Pengaruh Suku Bunga Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri

tersebut Herdiningtyas, 2005:34. Achmad 2013 menemukan variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA bank syariah di Indonesia, sedangkan Yusti 2011 menyebutkan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada bank go publik. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H 4 : BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri

e. Pengaruh Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP Terhadap

Profitabilitas Bank Syariah Mandiri Aktiva bank terdiri dari aktiva produktif Earning Assets dan aktiva nonproduktif Nonearning Assets. Aktiva produktif merupakan aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antara bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontingensi pada transaksi rekening administratif. Aktiva produktif berfungsi untuk memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkan oleh bank. Namun demikian, penempatan dana dalam aktiva produktif juga memiliki resiko, yaitu resiko dana yang disalurkan tidak dapat kembali. Resiko atas penempatan dalam bentuk ini dapat menimbulkan kerugian bank. Bank perlu membentuk cadangan kerugian aktiva produktif, yaitu penyisihan penghapusan aktiva produktif PPAP. Semakin besar tingkat PPAP maka semakin besar pula keuntungan bank tersebut. Yacub Azwir 2006 menyebutkan bahwa PPAP berpengaruh negatif terhadap ROA. Sedangkan Ernawati 2010 menyebutkan bahwa PPAP berpengaruh positif tetapi tidak signifikan baik pada bank go public maupun pada bank non go public. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H 5 : PPAP berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri

f. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri

Suku Bunga Bank indonesia atau BI rate merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh BI sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh Indonesia. Kenaikan BI Rate akan membuat lembaga keuangan atau bank lebih tertarik untuk menaruh dana tabungan nasabah di BI daripada menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Meskipun bunga yang ditetapkan BI lebih kecil dari bunga kredit namun penjaminnya adalah pemerintah. Sehingga resiko kredit macetnya sangat kecil bahkan mendekati nol. Keamanan penyimpanan dana di Bank Indonesia sangat terjamin dan jauh dari resiko kemacetan. Jika dana milik bank umum atau lembaga-lembaga keuangan diendapkan di Bank Indonesia, maka jumlah uang cash yang beredar di masyarakat semakin berkurang dan pada akhirnya menurunkan tingkat inflasi. Oleh karena itu BI merupakan instrumen yang biasanya cukup ampuh untuk menurunkan tingkat inflasi. Semakin besar tingkat suku bunga pinjaman atau simpanan pada BI akan berdampak positif pada profitabilitas Bank. Menurut Dwi 2009 menyatakan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Pengujian secara serentak menunjukkan bahwa antara seluruh variabel independen suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi berpengaruh secara signifikan positif terhadap variabel kinerja keuangan perusahaan ROA. Sedangkan menurut Puspitasari 2009 dan Edhi 2013 menunjukkan variabel Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap Return On Asset ROA. Hal tersebut menunjukkan kenaikan Suku Bunga SBI tidak mempengaruhi besarnya Return On Asset ROA. Sedangkan Novianto 2008 menyebutkan suku bunga mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas bank muamalat. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H 6 : Suku Bunga berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri

g. Pengaruh Inflasi Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri