Pengertian dan Konsep Dasar Hak Cipta

BAB II PENGATURAN DALAM UNDANG-UNDANG HAK CIPTA IKLAN

DI TV

A. Pengertian dan Konsep Dasar Hak Cipta

Memahami perlindungan hak cipta harus diawali dengan pemahaman terhadap konsepsi dasar hak cipta. Di dalam hak cipta dikenal beberapa pelaku yang disebut dengan pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Sangat jelas pencipta dapat dilakukan terdiri dari perorangan yang bersifat individual atau kelompok yang terdiri dari beberapa orang secara bersama- sama. 18 Pencipta apabila mengekspresikan kreatifitas dan imajinasinya akan melahirkan apa yang disebut dengan Ciptaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No. 16 Tahun 2002, Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Suatu ciptaan yang telah diekspresikan secara nyata akan melahirkan hak cipta. Hak cipta merupakan dasar kepemilikan atas ciptaan yang telah diwujudkan oleh si pencipta. Secara lengkap Pasal 2 ayat 1 UU No. 16 Tahun 2002 menegaskan: Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul 18 Ade Maman Suherman, Op.Cit. hlm 67 Universitas Sumatera Utara secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari penjelasan pasal di atas, maka dapat dipertegas bahwa hak cipta pada hakekatnya merupakan hak ekslusif yang sifatnya monopoli, di mana hak itu didapat secara otomatis tatkala suatu ciptaan dilahirkan. Keberadaan hak cipta pada awalnya sangat dipengaruhi oleh sistem hukum. Melihat pada pernyataan ini, sangat jelas bahwa hak cipta juga sangat dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku di suatu negara. Di sana dikatakan bahwa sistem hukum civil law sangat mengedepankan pada perlindungan hukum atas hak moral dan hak ekonomi, sistem hukum common law mengarah pada perlindungan kepentingan ekonomi si penerbit dan sistem hukum sosialis justru tidak memperhatikan pada hak ekonomi si pengarang, namun semua itu diorientasikan pada kepentingan revolusi. 19 19 Sanusi Bintang, Perlindungan hak cipta, PT Elek Media Komputindo. Jakarta, 1998, hlm 73 Namun demikian, kini hak cipta dikenal juga sebagai hak monopoli. Di dalam hak monopoli ini ada dua hak utama, yakni hak moral dan hak ekonomi. Khusus, dalam hal perolehan hak cipta secara otomatis, nampaknya konsepsi ini menjadi kabur tatkala di dalam UU No. 19 Tahun 2002 juga diatur tentang pendaftaran ciptaan. Kekaburan ini bukan hanya dalam tingkat pemahaman orang awam, namun terkadang para praktisi semisal hakim menangkap bahwa pendaftaran cipta dipahami sebagai wujud perolehan hak cipta. Sederhananya, ketika hakim menghadapi sengketa atau pelanggaran hak cipta hakim selalu tergesa-gesa menyimpulkan bahwa pemegang hak cipta senantiasa diberikan pada si pemegang sertifikat hak cipta yang diperoleh dari pendaftaran ciptaan. Universitas Sumatera Utara Padahal, sangat mungkin walaupun ia memegang sertifikat hak cipta belum tentu ia sebagai pemegang hak cipta yang sesungguhnya. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa pendaftaran ciptaan bukan sebagai pengejawantahan dari perolehan hak cipta, sebab hak cipta sesungguhnya diperoleh secara otomatis di saat ciptaan dilahirkan. Kesimpulan ini dipertegas dengan ketentuan. 20 2. Dilaksanakan di dalam bentuk yang riil dan dapat dibaca. Pasal 35 ayat 4 UU No. 19 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Begitu juga dalam penjelasannya dinyatakan bahwa Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap dilindungi. Di negara-negara yang menganut sistem anglo saxon system, seperti Inggris dan Amerika Serikat suatu hak cipta dapat diperoleh apabila memenuhi dua syarat, yakni: 1. Keaslian original 21 Hal yang dimaksud keaslian original ialah bahwa karya bersangkutan harus merupakan sesuatu yang baru dan nyata perbedaannya dengan karya lainnya. Oleh karena itu, suatu lelucon dan gelar titles tidak dapat dihakciptakan. Misalnya dalam Copyright act of USA Pasal 102 b memuat hal-hal yang tidak dilindungi oleh hak cipta, yaitu; ideas, procedures, proces, system, method of operation, concepts, principles, fact and 20 Ranti Fauza Maulana, Rabu Agustus 2003, Penegakkan Hukum Hak Cipta, www.pikiran rakyat.com. diakseskan hari selasa 17 Desember 2010 21 Frank Jefkins, Op.Cit, hlm 12 Universitas Sumatera Utara news. Ideas atau idegagasan tidak termasuk suatu hal yang dilindungi, namun expression of ideas adalah suatu hal yang mendapatkan perlindungan hukum. 22 Jangka waktu perlindungan hak cipta menurut UU No. 19 Tahun 2002 dibedakan ke dalam beberapa bagian, di mana masing-masing bagian itu jangka waktunya bersifat variatif. Pertama, perlindungan hak cipta diberikan selama hidup pencipta hingga 50 tahun setelah si pencipta meninggal dunia. Untuk perlindungan seperti ini jenis-jenis hak cipta yang dilindungi terdiri dari buku, pamflet, semua karya tulis, drama atau drama musikal, tari koregerafi, segala bentuk seni, lagu atau musik, arsitektur, ceramah, kuliah, pidato, ciptaan sejenis lainnya, alat peraga, peta, terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai. Program komputer sinematografi, fotografi, database, karya hasil pengalihwujudan dilindungi selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan. Ciptaan berupa foklor, hasil kebudayaan rakyat, seperti; cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian kaligrafi dan karya seni lainnya hak ciptanya dilindungi tanpa batas waktu, sedangkan ciptaan yang diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanyapenerbitnya dilindungi selama 50 tahun sejak pertama kali ciptaan itu diketahui umum. 23 Namun demikian, hukum hak cipta Indonesia tidaklah secara absolut menyatakan bahwa setiap perbuatan tersebut dikatagorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Hukum Dengan adanya jangka waktu perlindungan ini, hal ini mengandung arti bahwa karya-karya cipta yang dilindungi tersebut tatkala akan dimanfaatkan seperti; diperbanyak, diadaptasi dan sebagainya dalam tujuan untuk kepentingan komersial apabila hal itu tanpa ada izinlisensi dianggap sebagai suatu pelanggaran hak cipta. 22 Hutagalung, Sophar Maru, Hak Cipta kedudukan dan peranannya di dalam pembangunan, Akademika Pressindo, Jakarta, 2004, hlm 68 23 Ibid, hlm 69 Universitas Sumatera Utara hak cipta Indonesia juga mengenal pengecualian bahwa suatu perbuatan perbanyakan atau pengumuman tidak dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran hukum hak cipta. Pasal 15 UU No. 19 Tahun 2002 menyatakan: Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebut atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta: a. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya; b. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian guna pembelaan di dalam atau di luar pengadilan; c. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian guna keperluan: 1 ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau 2 Pertunjukkan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya. 3 Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dalam huruf braile guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial; 4 Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang non komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya; Universitas Sumatera Utara 5 Perubahan yang dilakukan berdasarkan perimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan; 6 Pembuatan selain cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

B. Hak Cipta UU No. 19 Tahun 1997