goreng dan bentonit yang telah terbebas dari minyak dapat digunakan sebagai adsorben kembali atau diolah menjadi aplikasi yang lain. Hal inilah yang
menyebabkan penulis ingin meneliti dengan judul “PENENTUA N β-KAROTEN
DAN MINYAK SAWIT YANG TERIKAT PADA BENTONIT SETELAH DIGUNAKAN SEBAGAI BLEACHING”.
1.2. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa banyak kandungan minyak sawit dan kadar β- karoten dari minyak sawit yang masih terikat
dalam bentonit selama proses blaching CPO.
1.3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi oleh penentuan kandungan minyak sawit dengan dan kadar β-karoten dari minyak sawit yang masih terikat dalam bentonit setelah
melalui proses bleaching CPO. 1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kandungan β-karoten didalam CPO sebelum proses bleaching dengan kandungan β-karoten setelah proses bleaching.
1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan informasi yaitu dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah
minyak dari bentonit yang masih mengandung minyak CPO.
1.6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT. BUMI KARYATAMA RAHARJA. Analisis Spektrofotometri Visible dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa
Sawit Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Minyak Sawit Secara Umum
Minyak atau lemak merupakan perpaduan dari ester-ester asam lemak dan gliserol. Lemak minyak yang di konsumsi edible fat, yang dihasilkan oleh alam yang
dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewani, minyak tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi.
Sebagian besar minyak nabati masih berbentuk cair pada suhu kamar karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu seperti asam oleat, linoleat dan
asam linolenat. Sedangkan minyak hewani pada umumnya banyak mengandung asam lemak jenuh, seperti asam palmitat dan stearat, sehingga terbentuk padat pada suhu
kamar. Dari penjelasan ini jelaslah bahwa titik cair hewani lebih besar dari titik cair minyak nabati.
Tanaman kelapa sawit Elaises Guinensis JAQC adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae, yang merupakan salah satu sumber utama
minyak nabati. Nama genus Elaises berasal dari bahasa Yunani, yaitu elainon atau minyak, sedangkan nama species guinensis berasal dari kata guinea, yaitu tempat
dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.
Kelapa sawit dikenal terdiri dari 4 empat macam tipe atau varietas yaitu tipe macrocarya, dura, tenera dan pisifera. Masing-masing dibedakan berdasarkan tebal
tempurung. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan
curah hujan 2000 mmtahun dan kisaran suhu 22 C sampai 32
C. Pada saat ini dikenal bermacam-macam varietas kelapa sawit yang dibedakan berdasarkan warna kulit dan
bentuk buah. Kulit buah terdiri dari 70 sampai 80 berat buah kelapa sawit dan 45 sampai 50 kulit buah ini adalah minyak. Buah ini meliputi kulit, inti, air dan
Universitas Sumatera Utara
serabut non lemak. Minyak lemak sawit berasal dari serabut pericarp dan minyak inti sawit berasal dari tempurung endocarp. Minyak sawit yang diekstraksi dikenal
dengan Crude Palm Oil CPO. CPO merupakan komoditas yang baik saat ini. Adapun minyak yang dihasilkan dari kelapa sawit terdiri atas :
1. Minyak hasil ekstraksi pericarp serabut Minyak ini dihasilkan dari lapisan serabut atau kulit buah sawit melalui proses
ekstraksi pericarp serabut, dimana akan dihasilkan minyak mentah CPO dengan warna merah kekuning-kuningan oleh adanya zat warna pigmen karotein dan
klorofil dalam jumlah besar dan memiliki bau yang khas. Minyak ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng, sabun dan margarine.
2. Minyak dari inti sawit Minyak ini dihasilkan dari inti buah kelapa sawit, yaitu minyak inti sawit
CPKO yang memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak ini biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan margarin. Fauzi, 2006
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit Nama Asam Lemak Rumus Asam Lemak
Komposisi Laurat
C12:0 0,2
Myristat C14:0
1,1
Palmitat C16:0
44,0
Stearat C18:0
4,5
Oleat C18:1
39,2
Linoleat C18:2
10,1
Lainnya -
0,9
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing- masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,
kesegaran maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh faktor yang dapat langsung dilihat dari sifat
Universitas Sumatera Utara
induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu ada bebrapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan
standar mutu minyak sawit seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit
Karakteristik Minyak sawit
Inti sawit Minyak inti
sawit Keterangan
Asam lemak bebas
Kadar kotoran Kadar zat
menguap Bilangan
peroksida Bilangan iodin
Kadar logam Fe,Cu
Kadar minyak
Lovibond
Kontaminasi 5
0,5 0,5
6 meq
44-58 mgg
10 ppm
3-4 R
- 3,5
0,02 7,5
-
-
-
-
6 3,5
0,02 0,2
2,2 meq
10,5-18,5 mgg
-
-
- Maksimal
Maksimal Maksimal
Maksimal
Maksimal
Maksinal
Universitas Sumatera Utara
Iyung, P, 2008
2.2 Kandungan Kotoran Dalam Minyak Sawit Mentah CPO