dipertahankan, yaitu “pengembangan kepribadian” untuk mencapai kesejahteraan dan kepribadian hidup lahir dan batin yang serasi, selaras dan seimbang dengan
kepentingan masyarakat.
2. Asas Konsensualisme
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk
menyatakan keinginannya will, yang dirasakan baik untuk menciptakan perjanjian. Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian.
3. Asas Kekuatan Mengikat
Di dalam suatu perjanjian terkandung suatu asas mengikat. Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan,
akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral.
4. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut
pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat di sini bahwa
kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang.
5. Asas Kepastian Hukum
Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai Undang-
Undang bagi para pihak.
45
Jika nantinya di dalam proses kredit debitur mengalami kemacetan kredit maka pihak kreditur disini adalah Bank dapat mengeksekusi objek yang dijaminkan
debitur tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, yang nantinya ditentukan lebih lanjut oleh Pengadilan.
2. Konsepsi
45
Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Bandung : Alumni, 1996, Hal. 108-118.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk
konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
proses yang berjalan dalam pemikiran penelitian untuk keperluan analitis.
46
Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan
dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.
47
Konsep merupakan salah satu bagian penting dari sebuah teori. Dalam suatu penelitian konsepsi dapat diartikan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak
menjadi suatu yang konkret, yang disebut definisi operasional operational definition. Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan
pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dirumuskan kerangka konsepsi sebagai berikut :
1. Perikatan adalah suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang diatur
dan diakui oleh hukum. Hubungan hukum ini perlu dibedakan dengan hubungan-hubungan yang terjadi dalam pergaulan hidup berdasarkan
kesopanan, kepatutan dan kesusilaan. Pengingkaran terhadap hubungan- hubungan semacam itu, tidak akan menimbulkan akibat hukum. Jadi
hubungan yang berada di luar lingkungan hukum bukan merupakan perikatan.
48
2. Pengertian dari Perjanjian Sewa Menyewa itu sendiri adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada
46
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991, Hal. 397.
47
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Hal. 7.
48
R. Setiawan, Loc. Cit, Hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga oleh pihak tertentu yang
disanggupi pembayarannya.
49
3. Perjanjian konsensual, artinya perjanjian itu terjadi ada sejak saat
tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak. Dengan kata lain perjanjian itu sudah sah dan mempunyai akibat hukum sejak saat tercapai kata sepakat
antara pihak-pihak, mengenai pokok perjanjian.
50
4. Perjanjian obligator obligatory, artinya perjanjian yang dibuat oleh pihak-
pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik ownership. Hak milik baru berpindah, apabila
diperjanjikan tersendiri yang disebut perjanjian yang bersifat kebendaan zakenlijke overeenkomst.
51
5. Perjanjian timbal balik bilateral contract adalah perjanjian yang
memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian timbal balik adalah pekerjaan yang paling umum terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, pemborongan bangunan, tukar menukar.
52
6. Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 diberi
“agunan” atau “tanggungan”, sedangkan “jaminan” menurut Undang-Undang
49
R. Subekti, Loc. Cit, Hal. 39.
50
Abdul Kadir Muhammad, Op. Cit, Hal. 85.
51
Ibid, Hal. 85.
52
Ibid, Hal. 86.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, diberi arti lain yaitu “keyakinan atas itikad dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan-pembiayaan dimaksud sesuai dengan
diperjanjikan”. 7.
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie, yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada
kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur
terhadap krediturnya.
53
8. Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut
benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepda kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.
54
9. Wanprestasi adalah apabila seorang debitur tidak melakukan prestasi sama
sekali atau melakukan prestasi yang keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah yang disebut seorang debitur
melakukan wanprestasi.
55
53
Rachmadi Usman, Op. Cit, Hal. 66.
54
H. Salim HS, Op. Cit, Hal. 95.
55
Qirom S. Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Yogyakarta : Liberty, 1985, Hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
10. Pembatalan perjanjian pada dasarnya adalah suatu keadaan yang membawa
akibat suatu hubungan perikatan itu dianggap tidak pernah ada.
56
11. Pemutusan perjanjian pada dasarnya mengakui keabsahan perikatan yang
bersangkutan serta mengikatnya kewajiban-kewajiban para pihak, namun karena dalam pelaksanaannya bermasalah sehingga mengakibatkan perikatan
tersebut diputus fase pelaksanaan perjanjian.
57
G. Metode Penelitian 1.