Pelaksanaan UU Hak Cipta khususnya yang menyangkut hak cipta iklan di TV

sebagai konsumen ataupun negara sebagai penenima pajak. Delik aduan ini adalah dalam bentuk delik aduan mutlak absolute klachidelict, yakni peristiwa pidana yang hanya dapat dituntut bila ada pengaduan. 51

B. Pelaksanaan UU Hak Cipta khususnya yang menyangkut hak cipta iklan di TV

Berlakunya UU No. 19 Tahun 2002, pelanggaran hak cipta menjadi delik biasa yang dapat diancam pidana bagi siapa saja yang melanggarnya. Adanya perubahan ini sebagai upaya pemerintah mengajak masyarakat untuk menghargai dan menghormati HKI mengingat masalah pelanggaran hak cipta telah menjadi bisnis ilegal yang merugikan para pencipta dan pemasukan pajakdevisa negara di samping masyarakat internasional menuding Indonesia sebagai “surga” bagi para pembajak. Saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang Nomor 19 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang selanjutnya disebut Undang-undang Hak Cipta. Walaupun perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan TRIPs, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tersebut di atas. Dari beberapa konvensi di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang disebut di atas, masih terdapat beberapa ketentuan yang sudah sepatutnya dimanfaatkan. Selain itu, kita perlu menegaskan dan memilah kedudukan Hak Cipta di satu pihak dan Hak Terkait di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan bagi karya intelektual yang bersangkutan secara lebih jelas. 51 Ibid, hlm 68 Universitas Sumatera Utara Dengan memperhatikan hal-hal di atas dipandang perlu untuk mengganti Undang- undang Hak Cipta dengan yang baru. Hal itu disadari karena kekayaan seni dan budaya, serta pengembangan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi economic rights dan hak moral moral rights. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan. 52 Undang-Undang UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta membawa kemajuan baru dalam perlindungan hak tersebut, yang meliputi perlindungan terhadap periklanan di TV. Dalam UU No 19 Tahun 2002 telah diatur perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta atas iklan di TV baik secara perdata maupun secara pidana. Perlindungan hukum dimaksud diberikan kepada pemegang hak cipta musik atau lagu atas perbuatan pihak lain yang dengan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan musik atau lagu. Perbuatan pengumuman ini sendiri adalah pembacaan, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatuciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian sehingga Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar. 52 Hendra Tanu Atmadja, Op.Cit, hlm 49 Universitas Sumatera Utara media internet atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain, Sedangkan perbuatan yang dikategorikan sebagai perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Menurut Undang-undang No. 19, pasal 12 ayat 1 huruf d tahun 2002 tentang ciptaan yang dilindungi menyebutkan bahwa lagu atau musik atau tanpa teks dan pasal 28 ayat 1 bahwa ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi khususnya dibidang cakra, optic optical disk wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Undang-undang No. 19 tahun 2002, tentang hak-hak terkait pasal 49 ayat 1 dan 2. Ayat 1 pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan atau gambar pertunjukan. Ayat 2 produser rekaman suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuan memperbanyak dan atau menyewakan rekaman suara atau rekaman bunyi. Untuk memberikan perlindungan terhadap pemegang hak cipta sesuai dengan undang-undang, maka setiap penerima lisensi user diwajibkan membayar royalti, hanya saja besarnya yang perlu disepakati lahirnya Undang–undang Hak Cipta dilatar belakangi keinginan untuk menciptakan iklim yang mampu merangsang kegairahan untuk menciptakan karya–karya cipta, yakni dengan adanya pengakuan terhadap hak dan pemberian sistem perlindungan hukum yang sesuai dengan keadaan masyarakat sehingga dapat menumbuhkan karya-karya di bidang Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Sastra. Universitas Sumatera Utara Hak Cipta adalah Hak Eklusif bagi pencipta atau penerima Hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau untuk memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku3. Di dalam pasal 12 Undang-undang No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, disebutkan bahwa ciptaan yang di lindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra diantaranya mencakup alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, bentuk perlindungan Hak Cipta alat peraga didalam pasal 12 Undang-undang No 19 tahun 2002 ayat 1 di jelaskan bahwa dalam Undangundang ini, Karya Cipta yang di lindungi mencakup beberapa bidang diantaranya dalam bidang ilmu pengetahuan, Seni, dan Sastra. Yang dimaksud dengan Alat Peraga dalam pasal 12 ayat 1 c Undangundang No 19 tahun 2002 adalah ciptaan berbentuk dua atau tiga dimensi yang berkaitan dengan Geografi, Arsitektur, topografi, Biologi atau Ilmu pengetahuan lain, yang di maksud pengetahuan lain dalam hal ini adalah pengetahuan tentang permainan Edukatif yaitu sarana untuk menunjang siswa dalam bidang pendidikan atau pengajaran Edukatif. 53 Pelaksanaan adanya peraturan-peraturan yang telah mengatur secara lengkap dan tegas, namun hal ini tidak dapat dijadikan sebagai jaminan atas tidak terjadinya pelanggaran-pelanggaran, hal ini terlihat dengan masih maraknya barang-barang palsu yang beredar banyak di pasaran. Padahal hal ini jelasjelas diketahui pemerintah. 54 53 Hutagalung, Sophar Maru, Op.Cit, hlm 116 54 Ibid, hlm 117 Hal ini menyatakan bahwa penghargaan atas kekayaan intelektual di Indonesia masih sangat rendah dengan tidak adanya tindakan nyata dari pemerintah atas pelanggaran yang terjadi Universitas Sumatera Utara dan kesadaran hukum masyarakat yang masih sangat rendah oleh karena itu penerapan UU No. 19 tahun 2002 perlu ditekankan lagi.

C. Dasar Hukum Hak Cipta iklan di TV