kontraksi dan
flow
menurun secara gradual dikarenakan bahan menjadi lebih kaku. Kompensasi melalui
flow
yang dipengaruhi oleh faktor konfigurasi kavitas. Semakin tinggi
C-factor
maka semakin besar stres kontraksi pada ikatan adhesif. Hanya permukaan yang bebas dengan dinding kavitas yang dapat berperan sebagai
reservoir
deformasi plastis saat tahap awal polimerisasi. Restorasi kelas I dengan
C-factor
5 memiliki resiko stres polimerisasi paling tinggi.
9
Gambar 10. Faktor konfigurasi kavitas
C-factor
2.6.2 Koefisien Ekspansi Termal
Material restorasi secara konstan mengalami perubahan akibat perubahan suhu dalam rongga mulut. Perubahan ini, dapat mempengaruhi kerapatan material
restorasi dan gigi. Perubahan dimensi pada suatu substansi sebagai respon terhadap suhu diukur melalui koefisien ekspansi termal material tersebut. Material restorasi
memiliki koefisien ekspansi termal yang berbeda dengan enamel dan dentin. Koefisien ekspansi termal gigi berada pada kisaran 11-14 x 10
-6 o
C, sedangkan material resin komposit yang dipasarkan memiliki koefisien termal ekspansi pada
kisaran 20-80 x 10
-6 o
C pada suhu antara 0-60
o
C. Perbedaan nilai koefisien ekspansi termal yang jauh antara gigi dan resin komposit menyebabkan perbedaan perubahan
dimensi pada saat terpapar oleh perubahan suhu dalam rongga mulut. Resin komposit dan struktur gigi mengalami ekspansi dan kontraksi yang berbeda sehingga dapat
mengakibatkan deformasi koronal,
crack
, kemudian fraktur. Permasalahan-
Universitas Sumatera Utara
permasalahan ini terjadi bila struktur gigi tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan yang timbul akibat variasi suhu.
28
2.6.3. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas merupakan sifat resin komposit yang menyebabkan bahan tersebut menjadi kaku. Bahan dengan modulus elastisitas tinggi akan semakin kaku,
sebaliknya bahan dengan modulus elastisitas rendah akan semakin fleksibel. Modulus
elastisitas mempengaruhi adaptasi resin komposit pada permukaan gigi. Masalah yang dapat ditimbulkan oleh kontraksi polimerisasi adalah tekanan yang mengenai
struktur gigi, terutama pada sisa tonjol gigi posterior dengan kavitas proksimal yang besar yang direstorasi resin komposit. Akibatnya terjadi kegagalan adhesi antara gigi
dan restorasi, lalu terjadi kebocoran mikro dan perkolasi cairan atau fraktur gigi.
10
Pengurangan kandungan pengisi pada flowable resin komposit menghasilkan modulus elastisitas yang rendah. Modulus elastisitas yang rendah menghasilkan
kemampuan regang yang cukup tinggi sehingga dapat mengurangi ketegangan yang terjadi akibat pengerutan pada saat polimerisasi, serta dapat menghasilkan margin
restorasi yang lebih kuat.
12,20,28
2.7 Uji Ketahanan Fraktur