Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dunia sekarang ini kita disibukkan dengan berbagai macam persoalan yang paling mendasar di antaranya politik, ekonomi, budaya dan agama. Dalam persoalan sosial yang sering kali muncul tentang ketidak harmonisan antara umat beragama. Hal ini disebabkan, sikap yang ekslusif merasa paling benar ini disebabkan karena keberagamaan yang “serba menyalahkan” yang lain. 1 Persoalan demikian menjadi masalah yang sangat krusial, khususnya untuk Negara yang penduduknya pluralis. Perdebatan dan persaingan dalam politik sering kali berlanjut pada persoalan agama religion. Seperti penindasan yang terjadi di Malaysia, Irak, dan sekarang sedang hangatnya di palestin. Kasus di atas yang menjadi korban mayoritas umat Islam sehingga ada kesan kesengajaan umat tertentu atas umat yang lainnya. 2 Pada saat ini, di antara paham-paham modern, setidaknya secara teoritis, Pluralisme adalah merupakan salah satu tema yang paling hangat diperdebatkan mutakhir ini, terutama dikalangan Muslim. 3 Gagasan ini sangat ditentang keras 1 Nurcholish Madjid, et al., Fiqih Lintas Agama, Jakarta: Paramadina, 2004, h. 170 2 Lihat Fiqih lintas agama hal 202-2007, dimana dalam kasus politik di Indonesia ketegangan antara Islam sebagai penduduk pribumi dengan Kristen yang diawali dan disebarkan oleh colonial. Sikap dari colonial yang menguras, merampok, memperbudak harta kekayaan alam dan hak asasi manusia, memunculkan benih-benih kebencian yang berpuncak pada terjadinya konflik. 3 Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi berbatas Al-Quran, Depok: Pesona Khayangan Estate CM-4, 2009, cet. 1, h. xi 1 sejumlah orang dan beberapa organisasi atau institusi keagamaan. Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia MUI, sebuah intitusi keagamaan yang dianggap memiliki otoritas dalam bidang agama telah mengeluarkan fatwa agama yang mengharamkan gagasan ini. 4 Di Malaysia memang gagasan Pluralisme ini belum secara luas disebarkan karena kondisi di Malaysia yang sememangnya Islam sangat dijunjung dan dipertahankan sebagai agama paling tinggi dan diridhai disisi Allah s.w.t. sehinggakan agama-agama lain tidak pantas untuk meungguli dan disamatarafkan dengan Islam. Walau demikian, seperti di Indonesia, Malaysia juga mempunyai sejumlah orang yang mempunyai paham yang menyeru ke arah pluralisme ini, karena seperti di Indonesia, di Malaysia juga mempunyai masyarakat yang berbilang etnis, berbilang pahaman dan agama. Dalam The Oxford English Dictionary disebutkan, 1 bahwa pluralisme dipahami sebagai suatu teori yang menentang kekuasaan Negara monolitis, dan sebaliknya, mendukung desentralisasi dan otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili keterlibatan individu dalam masyarakat. Juga suatu keyakinan bahwa kekuasaan itu harus dibagi bersama-sama diantara sejumlah partai politik. 2 Keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau Negara, serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu 4 Ibid, h. xi-xii badan, kelembagaan dan sebagainya. 5 Definisi pertama mengandungi makna pengertian pluralisme politik, sedangkan definisi yang kedua mengandung pengertian pluralisme sosial. Pluralisme secara sedarhana dapat didefinisikan sebagai “paham yang meniscayakan keragaman dan perbedaan”. 6 Dalam sumber lain dijelaskan bahwa “pluralisme” merupakan “pandangan” filosofis yang tidak mau mereduksikan segala sesuatu pada satu perinsip terakhir, melainkan menerima adanya keragaman. Pluralisme dapat menyangkut bidang kultural, politik, dan religious”. 7 Di Malaysia, seorang mujahid dan merupakan seorang tokoh Islam yang begitu aktif dalam kehidupan politik Islam di Malaysia, yaitu Fadzil Mohd Noor yang merupakan tokoh politik yang sangat disegani oleh masyarakat dan digeruni oleh lawan-lawannya dalam arena politik khususnya di Malaysia. Beliau seorang tokoh politik yang memiliki kualitas kepimpinan yang tinggi, reputasinya ketika dalam memimpin perjuangan Partai Islam Se-Malaysia PAS telah membuktikan bahwa ketokohan dan kewibawaan beliau sebagai seorang pendakwah, pemimpin dan juga ahli politik yaang berpendirian dan istimewa. Idealisme yang beliau cetuskan menggambarkan kepada kita betapa jelasnya ketajaman pemikiran politik beliau terutamanya ketika menjawat jawatan presiden PAS, sehingga dapat mencorakkan PAS kepada sebuah partai pembangkang yang utama dan berpengaruh. Dan beliau 5 John Simpson, The Oxford English Dictionary, Jilid 4, h. 458 6 A. Syafi’i Mufid Dan Munawar Fuad Noeh edt., Beragama Di Abad Dua Satu Jakarta: Zikru’1-Hakim, 1997, H.222 7 Gerald O,Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, terj. I. Suharyo, Yogyakarta: Kanisius, 2001, cet. 6, h. 257 juga banyak mengkritik dan memberi pandangan terhadap pahaman-pahaman seperti nasionalisme, sekuralisme, kapitalisme, komunisme dan libralisme. Adapun pahaman pluralisme tidaklah di bahas secara jelas oleh beliau karena kondisi di Malaysia tidak sama seperti di Indonesia pada ketika beliau masih hidup. Walau demikian Fadzil Mohd Noor tetap peduli terhadap masyarakat yang berbilang etnis dan agama. Kepedulian beliau tidaklah karena politik dan kepentingan kelompok tertentu. Karena menurut beliau orang non muslim tetap mempunyai hak untuk mengamalkan agama mereka, hak untuk bersuara, hak untuk mencari rizki dan sebagainya. Karena Islam telah menjamin hak-hak non muslim di bawah Negara dan pemerintahan Islam. Walau demikian Islam adalah tetap agama yang terbaik dan teragung daripada agama-agama lain, karena agama yang diridhai disisi ALLAH SWT hanyalah Islam. 8 Dengan demikian, penulis akan mencoba menelusuri pemikiran Fadzil Mohd Noor mengenai pluralisme ini. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi “PLURALITAS DALAM PEMIKIRAN FADZIL MOHD NOOR”. 8 Fadzil Mohd Noor, Bersama Menegakkan Keadilan, Kuala Lumpur: Pas Pusat Taman Melewar, 1999, h. 34

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah