Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas

(1)

Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas

(PROSPEK ) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) dalam

Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan

Amplas

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1)

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH :

ALIMUL HADI

080902047

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : Alimul Hadi

NIM : 080902047

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : “Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas”

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Agus Suriadi, S.Sos. M.Si) (Hairani Siregar, S.Sos. MSP)

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP : 19680525 199203 1 002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan anugerahNya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun penulis menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat waktu, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini dan tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tampa bantuan, perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Baruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan pengetahuan, arahan, dan dorongan kepada penulis selama berkuliah.


(4)

3. Bapak Agus suryadi, S.Sos, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa – jasanya.

5. Kepada Pak Joko supranoto selaku Kabid Pemberdayaan PKPU semua staff yang bersedia memberikan waktu dan tenaga dalam membantu peneliti guna penyelesaian skripsi ini.

6. Buat Kedua Orang Tua saya, Bapak Drs. Abd. Hafizun SH. MH (orang paling kukagumi di dunia) dan Emak DRA Siti Aminah (orang paling kusayangi di dunia) yang telah melahirkan, membesarkan juga memberikan motivasi dan bantuan materil selama perkuliahan hingga ke tahap penyelesaian skripsi ini. Juga abang ku, Fathurrahman Shi, adekku khairun Al Rizqi Hafiz, dan Fathul Jannah Hafiz yang selalu memberikan perhatian dan dukungan kepada peneliti,

7. Buat sahabat – sahabat stambuk 2008,yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu semoga berhasil buat kita semua dan terima kasih buat kebersamaan kalian.

8. Buat sahabat – sahabat UKMI ASSIYASAH mulai dari Senior dan Junior (Ampara yang kuat adalah Ampara yang bersatu) terima kasih buat sahabat di waktu duka dan suka.

9. Buat sahabat – sahabat senior dan junior di KAMMI , inilah tempar yang membentuk karakter dan pandangan hidup ku mengenai bagaimana menjadi Pewaris Negeri .


(5)

10. Buat teman – teman yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2013 Penulis


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Alimul Hadi

N I M : 080902047

ABSTRAK

PENERAPAN PROGRAM SINERGI PEMBERDAYAAN EKONOMI KOMUNITAS (PROSPEK ) LEMBAGA POS KEADILAN PEDULI UMMAT (PKPU) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELOMPOK AMANAH

KECAMATAN MEDAN AMPLAS

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 88 halaman,38 tabel, kepustakaan danlampiran)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi teori bagi penulis sendiri, pembaca, dan khususnya bagi pihak Lembaga sebagai


(7)

referensi terhadap pengembangan kebijakan maupun model pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di kelompok KSM.

Penelitian dilakukan di Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Amanah kecamatan Medan Amplas Binaan PKPU. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana semua anggota kelompok Amanah yang mengikuti program PROSPEK yaitu sebanyak 10 orang, diambil datanya. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Program pemberdayaan ditinjau dari pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan dan bakat, serta pendampingan rutin. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disusun dalam bentuk tabel tunggal setelah itu dijelaskan secara kualitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa penerapan program sinergi pemberdayaan ekonomi komunitas (PROSPEK), dapat disimpulkan program pemberian bantuan modal usaha dirasa kurang memenuhi kebutuhan , namun pendampingan berjalan sesuai dengan standard pelayanan yang dibuat oleh PKPU dan sangat berperan terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi anggotanya. Pihak lembaga PKPU harus lebih memperhatikan kekurangan dalam pelayanan yang diberikan kepada anggota dan pengembangan yang lebih baik lagi terhadap bidang pelayanan lainnya agar tujuan PKPU dapat tercapai secara maksimal.


(8)

Abstract

This study , entitled " Implementation of Community Economic Empowerment Synergy (PROSPECT) Pos Institute of Justice Care (PKPU) in the Socio-Economic Life Amanah Group Medan District Sandpaper " . This study aims to determine how the Application Program Community Economic Empowerment Synergy (PROSPECT) Pos Institute of Justice Care (PKPU) in the Socio-Economic Life Amanah Group Medan District Sandpaper . The results of this study are expected to be a reference source for the theory of the author, reader , and especially for the Institute as a reference to the model of policy development and implementation in the empowerment of SHG groups.

The study was conducted at the Self-Help Groups (SHGs) Amanah districts Sandpaper Patronage PKPU field . This research is a descriptive study , in which all members of the group Amanah PROSPECT program as many as 10 people , the data retrieved . Data collection techniques to the study of literature and field studies . Empowerment program in terms of the provision of venture capital , skills and talents training , and mentoring routine . The data obtained were then analyzed and compiled in the form of a single table after it is explained qualitatively.

Results of research conducted showed that the application of community economic empowerment program synergies (PROSPECT) , it can be concluded that the provision of such programs is less effort to meet the needs , but assistance in accordance with the standard of service runs made by PKPU and greatly contribute to the improvement of socio-economic conditions of its members . Party organizations should pay more attention PKPU deficiencies in the services provided to members and better development of the field of the other services that the goal can be achieved optimally PKPU .


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Program ... 11

2.2. Pemberdayaan Masyaraka………...…..…. 11

2.3. Sosial Ekonomi Masyarakat ...13

2.4. Kemiskinan ...13

2.5. Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas...17


(10)

2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial...18

2.6.2. Usaha Kesejahteraan Sosila...21

2.7. Defenisi Konsep ... 26

2.8. Defenisi Operasional ... 23

2.9. Kerangka Pemikiran ...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ...30

3.2. Lokasi Penelitian ...30

3.4. Teknik pengumpulan data ... .30

3.4. Teknik Analisis data.... ...31

3.6. Teknik Analisa Data ...62

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. kecamatan Medan Amplas ... .34

4.1.1. letak Geografis... ...34

4.1.2. penduduk ... .35

4.2. Pos Keadilan Peduli Umat... .38

4.2.1. sejartah singkat PKPU...38

4.2.2. Visi dan Misi PKPU...39

4.2.3. Program sinergi pemberdayaan ekonomi Komunitas ...40

4.2.3.1. pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaaan...41


(11)

4.2.3.2. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses

Pembangunan Sektor Informal... 42 4.2.3.3.Pekerjaan Wanita di Bidang nafkah...43 4.2.3 4. Profil PKPU ... 45 BAB V ANALISA DATA

5.1. Karakteristik Responden... 48 5.2. Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi

Komunitas (PROSPEK ) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas ...... 55

5.3. hasil Analisis data ... 80 BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ... ...87 6.2. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Alimul Hadi

N I M : 080902047

ABSTRAK

PENERAPAN PROGRAM SINERGI PEMBERDAYAAN EKONOMI KOMUNITAS (PROSPEK ) LEMBAGA POS KEADILAN PEDULI UMMAT (PKPU) DALAM KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELOMPOK AMANAH

KECAMATAN MEDAN AMPLAS

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 88 halaman,38 tabel, kepustakaan danlampiran)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi teori bagi penulis sendiri, pembaca, dan khususnya bagi pihak Lembaga sebagai


(13)

referensi terhadap pengembangan kebijakan maupun model pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di kelompok KSM.

Penelitian dilakukan di Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Amanah kecamatan Medan Amplas Binaan PKPU. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana semua anggota kelompok Amanah yang mengikuti program PROSPEK yaitu sebanyak 10 orang, diambil datanya. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Program pemberdayaan ditinjau dari pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan dan bakat, serta pendampingan rutin. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disusun dalam bentuk tabel tunggal setelah itu dijelaskan secara kualitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa penerapan program sinergi pemberdayaan ekonomi komunitas (PROSPEK), dapat disimpulkan program pemberian bantuan modal usaha dirasa kurang memenuhi kebutuhan , namun pendampingan berjalan sesuai dengan standard pelayanan yang dibuat oleh PKPU dan sangat berperan terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi anggotanya. Pihak lembaga PKPU harus lebih memperhatikan kekurangan dalam pelayanan yang diberikan kepada anggota dan pengembangan yang lebih baik lagi terhadap bidang pelayanan lainnya agar tujuan PKPU dapat tercapai secara maksimal.


(14)

Abstract

This study , entitled " Implementation of Community Economic Empowerment Synergy (PROSPECT) Pos Institute of Justice Care (PKPU) in the Socio-Economic Life Amanah Group Medan District Sandpaper " . This study aims to determine how the Application Program Community Economic Empowerment Synergy (PROSPECT) Pos Institute of Justice Care (PKPU) in the Socio-Economic Life Amanah Group Medan District Sandpaper . The results of this study are expected to be a reference source for the theory of the author, reader , and especially for the Institute as a reference to the model of policy development and implementation in the empowerment of SHG groups.

The study was conducted at the Self-Help Groups (SHGs) Amanah districts Sandpaper Patronage PKPU field . This research is a descriptive study , in which all members of the group Amanah PROSPECT program as many as 10 people , the data retrieved . Data collection techniques to the study of literature and field studies . Empowerment program in terms of the provision of venture capital , skills and talents training , and mentoring routine . The data obtained were then analyzed and compiled in the form of a single table after it is explained qualitatively.

Results of research conducted showed that the application of community economic empowerment program synergies (PROSPECT) , it can be concluded that the provision of such programs is less effort to meet the needs , but assistance in accordance with the standard of service runs made by PKPU and greatly contribute to the improvement of socio-economic conditions of its members . Party organizations should pay more attention PKPU deficiencies in the services provided to members and better development of the field of the other services that the goal can be achieved optimally PKPU .


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Tingginya angka penggangguran menjadi masalah besar dan serius di Indonesia, Masalah ini tentunya berkorelasi kuat dengan tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan sebagai bentuk ancaman merupakan paradigma yang telah ada sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemiskinan telah ada sejak dahulu kala, pada masa dahulu masyarakat dikatakan miskin karena kurang atau tidak mempunyai makanan, tidak mempunyai tempat tinggal yang layak, tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan penghasilan yang bagus. Pada masa sekarang kemiskinan menjadi masalah yang semakin kompleks, masyarakat dikatakan miskin bukan hanya karena kurang atau tidak mempunyai makanan, tidak punya tempat tinggal yang layak, maupun pekerjaan dan penghasilan yang baik saja. Tetapi juga masyarakat dikategorikan miskin jika tingkat pendidikannya rendah, kesehatannya buruk, susah mendapatkan akses ke dunia luar, minim informasi dan sebagainya.

Indonesia sebenarnya adalah negara kaya raya, yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah baik itu dari segi SDA, maupun SDM, tetapi rakyatnya masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Disaat krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, merupakan awal kehancuran bangsa ini, yang menyebabkan krisis multi dimensi yang gelombangnya sangat panjang dan berdampak luas serta mendalam, sehingga angka kemiskinan bertambah lagi di Indonesia. Hal ini diperparah lagi


(16)

dengan kebijakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)di tahun 2005 dan 2013, yang menyebabkan bertambahnya tingkat kemiskinan di Indonesia.

Kalau kita melihat sejarah proses kemiskinan di Indonesia, pada dekade 2000, persentase penduduk miskin di Indonesia pernah mengalami penurunan yaitu dari 40,1% menjadi 11,3%, namun pada periode 2002 angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour Organization (ILO) memperkirakan jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 129,6 juta atau sekitar 66,3%. Pada tahun 2005, persentase kemiskinan telah mengalami penurunan, Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia) pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada Bulan Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan (BPS dan Depsos, 2009).

Secara Umum Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia sangat fluktuatif. Pada saat krisis moneter tahun 1997/1998 penduduk miskin Indonesia mencapai 24%. Tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 16,58% dari total penduduk, angka kemiskinan pada 2008 sebesar 15,42%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 14,15%, dan angka resmi BPS


(17)

berdasarkan sensus kemiskinan tahun 2010 mencapai 31,02 Juta jiwa atau 13,33% dari jumlah penduduk. Akhirnya pada bulan Maret 2011 BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,02 Juta jiwa.

Dalam kerangka penanggulangan kemiskinan tersebut, hampir semua kajian masalah kemiskinan berporos pada paradigma modernisasi (the modernization paradigm) dan the product centered model yang kajiannya didasari teori pertumbuhan ekonomi kapital dan ekonomi neoclasic ortodox. Secara umum, pendekatan yang dipergunakan lebih terkonsentrasi pada individual poverty sehingga aspek struktural dan social poverty menjadi kurang terjamah. Beberapa pendekatan dimaksud tercermin dari tolok ukur yang digunakan untuk melihat garis kemiskinan pada beberapa pendekatan seperti Gross National Product (GNP), Human Development Index (HDI) dan Human Poverty Index (HPI), Social Accounting Matrix (SAM), Physical Quality of Life Index (PQLI) (Suharto, 2005).

Kemiskinan tidak hanya terjadi pada negara dunia ke tiga tetapi juga terjadi pada negara industri maju. Hampir di setiap negara berkembang memiliki penduduk miskin yang sangat banyak dan sangat sulit menikmati hasil dari pembangunan, sementara itu ada sekelompok kecil masyarakat yang hidup dengan kemewahan dan meguasai hampir sekuruh sektor fasilitas dari pembangunan itu sendiri.

Strategi untuk mengentaskan kemiskinan telah banyak dilakukan tetapi belum menunjukkan hasil yang signifikan, hasil yang di capai belumlah maksimal, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin yang masih tinggi dan ketidak berdayaan masyarakat miskin dalam bersaing dan menjalani kehidupan ini.


(18)

Untuk dapat memperdayakan kegiatan produktif masyarakat miskin, dan meningkatkan posisi bargaining (tawar) mereka terhadap semua bentuk eksploitasi dan superordinasi, maka yang harus dilakukan adalah kemudahan ekonomi yang memihak pada masyarakat miskin,. Kemudahan dalam hal mengakses ekonomi seperti proses dalam meminjam uang pada bank yang tidak berbelit-belit, merupakan salah satu kesempatan emas untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Sedangkan yang dimaksud dengan peluang-peluang sosial adalah upaya untuk membangun investasi sosial melalui program-program pemberdayaan sosial. Dan kemudian berusaha serta meningkatkan kesempatan masyarakat miskin untuk melakukan mobilitas sosial ekonomi secara vertikal melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan program penguatan dan kemandirian masyarakat, seperti kebutuhan akan pendidikan yang layak, kesehatan yang memadai, bahkan pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam melakukan partisipaasi politik.

Salah satu tantangan pengentasan kemiskinan adalah bagaimana mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan. Sebab pembangunann tanpa partisipasi masyarakat hanya akan menimbulkan ketergantungan dan masyarakat hanya menjadi objek dalam proses pembangunan. Selama lebih dari tiga dasawarsa pembangunan Indonesia, kelompok lapisan masyarakat bawah belum secara aktif dilibatkan dalam pembangunan. Bahkan kelompok ini menjadi kelompok marginal dan menjadi beban pembangunan. Persepsi negatif yang muncul adalah bahwa kelompok masyarakat bawah kurang partisipatif dalam pembangunan. Pemberdayaan masyarakat bukan merupakan fenomena baru


(19)

pada bangsa kita yang masuk kedalam tata kehidupan masyarakat tetapi pemberdayaan yang dikaitkan dengan usaha pemerataan, kemandirian dan keberpihakan kepada masyarakat kecil yang telah lama digembar gemborkan sebagai slogan yang menjanjikan kehidupan masyarakat kecil.

Salah satu lembaga yang consent terhadab masalah pengentasan kemiskinan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bernama Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU). 10 Desember 1999 lahirlah lembaga swadaya masyarakat yang bernama Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) dengan badan hukum Yayasan. PKPU menisbahkan dirinya sebagai lembaga yang bergerak dibidang sosial. Pada 8 Oktober 2001, berdasarkan SK Menteri Agama No 441, PKPU telah ditetapkan sekaligus dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS). Hal itu membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat kepada PKPU semakin besar.

Seiring dengan meluasnya jangkauan kegiatan sosial yang terus disalurkan keberbagai lapisan masyarakat diseluruh penjuru Indonesia serta besarnya dorongan masyarakat luas untuk bekerjasama dalam memberdayakan bangsa, maka pada tahun 2004, PKPU bertekad untuk membangun kemandirian rakyat Indonesia dengan memperluas lingkup kerjanya sebagai Lembaga Kemanusiaan Nasional

PKPU Cabang Medan menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah pada 3 program penting yaitu: Pertama, program sinergi pemberdayaan komunitas (prospek), merupakan program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok. Kedua, beasiswa pendidikan, dengan memberikan bantuan pendidikan berupa beasiswa dan perlengkapan sekolah kepada anak yatim yang miskin dan


(20)

pintar, dengan harapan generasi mendatang memiliki wawasan ilmu serta pengetahuan yang luas, sehingga mereka memperoleh lapangan kerja yang lebih baik dari orangtua mereka. Ketiga, program kesehatan, dengan melakukan aksi kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan, penyuluhan demam berdarah dan fogging.

Program Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) merupakan program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok. Masyarakat yang menjadi sasaran dalam program ini adalah kelompok petani gurem, peternak, pengrajin, pedagang kecil, tukang ojek dan nelayan.

Masyarakat dihimpun dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan rutin. KSM, kemudian dihimpun dalam koperasi yang dikelola oleh, dari dan untuk anggota

Di Sumatera Utara PKPU sudah berhasil menjalan kan Program PROSPEK. program Pemberdayaan Ekonomi Ibu Tangguh PKPU mendapatkan dukungan yang sangat luas dari masyarakat di Kota Medan dan Sumatera Utara terbukti banyak mitra yang mendukung program ini mitra perusahaan dan individu. Sampai dengan saat ini penerima manfaat program pemberdayaan ekonomi Ibu Tangguh PKPU sebanyak 275 orang di Kota Medan Sumatera Utara yang tersebar di Kecamatan Medan Selayang, Medan Kota, Medan Amplas, Medan Barat dan Kecamatan Merindal 2 Kabupaten Deli Serdang.

Setelah melihat program yang berjalan pada Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang “Peranan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas ( PROSPEK )


(21)

Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan , maka Penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK ) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK ) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas.

1.4. Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini harus mempunyai manfaat yang jelas. Adapun manfaat penelitian in adalah

1. Secara subyektif, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis menulis karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan.


(22)

2. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian ilmu sosial sebelumnya, khususnya dalam budang Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Secara teoritis, penelitian inidiharapkan dapat menambah pengetahuan ataupun informasi tentang seberapa besar peranan Program PROSPEK lembaga PKPU dalam membantu mengentaskan kemiskinan di Sumatera Utara

4. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan khasanah ilmiah dan kepstakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini adalah

Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori-teori, yang erat kaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, diantaranya : pengertian PROSPEK, kemiskinan, pengertian kesejahteraan sosial, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional


(23)

Bab III : METODE PENELITIAN.

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menggambarkan lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti Bab V . : ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

Bab VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran , yang peneliti lakukan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program di muat berbgai aspek, disebutkan dalam P5D (IV:43) bahwa di dalam setiap program dijelaska mengenai:

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan

e. Stategi pelaksanaan

Melalui program, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasianalkan.Program pada dasarnya merupakan kumpulan proyek-proyek yang bertujuan untuk mencapai keseluruhan sasaran kebijaksanaan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan Cheema (1981 : 8) .

A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrate various action and activities for achieving overral policy objectives” ( Suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang


(25)

harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O. Jones (1991 : 296) pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu :

a. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan ataupun sebagai pelaku program

b. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga didentifikasi melalui anggaran.

c. Program memilki identitas tersendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni : sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi sulosi terbaik (Drs. Sudirman, M.SP).

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaaan Masyarakat merupakan upaya mempersiapakan masyarakat seiiring dengan upaya memperkuat kelembagaanmasyarakat, agar mampu


(26)

mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat (2001: 3 ) konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan denggan konsep mandiri , prtisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan masyarakt adalah upaya meningkatkan harkat dan martabatlapisan masyarakat yang sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan.

2.3. Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondidi social ekonomi adalh suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara social dan menetapkan seseorang dlam posisi tertentu dalam struktur social masyarakat. Tingkat social merupakan factor non ekonomis seperti budaya, pendidikan , kesehatan, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan, dan investasi.

Soaial ekonomi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Pemenuhan kebutuhan yang dimaksud berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan.

2.4. Kemiskinan

Secara harfiah kemiskinan berasal dari asal kata miskin yang mempunyai arti tidak berharta benda, dalam pengertian yang lebih luas kemiskinan dapat


(27)

dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidak mampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan untuk menimbulkan permasalah lain. Kemiskinan sebagai suatu kondisi fisik sosial dengan sikap mental yang berlanngsung cukup lama sehingga membentuk budaya miskin, dimana pola hidup tersebut membentuk sikap/perilaku yang lama-kelamaan membentuk nilai-nilai khusus tentang masalah kemiskinan.

Ilmuwan sosial mengaitkan konsep kemiskinan dengan konsep kelas, stratifikasi sosial, struktur sosial dan bentuk-bentuk definisi sosial lainnya (Soetomo ; 117). Hal yang juga dijumpai dalam pengukuran kemiskinan , konsep tentang taraf hidup atau “lefel of living” misalnya tidak cukup hanya melihat tingkat pendapatan, akan tetapi juga perlu melihat tingkat pendidikan, kesehatan, perumahan dan kondisi sosial yang lain. Indikator dominant dari kemiskinan juga dapat dilihat dari aspek non ekonomis sebagai indikator yang dominant. Pembangunan ini dikehendaki agar pembangunan dilihat dari aspek manusianya (improvement of human life) dengan demikian pembangunan seharusnya diperuntukkan bagi semua pihak dan semua lapisan masyarakat, serta paling tidak mengandung tujuan:

1. Memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan penopang hidup warga masyarakat.

2. Memperbaiki kondisi sosial kehidupan yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan harga diri.


(28)

3. Adanya kebebasan termasuk didalamnya kebebasan dari penindasan, ketidakadilan, kesengsaran serta kemelaratan (Goulet, dalam Soetomo. 1995 ; 118) .

Boedi Somedi menyatakan untuk memberi pemahaman konseptual terdapat 2 pengertian kemiskinan:

1. Secara kualitatif yaitu kemiskinan merupakan suatu kondisi yangdidalamnya hidup manusia yang tidak bermartabat atau hidup manusia yang tidak layak sebagai manusia.

2. Secara kuantitatif yaitu kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana hidup manusia serba kekurangan atau dengan bahasa lazim disebut tidak berharta benda (Mardimin, 1996 ; 20).

Di dalam membicarakan masalah kemiskinan kita akan menemukan beberapa istilah kategoritatif kemiskinan seperti:

1. Kemiskinan absolut yaitu seseorang yang dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk memelihara fisiknya dan untuk dapat bekerja .

2. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang atau sekelompok orang lain.


(29)

3. Kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang timbul akibat adanya suatu kekuatan yang berada diluar seseorang atau sekelompk orang yang membelengu, yang memaksa seseorang atau sekelompok orang tersebut agar tetap menjadi miskin.

4. Kemiskinan situasional yaitu kemisinan yang terjadi jika seseorang atau sekelompok orang tinggal didaerah yang tidak menguntungkan misalnya daerah yang tanahnya tidak subur, oleh karenanya menjadi miskin.

5. Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang dikarenakan budaya atau kultur masyarakat setempat yang menghhendaki tetap miskin

Dari pengalaman yang luas melalui keterlibatannya dalam program pembangunan desa dibeberapa negara Asia dan Afrika, Chamber megemukakan dimensi yang lebih luas berkaitan dengan masalah kemiskinan didaerah pedesaan. Berbagai dimensi dikatakan saling berkaitan satu sama lain dalam posisi memperkokoh kondisi kemiskinan itu sendiri. Oleh sebab itu dia mengatakannya dengan perangkap kemiskinan yang esiensinya tidak berbeda dengan lingkaran kemiskinan. Faktor-faktor yang membentuk jaringan yaitu perangkap kemiskinan tersebut adalah kemiskinan, kelemahan fisik, isolasi, kerentanan dan ketidakberdayaan, diantara kelima faktor tadi, kemiskinan ditunjuk sebagai faktor yang sangat menentukan (Soetomo, 1995 : 121). Pelajaran yang dapat dipetik dari tulisan Chamber tersebut adalah bahwa pemahaman dan penanganan masalah kemiskinan tidak bisa tidak melibatkan banyak aspek terutama ekonomis, sosiologis,


(30)

psikologis, dan politis. Untuk memahami kemiskinan lebih lanjut perlu diketahui dan ditelusuri latarbelakangnya , dengan mengetahui latar belakang kemiskinan akan lebih mudah diidentifikasi sifat, keluasan, dan kedalaman masalah.

Banyak pakar pembangunan yang membuat pengertian dan faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan salah satunya adalah Oskar Lewis menyatakan latar belakang kemiskinan adalah buta huruf, pendidikan rendah, hidup berkekurangan, tempat tinggal menyedihkan, kemiskinan turun menurun (structural), sistem perekonomian yang berorientasi pada keuntungan bukan prientasi prestasi dan hadirnya kelas dominant, sementara itu Badan Pusat Statistik ( BPS ) memberikan definisi kemiskinan, seseorang/keluarga dikatakan miskin apabila memiliki kategori sebagai berikut:

1. Luas bangunan kurang dari 8m2 per ubin atau semen

2. Jenis lantai hunian bukan berasal dari keramik, teraso, tegel, ubin atau semen. 3. Tidak memiliki fasillitas jamban /wc

4. Komsumsi lauk pauk tidak bervariasi

5. Tidak mampu membeli pakaian minimal 1 set pertahun untuk setiap anggota keluarga


(31)

2.5. Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas

Program pengentasan kemiskinan dan pengurangan angka pengangguran yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat yang bernama Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU). Program itu adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) merupakan program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok. Masyarakat yang menjadi sasaran dalam program ini adalah kelompok petani, peternak, pengrajin, pedagang kecil, tukang ojek dan nelayan.

Masyarakat dihimpun dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan rutin. PKPU mendorong Lahirnya pengusaha – pengusaha mikro, terutama angkatan kerja produktif. Melalui Program – program pelatihan, pembentukan kelompok dan pembuatan konsep jaringan bersama, maupun modal usaha.

2.6. Kesejahteraan Sosial

2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Secara harfiah kesejahteran sosial mengandung makna yang luas dan mencakup dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang menjadi cirri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran an. Sejahtera berarti aman sentosa, sedangkan kesejahteraan berarti suatu keadaan sejahtera, aman, keselamatan, ketemteraman dan kemakmuran. Sosial berasal dari bahasa latin yaitu


(32)

“socius” yang mempunyai arti kawan atau teman, manusia adalah mahluk sosial, ini dikarenakan di dalam kehidupannya manusia tidak bisa hidup sendirian, selalu mempunyai teman dan kawan, dan membina hubungan tersebut sehingga sedemikian harmonis. Menurut DR. J. A Ponsioen, dikutip dari T. Sumarnonugroho 1982), dikutip dari Rani Simarmata “seminar proposal 2004” istilah sosial memiliki arti yang berbeda-beda yaitu:

1. Sosial diartikan sebagai suatu indikasi dari pada kehidupan bersama makhluk manusia, misalnya dalam kebersamaan ras, berfikir, bertindak, dan dalam hubungan antar manusia.

2. Istilah sosial pada abad ke 19 mempunyai konotasi yang berbeda, lebih sentimental dan karena itu mmenjadi agak kabur seperti istilah yang agak serupa yang dikaiitkan dengan persoalan kemiskinan dan keterlantaran irang . Meskipun demikian dari konotasi ini kemudian berkembang dalam segala arah yang bersangkut paut dengan pembaharuan masyarakat yang bertujuan menanggulangi kemiskinan dan keterlantaran.

Pengertian kata sosial selanjutnya mungkin dilandasi oleh kenyataan bahwa kesemuanya bersangkutan “orang dalam masyarakat”, yang kesemuanya menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial dan tidak melulu mahluk ekonomi atau lainnya. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.


(33)

Beberapa definisi yang mendukung pengertian ini antara lain dikemukakan oleh Gertrude Wilson, Walter Fridlander, Elizabeth Wickenden, atau pun hasil dari pra-komfrensi kelompok kerja konfrensi internasional bidang kesejahteraan sosial XV (XVth International conference on social welfare).

1. Gertrude Wilson

“Social Welfare is an organized concern of all people for all people” (Kesejahteraan Sosial adalah perhatian yang terorganisir daari semua orang untuk semua orang)

2. Walter Fridlander.

“Social Wellfare is organized system of social service’s and institutions, designed to aid individuals and group to attain satisfying atandarts of life ana health” (Kesejahteran Sosial adalah sistem yang terorganisasi dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membant indiidu atau pun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan).

3. Elizabeth Wickenden

“Social Welfare includes those laws, programs, benefits, and services, which assure of strengthen provivions for meeting social needs recognized to the well-being of the population and the better fungtionig of the social order” (Kesejahteraan sosial termasuk didalamnya adalah peraturan


(34)

perundang-undangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang berdasarkan dari masyarkat serta menjaga ketemteraman dalam masyarakat)

4. Pre-conference Working Commite For the XV International Conference of Social Welfare.

“Social welfare is all the organized social arrangement which have as their direct and primary objective the well-being of people on social context. It includes the broad range of policies and services which are concernedwith various aspects of people live their income, security, health, housing, education, recreation, cultural, traditions, etc”. (Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya, Didalamnya tercakup pula kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, keamanan, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi teradisi, budaya dan sebagainya). Dari ke empat definisi diatas, dapat diambil kesimpulan pengertian bahwa kesejahteraan sosial merupakan berbagai upaya yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupan spiritual. Kesejahteraan sebagai suatu kondisi (keadaan dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1947, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahtraan sosial pasal 2 ayat1:


(35)

“Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenhuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi, diri keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak dan asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.

Rumusan di atas menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi (keadaan), sedangkan pengertian kesejahteraan sosial yang lain adalah kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial masih merupakan salah satu ilmu yang baru dimana perkembangannya baru dimulai pada aal abad ke 20 ini dan salah satu ciri dari ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi (termasuk didalamnya aspek strategis dan teknik) utuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok, maupun masyarakat (baik lokal, regional, ataupun internasional).

2.6.2. Usaha kesejahteraan Sosial.

Perhatian masyarakat atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya diwujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial yang konkret. Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab semua kebutuhan ataupun


(36)

masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitaa yang menyangkut kesejahteraan sosial warga masyarakat. Oleh karena itu dua terminologi ini sulit untuk dipisahkan antara satu dengan yang lainnya (inseperable) dan sering kali digunakan secara tukar-menukar (interchangeably)

Berdasarkan terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kessejahteraan sosial seharusnya merpakan upaya yang konkret (nyata) baik yang bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service) , sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menngani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi oleh warga masyarakat, dan bukan sekedar program pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititik beratkan kepada upaya menghidupi organisasi sendiri ataupun menjadikan sebagai “panggung” untuk sekedar mengekspresikan penampilan diri dalam suatu lembaga.

Usaha kesejahteraan sosial dibutuhkan karena pada berbagai negara terdapat warga masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan masalah yang di luar kemampuan mereka untuk mengaatasinya. Hal ini tentunya ditunjang dengan perkembangan di dunia, bahwa kesejahteraan sosial dan juga usaha kesejahteraan sosial telah diterima dan diakui masyarakat industri modern sebagai salah satu fungsi guna membantu masyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Banyak masalah yang dihadapi warga masyarakat dewasa ini, bila dielusuri terkait dengan perubahan sosial yang terjadi secara cepat (termasuk didalamnya adalah efek dari urbanisasi dan industrialisasi).


(37)

Berbagai alasan maupun motivasi yang melandasi penyediaan berbagai usaha kesejahteraan sosial, tetapi secara umum menurt Thelma Lee Mendoza, ada tiga tujuan utama yang terkait dengan kesejahteraan sosial (yang pada umumnya berhubungan dengan upaya memperoleh sumberdaya yang sangat terbatas) yaitu:

1. Tujuan yang bersifat kemanusiaan dan keadilan sosial (humanitarian and social justice goals)

Tujuan kesejahteraan sosial ini berakar dari gagasan ideal demokratik mengenai keadilan sosial, dan hal ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Meskipun potensi tersebut kadang kala tertutup karena adanya hambatan fisik, sosial, ekonomi, psikis, dan berbagai faktor lainnya yang menghambat dirinya untuk mengenali potensi yang ia miliki. Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan sosial banyak diarahkan kepada upaya pengidentifikasian kelompok yang paling tidak mendapat perhatian, kelompok yang paling mempunyai ketergantungan, kelompok yang paling ditelantarkan, ataupun kelompok yang tidak mampu menolong dirinya sendiri, dan menjadikan mereka kelompok sasaran dalam kaitan dengan upaya menjembatani sumber daya yang langka.

2. Tujuan yang terkait dengan pengendalian sosial (Social Control Goals) Tujuan ini berdasarkan pemahaman bahwa kelompok yang tidak diuntungkan, kekurangan, ataupun tidak terpenuhi kebutuhannya dapat melakukan “serangan” (baik secara individu ataupun kelompok) terhadap masyarakat (terutama yang sudah mapan). Oleh karena itu masyarakat tersebut harus berupaya untuk “mengamankan”


(38)

diri dari sesuatu yang dapat mengancam kehidupan, kepemilikan ataupun stabilitas politik yang sudah berjalan, “Ancaman” seperti ini biasanya dimunculkan oleh kelompok yang kurang mempunyai kesempatan atau sumber daya untuk mendapatkan taraf hidup yang memadai.

3. Tujuan yang Terkait Pembangunan Ekonomi (Economic Development Goals)

Tujuan pembangunan ekonomi memperioritaskan kepada program-program yang dirancang untuk meningkatkan produksi barang dan pelayanan yang dapat diberikan, ataupun berbagai sumber daya lain yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi. Beberapa contoh dari usaha kesejahteraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah :

a) Beberapa tipe usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas individu, kelompok ataupun masyarakat, seperti usaha kesejahteraan sosial yang memberikan pelaanan konseling pada generasi muda yang bekerja di bidang industri agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan bidang kerjanya. Usaha kesejahteraan sosial yang memfokukan pada penyediaan fasilitas dan pelayanan kesejahteraan pekerja, usaha kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan rehablitasi pekerja yang menderita cacat, pelatihan para pengangguran dan sebagainya. b) Jenis usaha kesejahtraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau


(39)

pekerja yang masih produktif. Misalnya saja hambatan yang dapat ditimbulkan oleh anak-anak mereka yang masih kecil, anak-anak yang menderita cacat ataupun kelainan, orang tua yang sudah lanjut usia, dan sebagainya. Lembaga yang menjalankan usaha kesejahteraan sosial seperti ini antara lain tempat penitipan anak, panti lanjut usia, klinik kesehatan, ataupun panti rehabilitasi.

c) Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehiidupan keluarga dan masyarakat, atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasikan dan mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunitas lokal. Misalnya saja, usaha kesejahteraan sosial yang bergerak dibidang pelayanan pendidikan kehidupan keluarga (family life education services), program pelatihan kepemimpinan ataupun berbagai jenis pelayanan yang digunakan untuk pelayanan komunitas. Dalam kaitan dengan bidang kesejahteraan sosial, ada beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial masa kini, yaitu :

1. Menanggapi kebutuhan manusia

2. Usaha kesejahteraan sosial yang diorgansir guna menangapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern.

3. Kesejahteraan sosial mengarah kespesalisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga lebih menjadi tersepesialisasi.


(40)

4. Usaha sosial menjadi sangat luas.

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Indonesia yang bertanggung jawab adalah Departemen Sosial, secara asasi dan fundamental, Departemen Sosial memberikan patokan dan memberi arah dalam penyusunan dan pelaksanaan program-program pembangunan bidang kesejahteraan sosial. Sebagai patokan dan pemberi arah, disusun pula dasar pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dalam pelaksanaannya menganut perinsip melanjutkan , menigkatkan, mengembangkan, memperbaiki serta memperbaharui segala hasil pembangunan bidang kesejaheraan sosial.

2.7. Definisi Konsep

Konsep adalah abstraksi yang dibentuk untuk menggenarilisasikan hal-hal yang bersifat khusus. Singarimbun menyatakan bahwa kerangka konsep merupakan definisi untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami (singarimbun 1989 : 24). Konsep penelitian ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kekacauan atau kesalahpahaman yang dapat mengaburkan tujuan penelitian . Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. Program

Program unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. 2. PROSPEK


(41)

Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK ) Oleh Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) Sumatera Utara

3. Sosial Ekonomi

Tingkat perubahan kemajuan atau peningkatan hasil pendapatan masyarakat yang ikut tergabung dalam Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas PKPU.

2.8. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menunjukkan indikator-indikator suatu gejala sehingga memudahkan pengukurannya (Amirin, 2000 : 63). Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas ( PROSPEK ) yaitu serangkaian kegiatan/program yang telah dijalankan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

A. Kesesuaian pelaksanaan program PROSPEK, meliputi:

1. Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Usaha ataupun Sosial Dasar 2. Pelatihan dan Pembinaan bagi anggota kelompok diukur dengan

a. Tinggkat pemahaman anggota kelompok b. intensitas pelaksanaan pelatihan

c. Fasilitas yang diberikan

B. Pengembangan Usaha dengan Pendampingan adalah tujuan dari PKPU agar masyarakat yang mandiri dapat terwujud, diukur dengan :

a) Pendampingan dan pengawasan yang dilakukan PKPU b) Tingkat kemandirian anggota kelompok


(42)

c) pengembangan usaha kelompok binaan sesudah mendapatkan pendampingan

C. Sosial ekonomi Anggota KSM, diukur dengan: a) pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga b) pendidikan keluarga

c) kesehatan Keluarga

2.9. Kerangka Pemikiran

Pendekatan PROSPEK dilandasi oleh kesadaran bahwa akar masalah kemiskinan dan kekurang berhasilan dalam pembangunan adalah akibat kondisi masyarakat yang belum berdaya. Ketidak berdayaan tercermin dalam sikap masa bodoh, tidak perduli, tidak percaya diri, mengandalkan belas kasihan untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai kemaanusiaan dan prinsip-prinsip kemasyarakatan serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pemahaman terhadap akar penyebab masalah kemiskinan tersebut memang sangat disadari sangatlah penting, karena program-program yang selama ini dilakukan pemerintah seperti BLT, IDT, dinilai belum mengenai akar permasalahan kemiskinan, hal ini menyadarkan kita bahwa penangglangan kemisikinan yang bersifat parsial, sektoral, dan charity, mengakibatkan salah sasaran, menciptakan benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan modal sosial masyarakat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dll). Melemahnya modal sosial pada gilirannya mendorong pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari


(43)

semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara mandiri, bersama dan berkelanjutan, namun pendekatan yang hsnya bertumpu pada masyarakat melalui proses pembelajaran saja ternyata tidak cukup, diperlukan prakarsa dan dukungan pelaku pembangunan lokal lainnya, seperti PemDa, pengusaha dan kelompok peduli lainnya (LSM, profesional, dsb.) Prakarsa dan dukungan tersebut didorong melalui jalinan kemitraan antara masyarakat dengan para pelaku pembangunan termasuk Pemda untuk berkembangnya proses intereraksi sebagai upaya untuk menciptakan gerakan bersama (collective action), dalam penanggulangan kemiskinan dalam rangka mendorong kemandirian untuk pengembangan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan.


(44)

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah tipe penelitian deskriftif ( kualitatif) yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat – sifat suatu keadaan subjek atau objek. Penelitian deskriftif dalam pelalsanaannya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol. Peneliti memulai dengan subjek yang jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sample dari subjek tersebutuntuk menggambarkan secara akurat ( Silalahi, 2009 :28 ).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan kecamatan Medan Amplas kota Medan. Pemilihan lokasi ini adalah karena kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu lokasi yang dijadikan sasaran Program dan masih berjalan sampai saat ini.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti (Soehartono, 2008 : 57 ). Populasi dari penelitian ini adalah anggota kelompok binaan PKPU SUMUT ( KSM Amanah di kec. Medan amplas) yang terdiri dari 10 anggota. Keseluruhan populasi penelitian diambil datanya untuk dianalisis.


(46)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian digunakan teknik sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data sekunder

Dengan cara studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, jurnal, blog, website ataupun tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik pengumpulan data primer

Dengan cara studi lapangan yaitu merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada sampel.

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

Data penelitan ini, teknik yang lebih dominan digunakan adalah teknik pengumpulan data primer. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mendapatkan data secara


(47)

langsung dari anak asuh penerima program pendidikan life skill sehingga diharapkan data yang diperoleh merupakan data yang sebenarnya.

3.5. Teknik Analisis Data

Proses pengelolaan data atau analisis data tergolong proses yang cukup panjang. Langkah awal pengolahan data adalah mempelajari dan memahami jawaban responden. Analisisa data adalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada pembaca. Melalui analisa data, maka data yang diperoleh tidak lagi diam melainkan “berbicara”. Analisa data menjadikan data into mengeluarkan maknanya sehingga para pembaca tidak hanya mengetahui data tersebut, melainkan juga mengetahui apa yang ada dibalik data tersebut ( Siagian 2011:223).

Dalam penelitian ini, tehnik analisa yang digunakan adalah tehnik analisa data deskriptif dangan pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengelola, menyajikan, dan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data yang diperoleh dilapangan dikelompokkan dan disederhanakan dengan sistematis untuk membuat dekripsi yang lebih jelas tentang penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK ) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) Terhadap Kesejahteraan Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas.


(48)

Bab IV

Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1. Kecamatan Medan Amplas 4.1.1 Letak geografis

Kecamatan Medan Amplas terletak di wilayah Tenggara Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor , Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota Dan Kecamatan Medan Denai

Kecamatan Medan Amplas memiliki luas wilayahnya 14.58 KM². Kecamatan Medan Amplas adalah daerah pintu gerbang Kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari daerah lainnya di Sumatera Utara maupun Propinsi lainnya melalui transportasi darat, dengan penduduknya berjumlah 114.127 jiwa (2006).

Di Kecamatan Medan Amplas ini terdapat Terminal Terpadu Amplas sebagai terminal keluar masuknya mobil angkutan penumpang antar kota dan antar propinsi ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Amplas ini juga terdapat beberapa pabrik-pabrik besar sepert : moulding dan komponen bahan bangunan, minuman keras, makanan ternak, makanan ringan, dll.


(49)

4.1.2. Penduduk

Berdasarkan data yang penulis dapat, profil kependudukan Kelurahan Kota Matsum I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 .

Kualifikasi Penduduk Jenis Kelamin:

Kelompok Umur

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

0-4 4.494 4.915 9.888

5-14 10.241 10.315 21.044

15-44 30.049 30.103 60.808

45-64 9.910 9.400 17.208

>=65 1.903 2.798 4.179

Jumlah 56.596 57.531 114.127

Tabel 4.2 .


(50)

Sekolah Negeri Swasta Jumlah

SD 23 12 35

SLTP 2 16 18

SLTA 2 7 9

Tabel 4.3 .

Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan klasifikasi kesehatan:

Sarana Jumlah

Rumah Sakit 1

Puskesmas 5

Balai Pengobatan Umum 8

Balai Kesehatan Ibu dan Anak 18

Tabel 4.4 .

Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan Agama:

Sarana Jumlah


(51)

Langgar 28 Gereja 23 Kelenteng 1

Tabel 4.5 .

Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan klasifikasi industri:

Industri Jumlah

Besar/Sedang 17

Kecil 23

Rumah Tangga 21

Tabel 4.6.

Tabel Kualifikasi Penduduk Berdasarkan klasifikasi pasar dan pertokoan:

enis Jumlah

Pasar 2 Pertokoan 130


(52)

Mal/Plaza 0

4.2. Pos keadilan Peduli Umat

4.2.1. Sejarah singkat berdirinya PKPU

Dimulai pada pertengahan tahun 1997 negara-negara ASEAN terpuruk oleh krisis ekonomi regional yang disebabkan oleh depresiasi mata uangnya terhadap dollar Amerika. Indonesia merupakan yang terparah di antara semua negara di Asia. Krisis tersebut sudah merambah ke berbagai bidang, seperti politik, moral, pendidikan, sains-tek, budaya, dan religi. Pendekatan multidisipliner untuk menangani krisis masih sangat kurang, mungkin karena egoisme sektoral yang kuat. Menyikapi krisis yangberkembang sejumlah anak bangsa dengan ketetapan hati yang kuat bergandengtangan dan bergerak menyumbangkan tenaga dan fikirannya melakukan aksi sosial di beberapa penjuru tanah air.

Menindaklanjuti aksinya, mereka kemudian menggagas entitas kepedulian publik yang bisa bergerak secara sistematis. Maka pada 10 Desember 1999 lahirlah lembaga swadaya masyarakat yang bernama PKPU dengan badan hukum yayasan. PKPU menisbahkan dirinya sebagai lembaga yang bergerak di bidang sosial. Pada 8 Oktober 2001, berdasarkan SK. Menteri Agama No 441 PKPU telah ditetapkan sekaligus dikukuhkan sebagai LAZNAS. Hal itu membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat kepada PKPU semakin besar.


(53)

Seiring dengan meluasnya jangkauan kegiatan sosial yang terus disalurkan ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia serta besarnya dorongan masyarakat luas untuk bekerjasama dalam memberdayakan bangsa, maka pada tahun 2004, PKPU bertekad untuk membangun kemandirian rakyat Indonesia dengan memperluas lingkup kerjanya sebagai LKN. Kiprah PKPU sebagai pegiat kemanusiaan terukir jelas dalam partisipasinya berdampingan dengan NGO internasional dari manca negara mengatasi keadaan darurat tanggap bencana serta fase pembangunan kembali bencana-bencana besar yang menimpa tanah air kita seperti gempa bumi dan tsunami di Aceh, Yogyakarta, dan beberapa peristiwa lainnya.

Sebagai lembaga yang semakin kokoh dalam menangani isu-isu kemanusiaan global maka tuntutan standarisasi kerja serta pengembangan program telah memotivasi PKPU untuk mengedepankan peningkatan mutu program dan layanan dengan menghasilkan kontribusi yang solutif bagi masyarakat. Tuntutan tersebut dijawab dengan diterimanya PKPU sebagai ”NGO in Special Consultative Status with the Economic and Social Council of the United Nations” pada 21 Juli 2008, yang menuntut akuntabilitas kinerja kemanusiaan secara periodik sebagai konsekuensi status yang disandang. Kemudian pada tahun 2010, PKPU juga telah resmi terdaftar sebagai Organisasi Sosial Nasional berdasarkan keputusan Menteri Sosial RI No 08/Huk/2010.


(54)

Visi dari Pos Keadilan Peduli Ummat adalah ”Menjadi Lembaga Terpercaya Dalam Membangun Kemandirian”. Dan misi dari Pos Keadilan Peduli Ummat adalah misi kemanusiaan yang meliputi:

a. Mendayagunakan program rescue, rehabilitasi dan pemberdayaan untuk mengembangkan kemandirian.

b. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat, perusahaan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar negeri. c. Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi kepada

masyarakat penerima manfaat (beneficiaries).

4.2.3.Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas

Program pengentasan kemiskinan dan pengurangan angka pengangguran yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat yang bernama Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU). Program itu adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) merupakan program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok. Masyarakat yang menjadi sasaran dalam program ini adalah kelompok petani, peternak, pengrajin, pedagang kecil, tukang ojek dan nelayan.

Masyarakat dihimpun dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk mendapatkan Modal melalui zakat yang disalurkan di PKPU, pelatihan dan pendampingan rutin. PKPU mendorong Lahirnya pengusaha – pengusaha mikro, terutama angkatan kerja produktif. Melalui Program – program pelatihan,


(55)

pembentukan kelompok dan pembuatan konsep jaringan bersama, maupun modal usaha.

Dalam Pogram ini pada akhirnya kelompok diharapkan dapat mengelola keuangan secara mandiri. Karena uang zakat yang telah disalurkan tidak boleh dikembalikan lagi ke PKPU melainkan dikelola sendiri oleh kelompok untuk kepentingan kelompok itu sendiri. Inilah yang disebut dengan pengelolaan zakat produktif.

4.2.3.1Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan

Pemberdayaan yang dalam bahasa Inggris “empowerment” bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekadar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa. Pemberdayaan adalah “proses menjadi” bukan sebuah “proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengakapasitasan dan pendayaan. Hikmat menyatakan bahwa pemberdayaan

masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga peningkatan harkat martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya budaya setempat (Hikmat, 2001).

Suharto berpendapat bahwa pemberdayaan adalah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk


(56)

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005).

4.2.3.2 Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan Sektor Informal

PKPU meyakini Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan, ini merupakan prinsip pembangunan berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan sosial pada tingkat mikro (masyarakat lokal), mikro (kelembagaan) dan makro (kebijakan) untuk mendukung prinsip pembangunan yang berpihak pada rakyat (Adimihardja dan Hikmat, 2003).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat, agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat, konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan (Hikmat, 2001: 3). Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak


(57)

semuanya terserap disektor industri modern dikota, karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak semua migran memiliki skill atau kemampuan untuk masuk kesektor industry modern tersebut. Hal ini mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk kesektor industri modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk dimasuki. Agar tetap dapat bertahan hidup (survive), para migran yang tinggal dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap.

Beberapa jenis “pekerjaan” yang termasuk di dalam sektor informal, salah satunya adalah pedagang kaki lima, seperti warung nasi, penjual rokok, penjual Koran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain-lainnya. Mereka dapat dijumpai di pinggir-pinggir jalan di pusat-pusat kota yang ramai akan pengunjung. Mereka menyediakan barang-barang kebutuhan bagi golongan ekonomi menengah ke bawah dengan harga yang dijangkau oleh golongan tersebut. Tetapi, tidak jarang mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas juga ikut menyerbu sektor informal.

4.2.3.3 Pekerjaan Wanita di Bidang nafkah

Adanya norma yang cukup kuat bahwa wanita sebagai istri atau ibu rumah tangga, terlibat pula dalam pekerjaan dibidang nafkah, dengan mempunyai dua peranan itu wanita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rumah tangganya dan kehidupan dalam


(58)

masyarakat luas. Dengan demikian segala usaha untuk meningkatkan penghasilan wanita, berarti pula usaha itu akan meningkatkan pengahsilan rumahtangganya. Untuk ini perlu diperhatikan beberapa pokok seperti

berikut:

1) Mengingat waktu luang yang sangat terbatas bagi wanita kerena beban pekerjaan rumahtangga pendidikan kepada wanita sebaiknya disesuaikan dengan kepentingannya dan memperlihatkan pembagian waktu yang ada (pendidikan fungsional).

2) Pendidikan tersebut memerlukan pemimpin lokal atau kader wanita yang dipilih dari wilayah itu sendiri yaitu wanita yang mempunyai pengalaman atau pendidikan yang agak lebih, tetapi yang paling penting adalah yang mau memperhatikan sesama warga.

3) Meningkatkan imbalan kerja wanita dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam hal ini, bukan hanya pendidikan dan ketrampilan, tetapi juga factor kekurangan modal yang perlu diatasi, dan berbagai faktor lainnya, misalnya kesulitan dalam penyimpanan dan pemasran hasil produksi.

4) Dalam membantu meningkatkan imbalan kerja wanita dari rumahtangga pada lapisan yang mampu, sangat diperlukan disamping peningkatan pendidikan wanita tersebut yang lebih beruntung, usaha untuk meningkatkan dirinya dalam manjemen, pemasaran dan membiasakan diri untuk berusaha secara komperatif (Sajogyo 1983 :199)


(59)

Dengan demikian, sektor informal memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor informal mampu menyerap tenaga kerja (terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga mengurangi problem pengangguran diperkotaan dan meningkatkan penghasilan kaum miskin diperkotaan. Selain itu, sektor informal

memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintahan kota. Juga pentingnya hubungan kemitraan dibangun suatu strategis bisnis yang dilakukan oleh duapihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Menurut John L. Mariotti (dalam Hafsah 2000 : 51) dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi samapai target sasaran tercapai. Maka pokok permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan adalah upaya pemberdayaan pertisispasi kemitraan yang lemah.

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus melihat aktifitas-aktifitas informal yang tidak hanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggiran kotakota besar, tetapi bahkan juga meliputi berbagai macam aktifitas ekonomi. Aktifitas-aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki, Bersandar pada sumber daya lokal, Usaha milik sendiri Operasinya dalam skala kecil, Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif, Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal, dan Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif yang didalam mampu


(60)

memenuhi kebutuhan masyarakat kecil.(www.pondokinfo.com/index.php/pondok-realita/-masyarakat/-sektor-informalpermasalahan- dan-upaya-mengatasinya.html)

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep pemberdayaan masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu membangun kemampuan manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan sosial ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan kemiskinan Menurut Hadiman dan Midgley menyatakan bahwa model pembangunan sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui:

1. Menumbuhkembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat)yang lemah secara ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.

2. Menyediakan dan memberikan pelayanan social, khususnya pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, perumahan serta pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan masyarakatnya (Suharto, 2005 :5).

4.2.3.4Profil KSM Amanah Medan Ampalas

NAMA KSM : AMANAH

ALAMAT : JL. BAJAK 2 H GANG NASIONAL NO 11 KEL


(61)

TANGGAL BERDIRI : 06 DESEMBER 2010 / 30 DZULHIJJAH 1431 H

PENGURUS :

 KETUA : SITI TIENTI WAHYUNI NASUTION, S.SOS

 SEKRETARIS : SITI KHADIJAH SIREGAR

 BENDAHARA : SRI RAHMADANI

 ANGGOTA : NURAINUN NASUTION

SULINDAWATI ITMAWATI ERNAWATI SRIANI SUKINI


(62)

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan sesuai dengan metode yang digunakan melalui wawancara dan menyebarkan angket. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk mengelompokkan data menjadi suatu bagian-bagian tertentu menurut kelompok data jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah suatu interpretasi langsung yang berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari lapangan yang berpedoman dengan masalah dan tujuan penelitian. Pada bagian ini penulis mencoba menganalisis data – data yang diperoleh dari hasil koesioner yang diajukan kepada para responden yaitu anggota kelompok yang mengikuti Program PROSPEK ( Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas) oleh Pos Keadilan Peduli Umat ( PKPU ) di Kecamatan Medan Amplas yang jumlah keseluruhan 10 orang yang terdiri dari 1 kelompok yang diberi nama kelompok Amanah.

Populasi dalam penelitian ini adalah kurang dari 100 orang yaitu berjumlah 10 orang, sehingga data yang diperoleh berasal dari keseluruhan jumlah populasi yang ada. Berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran angket/kuesioner, diperoleh data tentang responden yang meliputi jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, status perkawinan, jumlah anak, dan pendidikan suami. Selain itu diperoleh data mengenai pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang diberikan Pos Keadilan Peduli Ummat.


(63)

Adapun data penelitian yang diperoleh disertai dengan pembahasannya meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Kharakteristik identitas responden

b. Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK ) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas

c. Hasil Analisis Data

5.1 Kharakteristik Identitas Responden Tabel 5.1

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 2

Laki-laki Perempuan

- 10

00,00 100,00

Jumlah 10 100

Sumber: data primer

Dalam program Pemberdayaan ini, Pos Keadilan Peduli Umat ( PKPU ) memang memprioritaskan perempuan sebagai objek utama dalam rangka pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan penghasilan rumah tangga. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.1 dinyatakan bahwa keseluruhan anggota adalah perempuan.


(64)

Tabel 5.2

Distribusi jawaban responden berdasarkan Umur Responden

No Usia frekwensi Persen ( % )

1 2 3 4 5

26 – 31 32 – 37 38 – 43 44 – 49 50 – 55

1 1 3 3 2

10,00 10,00 30,00 30,00 20,00

Jumlah 10 100

Sumber : data primer

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas umur responden yang mengikuti program PROSPEK berada pada usia produktif secara reproduksi, dimana usia produktif secara reproduksi adalah penduduk yang berusia 15 – 49 tahun. Berdasarkan data hasil kuesioner maupun wawancara yang dilakukan dengan ketua kelompok Amanah, dapat diketahui bahwa keseluruhan anggota kelompok Amanah beragama Islam. Hal ini juga dikarenakan Pos Keadilan Peduli Umat ( PKPU ) merupakan Lembaga Penyalur zakat.


(65)

Tabel 5.3

Distribusi jawaban responden berdasarkan Status Perkawinan No Status

Perkawinan

Frekwensi Persen ( % )

1 2 Menikah Belum Menikah 10 0 100,00 00,00 Juml ah

10 100

Sumber : data Primer

Berdasarkan data dari tabel di atas, didapatkan keterangan bahwa/ seluruh anggota KSM AMANAH dengan status sudah menikah. Dalam program ini memang yang menjadi sasaran prioritas adalah para ibu rumah tangga yang pada awalnya tidak mempunyai kesibukan sehari hari dan hanya mengharapkan sumber keuangan pokok dari suami, di berikan modal dan pembimbingan sehingga menjadi ibu rumah tangga yang produktif dan dapat menambah pengahasilan rumah tangga.

Table 5.4

Distribusi jawaban responden berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Frekwensi Persen ( % ) 1 2 Tidak Sekolah SD - - 00,00 00,00


(66)

3 4 5

SMP

SMA Diploma / Sarjana

3 6 1

30,00 60,00 10,00

Jumlah 10 100

Sumber : data primer

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk menambah pengetahuan dan kecerdasan dari manusia itu sendiri. Keterlibatan masyarakat sebagai sumber daya manusia dalam pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan sebagai sarana untuk menciptakan dan meningkatkan kualirtas sumber daya pembangunan. Kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh yang meliputi tingkat kesehatan, ilmu pengetahuan, keterampilan, mamfaat teknologi, dan sikap mentalnya dalam pembangunan dan akan menentukan pembangunan itu sendiri, terutama dalam mengatasi ketertinggalan dari daerah itu.

Berdasarkan data dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir anggota kelompok pada umumnya masih rendah. Menurut pendapat orang tua responden, pendidikan untuk perempuan itu tidak terlalu penting karena suatu saat nanti setelah menikah seorang perempuan itu akan ikut suaminya, suami lah yang berhak memenuhi kehidupan rumah tangganya, namun apa dikata sekarang ini perempuan dan laki – laki tidak ada bedanya lagi. Cuma orang tua 1 responden saja yang menyekolah kan anaknya ketingkat perguruan tinggi. Dengan demikian tingkat


(67)

pendidikan anggota kelompok masih relatif rendah, karena mayoritas hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat pendidikan SMA.

Distribusi jawaban responden berdasarkanPendidikan Terakhir Suami Table 5.5  

No Pendidikan Terakhir Suami

Frekwensi Persen ( % )

1 2 3 4 5 Tidak Sekolah SD SMP SMA

Diploma / Sarjana

- 1 5 3 1 - 10 50 30 10

10 100

Sumber : data primer

Berdasarkan data dari tabel diatas, juga menunjukkan tingkat pendidikan suami lebih rendah dari pada tingkat pendidikan responden. Hal ini ada pengeruhnya dari pihak orang tua yang tidak memperdulikan pendidikan anaknya, karena orang tua lebih memilih anaknya bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga dari pada sekolah. Rendahnya pendidikan ini tentu saja berpengaruh pada kesempatan mereka untuk mencari pekerjaan dibidang formal yang menuntut pendidikan yang memadai, sehingga pekerjaan suami keseluruhan responden dibidang informal yang


(68)

bermacam – macam profesi, yaitu : ada yang sebagai wiraswasta, supir, kuli bangunan.

Distribusi jawaban responden berdasarkanJumlah Anak Table 5.6

No Jumlah Anak Frekwensi Persen ( % ) 1

2 3 4 5

1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 5 Orang

- 3 4 2 1

00,00 30,00 40,00 20,00 10,00

Jumlah 10 100

Sumber : data primer

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa jumlah anak responden cukup banyak, bagi mereka banyak anak banyak rezeki. Adapun responden yang mempunyai 2 anak adalah mereka yang secara usia masih muda, dan berkemungkinan akan bertambah.


(69)

5.2Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK ) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( P K P U ) Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas

Data penelitian ini merupakan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan.

5.2.1 Lama Keanggotaan 5.2.1.1 Lama keanggotaan

Distribusi jawaban responden tentang Lama Keanggotaan Tabel 5.7

no Lama keanggotaan frekwensi Persentase (100%) 1

2 3

Lebih dari 2 tahun 2 tahun

1 tahun

10 - -

100.00

10 100

Sumber : data primer

Keinginan anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan ditentukan oleh kuat lemahnya motivasi mereka untuk berminat dan merupakan panduan dari tiga faktor, yaitu kekuatan dari keinginan yang terkait dengan hal


(70)

tersebut, nilai intensif yang akan didapat, dan kemungkinan keberhasilan ( Zander dalam Adi, 2003: 14 ).

Berdasarkan data dari tabel 5.1 dapat diketahui, bahwa lama keanggotaan responden seluruhnya yaitu sebanyak 10 orang ( 100 % ) sudah mencapai 2 tahun sejak berdirinya KSM Amanah masih aktif sampai sekarang.

5.2.1.2 keaktifan sebagai anggota dalam kegiatan kelompok

Distribusi jawaban responden tentang keaktifan sebagai anggota dalam kegiatan kelompok

Tabel 5.8

No Jawaban Frekwensi Persen ( 100%) 1

2 3

Sangat aktif Aktif

Kurang begitu aktif

- 10 -

00,00 100,00 00,00

10 100

Sumber : data primer

Berdasarkan table 5.8 seluruh anggota kelompo Amanah aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh kelompok Amanah. Hal ini dikarenakan kesibukan mereka yang banyak, misalnya saja harus mengurus keluarga dan usaha yang mereka jalanka. Namun mereka menganggap agenda yang dilakukan seperti pertemuan rutin kelompok sangat baik dilakukan agara dapat sharing tentang usaha dan pengembangan kelompok mereka.


(71)

5.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Usaha ataupun Sosial Dasar 5.2.2.1 Bantuan social dasar

Distribusi jawaban responden tentang dana bantuan PKPU Tabel 5.9

No Jumlah dana bantuan frekwensi Persentase ( 100%) 1

2 3

Lebih dari 1 juta 1 juta

Kurang dari 1

- 8 2

00,00 80,00 10,00

10 100

Sumber : data primer

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah dana bantuan yang diterima responden berpariasi, namun mayoritas anggota kelompok hanya meminjam Rp 1. 000. 000. Hal ini dikarena usaha yang dijalankan responden masih usaha kecil – kecilan, dan tambahan modal usaha yang sudah dijalankan responden sebelum datangnya Program PROSPEK ini.

Bagi responden yang mendapat bantuan di atas Rp 500.000, merupakan tambahan modal. Dalam program Prospek, tim verifikasi dari PKPU lebih selektif untuk memilih, karena banyak masyarakat yang memiliki kekayaan masih dapat kurang mampu.

Dari hasil wawancara terhadap salah seorang responden diketahui bahwa, modal yang deberikan harus dikembalikan kepada kelompok, dimana modal itu akan


(1)

mendukung pengembangan usaha responden adalah pemberian fasilitas pendampingan oleh lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) kepada setiap anggota kelompok secara rutin, sehingga mereka mendapat pengetahuan baru tentang bagaimana cara pengembangan usaha meraka.

3. Mayoritas responden berpendapat, dengan adanya Program sinergi pemberdayaan ekonomi komunitas ( PROSPEK) ini sangat membantu mereka dalam pengembangan usaha. Hal ini karena mereka menilai bahawa Program sinergi pemberdayaan ekonomi komunitas ( PROSPEK) sangat memberikan dampak positif terhadap usaha mereka, dimana peningkatan kuwalitas hasil usaha lebih baik setelah mendapat bimbingan, pembelajaran, dan motifasi dari pendamping kelompok meraka.

4. Dalam peningkatan kondisi social ekonomi masyarakat Program sinergi pemberdayaan ekonomi komunitas ( PROSPEK) juga berdampak positif. Hal ini ditandai dengan kemampuan seluruh responden dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, pendidikan anak dan kesehatan keluarga .

5. Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan program sinergi pemberdayaan ekonomi komunitas ( PROSPEK), dapat disimpulkan bahwa program pemberian bantuan modal usaha dan pendampingan terhadap anggota kelompok usaha penerapannya sudah cukup efektif dan sangat berperan terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi anggotanya.


(2)

6.2Saran

Hasil dari penelitian ini pada akhirnya mencoba memberikan masukan atau beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan. Disini peneliti mencoba memberikan saran antara lain:

1. Diharapkan kepada pendamping KSM agar lebih memfasilitasi forum, media atau wadah membinan sehinnga terjalinnya relasi sosial yang erat diantara tiap anggota kelompok binaan serta dapat mempererat jalinan silaturahmi dan meningkatnya partisipasi anggota dalam kelompok sehingga terbangun jaringan yang luas

2. Disarankan kepada Pendamping lembaga Pos Keadilan Peduli Umat ( PKPU ) agar dana Zakat produktif yang disalurka sebagi bantuan modal usaha tepat pada sasarannya yaitu bagi rumah tangga miskin dan pengangguran dan punya keinginan kuat untuk memiliki usaha mandiri, karena PROSPEK ditujukan bagi rumah tangga miskin dan pengangguran dan punya keinginan kuat untuk memiliki usaha mandiri.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Sanapiah. 2007,

Format – Format penelitian social

, Jakarta : Raja

Grafindo Persada

Hasbullah, Jauhari, 2006.

Social capital

: Menuju keunggulan Budaya

Indonesia, Jakarta, MR – Unites Press

Siagian, Matias, dan Suriadi, agus. 2010

. Tanggung jawab social

perusahaan CSR Perfektif Pekerja Sosial.

USU Press, Medan

Katalog PKPU , 2011

Nawawi, Hadar. 1998.

Metode penelitian Bidang Sosial.

Bandung :nPT

Refika aditama

Soehartono, Irawan. 2008.

Metode Penelitian social

. Bandung : PT

Remaja Rosda Karya

Soeharto, Edi. 2006.

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat:

Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan

Pekerjaan Sosial,

Bnadung : Refika Aditama

Silalahi, Ulber,2009.

Metode Penelitian Sosial,

PT. Remaja Rosda

Karya

Sulistyani, Ambar Teguh, 2004.

Penyaluran Kemitraan dan Model

Model Pemberdayagunaan.

Yogyakarta, Gava Media

Abu Zahra, Muhammad,

zakat dalam persfektif social,

Jakarta, Pustaka

Firdaus , 2004.


(4)

Sumber lainnya

(

http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=199

) diakses tanggal 2 juli 2013

pukul 21.00 WIB


(5)

C URRIC ULUM V ITA E

[ D a f t a r R i w a y a t H i d u p ]

DATA PRIBADI

Nama Alimul Hadi

Tempat/ tanggal lahir Medan , 12 September 1990

Alamat 1. Jalan. AR. Hakim Gg. Langgar, No. 30 Medan

2. Jalan. Lengkuas, No. 6, Kel. Bandar Sakti, Kec. Bajenis, Kota Tebing Tinggi.

3. Jalan, Medan Batang Kuis, Ling II, Gg. Amran. Telepon/HP 085360807076 /085664066282

Jenis Kelamin Laki laki

Status Belum Menikah

Agama Islam Warga Negara Indonesia

PENDIDIKAN FORMAL

SD SD N 173521 Balige

SLTP SMPN 1 Tebing Tinggi SMU SMAN 1 Tebing Tinggi

S1 Universitas Sumatera Utara program study ilmu kesejahteraan

sosial F I S I P USU stambuk 2008

PENGALAMAN ORGANISASI

 Ketua Umum OSIS SMAN 1 Tebing Tinggi 2006/2007  Ketua Umum IMAN Tebing Tinggi 2009 s/d Sekarang  Ketua Umum U K M I FISIP USU 2010/2011

 Sekretaris Umum KAMMI MP USU 2010 s/d 2011  Ketua Umum K A M M I Merah Putih USU 2011 s/d 2012 


(6)

 Sekretaris Umum Pengurus Wilayah KAMMI SUMUT

Demikianlah Daftar Riwayat Hidup ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya.

Hormat saya,