Barang Rampasan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Kejaksaan (Studi Pada Kpknl Medan)

pemalsuan uang sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 250 bis KUHP yang mengatur tentang tindak pidana pemalsuan uang. 75 Dengan demikian dari uraian di atas, barang sitaan yang dijadikan barang bukti dalam suatu perkara pidana dapat dijual lelang sebelum ataupun sesudah adanya putusan pengadilan terhadap perkara tersebut, apabila barang sitaan sebagai barang bukti itu merupakan barang yang bersifat cepat rusak atau busuk atau memerlukan biaya penyimpanan yang tinggi, dan uang hasil lelang digunakan sebagai pengganti barang bukti dalam perkara pidana tersebut.

3. Barang Rampasan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa barang temuan atau barang sitaan sebagai barang bukti dalam perkara pidana tersebut dapat menjadi barang rampasan, yang selanjutnya dilaksanakan lelang eksekusi terhadap barang rampasan tersebut. Berdasarkan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP- 089J.A81988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan, dinyatakan barang rampasan adalah barang bukti yang berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dinyatakan dirampas untuk Negara Pasal 1. Penyelesaian barang rampasan dilakukan dengan cara dijual lelang melalui Kantor Lelang Negara atau dipergunakan bagi kepentingan Negara, kepentingan sosial atau dimusnahkan 75 Hasil wawancara dengan Satia Tambunan, S.H., selaku Kasubag BIN Kejaksaan Negeri Medan, tanggal 29 Pebruari 2008 di Medan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 atau dirusak sampai tidak dapat dipergunakan lagi Pasal 3. Tenggang waktu untuk menyelesaikan barang rampasan selambat-lambatnya 4 empat bulan setelah putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap Pasal 4. Barang rampasan yang telah diputus oleh Pengadilan dilimpahkan penanganannya kepada Bidang yang berwenang menyelesaikan barang rampasan sesegera mungkin setelah keputusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, dengan menyertakan salinan vonnis atau extract vonnis dan pendapat hukum. Setelah menerima barang rampasan, bidang yang berwenang menyelesaikan barang rampasan mengajukan permohonan kepada Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Kejaksaan Tinggi atau Jaksa Agung Muda yang berwenang menyelesaikan barang rampasan. 76 Setiap barang rampasan yang akan dijual lelang oleh Kejaksaan terlebih dahulu mendapat izin dari Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Kejaksaan Tinggi atau Jaksa Agung Muda yang berwenang menyelesaikan barang rampasan, menurut harga dan barang rampasan yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang. 77 Barang rampasan yang termasuk dalam satu putusan Pengadilan tidak diperkenankan dijual lelang secara terpisah-pisah kecuali dalam keadaan yang mendesak, dan harus mendapat izin untuk menjual lelang barang rampasan yang 76 Lihat, Pasal 5 Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-089J.A81988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan. 77 Lihat, Pasal 6 Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-089J.A81988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 dipisah-pisahkan oleh Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Kejaksaan Tinggi atau Jaksa Agung Muda yang berwenang menyelesaikan barang rampasan. Adapun barang rampasan suatu putusan Pengadilan yang tidak diperkenankan dijual lelang secara terpisah kecuali dalam keadaan yang mendesak, yaitu: 78 a. Barang sengketa dalam perkara perdata, yaitu apabila dalam satu Putusan Pengadilan terdapat barang rampasan yang terkait dalam perkara perdata, sambil menunggu Putusan perdatanya dapat diajukan permohonan izin untuk dijual lelang. b. Barang yang dituntut oleh pihak ketiga, yaitu apabila dalam satu Putusan Pengadilan terdapat barang rampasan yang dituntut oleh pihak ketiga yang beritikad baik, sambil menunggu penyelesaian tuntutan tersebut barang-barang rampasan lainnya dapat diajukan permohonan izin untuk dijual lelang. c. Barang yang akan diajukan bagi kepentingan Negara atau Sosial, yaitu: 1 Barang rampasan yang sebelumnya telah diagunkan kepada salah satu Bank. Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Instruksi Mahkamah Agung R.I. Nomor 011971 dan Surat Edaran Mahkamah Agung R.I. Nomor 3 Tahun 1983 yang antara lain berbunyi: “Barang-barang bukti yang disita dari Bank atau yang menurut hukum yang paling berhak adalah Bank, supaya dikembalikan kepada Bank, kecuali Undang-Undang menentukan lain”. 78 Lihat Pasal 7 Keputusan Jaksa Agung R.I. Nomor: KEP-089J.A1988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan, dan lihat juga Bagian II Izin Lelang dan Pendapat Umum angka 9 Surat Edaran Nomor: SE-03BB.51988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Sesuai dengan ketentuan tersebut terhadap barang-barang rampasan yang sebelumnya telah diagunkan pada bank dapat diajukan permohonan bagi kepentingan Bank yang bersangkutan ke Kejaksaan Agung R.I. Permohonan dari Bank yang bersangkutan dilampiri dengan bukti akad kredit dan bukti- bukti agunan. 2 Barang-barang rampasan yang akan diajukan permohonan bagi kepentingan Negara atau Sosial oleh Badan Badan Instansi Pemerintah. Permohonan izin bagi kepentingan Negara atau Sosial diajukan bersamaan waktunya dengan permohonan izin untuk menjual lelang barang rampasan lainnya. d. Barang-barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Keputusan Jaksa Agung R.I. Nomor: KEP-089J.A1988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan, yaitu: apabila dalam satu Putusan Pengadilan terdapat diantaranya barang-barang rampasan berupa Narkotika dan atau Elektronika yang dilarang untuk diimport, yaitu semua jenis pesawat penerima siaran radio dan televisi dalam keadaan terpasang, bawang putih, buah-buahan segar, makanan dalam kaleng, kertas koran dan lain-lain yang berasal dari perkara penyelundupan, penyelesaiannya tidak dijual lelang dan barang-barang tersebut supaya dilaporkan ke Kejaksaan Agung R.I untuk ditentukan lebih lanjut. e. Barang akan diajukan untuk dimusnahkan, yaitu apabila dalam satu Putusan Pengadilan terdapat barang rampasan yang akan diajukan untuk dimusnahkan, permohonan izin pemusnahan diajukan ke Kejaksaan Agung R.I. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 f. Barang rampasan yang berada di luar daerah hukum Kejaksaan yang bersangkutan, yaitu apabila Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, Cabang Kejaksaan Negeri mempunyai barang rampasan yang berada di luar daerah hukumnya, maka permohonan izin lelang terhadap barang rampasan lainnya yang berada di wilayah hukum Kejaksaan tersebut supaya didahulukan. Kecuali apabila Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, Cabang Kejaksaan Negeri yang bersangkutan akan melelang barang-barang rampasan tersebut secara bersama-sama. Jadi, terhadap barang rampasan yang termasuk dalam satu Putusan Pengadilan pada prinsipnya tidak diperkenankan dijual lelang secara terpisah-pisah, kecuali dalam keadaan mendesak. Namun, sebaliknya barang rampasan dalam beberapa putusan Pengadilan dapat dijual lelang secara bersama-sama. 79 Menurut keterangan dari hasil wawancara dengan responden, bahwa penjualan lelang barang-barang rampasan dapat digabungkan dari beberapa Putusan apabila penggabungan tersebut akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada penjualan dilakukan berdasarkan satu Putusan Pengadilan saja atau jika barang- barang tersebut seandainya dilelang berdasarkan satu Putusan Pengadilan saja, tidak mungkin ada pembelinya karena barang-barang tersebut terlalu sedikit. 80 79 Lihat, Pasal 7 ayat 3 Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP- 089J.A81988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan. 80 Hasil wawancara dengan Sri Hartati, S.H., selaku Kaur Keuangan Kejaksaan Negeri Medan, tanggal 29 Pebruari 2008 di Medan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Barang rampasan yang telah diterbitkan Keputusan Izin Lelang barang rampasan, segera dilaksanakan pelelangannya dengan perantaraan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL. Menurut Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-089J.A81988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan, maka terhadap barang-barang rampasan dengan harga tertentu yang ditetapkan Instansi yang berwenang dapat dijual tanpa melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL Pasal 9. Dengan telah dilaksanakan lelang barang rampasan, maka hasil penjualan lelang barang rampasan segera disetor ke Kas Negara dan Pelaksanaan penjualan lelang barang rampasan segera dilaporkan kepada Jaksa Agung Muda yang berwenang menyelesaikan barang rampasan Pasal 10. Selanjutnya tenggang waktu untuk menyelesaikan barang rampasan menurut Pasal 273 ayat 3 dan ayat 4 KUHAP dibatasi selambat-lambatnya dalam masa 4 empat bulan semenjak Putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Tenggang waktu tersebut mengikat dan merupakan kewajiban bagi Kejaksaan untuk mentaatinya. Penyelesaian barang rampasan pada umumnya diselesaikan dengan cara dijual lelang melalui KPKNL, kecuali untuk barang-barang rampasan tertentu Jaksa Agung dapat menetapkan lain yaitu digunakan bagi kepentingan Negara, kepentingan sosial atau dimusnahkan. Terutama terhadap barang-barang rampasan dalam perkara penyelundupan yang dilarang untuk import dan dilarang untuk diedarkan, Jaksa Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Agung dapat menetapkan untuk digunakan bagi kepentingan Negara atau sosial atau untuk dimusnahkan. Tindakan ini perlu diambil untuk mengamankan dan atau melindungi barang-barang yang telah dapat diproduksi di dalam Negeri. Setiap satuan barang rampasan dari suatu perkara yang putusan Pengadilannya telah memperoleh kekuatan hukum tetap dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah putusan tersebut diterima sudah harus dilimpahkan penangannya oleh Bidang yang menangani sebelum menjadi barang rampasan kepada Bidang yang berwenang menyelesaikannya dengan melampirkan salinan vonnis atau extract vonnis, dan pendapat hukum. Pelimapahan harus dilakukan dengan suatu Berita Acara. 81 Untuk dipergunakan bagi kepentingan Negara atau sosial atau pemusnahan barang-barang rampasan terutama yang berasal dari perkara penyelundupan dan pelanggaran wilayah perairan R.I dapat digunakan sebagai dasar Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1970 tentang Penjual dan atau Pemindahtanganan barang-barang yang dimiliki atau dikuasai Negara, dalam rangka pengajuan premiganjaran. Sedangkan untuk dipergunakan bagi kepentingan Negara atau sosial atau pemusnahan barang rampasan yang berasal dari perkara lainnya dapat digunakan sebagai dasar Peraturan Pemerintah Nomor 81 Penjelasan Umum angka 3 Surat Edaran Nomor: SE-03BB.581988 tentang Penyelesaian Barang Rampasan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 11 Tahun 1947 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1948. Jadi, dari uraian di atas, barang-barang rampasan dapat dijual lelang, yang terlebih dahulu dilakukan permohonan izin penjualan lelang barang rampasan yang diajukan kepada: a. Kepala Kejaksaan Negeri oleh Bagian yang berwenang menyelesaikan barang rampasan atau Kepala Cabang Kejaksaan Negeri. b. Kepala Kejaksaan Tinggi oleh Asisten Bidang yang berwenang menyelesaikan barang-barang rampasan atau Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Cabang Kejaksaan Negeri. c. Jaksa Agung Muda yang berwenang menyelesaikan barang rampasan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi atau Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Cabang Kejaksaan Negeri. Permohonan izin untuk menjual barang rampasan dilampirkan dokumen atau surat-surat sebagai berikut: a. Turunan Putusan Pengadilan atau extract vonnisnya yang membuktikan bahwa barang bukti dimaksud telah dinyatakan dirampas untuk Negara. b. Pertelaan yang jelas dari barang-barang yang akan dilelang tersebut macamnya, jenisnya, jumlahnya, karat-karatnya, berat dan sebagainya dalam satu daftar. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 c. Kondisi dari barang rampasan oleh instansi yang ada kaitannya dengan barang rampasan tersebut, setelah dilakukan penelitian di tempat. d. Perkiraan harga dasar yang wajar dari instansi berwenang yang didasarkan pada kondisi barang rampasan tersebut. Dengan kata lain, barang-barang rampasan dapat dijual lelang, jika putusan pengadilan mengenai barang rampasan tersebut sudah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan barang rampasan tersebut tidak dijadikan bukti atau tidak akan dijadikan bukti dalam perkara perdata atau dituntut oleh pihak ketiga. Dengan demikian dari uraian di atas, maka eksekusi Kejaksaan yang dapat mengakibatkan lelang adalah merupakan barang bukti dalam perkara pidana, yang merupakan barang temuan, sitaan dan rampasan. Barang temuan, sitaan dan rampasan yang dieksekusi lelang Kejaksaan tersebut dapat berasal dari instansi-instansi terkait lainnya, misalnya instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC ataupun dari PT. Perhutani. Lelang barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC dapat diadakan terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara. DJBC telah mengelompokkan barang menjadi tiga, yaitu barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Lelang barang tak bertuan dimaksudkan untuk menyebut lelang yang dilakukan terhadap barang Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 yang dalam jangka waktu yang ditentukan tidak dibayar bea masuknya, sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 36KMK.012002 tanggal 12 Februari 2002 tentang Jasa Pra Lelang Dalam Lelang Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang Yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara Pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 1. Barang yang dinyatakan tidak dikuasai, adalah: a. Barang yang tidak dikeluarkan dari tempat penimbunan sementara yang berada di dalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 tigapuluh hari sejak penimbunannya; b. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di luar area pelabuhan dalam jangka waktu 60 enam puluh hari sejak penimbunannya; c. Barang yang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang telah dicabat izinnya dalam jangka waktu 30 tiga puuluh hari sejak pencabutan ijin, atau; d. Barang yang dikirim melalui pos; 1 yang ditolak si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean. 2 dengan tujuan luar daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju, tidak Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 tigapuluh hari sejak diterimanya pemberitahuan dari kantor pos. 2. Barang yang dikuasai Negara adalah: a. Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam Pemberitahuan Pabean; b. Barang dan atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai, atau; c. Barang dan atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh Pemilik yang tidak dikenal. 3. Barang yang jadi milik Negara adalah: a. Barang yang dinyatakan tidak dikuasai yang merupakan barang yang dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Barang yang dinyatakan tidak dikuasai yang merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang tidak diselesaikan pemiliknya dalam jangka waktu 60 enam puluh hari terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean; c. Barang atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidanan yang pelakunya tidak dikenal; Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 d. Barang dan atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 tigapuluh hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean; e. Barang yang dikuasai Negara yang merupakan barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor atau f. Barang dan atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan dirampas untuk Negara. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.48Menhut-II2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan Hasil Hutan Temuan, Sitaan dan Rampasan, dinyatakan: 82 1. Hasil Hutan Temuan adalah hasil hutan yang berdasarkan pemeriksaan ditemukan di dalam dan atau di luar hutan yang tidak diketahui identitas yang memiliki atau yang menguasai atau yang mengangkut, baik nama maupun alamatnya; 2. Hasil Hutan Sitaan adalah hasil hutan yang disita berdasarkan hukum acara pidana sebagai barang bukti dalam perkara pidana; 82 Lihat, Pasal 1 angka 1, 2, dan 3 Keputusan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.48Menhut-II2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan Hasil Hutan Temuan, Sitaan dan Rampasan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 3. Hasil Hutan Rampasan adalah hasil hutan yang dirampas untuk Negara berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pelelangan hasil hutan temuan, sitaan dan rampasan dimaksudkan untuk mengamankan barang bukti dan menjaga hak-hak negara dari kerugian akibat pencurian, kerusakan, penyusutan dan penurunan kualitas karena penyimpanan dalam waktu yang lama. Obyek Lelang meliputi hasil hutan kayu dan bukan kayu hasil dari temuan, sitaan dan rampasan. Hasil hutan temuan, sitaan dan atau rampasan yang tidak dapat dilelang meliputi satwa dan atau tumbuhan liar dan hasil hutan yang berasal dari Hutan Konservasi dan atau hasil hutan kayu yang berasal dari Hutan Lindung. 83 Pemohon Lelang untuk obyek lelang hasil hutan temuan adalah Kepala Instansi yang menangani bidang Kehutanan setempat. Pemohon Lelang untuk obyek lelang hasil hutan sitaan adalah Penyidik apabila kasus dalam proses penyidikan atau Penuntut Umum apabila berkas penyidikan telah berada di Penuntut Umum. Pemohon Lelang untuk obyek lelang hasil hutan rampasan adalah Kepala Kejaksaan Negeri setempat. 84 83 Lihat, Pasal 2 dan Pasal 3 Keputusan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.48Menhut- II2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan Hasil Hutan Temuan, Sitaan dan Rampasan. 84 Lihat, Pasal 7 Keputusan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.48Menhut-II2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan Hasil Hutan Temuan, Sitaan dan Rampasan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Pemohon Lelang sebagaimana dimaksud, mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara KP2LN sebagaimana telah diubah dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL setempat untuk dilaksanakan pelelangan. Pelelangan hasil hutan temuan dilakukan oleh Kepala Instansi yang menangani bidang kehutanan setempat. Sedangkan untuk pelelangan hasil hutan sitaan, dilakukan sebagai berikut : 85 a. Jika perkara berada pada tingkat penyidikan atau penuntutan, hasil hutan tersebut dijual lelang oleh Penyidik atau Penuntut Umum dengan persetujuan dan disaksikan oleh pihak tersangka atau kuasa hukumnya; b. Dalam hal persetujuan dan kesaksian pihak tersangka atau kuasa hukumnya sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dapat dilaksanakan, maka proses lelang tetap dilaksanakan; c. Jika perkara berada pada tingkat pengadilan, hasil hutan tersebut dijual lelang oleh Penuntut Umum atas izin hakim yang menyidangkan perkaranya dan disaksikan pihak terdakwa atau kuasa hukumnya; d. Jika perkara telah diputus oleh pengadilan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap serta dinyatakan hasil hutan dirampas untuk Negara, maka hasil hutan dijual lelang oleh Jaksa pelaksana putusan. 85 Lihat, Pasal 6 Keputusan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.48Menhut-II2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan Hasil Hutan Temuan, Sitaan dan Rampasan. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Dengan demikian diperoleh pemahaman bahwa eksekusi Kejaksaan yang menyebabkan lelang adalah berupa barang temuan dan sitaan, rampasan Kejaksaan yang berasal dari suatu barang bukti dalam perkara pidana. Eksekusi lelang Kejaksaan tersebut dapat merupakan barang bukti yang berasal dari penyidik maupun instansi-instansi lain di antaranya Direktorat Bea dan Cukai DJBC atau PT. Perhutani. Penyetoran hasil lelang eksekusi Kejaksaan, khususnya untuk barang bukti yang sudah mempunyai kekuatan hukum dinyatakan sebagai barang rampasan maka hasil lelang disetorkan ke Kas Negara dalam rangka Pendapat Negara Bukan Pajak PNBP. Sedangkan untuk barang sitaan yang dijadikan barang bukti dalam suatu perkara pidana dapat dijual lelang sebelum ataupun sesudah adanya putusan pengadilan terhadap perkara tersebut, apabila barang sitaan sebagai barang bukti itu merupakan barang yang bersifat cepat rusak atau busuk atau memerlukan biaya penyimpanan yang tinggi maka uang hasil lelang digunakan sebagai pengganti barang bukti dalam perkara pidana tersebut. Barang sitaan baik yang belum dilelang maupun sudah lelang uang pengganti barang bukti dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dari siapa benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi, perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan tindak pidana, serta perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 perkara tersebut ditutup demi hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dari suatu tindak pidana atau yang dipergunakan untuk melakukan suatu tindak pidana. Kemudian, dapat saja barang sitaan dari suatu perkara pidana yang sudah diputus tidak dikembalikan, jika menurut putusan hakim benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi, atau karena barang sitaan itu masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara lain. Contoh kasus barang sitaan, temuan dan rampasan pada Kejaksaan Negeri Medan adalah sebagai berikut: 1. Putusan Nomor: 1625Pid.B2004PN.Mdn tentang Memerintahkan agar barang berupa Ganja seberat 48,8 kg dirampas untuk dimusnahkan, sedangkan mobil kijang Bk.1215 IJ dan dua buah Handphone dirampas untuk Negara. 2. Putusan Nomor: 1521Pid.B2005PN-Mdn tentang Memerintahkan Barang Bukti berupa 5650 lima ribu enam ratus lima puluh zak pupuk UREA dirampas untuk negara. 3. Putusan Nomor: 4618Pid.B2006PN.Mdn. tentang Memerintah barang bukti: 1 lembar rangkap 2 SKSHH No.seri DF.00027546 tanggal 4 Juli 2006, 1 lembar rangkap 2 DHH-KO No.030 tanggal 4 Juli 2006, dirampas untuk dimusnahkan, 1 lembar SIM B II Umum dan 1 lembar KTP. No.04.08.05.507.14.06.G, dikembalikan kepada yang berhak, kayu olahan hutan sejumlah 2.029 keping atau 42.0946 M3 dan mobil truk tronton B.9588 HZ, 1 lembar fotocopy STNK No.0102707 dirampas untuk negara. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Selanjutnya, bentuk permohonan Jaksa Penuntut Umum kepada Pengadilan Negeri untuk memberi izin kepada Tim Jaksa Penuntut Umum untuk melakukan lelang terhadap barang bukti dapat dilihat pada Penetapan No.3672PidB2006PN.Mdn, sebagai berikut: Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara nomor: 3672PidB2006PN.Mdn, dalam perkara terdakwa CHRISTIAN alian BIBI; Telah membaca Surat Permohonan dari Jaksa Penuntut Umum. REHULINA PURBA, SH Jaksa Utama Pratama Nip. 2300018643 pada Kejaksaan Negeri Medan, tertanggal Desember 2006 dimana tim Jaksa Penuntut Umum telah memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar memberikan izin kepada Tim Jaksa Penuntut Umum untuk melakukan lelang terhadap barang bukti dalam perkara ini berupa: a. 1600 seribu enam ratus karton kratindeng kaleng; b. 400 empat ratus karton milo kaleng dan; c. 100 seratus karton nescafe kaleng; Permohonan tersebut diajukan Jaksa Penuntut Umum dengan pertimbangan hukum sebagai berikut: 1. Biaya penyimpanan relatif tinggi, karena disimpan di gudang swasta karena Rubasan tidak memungkinkan untuk menyimpan barang tersebut; 2. Barang bukti tidak memungkinkan untuk menyimpan barang tersebut; 3. Mengingat ketentuan Pasal 45 ayat 1 huruf b, apabila perkara sudah ada di tangan Pengadilan, maka benda tersebut dapat diamankan atau dijual lelang oleh Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Penuntut Umum atas izin Hakim yang menyidangkan perkaranya dan disaksikan oleh Terdakwa dan Kuasanya; 4. Surat dari Kepala Kejaksaan Negeri Medan No.B.1222N.2.10-4Fpe.1122006; Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 45 ayat 1 KUHP dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau yang membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan Pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap, atau jika biaya penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu tinggi, maka benda tersebut dapat dijual lelang oleh Penuntut Umum atas Izin Hakim yang menyidangkan perkaranya dan disaksikan oleh Terdakwa atau Kuasanya; Menimbang, bahwa setelah Majelis mengadakan pemeriksaan tempat pada tanggal 10 Januari 2007 ternyata benda sitaan tersebut disimpan di gudang swasta dengan menyewa, benda sitaan terdiri dari benda yang dapat lekas rusak dan sudah akan habis batas masa daluarsanya sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka permohonan izin Jaksa Penuntut Umum untuk melakukan pelelangan terhadap benda sitaan tersebut cukup beralasan hukum untuk dikabulkan, sepanjang benda-benda sitaan tersebut belum lewat daluarsanya; Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 45 ayat 2 KUHAP, hasil pelelangan benda yang bersangkutan berupa uang dipakai sebagai barang bukti; Mengingat, selain Pasal 45 ayat 1 KUHAP juga pasal-pasal lain dari UU yang bersangkutan; Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Selanjutnya Hakim menetapkan: a. Mengabulkan permohonan Jaksa Penuntut Umum tersebut; b. Memberikan izin kepada Jaksa Penuntut Umum untuk melakukan Pelelangan terhadap barang bukti berupa: 1 1600 seribu enam ratus kantong Kratiengdaeng kaleng; 2 400 empat ratus karton Milo kaleng; 3 100 seratus karton Nescafe kaleng; Sepanjang belum lewat masa daluarsanya barang-barang bukti tersebut; c. Memerintahkan, hasil pelelangan benda atau barang bukti yang bersangkutan, yang berupa uang dipakai sebagai barang bukti. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB IV HAMBATAN YANG DITEMUI DAN UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK

MENGATASI HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI KEJAKSAAN PADA KPKNL MEDAN

A. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN dan Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN adalah instansi vertikal Departemen Keuangan. Instansi vertikal Departemen Keuangan merupakan penyelenggara tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di daerahwilayah. Instansi vertikal departemen keuangan dapat berupa Kantor Wilayah Departemen atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal. Pembentukan dan susunan organisasi, formasi dan tatalaksana instansi vertikal di lingkungan departemen keuangan ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan. 86 Instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN terdiri dari: 1 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, dan 2 Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, sebagai Kantor Operasional Kantor Wilayah. 86 Sebelum dikeluarkannya Peraturan Presiden tersebut, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN dikenal dengan nama Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara DJPLN. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal dilingkungan Departemen Keuangan adalah : a. Direktorat Jenderal Pajak, b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, c. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, d. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan mempunyai sifat holding company type department, maka masing-masing Direktorat Jenderal mempunyai struktur organisasi vertikal yang berbeda-beda. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 Gambar 1 Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN Sumber: Lampiran, Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan. Kantor Wilayah DJKN berjumlah 17 tujuh belas Kantor Wilayah di seluruh Indonesia, yaitu: Kantor Wilayah I Banda Aceh, Kantor Wilayah II Medan, Kantor Wilayah III Pekanbaru, Kantor Wilayah IV Palembang, Kantor Wilayah V Bandar Lampung, Kantor Wilayah VI Serang, Kantor Wilayah VII Jakarta, Kantor Wilayah VIII Bandung, Kantor Wilayah IX Semarang, Kantor Wilayah X Surabaya, Kantor Wilayah XI Pontianak, Kantor Wilayah XII Banjarmasin, Kantor Wilayah XIII Samarinda, Kantor Wilayah XIV Denpasar, Kantor Wilayah XV Makassar, Kantor Wilayah XVI Manado, dan Kantor Wilayah XVII Jayapura. Lamria Sianturi : Pelaksanaan Lelang Ekseskusi Kejaksaan Studi Pada KPKNL Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

1. Kantor Wilayah II DJKN Medan