosial budaya, ekonomi, kondisi lingkungan, ketersediaan SDA dan Sumber Daya buatan (prasarana dan sarana) serta pola keterkaitan dan struktur pemanfaatan ruang yang ada di dalam wilayah tersebut.

Wilayah menurut tipe-tipenya dapat dipilah menjadi tiga macam, yakni (Ambardi, 2002):


(37)

1. Wilayah homogen: wilayah yang mempunyai karakteristik seragam. Keseragaman ciri-ciri tersebut bisa dilihat menurut faktor ekonomi (struktur produksi yang sama, pola konsumsi serupa), geografi (topografi, iklim), sosial budaya (adat istiadat atau perilaku masyarakat), dan aspek-aspek lainnya.

2. Wilayah heterogen: wilayah yang saling berhubungan secara fungsional karena adanya faktor heterogenitas (ketidakmerataan). Wilayah-wilayah yang saling melengkapi tetapi dengan fungsi yang berbeda tersebut, pada umumnya berlangsung anatar wilayah pusat (core) dan wilayah pinggiran (periphery atau hinterland). Contohnya antara Jakarta dan wilayah lain disekitarnya seperti Depok, Bekasi, Bogor, dan Tanggerang.

3. Wilayah perencanaan: wilayah yang berada dalam kesatuan kebijakan/ administrasi. Contohnya wilayah yang tergolong dalam kategori provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, dan desa; atau wilayah yang secara special mempunyai perencanaan yang tetap seperti Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu, Bopuncur (Bogor, Puncak, Cianjur). Dalam membangun suatu wilayah, minimal ada tiga pilar yang perlu diperhatikan yaitu SDA, SDM, dan teknologi. Pembangunan suatu wilayah sesungguhnya merupakan pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people center development), dimana SDM dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan.


(38)

2.8 Kerangka Pemikiran

Program pengembangan wilayah atau ADP merupakan program yang hadir di tengah masyarakat pinggiran perkotaaan dengan ekonomi lemah. Pusat-pusat pengembangan terbentuk dan dibentuk untuk menjawab akar permasalahan serta isu atau topik regional dengan menerapkan sistem, penggalangan SDA dan SDM, membentuk organisasi masyarakat dan melakukan intervensi program yang komprehensif. Sarana yang diberikan meliputi sarana pada bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pada bidang kesehatan bantuan dan kegiatan difokuskan untuk anak-anak, Balita dan ibu hamil. Untuk bidang pendidikan bantuan dan kegiatan difokuskan untuk anak-anak usia sekolah, sedangkan pada bidang ekonomi bantuan dan kegiatan difokuskan pada pembentukan kelompok masyarakat yakni Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Tujuan dari program ADP adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan waktu yang cukup lama dan berkelanjutan. Setiap tahun ADP dilaksanakan secara berkelanjutan dengan mempersiapkan input seperti tenaga pendamping atau koordinator lapangan, jumlah peserta dan jumlah dana dan aktivitas yang dilakukan. Penggunaan input direalisasikan untuk meningkatkan partisipasi warga pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Evaluasi akan dilakukan pada pencapaian output, efek, dan dampak untuk mengetahui keberhasilan program.

Output program ADP yang dievaluasi antara lain mengenai hubungan kerjasama antara Wahana Visi Indonesia dengan institusi kesehatan. Kemampuan institusi kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan gratis. Akses warga ke tempat pembuangan


(39)

sampah, komitmen masyarakat untuk melakukan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), kapasitas warga dalam mengelola sampah.

Jumlah anak yang memiliki buku paket, partisipasi anak dalam forum anak, meningkatnya jumlah anak yang dapat mengakses kegiatan ekstrakulikuler, kemampuan masyarakat dalam berorganisasi melalui KUB, kualitas produk KUB.

Evaluasi efek yang diterima oleh warga Kelurahan Tengah adalah mengenai akses warga ke pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan yang baik, akses pelayanan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas, dan pendapatan kelompok usaha selama setahun terakhir.

Evaluasi dampak pada bidang kesehatan adalah tentang penurunan beberapa kasus penyakit. Dampak pada bidang pendidikan adalah tentang prestasi belajar anak di sekolah. Pada bidang ekonomi evaluasi dampak dilakukan tentang jumlah kepala keluarga yang miskin.


(40)

2.9 Definisi Operasional

1. Input adalah semua jenis barang, jasa, biaya, tenaga manusia, teknologi, dan sumberdaya lainnya untuk menghasilkan output program.

2. Pendamping adalah fasilitator yang disediakan LSM untuk mendampingi masyarakat dalam melaksanakan program.

3. Peserta program adalah warga binaan yang ikut serta dalam pelatihan program ADP. 4. Aktifitas adalah rangkaian kegiatan yang telah disusun dalam kerangka kerja. 5. Proses adalah tahap perencanaan, pelaksanaan dan partisipasi warga.

6. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil program.

7. Partisipasi tahap perencanaan adalah keterlibatan masyarakat dalam tahapan penyusunan tujuan dan pemilihan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Terdapat lima pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Jawaban “ya” diberi nilai dua dan jawaban “tidak” diberi nilai nol. partisipasi tinggi diberi nilai 6-10 dan partisipasi rendah diberi nilai 0-5.

8. Patisipasi tahap pelaksanaan adalah keterlibatan warga dalam melaksanakan kegiatan program ADP. Terdapat lima pertanyaan yang terkait dengan indikator ini. Jawaban “ya” diberi nilai dua dan jawaban “tidak” diberi nilai nol. partisipasi tinggi diberi nilai 6-10 dan partisipasi rendah diberi nilai 0-5.

9. Perencanaan program adalah tahapan penyusunan tujuan dan pemilihan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanaan melibatkan LSM sebagai pihak pelaksana, aparatur pemerintah setempat sebagai pemberi izin dan penyumbang ide, dan masyarakat setempat sebagai sasaran program. Perencanaan juga melibatkan proses sosialisasi dan musyawarah dengan warga setempat.


(41)

10. Pelaksanaan program adalah tahapan merealisasikan rencana kerja yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Pelaksanaan kegiatan dapat merubah rencana kerja sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

11. Output adalah pencapaian hasil di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang timbul akibat penggunaan input.

12. Efek adalah pencapaian hasil di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang timbul akibat pencapaian output.

13. Dampak adalah pencapaian hasil yang terjadi di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi karena berfungsinya efek.

14. Evaluasi terhadap input adalah penilaian terhadap penggunaan pendamping, peserta dan dana untuk mendukung terjadinya output pada program.

15. Evaluasi terhadap proses program adalah penilaian terhadap perencanaan dan pelaksanaan program.

16. Evaluasi terhadap output program adalah penilaian terhadap pencapaian hasil di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang timbul akibat penggunaan input. 17. Evaluasi terhadap efek program adalah penilaian terhadap pencapaian hasil di bidang

kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang timbul akibat pencapaian output.

18. Evaluasi terhadap dampak program adalah penilaian terhadap pencapaian hasil yang terjadi di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi karena berfungsinya efek.

2.10 Hipotesis Pengarah

1. Pelaksanaan program ADP terdiri dari tiga bidang yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Output, efek dan dampak yang terjadi hasilnya akan berbeda-beda pada setiap bidang.


(42)

2. Tingkat partisipasi warga berbeda-beda pada setiap perencanaan, dan pelaksanaan di bidang yang berbeda.

3. Pelaksanaan program ADP dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat program.


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang didukung pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan strategi studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode kualitatif (triangulasi) yakni dengan melakukan pengamatan, wawancara dan analisis dokumen. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei yaitu mengambil sampel dari sebuah populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Hasil metode survei digunakan untuk mendukung data kualitatif agar diperoleh data yang komprehensif mengenai objek yang diteliti.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur yang dijadikan sebagai kasus. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena wilayah Kelurahan Tengah merupakan wilayah yang perkembangannya sangat pesat dan pertumbuhan serta mobilitas penduduk yang datang ke wilayah ini cukup tinggi, mengingat keberadaan pasar induk sayur-mayur kramat jati di wilayah ini. Selain itu wilayah ini juga mudah dijangkau oleh peneliti dan merupakan salah satu wilayah dampingan program pengembangan wilayah atau ADP.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2007. Alasan pemilihan waktu penelitian karena ADP FY (fiskal year) 2005-2006 telah selesai dan selanjutnya akan dilaksanakan ADP FY 2008-2014 mendatang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan positif bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program.


(44)

Pemilihan sumber informasi dipilih secara sengaja menurut kepentingan hal, peristiwa, struktur masyarakat, dan situasi yang diamati agar dapat memberikan informasi mengenai aspek rumusan masalah yang akan dikaji. Informan adalah pihak yang memberikan keterangan tentang pelaksanaan program dan keadaan disekitarnya sedangkan responden adalah pihak yang memberikan keterangan tentang diri mereka sendiri dan kegiatan yang dilakukannya. Dalam penelitian ini informan terdiri dari lima orang dari unsur LSM dan dua orang dari aparat pemerintahan sedangkan responden berjumlah 50 orang.

3.4 Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data kualitatif menggunakan metode triangulasi berupa wawancara mendalam, pengamatan berperan serta dan penelusuran dokumen. Metode survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data.

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan keterangan tentang potensi wilayah penelitian, keadaan umum masyarakat dan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan penelitian baik dari kantor kelurahan, hasil studi literatur dan dokumen-dokumen dari pihak LSM.

Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik bola salju yaitu proses pengumpulan data secara bertahap dan berlapis, setiap tambahan data menambah kelengkapan dan kedalaman data yang dikumpulkan.


(45)

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data hasil wawancara mendalam dianalisa secara kualitatif dengan menjabarkan dan memaparkan fakta yang terjadi di lapangan. Untuk menguatkan hasil penelitian, peneliti mencantumkan data-data berupa kutipan pernyataan dari informan. Data kuantitatif diolah secara manual dan hasilnya dipaparkan secara deskriptif


(46)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Profil Wahana Visi Indonesia

4.1.1 Sejarah

Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang berbasis Kristen yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan melalui kegiatan pengembangan transformatif. Pengembangan transformatif ini memiliki fokus pelayanan pada pemberdayaan masyarakat miskin baik di pedesaan maupun perkotaan dengan tujuan mendorong masyarakat menjadi mandiri dalam menapaki kehidupan. Untuk mencapai tujuan itu WVI sebagai yayasan nirlaba menjalankan program-program pengembangan jangka panjang 10-15 tahun dimana staff Wahana Visi Indonesia secara intensif mendampingi masyarakat dalam proses pemberdayaan.

Wahana Visi Indonesia semula bernama Yayasan World Vision Indonesia yang terbentuk pada bulan Maret 1995, dan pada akhir 1998 nama yayasan ini dirubah menjadi Wahana Visi Indonesia. Meskipun berganti nama, sebagian besar pelayanan World Vision di Indonesia tetap dipercayakan kepada Wahana Visi Indonesia dalam implementasinya. Dan Wahana Visi Indonesia tetap menjalin kerjasama yang erat dengan lembaga kemanusiaan World Vision.

Program penyantunan anak mentransformasikan seluruh komunitas melalui program pengembangan masyarakat yang terintregasi, membantu desa-desa membutuhkan dengan mengkombinasikan dana penyantun yang diterima. Intervensi, seperti penyediaan air bersih biasanya dapat segera dilakukan di daerah-daerah yang membutuhkan.


(47)

Agenda program lainnya seperti peningkatan kualitas pendidikan, sangat dimungkinkan membutuhkan waktu lebih lama untuk direalisasikan akan tetapi bukan menjadi alasan yang utama untuk mengerem perjalanan menjadi lebih lambat. Perubahan-perubahan vital semacam ini memiliki kekuatan yang signifikan untuk mengangkat serta membebaskan generasi yang baru keluar dari kemiskinan.

Wahana Visi Indonesia memiliki landasan dalam beraktifitas yaknicommunity based yang berarti masyarakat menjadi mampu mandiri tanpa bantuan pihak luar, child focus yang berarti kesejahteraan anak adalah yang utama. Landasan ini dibuat berdasarkan pengalaman kegetiran perang yang dialami sendiri oleh pendiri World Vision Internasional pada tahun 1950, seorang misionaris Amerika Serikat bernama Bob Pierce. Selama berada dalam perang Korea dan melihat penderitaan yang harus ditanggung oleh anak-anak akibat perang, beliau tergugah untuk menyejahterakan semua anak yang membutuhkan bantuan demi masa depan. Dan landasan christ center yang berarti WVI mengasihi sesama manusia sesuai dengan kasih Tuhan kristus. Namun bukan berarti agama lain tidak diperbolehkan terlibat dalam kegiatan LSM ini. WVI terbuka lebar dan siap berbagi dengan siapa saja yang ingin bergabung dalam mensukseskan program mereka tanpa melihat suku, agama, ras dan golongan.

4.1.2 Pendanaan

Program ADP didukung sepenuhnya dari dana sponsorship terhadap anak-anak yang ada di wilayah program tersebut yang sudah terencana. Setiap donasi yang diberikan melalui WVI akan digunakan untuk program. Setiap tahun dilakukan audit oleh tim audit internal WVI yang hasilnya dilaporkan kepada badan penyantun.


(48)

ADP merupakan program pemberdayaan masyarakat jangka panjang yang menggunakan pendekatan wilayah dengan metode pengembangan transformatif. ADP dapat juga dikatakan sebagai suatu model pendekatan pengembangan masyarakat jangka panjang yang dilandasi atas sumberdaya dan potensi masyarakat dengan memperhatikan letak geografis rencana pengembangan, dimana pusat-pusat pengembangan terbentuk dan dibentuk untuk menjawab akar permasalahan serta isu atau topik regional dengan menerapkan sistem, penggalangan SDA dan SDM, membentuk organisasi masyarakat dan melakukan intervensi program yang komprehensif..

Konsep program sesuai dengan visi LSM Wahana Visi Indonesia yakni “Visi kami untuk setiap anak, hidup utuh sepenuhnya; doa kami untuk setiap hati, tekad untuk mewujudkannya”. Seluruh program yang dikembangkan oleh ADP Urban Jakarta difokuskan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan anak. Tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang bermartabat, berkeadilan, damai dan berpengharapan. Program yang dikembangkan berbasiskan masyarakat yakni seluruh kegiatan dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan kesehatan dimulai dari adanya kebutuhan di masyarakat.

ADP hadir bersamaan dengan hadirnya LSM WVI pada tahun 1998 di Jakarta Timur khususnya di Kelurahan tengah. ADP direncanakan akan berakhir pada tahun 2014 di seluruh wilayah dampingan ADP Jakarta. ADP periode tahun 2005-2009 terfokus pada bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Untuk penelitian ini difokuskan pada ADP FY (Fiskal Year) 2006 yang sudah terlaksana pada Oktober 2005- September 2006.

1.2.1 Peserta

4.2.1.1 Bidang Kesehatan

Peserta pada bidang kesehatan terdiri dari ibu rumah tangga, anak-anak binaan, dan Lansia. Jumlah peserta yang ikut serta dalam kegiatan bidang kesehatan berjumlah 225 orang.


(49)

Tabel berikut menjelaskan jumlah peserta yang ditargetkan dalam rencana kerja ADP FY 2006 dan realisasi jumlah peserta di bidang kesehatan.

Tabel 1. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Kesehatan

No. Aktifitas Target Jumlah

Peserta

Realisasi Jumlah Peserta 1. Sosialisasi bersama kartu keluarga

miskin 60 orang 40 orang

2. Penyuluhan manfaat kartu keluarga

miskin 60 orang 50 orang

3. Medical Check Up untuk anak

binaan 80 anak 50 anak

4. Medical Treatment 80 orang 82 orang

5. Kegiatanmobile clinic 49 orang 60 orang

6. Penyuluhan TB 90 orang 50 orang

7. Penyuluhan demam berdarah 64 orang 45 orang

8. Pengadaan abate 70 KK 40 KK

9. Penyuluhan nutrisi 39 orang 12 orang 10. Training untuk kader posyandu

tentang pencatatan 28 orang 10 orang 11. Penyuluhan tentang sanitasi

lingkungan dan saluran air 95 orang 25 orang 12. Penyuluhan pengunaan gerobak

sampah & pengelolaannya 45 orang 40 orang 13. Training pengelolaan sampah 26 orang 10 orang 14. Training daur ulang sampah 40 orang 12 orang 15. Pengelolaan sampah dengan tungku

pembakar 10 orang 12 orang

4.2.1.2 Bidang Pendidikan

Peserta pada bidang pendidikan adalah anak-anak dan ibu rumah tangga. Jumlah peserta yang ikut serta dalam kegiatan bidang pendidikan berjumlah 150 orang Tabel berikut


(50)

menjelaskan jumlah peserta yang ditargetkan dalam rencana kerja ADP FY 2006 dan realisasi jumlah peserta di sektor pendidikan.

Tabel 2. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Pendidikan No . Aktifitas Target Jumlah Peserta Realisasi Jumlah Peserta 1. Pengadaan perlengkapan KBA 62 anak 3 kelompok

atau 30 anak 2. Mengembangkan kegiatan KBA yang

baru

38 orang 38 orang 3. Memfasilitasi pembentukanplay group 30 orang 30 orang 4. Training pengelolaan perpustakaan 30 orang 30 orang 5. Mendukung pengadaan peralatan

perpustakaan

31 orang 11 orang 6. Bantuan biaya sekolah dan uang

pangkal dengan kasus khusus

24 orang 30 orang 7. Pemberian kamus bahasa inggris 20 anak 13 anak 8. Bantuan pengadaan modul belajar

untuk siswa kelas 6 SD dan kelas 3 SMP

30 anak 84 anak

9. Pengaktifan dan Pembentukan forum 20 anak 12 anak 10. Pelatihan Kepemimpinan 12 anak 70 anak 11. Membentuk sanggar seni dan olah raga 16 anak 2 kelompok

(70 anak)

12. Porseni 70 anak 75 anak

13. Pertemuan rutin forum anak 18 anak 80 anak 14. Kursus Bahasa Inggris 14 anak 13 anak

15. Kursus Komputer 15 anak 12 anak

16. Kursus matematika 30 anak 30 anak

17. Kursus jurnalistik 32 orang 15 orang 18. Perayaan hari anak nasional 60 orang 60 orang

4.2.1.3 Bidang Ekonomi

Peserta pada bidang ekonomi adalah ibu rumah tangga dan warga laki-laki. Jumlah peserta yang ikut serta dalam kegiatan bidang pendidikan berjumlah 125 orang Tabel berikut


(51)

menjelaskan jumlah peserta yang ditargetkan dalam rencana kerja dan realisasi jumlah peserta di sektor ekonomi.

Tabel 3. Target dan Realisasi Peserta di Bidang Ekonomi

No Aktifitas Target Jumlah

Peserta

Realisasi Jumlah Peserta 1. Pertemuan rutin KSM 38 orang 31 orang 2. Training pembukuan 50 orang 15 orang 3. Pertemuan calon anggota KUB 30 orang 20 orang 4. Pertemuan calon anggota KUB 55 orang 28 orang 5. Pembentukan dan pelatihan KUB

langseng

45 orang 16 orang 6. Pembentukan KSM baru 50 orang 28 orang 7. Pelatihan menjahit dasar 15 orang 32 orang 8. Pelatihan menjahit terampil 35 orang 15 orang 9. Pelatihan membuat kompor langseng 20 orang 15 orang 10. Pelatihan membuat kompor langseng 30 orang 10 orang 11. Training elektronika 10 orang 8 orang 12. Pelatihan sablon 20 orang 20 orang 13. Pelatihan sablon 10 orang 10 orang 14. Pelatihan sablon 25 orang 15 orang 15. Pelatihan keterampilan rajutan 5 orang 5 orang 16. Pelatihan souvenir akar wangi 15 orang 15 orang 17. Training pemasaran 20 orang 13 orang


(52)

Peserta pada kegiatan pembangunan infrastruktur adalah warga laki-laki. Jumlah peserta yang ikut serta dalam kegiatan pembangunan infrastruktur berjumlah 50 orang. Tabel berikut menjelaskan jumlah target dan realisasinya dalam pembangunan infrastruktur pada program kesehatan dan pendidikan.

Dengan adanya bantuan infrastruktur dibidang kesehatan dan pendidikan diharapkan menjadi awal yang baik bagi masyarakat setempat agar mampu mengejar ketertinggalan dengan wilayah lainya baik dari segi kualitas dan kuantitas. Dengan menitikberatkan pada pengadaan gerobak sampah, pembangunan tempat sampah, diharapakan sanitasi lingkungan yang saat ini terkenal buruk dapat teratasi dengan signifikan. Pengadaan perlengkapan Posyandu sangat dinanti-nanti oleh para warga yang mempunyai Balita, karena dirasa peralatan yang selama ini dipakai kurang memadai dan sudah saatnya diadakan peremajaan.

Untuk memerangi angka buta huruf dan meningkatkan minat baca anak pada usia sekolah pengadaan tujuh unit perpustakaan baru dirasa sangat tepat.

Tabel 4. Target dan Realisasi Pembangunan Infrastruktur

Program Aktifitas Target Realisasi

Pengadaan perlengkapan

posyandu 5 unit 5 unit

Pembangunan MCK 1 unit 1 unit Pembangunan tempat

sampah 10 unit 10 unit

Kesehatan

Pengadaan gerobak

sampah 18 unit 18 unit

Pendidikan Pembentukan

perpustakaan baru 7 unit 7 unit


(53)

Evaluasi kegiatan program dilakukan dalam periode tertentu yakni per tiga bulan, per enam bulan, dan setiap akhir tahun. Hasil evaluasi ini akan digunakan sebagai acuan ADP tahun berikutnya.

4.3 Lokasi ADP

Kelurahan Tengah terletak di selatan wilayah Kecamatan Kramat Jati dan merupakan kelurahan keenam dalam urutan kelurahan di Kecamatan Kramat Jati. Luas wilayahnya 202,52 hektar. Sampai akhir bulan Maret 2007 jumlah kepala keluarga sebanyak 9.097 dan jumlah penduduk sebesar 28.920 jiwa. Pada tahun 1975 melalui surat keputusan gubernur KDKI Jakarta Nomor D.1-7903/A/30/1975, Kelurahan Tengah ditetapkan sebagai cagar budaya buah-buahan Condet. Namun dengan keberadaan pasar induk sayur mayur kramat jati mengakibatkan perkembangan wilayah kelurahan tengah sangat pesat dan pertumbuhan serta mobilitas penduduk yang datang dari daerah ke wilayah kelurahan tengah cukup tinggi sehingga sangat dirasa sulit untuk mempertahankan kawasan ini sebagai cagar budaya buah-buahan Condet.

Sebagai usaha untuk mengimbangi dan mengatasi hal tersebut diatas kelurahan tengah berupaya melakukan berbagai kegiatan baik dalam pembangunan fisik maupun mental spiritual, pembinaan masyarakat serta pembinaan ketentraman dan ketertiban dengan berpedoman pada tugas pokok sebagaimana diatur dalam Perda No. 3 tahun 2001 dan SK Gubernur No. 40 Tahun 2002. Tentang organisasi pemerintahan kelurahan di daerah khusus ibukota Jakarta.


(54)

Kelurahan Tengah memiliki jumlah penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) laki-laki berjumlah 14.974 jiwa, perempuan 13.946 jiwa dan total jumlah warga adalah 28.920 jiwa. Dapat kita klasifikasikan sesuai dengan tingkat akademik yang ada.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak sekolah 994 3,4

2 Tidak tamat SD 9.938 34

3 Tamat SD 6.321 21

4 Tamat SLTP 3.854 13

5 Tamat SLTA 4.976 17

6 Tamat akademi/PT 2.837 10

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 PNS 1.715 6

2 TNI/POLRI 995 3

3 Karyawan swasta 9.795 34

4 Pensiunan 1.354 4,6

5 Jasa 265 0,8

6 Dagang 8.786 30

7 Pertukangan 967 3,3

8 Buruh 4.875 17

9 Pemulung/ lapak 190 0,6

Tabel 7. Pertambahan Penduduk Selama Bulan Maret 2007 Berdasarkan Lampid (Lahir, Mati, Pindah, dan Kedatangan)

Datang Pindah

No Keterangan

LK PR LK PR

1 Dalam satu kecamatan

11 10 5 3

2 Dalam satu Kodya 13 10 12 11

3 Dalam satu propinsi 6 2 6 5

4 Dari/ke luar Jakarta 3 5 10 7


(55)

Sebagian besar pemukiman tanah di wilayah kelurahan tengah adalah pemukiman penduduk yang statusnya adalah Hak Bebas Milik adat dengan bukti kepemilikannya berupa Girik dan beberapa sertifikat. Dua RW diantaranya adalah kompleks Bulak Rantai di RW 05 berupa tanah negara dan kompleks paspampres di RW 06 adalah hibah dari tanah paspampres.

C. Pembangunan Fisik

Pembangunan di wilayah kelurahan tengah terbagi menjadi tiga jenis sumber pembiayaan kegiatan yaitu swadaya murni masyarakat, bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat, dan bantuan pemerintah murni. Hasil pembangunan dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada bulan Maret 2007 adalah kerja bakti kebersihan lingkungan di RW 01-10 dengan sumber daya dari swadaya murni sebesar Rp. 750.000,00 dan Majlis Ta’lim Miftahul Khair RT 004/03 dengan sumber daya dari swadaya murni sebesar Rp. 21.060.000,00

D. Pembangunan Ekonomi

a. Koperasi Serba Usaha (KSU)

Koperasi yang ada di kelurahan tengah bernama KSU Harapan Remaja (Kosuharja) didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1983 dan terdaftar di Departemen Koperasi DKI Jakarta. Menjadi backbone perekonomian daerah kramat jati dan sekitarnya yang memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perekonomian masyarakat sekitar.

b. Sarana Ekonomi

Tabel 8. Sarana Ekonomi Usaha Menengah


(56)

1 2 3 4 5 6 7 8 Pasar Induk Pasar Umum Toko Kelontong Koperasi Fungsional Warung Nasi Warung Beras Warung Makanan Warung Langsam

1 buah 1 buah 79 buah 2 buah 21 buah 5 buah 39 buah 26 buah

- pusat sayur dan buah - pasar kios kaget

Jumlah 194 buah

c. P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan)

P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan". Dengan adanya program tersebut ADP ikut berperan aktif memberikan penyuluhan dan penanganan lebih lanjut sehingga diharapakan masyarakat mampu menyerap dengan maksimal.

Dari dana bantuan Rp. 750.000.000,00 telah disalurkan kepada 161 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 991 orang. Untuk PPMK 2003 alokasi dana bantuan sebesar Rp. 288.000.000,00 telah disalurkan kepada 10 tim pelaksana kegiatan (TPK) di 10 RW dengan anggota sebanyak 280 orang. Adapun kegiatan dana bergulir PPMK tahun 2002, 2003, 2004,2005 dan 2006 pelaporannya dari 10 TPK di 10 RW telah dilaporkan oleh UPK/MK ke badan pemberdayaan masyarakat (BPM) Kodya Jakarta Timur secara rutin setiap bulannya. Untuk PPMK tahun 2002 dari penerima manfaat semula sebanyak 229 orang kini telah menjadi 508 orang atau telah berkembang sebanyak 279 orang dan dana semula Rp. 246.250,00 kini telah berkembang secara akumulatif Rp.336.950.000,00.


(57)

d. Pembinaan Usaha Kecil

Pembinaan yang dilakukan terhadap Usaha Ekonmi Lemah baru dalam bentuk pengarahan dan bantuan Modal yang digulirkan melalui dana bergulir yang ada di Kelurahan Tengah. Selanjutnya sesuai permintaan dan harapan pemerintah melalui Direktorat Bangdes Propinsi DKI Jakarta, kami mengusulkan agar diadakan pembinaan langsung terhadap Usaha Ekonomi Lemah tersebut, sehingga dapat dicapai hasil menuju kemandirian yang optimal, yang selanjutnya dapat diikutsertakan dalam pameran atau bazar bagi pengusaha ekonomi lemah.

Kelompok usaha kerajinan tangan atau industri rumah tangga yang telah ditumbuhkembangkan dengan memanfaatkan program Wahana Visi Indonesia dan World Vision dengan program TAP adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan souvenir dari akar wangi di RW 01 2. Pembuatan emping melinjo di RW 03

3. Kursus menjahit di RW 02 dan 03 4. Pembuatan rempeyek di RW 08 5. Pembuatan kain perca di RW 08 6. Pembuatan keripik singkong di RW 02 7. Pembuatan renggenek di RW 07

8. Pembuatan makanan kue kering di RW 01 dan 06 9. Pembuatan es rumput laut di RW 01

10. Pembuatan telor asin di RW 09

Tabel dibawah ini merupakan usaha-usaha kecil yang terdapat di Kelurahan Tengah menunggu uluran tangan dari investor baik dari segi permodalan atau pencarian pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negri.


(58)

Tabel 9. Data Usaha Kecil

No Jenis usaha Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pengrajin Kursi Pembuat Tas Jahit-Sulam Bubutan Kayu Pembuat Emping Pembuat Kue-Kue Pembuat Roti Ikan Hias Ikan Konsumsi Lapak Warung Klontong 2 -5 -2 32 1 23 22 12 74

e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan yang telah berubah nama menjadi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat pada tahun 2002 telah membentuk susunan pengurus LPM kelurahan Tengah periode 2002-2007.

E. Bidang Sosial

Kegiatan sosial pada program ADP Wahana Visi Indonesia dilakukan melalui jalur sosial kemasyarakatan seperti LPM, LSM, RT, RW, Karang Taruna bahkan perkumpulan arisan ibu-ibu karena pada sosial kemasyarakatan inilah yang lebih eksis di masyarakat. Sedangkan kegiatan sosial lainnya berupa pendataan penyuluhan dan pembinaan yaitu pembinaan Lansia, bantuan untuk anak usia sekolah keluarga miskin (AUS KM) yang juga memanfaatkan program Wahana Visi Indonesia kepada para siswa, pembinaan kegiatan pemuda dan karang taruna, dan pembinaan kegiatan pramuka.

F. Bidang Kesehatan

Kegiatan program Area Development Program yang dicanangkan Wahana Visi Indonesia pada bidang kesehatan telah bekerjasama secara baik dan berkesinambungan


(59)

dengan petugas Puskesmas kelurahan Tengah maupun dengan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

Tabel 10. Sarana Kesehatan

No Sarana Jumlah

1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rumah Sakit Puskesmas Pos Kesehatan UPGK Karang Balita Dokter Praktek Apotek Dukun Beranak Balai Pengobatan Posyandu Klinik KB Bidan Praktek -2 1 -3 1 1 1 17 1

-Selain sumber sarana diatas juga memanfaatkan program Wahana Visi Indonesia dengan memeriksa kesehatan warga tidak mampu oleh para dokter-dokter yang berpengalaman sekali dalam sebulan bertempat di gedung sekretariat TP. PKK Kelurahan Tengah.

G. Bidang pendidikan

Sarana pendidikan yang didirikan dan terealisasi oleh Wahana Visi Indonesia melalui program Area Development Program (ADP) terdiri dari taman kanak-kanak, sekolah dasar atau madrasah, SLTP, SLTA dan sederajat diharapkan mampu mencetak generasi muda yang cakap, berguna dimasyarakat, arief, dan bijaksana.


(60)

Partisipasi warga pada tahap sosialisasi program adalah keikutsertaan responden dalam mengikuti pertemuan rutin sosialisasi program. Sosialisasi dilakukan melalui pertemuan yang diadakan di rumah pengurus organisasi atau di balai warga. Sebenarnya sosialisasi ini sudah rutin diadakan setiap pergantian tahun program ADP sehingga warga sudah terbiasa dengan pertemuan yang membahas mengenai rencana kegiatan program ADP selanjutnya. Dalam pertemuan ini membahas seputar program apa saja yang akan dilanjutkan, ditambah atau dihentikan. Selain itu juga diadakan pemilihan kembali para pengurus organisasi di setiap RW.

Pertemuan rutin ini selalu menghadirkan pendamping dari LSM, ketua KSM, ketua KUB, kader posyandu dan warga dampingan LSM. Menurut keterangan dari ketua KSM di RW 02 bahwa pertemuan yang membahas kegiatan program lebih banyak dihadiri oleh pengurus dibandingkan warganya yang berjumlah sekitar 10 orang.

Pertemuan ini sebenarnya diperuntukan bagi seluruh warga yang ingin terlibat dalam kegiatan ADP. Namun masih ada keluhan dari ketua KSM bahwa tidak mudah mengajak warga untuk hadir dalam pertemuan ini. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh warga seperti sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, tidak dapat ijin suami dan juga ada alasan malas mengikuti kegiatan.

Tabel 10 menunjukkan hasil penelitian tingkat partisipasi warga pada tahap sosialisasi program ADP. Persentase menunjukkan bahwa sebanyak 40 persen responden memiliki partisipasi yang tinggi dan sebanyak 60 persen responden memiliki partisipasi yang rendah. Keterlibatan warga binaan memang dirasa masih kurang dalam perencanaan program ini meskipun pertemuan rutin ini dibuka untuk seluruh warga binaan. Sosialisasi program ini membahas semua bidang program ADP yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Seluruh peserta yang hadir diajak untuk memberi masukan dan saran dalam bentuk diskusi. Selanjutnya setiap pengurus mensosialisasikan kembali informasi yang mereka dapat


(61)

dari pertemuan rutin ini kepada warga disekitarnya. Menurut keterangan dari ketua KSM di RW 03 dari tahun ke tahun warga semakin sulit diajak berpartisipasi khususnya pada kegiatan KUB (Kelompok Usaha Bersama). Sejak awal dibentuk dan difasilitasi oleh LSM, setiap anggota KUB memang diberikan sembako setiap bulan. Hal ini bertujuan untuk membantu perekonomian keluarga yang pada saat itu sedang krisis ekonomi tahun 1999 dan untuk memotivasi warga agar aktif dalam kegiatan KUB. Sejak tahun 2005 bantuan tersebut dihentikan dengan alasan perubahan strategi pemberdayaan. LSM ingin menciptakan masyarakat yang sadar terampil melalui serangkaian pelatihan.

Tabel 11. Tingkat Partisipasi Warga Kelurahan Tengah Pada Tahap Perencanaan Program ADP

Tahap Sosialisasi Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah 30 60

Tinggi 20 40

Total 50 100

5.1.2 Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan Program

Partisipasi warga pada tahap pelaksanaan diukur melalui banyaknya kegiatan yang diikuti dalam program ADP serta absensi dan keaktifan mereka dalam setiap kegiatan yang diikuti. Tingkat partisipasi pada setiap bidang memang berbeda-beda namun dalam penelitian ini diukur secara menyeluruh karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti seluruh kegiatan. Contohnya saja seorang kader yang tidak termasuk warga miskin tidak diperkenankan mengikuti pemerikasaan kesehatan secara gratis. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kecemburuan sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen responden memiliki partisipasi yang tinggi dan sebanyak 30 persen responden memiliki partisipasi yang rendah. Angka ini menunjukkan bahwa warga masih menaruh perhatian pada program ADP khususnya program kesehatan dan pendidikan. Peneliti melihat bahwa kecenderungan warga


(1)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan

Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)

Yenni Kurnia A14203004

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(2)

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini dinyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Yenni Kurnia

NRP : A14203004

Program studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul : Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat

(Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur)

Dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si NIP 1962 1010 198903 1 005

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir.Didy Soepandie, M.Agr NIP 1957 1222 198203 1 002


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT” ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN – BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Februari 2010

YENNI KURNIA A14203004


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1985 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Abdul Rochim dan Darmayanti. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Harapan 1 pada tahun 1991 dan pada tahun yang sama melanjutkan sekolah dasar di SD 25 Pagi dan lulus pada tahun 1997. Selanjutnya penulis sekolah di SLTPN 20 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMU PB.Sudirman Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Penulis pernah mendapatkan juara umum pada tahun pertama di SMU PB.Sudirman.

Tahun 2003 penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada program studi “Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat”. Penulis pernah aktif dalam kegiatan paduan suara IPB selama satu tahun dan pernah mengikuti beberapa acara paduan suara di Bogor dan Jakarta.


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT“ di bawah bimbingan Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian skripsi berlokasi di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur selama tiga bulan. Penyusunan skripsi ini banyak memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis yaitu belajar berbagi pengalaman dan pemikiran dengan masyarakat secara langsung.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan sekaligus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak yang ingin mendalami evaluasi program.

Bogor, Februari 2010


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan yang tidak mengenal kata lelah dan menyerah dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

2. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

3. LSM Wahana Visi Indonesia khususnya ibu Asih selaku manager ADP Cawang.

4. Semua teman-teman yang telah mengisi hari-hari penulis di kampus menjadi sangat berwarna untuk dikenang.

5. Dan untuk yang terakhir penulis ingin mengucapkan terima kasih sekaligus kata

maaf yang terdalam “to my lovely husband” yang sangat banyak membantu dan