Pelaksanaan Eksekusi terhadap Barang Jaminan Tidak bergerak yang dibeli berdasarkan Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan

(1)

PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP BARANG JAMINAN

TIDAK BERGERAK YANG DIBELI BERDASARKAN LELANG

PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA

DAN LELANG (KPKNL) MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ELMAN SIMANGUNSONG 097005048/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(LEMBAR PENGESAHAN)

NAMA : ELMAN SIMANGUNSONG

NIM : 097004050

PROGRAM STUDI : MAGISTER HUKUM

JUDUL TESIS : PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP BARANG JAMINAN TIDAK BERGERAK YANG DIBELI BERDASARKAN LELANG PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MEDAN

MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING

K e t u a

Prof. Dr.Bismar Nasution, S.H., M.H

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.

Anggota Anggota

Dr.Mahmul Siregar, S.H, M.Hum.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Dekan Fakultas Hukum


(3)

Telah diuji pada

Tanggal 10 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI .

Ketua 1. Prof. DR.BISMAR NASUTION, S.H., M.H 2. Prof. DR. SUNARMI, S.H., M.Hum.

3. DR.MAHMUL SIREGAR, S.H, M.Hum. 4. DR.T.KEIZERINA DEVI AZWAR, SH,CN.Mhum 5. DR.UTARY MAHARANY,SH,M.Hum.


(4)

ABSTRAK

Prinsip Undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa ciri khas Hak Tanggungan adalah kuat, mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji.

Pelaksanaan Lelang Eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak dilaksanakan berdasarkan Parate Eksekusi dan atau Title Eksekutorial berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf a dan b jo Pasal 6 beserta penjelasan jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26 Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, merupakan pelaksanaan title eksekutorial dari Sertifikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” yang mempunyai kekuatan sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dimana obyek barang jaminan dijual melalui pelelangan umum menurut Vendu reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56 jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ( KPKNL).

Metode yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah yuridis normative, yang disebut dengan penelitian doctrinal (Doktrinal Research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis dalam buku (Law as it written in the book ), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan ( Law it is decided by the judge through Judical Process). Maka pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan semua gejala dan fakta dan menganalisa permasalahan yang ada. Metode penelitian hukum dalam penyusunan tesis ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat kualitatif dengan memperhatikan kualitas data yang diperoleh, dilihat dari pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris bertitik tolak dari permasalahan dengan melihat kenyataan dilapangan dan mengaitkannya dengan perundang-undangan yang berlaku.

Dari hasil penelitian penulis mengenai Pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan Parate Eksekusi di Kantor Kekayaan Negara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2010, dari Sepuluh Bank Swasta sebagai Pemohon lelang dengan 253 objek lelang , maka yang behasil terjual hanya 46 objek atau 49 objek atau 18 persen objek lelang dan dari Permohonan lima Bank BUMN dan satu Bank BUMD sebagai Pemohon lelang dengan 424 objek lelang , maka yang behasil terjual hanya 11,5 persen objek lelang, artinya membuktikan bahwa lelang eksekusi tersebut tidak mudah dan tidak sederhana bahkan kerap tidak ada kepastian hukum, selain panjangnya prosedur yang ditempuh juga karena adanya hambatan – hambatan yaitu


(5)

adanya gugatan perbuatan melanggar hukum dan atau perlawanan dari debitur atau pihak ketiga terhadap lelang eksekusi barang jaminan dan maupun terhadap pengosongan barang jaminan tersebut.

Melalui penelitian ini disarankan untuk menjamin Kepastian Hukum Pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang Jaminan dan Perlindungan Hukum bagi Pemenang Lelang Eksekusi Barang Jaminan yang dibeli berdasarkan lelang maka saatnya menjadi pedoman atau diundangkan Rumusan Evaluasi Hasil Rakernas Mahkamah Agung RI di Makassar tanggal 2 sampai dengan 6 September 2007 Bidang Perdata yang merumuskan bahwa walaupun Pasal 200 ayat (11) HIR / 218 (2) RBg apabila ditafsirkan secara sistematis berkaitan dengan eksekusi putusan pengadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 195 dst., maka terhadap eksekusi hak tanggungan apabila barang yang telah di lelang itu tidak dengan sukarela diserahkan maka pihak pemenang lelang dapat mengajukan permohonan pengosongan berdasarkan Pasal 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Disarankan juga saatnya Undang-undang Hak Tanggungan nomor 4 tahun tahun 1996 direvisi dan disempurnakan dengan membuat ketentuan hukum acara tersendiri tentang ketentuan perlawanan debitur/pihak ketiga dengan hukum acara cepat dengan tenggang waktu tertentu dan setiap putusan pengadilan tingkat pertama dimaksud tidak ada upaya banding tapi langsung kasasi dengan maksud agar tenggang waktu dapat lebih pendek untuk mendapat putusan yang berkekutan tetap.


(6)

ABSTRACT

Principles of the Law of the Republic of Indonesia Act No. 4 of 1996 regarding Mortgage stated that the hallmark of Mortgage is a powerful, easy, and certainly in the implementation of its execution, if the debtors default.

Implementation of the Auction execution against immovable collateral held by Parate Executions and or Title Eksekutorial pursuant to Article 20 Paragraph (1) letters a and b in conjunction with Article 6 and explanation jo Article 11 jo of Article 14 and Article 26 of Law Mortgage conjunction with Article 224 HIR or 258 RBG, an implementation of the Certificate of Mortgage Title Eksekutorial containing Irah -Irah "FOR THE SAKE OF JUSTICE UNDER THE ONE ALMIGHTY GOD" who has the same power with the decision of the judges who already have permanent legal force where the object of the collateral is sold through public auction by Vendu Reglement Stbl.1908 No. 189 and No. 190 Stbl.1908 Vendu instruct. Amended by Regulation jo Stbl 1940 56 Minister of Finance No. 93/PMK.06/2010 dated 23th April 2010 on Guidelines for the Implementation Regulation of the Minister of Finance in conjunction Auction Number 102/PMK.01/2008 About the Organization and Administration of the Directorate General of Intellectual Vertical Institutions State Office of State Property and Auction (KPKNL).

The method used in the writing of this thesis is a normative juridical, who called doctrinal studies (Doctrinal Research), which is a study that analyzed the law both written in the book (Law as it written in the book), and the law decided by judges through the process court (Law it is decided by the judge through Judical Process). Then the approach taken by the approach of legislation (the Statute approach) and conceptual approaches (conceptual approach). Judging from the nature of this research is descriptive analytical, ie to describe all the symptoms and facts and analyze the existing problems. Legal research methods in the preparation of this thesis are done with a qualitative approach with attention to the quality of the data obtained, judging from this research approach using empirical juridical approach starts from the problem by looking at the reality of the field and relate it to the laws and regulations.

From the results of the study authors on the Implementation of the Auction Parate Execution Execution based on the Office of the State Property Office and the State Property Auction (KPKNL) Medan in the period January to December 2010, of Ten Private Bank as Applicant auction to auction 253 objects, then successfully sold only 46 objects or 18 percent of the Application object and the auction of five state-owned bank and one bank-state-owned companies as Applicant auction with 424 objects,


(7)

it is sold only 49 objects or 11.5 percent of the auction object, means execution proves that the auction is not easy and not simple even often there is no certainty law, in addition to the length of the procedure adopted is also due to the existence of barriers that the lawsuit against the law and or resistance from the debtor or a third party against collateral and execution of auctions and to the emptying of the collateral.

Through this research is recommended to ensure the implementation of Legal Certainty Auction Goods Execution Guarantee and Legal Protection for Auction Winner Execution Guarantee Goods are purchased by auction then it is time to be guidelines or a formula enacted Conggress Evaluation of the Supreme Court in Makassar on 2th to 6 th September 2007 Private Sector who formulated that although Article 200 paragraph (11) HIR / 218 (2) RBg if interpreted systematically related to the execution of a court decision as provided for in Article 195 etc., then against the execution of the mortgage if the goods have been in the auction were not voluntarily submitted then the winning bidder can apply for a discharge under Section 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Time also suggested Mortgage Law No. 4 year 1996, revised and refined by making a separate provision of procedural law concerning the provision of resistance debtor / third party with a legal proceeding with a certain period of time and every decision of the court of first instance there is no appeal but directly appeal with the intention that the grace period may be shorter to get a verdict that berkekutan fixed.


(8)

K A T A P E N G A N T A R

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tesis dengan judul: “Pelaksanaan Eksekusi terhadap Barang Jaminan Tidak bergerak yang dibeli berdasarkan Lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan”.

Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Di dalam menyelesaikan Tesis ini , penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa pengajaran dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para pembimbing : Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Ketua Komisi Pembimbing ; Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum, Pembimbing II dan Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, Komisi Pembimbing III. Dimana di tengah kesibukan beliau masih tetap meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan Tesis ini . Penulis menyadari sepenuhnya, Tesis ini tidak akan tersusun dengan baik dan selesai pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak pendukung.

Perkenankanlah juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, CTM (K), Sp.A (K).

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.sc, atas pemberian kesempatan menjadi mahasiswia di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.Hum., yang juga sebagai Penguji, telah memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan sangat mendukung dalam penyelesaian Tesis ini.

4. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan, petunjuk dan saran yang sangat bermanfaat bagi saya dalam menyelesaikan penelitian Tesis ini.

5. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum, Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan telah banyak memberikan bantuan berupa motivasi, bimbingan, petunjuk, saran dan arahan, dalam menyelesaikan penelitian Tesis ini.

6. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, Komisi Pembimbing III Tesis yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk mengoreksi isi dan juga cara


(9)

penulisan, serta memberikan sumbang saran, arahan dan petunjuk, dalam penelitian Tesis ini.

7. Ibu Dr.T.Keizerina Devi Azwar,SH,CN.MHum, selaku Anggota Komisi Penguji.

8. Ibu Dr.Utary Maharany,SH,M.Hum, selaku Anggota Komisi Penguji.

9. Bapak/Ibu dosen pengajar pada Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa menyumbangkan Ilmunya yang sangat berarti bagi masa depan saya,Staf Administrasi Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan bantuan Administrasi, Informasi mengenai perkuliahan, dan jadwal ujian.

10.Bapak Alm. Dr.TD Pardede; Bapak Johnny Pardede dan Herna JC Pardede, LLB.LLM.

11.Bapak Drs.H.Panusunan Harahap,SH,MH Ketua Pengadilan Negeri Medan. 12.Bapak Edy Nasution,SH MH Kepala Panitera Pengadilan Negeri Medan dan

staf.

13.Bapak Burhanuddin H Damanik,SH Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.

14.Ibu Batiah Sinuraya, SE Kepala Seksi Pelayanan Lelang KPKNL Medan dan staf.

15.Bapak Sejahtera Sitepu , SE Ak , Kepala Seksi Informasi dan Hukum KPKNL Medan.

16.Bapak Hendra Halim selaku Wakil Presiden Direktur PT. Bank Mestika Dharma.

17.Bapak Harun Ansary Kepala Devisi Operasional PT. Bank Mestika Dharma Medan.

18.Bapak Ramuji Kepala Bagian Remedial (Penyelesaian Kredit Macet ) PT. Bank Mestika Dharma Medan.

19.Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Orangtua tercinta ayahanda Almarhum K.Simangunsong dan Ibunda Almarhumah Nelly boru Panjaitan yang telah melahirkan, membesarkan, dan segala jerih payah dan pengorbanannya yang tiada terhingga dalam mengasuh, mendidik, membimbing penulis, serta senantiasa mengiringi penulis dengan doa yang tiada putus. Dan juga kepada Bapak Mertua Almarhum JH Sibuea dan Ibu Mertua L boru Hutabarat dan saudara-saudara terkasih, atas segala dukungan moril yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

20.Teristimewa kepada :

Isteri tercinta dra Sorta Mariany Sibeua dan anak-anak saya Dinar Inggrid Elisabeth, Alm Gloria Dame Wirayanty, Ruth Trisna Margareth, Hendrick Amsal Hasudungan, Victoria Febrina Romauli, yang telah menginspirasi dan dengan penuh cinta kasih, kesabaran, dalam memberikan segala dukungan yang sangat berarti, dorongan semangat belajar dan pengorbanan yang tiada


(10)

terhingga, sehingga menjadi motivasi sangat berarti baik untuk keberhasilan anak-anak dan untuk keberhasilan studi Penulis.

21.Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana yang tidak dapat disebut satu persatu dan seluruh keluarga dan juga semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian Tesis ini.

Penulis menyadari pula, bahwa substansi Tesis ini tidak luput dari berbagai kekhilafan, kekurangan dan kesalahan, dan tidak akan sempurna tanpa bantuan, nasehat, bimbingan, arahan, kritikan. Oleh karenanya, apapun yang disampaikan dalam rangka penyempurnaan Tesis ini, penuh sukacita Penulis terima dengan tangan terbuka.

Semoga Tesis ini dapat memenuhi maksud penelitiannya, dan dapat bermanfaat bagi semua pihak, sehingga Ilmu yang telah diperoleh dapat dipergunakan untuk kepentingan bangsa.

Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati dan melindungi, serta memberikan anugerahnya bagi kita semua, mahkluk hidup yang disayangiNya. Amin.

Medan, September 2011.


(11)

Tesis ini kupersembahkan untuk :

Almamaterku Universitas Sumatera Utara

Isteriku Dra Sorta Mariany Sibeua dan

anak-anakku tercinta Dinar Inggrid

Elisabeth Amd, Alm Gloria Dame

Wirayanty, Ruth Trisna Margareth SP.,

Hendrick Amsal Hasudungan, Victoria

Febrina Romauli, yang setia menemani

Penulis dalam suka maupun duka.


(12)

In Memoriam :

Putriku tercinta Alm Gloria Dame Wirayanty .S.

Korban kecelakaan lalulintas di Jalan Raya

Wonosobo Jawa Tengah, Rombongan KKN

Mahasiswa-i Institut Seni Indonesia Yogyakarta

dalam perjalanan menuju Purwokerto pada hari Jumat,


(13)

RIWAYAT HIDUP

B.Riwayat Pekerjaan : 1. Tahun 1975 s/d 1985 Pegawai Rumah Sakit St Elisabet Medan

2. Tahun 1983 s/d 1988 Assisten Pengacara 3. Tahun 1988 s/d 1994 Staf Biro Hukum TD

Pardede Holding Company Medan

Nama : Elman Simangunsong

Tempat/Tanggal Lahir : Sigumpar, 12 November 1955 Jenis Kelamin : Pria.

Agama : Kristen Protestan

Jabatan/ Pekerjaan : Advokat

Alamat : Jl Takwa Gg Guruh No. 10. Medan - Sunggal. A.Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri II Sigumpar Tobasa, Lulus Tahun

1968.

2. ST Negeri I, Laguboti Tobasa, Lulus Tahun 1971.

3. STM Dwiwarna Medan, Lulus Tahun 1974. 4. Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas

Darma Agung, Lulus Tahun 1988.

5. Strata Dua (S2) Sekolah Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Lulus Tahun 2011.


(14)

4. Tahun 1988 s/d 1994 Dosen Fakultas Hukum Universitas Dharma Agung Medan.

5. Tahun 1995 Lulus Ujian Advokat sampai saat ini aktif ber Acara

6. Tahun 1990 s/d 1993 Staf Legal PT. Bank Surya Nusantara

7. Tahun 1991 sampai dengan sekarang Staf Legal Yayasan Pendidikan Swa Bina Karya

8. Tahun 1994 s/d 1999 Staf Legal PT. Bank Arya Panduarta

9. Tahun 2000 Staf Legal BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional )

10. Tahun 2001 s/d 2008 Staf Legal TD Pardede Holding Company

11. Tahun 2007 s/d 2010 Staf Legal Yayasan Pendidikan Teladan

12. Tahun 2001 sampai dengan sekarang Kuasa Tetap PT Bank Mestika Dharma bidang penyelesaian kredit


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 15

G. Metode Penelitian ... 31

BAB II. PENGATURAN TATA CARA LELANG EKSEKUSI JAMINAN TIDAK BERGERAK ... 37

A. Dasar Hukum Lelang ... 37


(16)

C. Pengaturan Tata Cara Lelang Eksekusi Barang Jaminan Tidak

Bergerak ... 47

D. Lelang Eksekusi Putusan Pengadilan ... 55

BAB III. PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI BARANG JAMINAN TIDAK BERGERAK PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MEDAN .... 62

A. Pelaksanaan Lelang Eksekusi Atas Putusan Pengadilan ... 62

B. Proses Pelaksanaan Lelang Eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan Berdasarkan Parate Eksekusi ... 75

C. Proses Lelang Eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan Berdasarkan Title Eksekutorial ... 101

BAB IV. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI BARANG JAMINAN TIDAK BERGERAK ... 108

A. Dasar Gugatan Perbuatan Melawan Hukum ... 108

B. Perlawanan Terhadap Lelang dan atau Sita Eksekusi ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 132


(17)

ABSTRAK

Prinsip Undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dinyatakan bahwa ciri khas Hak Tanggungan adalah kuat, mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji.

Pelaksanaan Lelang Eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak dilaksanakan berdasarkan Parate Eksekusi dan atau Title Eksekutorial berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf a dan b jo Pasal 6 beserta penjelasan jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26 Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, merupakan pelaksanaan title eksekutorial dari Sertifikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” yang mempunyai kekuatan sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dimana obyek barang jaminan dijual melalui pelelangan umum menurut Vendu reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56 jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ( KPKNL).

Metode yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah yuridis normative, yang disebut dengan penelitian doctrinal (Doktrinal Research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis dalam buku (Law as it written in the book ), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan ( Law it is decided by the judge through Judical Process). Maka pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan semua gejala dan fakta dan menganalisa permasalahan yang ada. Metode penelitian hukum dalam penyusunan tesis ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat kualitatif dengan memperhatikan kualitas data yang diperoleh, dilihat dari pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris bertitik tolak dari permasalahan dengan melihat kenyataan dilapangan dan mengaitkannya dengan perundang-undangan yang berlaku.

Dari hasil penelitian penulis mengenai Pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan Parate Eksekusi di Kantor Kekayaan Negara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2010, dari Sepuluh Bank Swasta sebagai Pemohon lelang dengan 253 objek lelang , maka yang behasil terjual hanya 46 objek atau 49 objek atau 18 persen objek lelang dan dari Permohonan lima Bank BUMN dan satu Bank BUMD sebagai Pemohon lelang dengan 424 objek lelang , maka yang behasil terjual hanya 11,5 persen objek lelang, artinya membuktikan bahwa lelang eksekusi tersebut tidak mudah dan tidak sederhana bahkan kerap tidak ada kepastian hukum, selain panjangnya prosedur yang ditempuh juga karena adanya hambatan – hambatan yaitu


(18)

adanya gugatan perbuatan melanggar hukum dan atau perlawanan dari debitur atau pihak ketiga terhadap lelang eksekusi barang jaminan dan maupun terhadap pengosongan barang jaminan tersebut.

Melalui penelitian ini disarankan untuk menjamin Kepastian Hukum Pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang Jaminan dan Perlindungan Hukum bagi Pemenang Lelang Eksekusi Barang Jaminan yang dibeli berdasarkan lelang maka saatnya menjadi pedoman atau diundangkan Rumusan Evaluasi Hasil Rakernas Mahkamah Agung RI di Makassar tanggal 2 sampai dengan 6 September 2007 Bidang Perdata yang merumuskan bahwa walaupun Pasal 200 ayat (11) HIR / 218 (2) RBg apabila ditafsirkan secara sistematis berkaitan dengan eksekusi putusan pengadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 195 dst., maka terhadap eksekusi hak tanggungan apabila barang yang telah di lelang itu tidak dengan sukarela diserahkan maka pihak pemenang lelang dapat mengajukan permohonan pengosongan berdasarkan Pasal 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Disarankan juga saatnya Undang-undang Hak Tanggungan nomor 4 tahun tahun 1996 direvisi dan disempurnakan dengan membuat ketentuan hukum acara tersendiri tentang ketentuan perlawanan debitur/pihak ketiga dengan hukum acara cepat dengan tenggang waktu tertentu dan setiap putusan pengadilan tingkat pertama dimaksud tidak ada upaya banding tapi langsung kasasi dengan maksud agar tenggang waktu dapat lebih pendek untuk mendapat putusan yang berkekutan tetap.


(19)

ABSTRACT

Principles of the Law of the Republic of Indonesia Act No. 4 of 1996 regarding Mortgage stated that the hallmark of Mortgage is a powerful, easy, and certainly in the implementation of its execution, if the debtors default.

Implementation of the Auction execution against immovable collateral held by Parate Executions and or Title Eksekutorial pursuant to Article 20 Paragraph (1) letters a and b in conjunction with Article 6 and explanation jo Article 11 jo of Article 14 and Article 26 of Law Mortgage conjunction with Article 224 HIR or 258 RBG, an implementation of the Certificate of Mortgage Title Eksekutorial containing Irah -Irah "FOR THE SAKE OF JUSTICE UNDER THE ONE ALMIGHTY GOD" who has the same power with the decision of the judges who already have permanent legal force where the object of the collateral is sold through public auction by Vendu Reglement Stbl.1908 No. 189 and No. 190 Stbl.1908 Vendu instruct. Amended by Regulation jo Stbl 1940 56 Minister of Finance No. 93/PMK.06/2010 dated 23th April 2010 on Guidelines for the Implementation Regulation of the Minister of Finance in conjunction Auction Number 102/PMK.01/2008 About the Organization and Administration of the Directorate General of Intellectual Vertical Institutions State Office of State Property and Auction (KPKNL).

The method used in the writing of this thesis is a normative juridical, who called doctrinal studies (Doctrinal Research), which is a study that analyzed the law both written in the book (Law as it written in the book), and the law decided by judges through the process court (Law it is decided by the judge through Judical Process). Then the approach taken by the approach of legislation (the Statute approach) and conceptual approaches (conceptual approach). Judging from the nature of this research is descriptive analytical, ie to describe all the symptoms and facts and analyze the existing problems. Legal research methods in the preparation of this thesis are done with a qualitative approach with attention to the quality of the data obtained, judging from this research approach using empirical juridical approach starts from the problem by looking at the reality of the field and relate it to the laws and regulations.

From the results of the study authors on the Implementation of the Auction Parate Execution Execution based on the Office of the State Property Office and the State Property Auction (KPKNL) Medan in the period January to December 2010, of Ten Private Bank as Applicant auction to auction 253 objects, then successfully sold only 46 objects or 18 percent of the Application object and the auction of five state-owned bank and one bank-state-owned companies as Applicant auction with 424 objects,


(20)

it is sold only 49 objects or 11.5 percent of the auction object, means execution proves that the auction is not easy and not simple even often there is no certainty law, in addition to the length of the procedure adopted is also due to the existence of barriers that the lawsuit against the law and or resistance from the debtor or a third party against collateral and execution of auctions and to the emptying of the collateral.

Through this research is recommended to ensure the implementation of Legal Certainty Auction Goods Execution Guarantee and Legal Protection for Auction Winner Execution Guarantee Goods are purchased by auction then it is time to be guidelines or a formula enacted Conggress Evaluation of the Supreme Court in Makassar on 2th to 6 th September 2007 Private Sector who formulated that although Article 200 paragraph (11) HIR / 218 (2) RBg if interpreted systematically related to the execution of a court decision as provided for in Article 195 etc., then against the execution of the mortgage if the goods have been in the auction were not voluntarily submitted then the winning bidder can apply for a discharge under Section 200 (11) HIR/218 (2) RBG. Time also suggested Mortgage Law No. 4 year 1996, revised and refined by making a separate provision of procedural law concerning the provision of resistance debtor / third party with a legal proceeding with a certain period of time and every decision of the court of first instance there is no appeal but directly appeal with the intention that the grace period may be shorter to get a verdict that berkekutan fixed.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bertambah meningkatnya pembangunan nasional yang bertitik berat pada bidang ekonomi, dibutuhkan penyediaan dana yang cukup besar, sehingga memerlukan lembaga hak jaminan yang kuat dan mampu memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur .1

Bertitik tolak dari rangkaian kegiatan Pembangunan Nasional dan Pembangunan Ekonomi yang berkelanjutan demi tercapainya kesejahteraan umum selain memerlukan dana yang cukup besar, juga memerlukan aturan-aturan hukum untuk mengatur dan menjamin tata-tertib pelaksanaan kegiatan ekonomi baik oleh Pemerintah maupun swasta. Aturan-aturan dimaksud antara lain bagaimana aturan- aturan agar dana yang dikucurkan dengan pemberian kredit oleh sektor perbankan kepada para pelaku ekonomi tersebut dapat dijamin pengembaliannya oleh debitur.

Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah menggantikan Hypotheek sebagaimana diatur dalam Buku II Kitab Undang-Undang

1

Pertimbangan hukum point a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah.


(22)

Hukum Perdata Indonesia sepanjang mengenai tanah, dan ketentuan mengenai Credietverband dalam Staatsblad 1908-542 sebagaimana telah diubah dengan Staatsblad 1937-190, dipandang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan perkreditan, sehubungan dengan perkembangan tata ekonomi Indonesia;

Kepastian hukum pelaksanaan eksekusi barang jaminan, apabila debitur cidera janji, lelang eksekusi dapat dilaksanakan berdasarkan Pasal 20 Undang-undang Hak Tanggungan, merupakan perujudan dari kemudahan yang diatur oleh Undang-Undang ini bagi para kreditor pemegang Hak Tanggungan dengan melakukan eksekusi.melalui pelelangan umum.2

Ciri khas Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji sebagaimana dalam penjelasan umum point 9 Undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.3

2

Pasal 20 Undang-undang Hak Tanggungan berbunyi: (1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau

b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.

3

Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yangDiperbarui (Het

Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal 258 Reglemen AcaraHukum Untuk Daerah Luar Jawa dan

Madura (Reglement tot Regeling van hetRechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura). Sehubungan dengan itu pada sertifikat Hak Tanggungan, yang berfungsi sebagai surat tanda-bukti adanya HakTanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan kata-kata "Demi Keadilan Berdasarkan


(23)

Pelaksanaan eksekusi sebenarnya tidak diperlukan, apabila pihak yang dikalahkan dengan sukarela mentaati bunyi putusan. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua pihak mentaati bunyi putusan dengan sepenuhnya. Oleh karena itu diperlukan suatu aturan bilamana putusan tidak ditaati dan bagaimana cara pelaksanaannya.4

Pengertian eksekusi yang dikemukakan tidak terbatas pada eksekusi oleh pengadilan (putusan hakim), juga dieksekusi menurut hukum acara yang berlaku HIR dan Rbg yang juga dapat dieksekusi adalah salinan atau grosse akta yang memuat irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” yang berisi kewajiban untuk membayar sejumlah uang.5

Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Apabila debitor cidera janji, tanpa perlu meminta Penetapan Ketua Pengadilan Negeri setempat. Cukuplah apabila pemegang Hak Tanggungan mengajukaan permohonan kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan

Ketuhanan yang Maha Esa", untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4

Ateng Affandi, Wahyu Affandi, Tentang Melaksanakan Putusan Hakim Perdata, (Bandung : Alumni, 1983), halaman 32.

5


(24)

Negara dan Lelang (KPKNL) tempat dimana barang jaminan untuk pelaksanaan pelelangan umum dalam rangka eksekusi objek hak tanggungan tersebut.6

Sertifikat Hak Tanggungan sebagai bukti adanya hak tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti Grosse Acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah, sehingga apabila debitur cidera janji, barang jaminan yang diikat dengan hak tanggungan siap dieksekusi seperti halnya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sesuai dengan peraturan hukum acara (pasal 14 ayat 2 dan 3 dan penjelasan UU Hak Tanggungan/Pasal 224 Reglemen Indonesia yang diperbarui (Het Herziene Indonesisch Reglement) dan pasal 258 reglemen acara hukum untuk daerah luar jawa dan madura (Reglement tot Regeling van he tRechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura).

Setelah adanya Penetapan Lelang Ekskekusi oleh Ketua Pengadilan negeri maka Putusan tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan pelelangan ke KPKNL.7

Di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, lelang sudah diatur dalam perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940

6

St. Remy Sjahdeni, Hak Tanggungan, Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok dan Masalah

yangDihadapi oleh Perbankan, (Bandung:Alumni, 1999), halaman 165

7


(25)

No.56 dan sampai saat ini merupakan Peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga sekarang.

Pelelangan barang jaminan yang dilaksanakan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Sesuai pasal 1 poin 4 dinyatakan bahwa Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut KPKNL adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. Menurut Pasal 30 KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara, dan lelang. Menurut Pasal 29 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Menurut pasal 31 menyatakan”

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf f, KPKNL menyelenggarakan fungsi: pelaksanaan pelayanan lelang yang mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dokumen persyaratan lelang dan dokumen obyek lelang, penyiapan dan pelaksanaan lelang, serta penyusunan minuta risalah lelang, pelaksanaan verifikasi dan penatausahaan risalah lelang, pembukuan penerimaan hasil lelang, pembuatan salinan, petikan dan grosse risalah lelang, penggalian potensi lelang, pelaksanaan superintendensi Pejabat Lelang serta pengawasan Balai Lelang dan pengawasan lelang pada Perum Pegadaian dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani (Persero).


(26)

Menurut Sunarmi, Pemegang Hak Jaminan karena sifatnya pemilik suatu hak yang dilindungi secara “super” preferen dapat mengeksekusi seolah-olah tidak terjadi kepailitan, karena dianggap separatis (berdiri sendiri) sesuai pasal 55 ayat 1 UU Nomor 37 tahun 2004, sekalipun dalam pasal 56 ayat 1 menentukan, pelaksanaan eksekusi tersebut di tangguhkan untuk paling lama 90 hari sejak tanggal putusan pailit diucapkan.8

Apabila Lelang Ekseksusi terhadap barang jaminan berjalan dengan lancar dan hasil lelang diserahkan KPKNL kepada Kreditur untuk melunasi kewajiban Debitur, dan Pemenang lelang dapat menikmati barang jaminan yang telah dibeli berdasarkan lelang eksekusi tersebut, maka apa yang uraikan dalam penjelasan pasal 20 ayat 1 sangat efisien dan efektif dan kepastian hukum atas pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan terbukti ampuh.

Akan tetapi kenyataannya tidak selalu demikian. Lelang Eksekusi Barang Jaminan merupakan ”momok” yang sangat menakutkan sebagai upaya paksa penyelesaian kewajiban debitur terhadap kreditur. Debitur dalam beberapa permasalahan, tidak dengan secara sukarela menerima pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan yang diberikan hak tanggungan kepada kreditur dan apabila lelang telah terlaksana tidak bersedia bersedia mengosongkan obyek Hak Tanggungan, baik pada saat obyek Hak Tanggungan tersebut akan dieksekusi, sebelum pelelangan maupun setelah pelelangan dilaksanakan, dengan cara debitur mengajukan gugatan

8


(27)

atas adanya perbuatan melawan hukum terhadap lelang eksekusi barang jaminan atau membuat perlawanan (verzet) kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dengan maksud untuk menunda atau membatalkan lelang eksekusi barang jaminan.

Dari literatur dan penelitian penulis pada PT Bank Mestika Dharma Medan dan dari data informasi yang diperoleh dari Kantor KPKNL di kota Medan serta Pengadilan Negeri Medan diketahui berbagai hambatan dalam pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan tidak bergerak dan sebagai upaya dari Debitur dengan mengajukan gugatan perbuatan melanggar hukum atau mengajukan perlawan menuntut pembatalan lelang dan atau menunda lelang eksekusi barang jaminan yang dilaksanakan baik berdasarkan pasal 6 UU Hak Tanggungan, yang berbunyi :

Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

Ataupun pelelangan barang jaminan melalui titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) yang berbunyi, Sertifikat Hak Tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANANYANG MAHA ESA", obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahului dari pada kreditor-kreditor lainnya.

Lelang eksekusi barang jaminan berdasarkan Eksekusi putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap timbul hambatan pelaksanaan Eksekusi


(28)

barang jaminan selain panjangnya prosedur yang ditempuh juga karena adanya upaya- upaya perlawanan dari debitur atau pihak ketiga terhadap eksekusi barang jaminan tersebut.

Berbagai dalih dan alasan yang dikemukakan dalam gugatan maupun perlawanan terhadap lelang eksekusi barang jaminan dimaksud antara lain mempertahankan hak milik atau menyatakan bahwa objek gugatan bukan sebagai objek janiman, mempertahankan hak sewa, atau jumlah kewajiban (hutang pokok tambah bunga) menurut debitur tidak proporsional (pasal 3 UU Hak Tanggungan), harga limit barang jaminan yang terlalu rendah, atau pihak Kreditur (Bank) yang kurang professional menjalankan fungsinya dalam hal pemberian kredit tersebut, dan alasan-alasan lainnya yang menyatakan bahwa Kreditur atau Kantor Lelang telah melakukan perbuatan melanggar hukum. Sebagai upaya hukum untuk menuntut pembatalan lelang eksekusi barang jaminan tidak bergerak tersebut yang dimungkinkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mengenai Pembatalan dan Penundaan Lelang Eksekusi diatur dalam Surat Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor : SE-23/PN/2000 tanggal 22 Nopember 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan point 3 berbunyi :

Lelang Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf b dilaksanakan dalam hal lelang berdasarkan pasal 6 UUHT tidak dapat dilakukan karena Akta Pemberian Hak Tanggungan tidak memuat janji sebagaimana dimaksud pada pasal 6 Jo. Pasal 11 ayat [2] huruf e atau adanya kendala/gugatan dari debitur / pihak ketiga


(29)

Menurut pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor; 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang berbunyi, lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan permintaan penjual atau Penetapan Provisionil atau putusan dari lembaga peradilan umum.

Diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 pembatalan dilakukan oleh pejabat lelang antara lain dalam hal menurut pasal 27 berbunyi :

Pembatalan lelang sebelum pelaksaan lelang:

1. Terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan dari pihak lain selain debitur/suami atau isteri debitur/tereksekusi

2. Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang

Sebenarnya dalam Pasal 11 ayat (2) j UU Hak Tanggungan telah diatur tentang pengosongan barang jaminan yang menyatakan: “Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan”. Namun pasal ini tidak serta merta dapat dilaksanakan secara memaksa.

Akan tetapi, Kepala KPKNL hanya melaksanakan pelelangan dimuka umum tidak mempunyai kewenangan untuk melaksanakan eksekusi, atau tidak ada kekuatan eksekutorial.

Kelemahan ketentuan ini diakui sebagaimana dalam Pasal 26 UU Hak Tanggungan berbunyi: ”Selama belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 14, peraturan mengenai


(30)

eksekusi hypotheek yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini, berlaku

terhadap eksekusi Hak Tanggungan”

.

Di lain pihak berdasarkan putusan MA No. 3021 K/Pdt/1984 tertanggal 30 Januari 1986, pengadilan tidak membenarkan penjualan objek hipotik oleh kreditur melalui lelang tanpa ada fiat dari pengadilan negeri setempat.

Hambatan terhadap pelaksanaan lelang eksekusi Barang Jaminan yang dilaksanakan melalui KPKNL telah mengakibatkan kerugian terhadap Kreditur karena tidak dapat memperoleh sesegera mungkin pengembalian kredit yang diberikan kepada debitur juga akan mengeluarkan biaya tinggi dan waktu yang sangat lama melalui proses pengadilan disebabkan adanya gugatan perlawan tersebut, mulai tingkat pertama, banding, kasasi bahkan peninjauan kembali, bisa bertahun-tahun lamanya.

Demikian juga Pemenang lelang akan mengalami kerugian apabila tidak dapat menikmati barang jaminan yang dibeli berdasarkan lelang eksekusi karena debitur tidak bersedia mengosongkan barang jaminan tersebut, bahkan menjadi pihak Tergugat di Pengadilan dengan segala konsekwensinya.

Dengan demikian jaminan kepastian hukum yang telah ditentukan dalam Undang-undang Hak Tanggungan sebagai ciri yang kuat, mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji, sering hanya sebatas peraturan saja namun kenyataannya sangat sulit dilaksanakan dalam prakteknya.


(31)

Sehingga timbul pertanyaan apakah Undang-undang Hak Tanggungan telah memenuhi kepastian hukum dan standard “predictability”, artinya telah memberikan jaminan bagi para pelaku ekonomi dalam meprediksi kegiatan usahanya dan kepentingannya, standar “procedural capability“, maksudnya bagaimana kemampuan hukum menyelesaikan sengketa secara cepat, sederhana dan biaya ringan); standard “stability” (balance) apakah Undang-undang Hak Tanggungan telah menciptakan keseimbangan dan “fairness”, apakah Undang-undang Hak Tanggungan telah memberikan keadilan bagi pihak terkait, yaitu Pemberi Kredit (Perbankan), Penerima Kredit (Debitur), Pemenang Lelang dan pihak terkait lainnya misalnya penjamin. Kelemahan UU Hak Tanggungan tidak mengatur secara rinci tentang pelaksanaan eksekusi hak tanggungan sebagaimana diakui menurut Pasal 26 UU Hak Tanggungan bahkan tidak memprediksi hambatan terhadap pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan.

Misalnya diperlukan aturan atau ketentuan yang mengatur apabila terjadi gugatan perlawanan terhadap lelang eksekusi melalui Pengadilan cukup diputuskan ditingkat Pengadilan Negeri saja, langsung berkekuatan hukum yang tetap dan pasti dan dapat dieksekusi, secara khusus tidak ada upaya banding, kasasi atau peninjauan kembali.

Apabila Pengadilan memutuskan bahwa proses lelang eksekusi barang jaminan tidak melanggar hukum maka Pengadilan harus konsekwen memberikan Penetapan Eksekusi pengosongan barang jaminan sehingga pemenang lelang dapat segera menikmati barang yang dibelinya berdasarkan lelang, dilain pihak apabila


(32)

Pengadilan memutuskan bahwa jumlah hutang Debitur tidak proporsional atau harga limit barang jaminan terlalu rendah atau disebabkan adanya perbuatan melanggar hukum lainnya, maka lelang eksekusi barang jaminan harus dibatalkan dan uang pembelian barang jaminan dan biaya-biaya lain yang telah dibayarkan Pemenang Lelang harus dikembalikan. Kreditur dalam hal ini pihak Bank harus menghitung kembali hutang debitur secara proporsional dan atau menentukan harga limit barang jaminan secara proporsional atau dengan segera memperbaiki segala sesuatu menurut pengadilan tingkat pertama ada kesalahan dalam pelaksanaan lelang eksekusi tersebut, baru diperkenankan memohon kembali lelang eksekusi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

masalah tersebut diatas dengan menyusun Tesis berjudul

:

Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Barang Jaminan Tidak Bergerak yang dibeli berdasarkan lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar-belakang sebagaimana diuraikan diatas dan agar dalam membahas tulisan ini lebih terfokus, sehingga pembahasan tepat sasaran, maka disusun bebarapa permasalahan;

1. Bagaimanakah pengaturan tata cara lelang eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak ?


(33)

2. Bagaimanakah pelaksanaan eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak yang dibeli berdasarkan lelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan?

3. Bagaimana hambatan-hambatan pelaksanaan eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak yang dibeli berdasarkan lelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan?

C. Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan masalah-masalah tersebut diatas maka yang menjadi tujuan penelitian tesis ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalis aturan-aturan pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang Jaminan tidak bergerak berdasarkan Undang-undang Hak Tanggungan. 2. Untuk mengetahui dan menganalis faktor-faktor hambatan penguasaan barang

jaminan tidak bergerak yang dibeli berdasarkan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalis kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik Kreditur maupun Debitur dan Pembeli Lelang Barang Jaminan yang dibeli berdasarkan lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan. Memberikan solusi atau masukan untuk penyempurnaan penyusunan peraturan pelaksanaan eksekusi Hak di masa yang akan datang.


(34)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan penambahan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Perdata khususnya Hukum Jaminan mengenai pelaksanaan lelang eksekusi obyek Hak Tanggungan Bagi kalangan perbankan, baik perbankan pemerintah maupun perbankan swasta, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi penentuan prosedur eksekusi obyek hak tanggungan yang mempunyai dasar hukum kuat, sehingga dapat mencegah atau paling tidak mengurangi munculnya risiko yuridis. 2. Kegunaan Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan yaitu Pemberi Kredit (Kreditor), Penerima Kredit (Debitor)dan Pemenang Lelang Barang Jaminan dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan dalam melaksanakan lelang eksekusi barang obyek Hak Tanggungan serta hambatan-hambatannya. Bagi kalangan perbankan, baik perbankan pemerintah maupun perbankan swasta, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi penentuan prosedur eksekusi obyek hak tanggungan yang mempunyai dasar hukum kuat, sehingga dapat mencegah atau paling tidak mengurangi munculnya risiko yuridis. Bagi kalangan praktisi hukum (hakim,


(35)

advokat/pengacara maupun konsultan hukum) hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam menjalankan profesi mereka masing-masing.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, penelitian mengenai “Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Barang Jaminan Tidak Bergerak yang dibeli berdasarkan lelang pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan”. Pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian yang pernah dilakukan sebagai berikut ;

1. Pelaksanaan Eksekusi Barang Jaminan Hak Tanggungan Terhadap Kredit Macet pada Bank Pemerintah di Jambi. Asuan 082105002

2. Aspek Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Kredit Macet Maruapdogmatiga P.027005064.

Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti tersebut diatas tidak sama dengan penelitian ini baik dari segi judul maupun pokok permasalahan yang di bahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan.


(36)

Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proposisi-proposisi yang telah diuji kebenarannya, karena tiori dapat menjelaskan aneka gejala sosial yang dihadapi, memberikan pengarahan pada aktifitas yang dijalankan,dan memberikan taraf pemahaman tertentu9

1. Kerangka Teori

, sedangkan konsepsi (conseptio, bahasa latin, begrip, bahasa Belanda) atau pengertian, merupakan hal yang dimengerti, maka dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum

“Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.”10

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain tergantung pada metodologi aktivitas penelitian dan imajinitas sosial sangat ditentukan oleh Teori”.11

Menurut Soerjono Soekanto, “Teori adalah rangkaian pernyataan logis dan konsisten mengenai gejala-gejala tertentu yang mencakup semua semua

9

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI Pers 2008) halaman 6

10

M. Solly Lubis. Filsafat Ilmu dan Penelitian. (Bandung;:Mandar Majur, 1994). halaman. 80

11


(37)

interrelasi, dalam semua unsur gejala yang menjadi ruang lingkupnya, serta kebenaraannya dapat diuji.”12

Dalam teori system yang dikemukakan Maryam Darus Badrulzaman, bahwa system adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.

.

13

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sunaryati Hartono, bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas14

Dengan demikian, pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.

.

15

Apabila dicermati asas-asas dan nilai filosofi lahirnya UU Hak Tanggungan sebagai hukum yang mengatur kegiatan ekonomi, diketahui baik dalam pertimbangan hukum maupun penjelasannya sangat mengedapankan tentang kepastian hukum untuk melindungi Kreditur dari pada pihak-pihak yang berpekentingan lainnya.16

12

Soerjono Soekanto, op.cit halaman 121

13

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung:Alumni 1983), halaman. 15.

14

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991), halaman. 56

15

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni 1986), hal. 15

16

Asas-asas dan penjelasan UU Hak Tanggungan

a. Lembaga hak jaminan yang kuat dan mampu memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan (pertimbangan huruf a)

b. Pentingnya kedudukan dana perkreditan tersebut dalam proses pembangunan, sudah semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan (penjelasan point 1 butir 4)

c. timbulnya perbedaan pandangan dan penafsiran mengenai berbagai masalah dalam pelaksanaan hukum jaminan atas tanah, misalnya mengenaipencantuman titel eksekutorial, pelaksanaan eksekusi dan lain sebagainya,sehingga peraturan perundang-undangan tersebut


(38)

Oleh karena itu penulisan tesis ini adalah dalam kajian subjek hukum bisnis (hukum ekonomi) maka teori hukum yang menjadi alat analisis bertitik tolak dari teori kepastian hukum yang dipadukan dengan tiori hukum ekonomi dan sesuai dengan tuntutan perkembangan dengan perubahan maka digunakan tiori hukum “Law as tool of social engineering”

Teori kepastian hukum merupakan pradigma teori positivistik sebagai these dari Teori hukum alam, sejak Socretes hingga Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori Hukum Alam mengutamakan “the search for justice”.17 Positivisme yuridis telah dipelopori oleh aliran hukum Humanisme antara lain Jean Bordin dengan idenya tentang kedaulatan raja. Menurut ajaran ini satu-satunya sumber hukum adalah pembentukannya oleh Negara18

Teori Kepastian Hukum yang juga dipelopori oleh Aguste Comte yang mengatakan pada dasarnya kaidah hukum itu sendiri tanpa melibatkan kaidah-kaidah diluar non hukum (Etika), hukum tidak lagi dikonsepsi sebagai azas moral

dirasa kurang memberikan jaminan kepastian hukum dalam kegiatan perkreditan (penjelasan point 2)

d. lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat dengan ciri-ciri:

a). memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya; b). selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapa pun obyek itu berada;

c). memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan;

d). mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.(penjelasan point 3)

e. Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan

eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentangeksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yangDiperbarui (Het Herziene) (penjelasan point 9)

17

Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam lintasan sejarah, (Yogyakarta :Kanisius, 1995) Cetakan ke VIII halaman . 196.

18


(39)

metayuridis, yang abstrak tentang keadilan, melainkan ius yang telah mengalami positivisasi sebagai lege atau lex19

Selanjutnya John Austin selaku aliran positivisme berpendapat : “Law is A Command of the law”, hukum adalah perintah dari penguasa yang kekuasaan tertinggi dan berdaulat, aturan yang berlaku adalah aturan yang tertulis sebagai penjelmaan kehendak penguasa karenanya harus dipatuhi, jika tidak siaplah terima sanksi,bukan persoalan adil atau tidak,juga bukan soal relevan atau tidak, ia ada dan sah secara yuridis.

.

20

Hans Kelsen dalam Pure Theory of Law mengatakan penerapan hukum harus dengan pendekatan metode normative-yuridis yang bersih dari anasir-anasir seperti sosiologis, politis, historis dan etika dimana konsepsi hukum positif adalah hukum dalam kenyataan (das sollen) bukan dengan apa yang dicita-cita kan (das Sein) dan

Dalam teorinya”Stuffenbaw theory” mengatakan bahwa norma dasar suatu tata hukum adalah peraturan yang lebih dari tata hukum sebagai peraturan fundamental dari berbagai tata hukum positif.21

Menurut Mahmul Siregar keberlakuan hukum ditengah masyarakat bukan lagi untuk mencapai keadilan semata, tetapi juga harus memberikan kepastian. Kepastian hukum diharapkan untuk menjadi pedoman, baik dalam mengambil keputusan.

19

Otje Salman dan Anthon F Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka

Kembali, (Bandung :Reifika Aditama,2009) cetakan ke V halaman 80

20

Bernard L Tanya, dan Yoan. N Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum Strategi

Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi (Yogyakarta : Genta Publishing, 2010) Cetakan I halaman

119

21

HR.Otje Salman S,Filsafat Hukum (Perkembangan & Dinamika Masalah, (Bandung : Reifika Aditama, 2009) cetakan ke I halaman 66


(40)

Selanjutnya dikatakan bahwa kepastian hukum tidak saja meliputi kepastian substansi hukum tetapi juga penerapannya dalam putusan-putusan badan peradilan.22

Selanjutnya menurut Bismar Nasution, mengutip pendapat Leonard J Theberge, (Globalisasi Hukum Leonard J Theberge,” Law and Economic Development,” Journal of International Law and Policy vol. 9 (1980) h.232); mengatakan, mengacu pada pendekatan hukum dalam pembangunan ekonomi, maka peranan hukum harus mengandung unsur-unsur ; “predictability”, artinya apakah hukum memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para pelaku ekonomi dalam meprediksi kegiatan usahanya dan proyeksi pengembangan ekonomi, ; “procedural capability“, maksudnya sejauh mana kemampuan hukum menyelesaikan sengketa secara cepat, sederhana dan biaya ringan); “codification of goals” (kodifikasi hukum), “education,” (pendidikan hukum) “stability” (balance) dimana hukum menciptakan keseimbangan, ”definition and clarity of status “(hukum harus mapu memberikan definisi atau batasan yang jelas) “fairness”, (Aspek keadilan persamaan didepan hukum.”accomodaty” (hukum dapat menagkomodasi kepentingan kelompok dan individu-individu.

23

Menurut Weber Hukum modern atau rasional akan dapat dilakukan pengorganisasian pembangunan ekonomi. Sebab, salah satu ciri hukum modern adalah penggunaan hukum secara aktif dan sadar untuk mencapai tujuan-tujuan

22

Mahmul Siregar, Makalah Kepastian Hukum Dalam Transaksi Bisnis Internasional dan

Implikasinya TerhadapKegiatan Investasi Di Indonesia,http://www.usu.ac.id 25 Maret 2011 23

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, (Bandung : Books Terrace & Library, Maret 2009) Cetakan ke 3 (edisi Refisi) halaman 38-39


(41)

tertentu. Cara pendekatan ini akan menciptakan penerapan keadilan dan kewajaran dan secara proporsional, dan dapat pula memberikan manfaat pada masyarakat.24

Secara normatif kepastian hukum dalam pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan diatur dalam perundang-undangan di Indonesia antara lain, aspek jaminan dalam suatu perikatan hutang-piutang adalah faktor yang sangat penting untuk terealisinya perbuatan hukum tersebut. Seorang kreditur barulah akan memberikan pinjaman kepada debitur apabila kreditur tersebut mendapatkan kepastian bahwa piutangnya tersebut akan dilunasi dikemudian hari.

25

Dalam hukum perdata Indonesia lembaga jaminan ini dibagi menjadi dua pengaturan, yaitu (1) Jaminan Umum, sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata bahwa terhadap segala harta kekayaan kreditur yang sudah maupun baru akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi perikatan yang dibuat oleh debitur, dimana terhadap harta kekayaan tersebut akan dibagi pond’s pond’s kepada seluruh kreditur (dalam hal kreditur lebih dari satu); (2) Jaminan Khusus, sebagaimana diatur dalam Pasal 1132-1133 KUHPerdata bahwa diantara kreditur terdapat hak didahulukan bagi pelunasan hak tagihnya dan kemudahan terhadap pelunasan hak tagihnya karena tidak perlu menunggu pembagian secara pond’s pond’s seperti kreditur konkuren yang diatur dalam Pasal 1132 KUHPerdata, karena kreditur tersebut memegang hak istimewa atau hak-hak kebendaan yang memberikan

24

Purnama Tioria Sianturi,. Perlindungan Hukum Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak

Melalui Lelang” (Bandung: Mandar Maju 2010) halaman, 24

25

Teddy Anggoro, Hak Tanggungan Parate Eksekusi: Hak Kreditur, Yang Menderogasi Hukum

Formil (Suatu Pemahaman Dasar dan Mendalam)


(42)

jaminan, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia, yang oleh Wirjono Prodjodikoro disebut sebagai hak-hak jaminan yang bersifat perbendaan (zakelijk zekerheidsrechten)26

Menurut ST Remy Shahdeini ada 5 (lima) unsur pokok yang termuat dari Hak Tanggungan yaitu antara lain :

.

(1) Hak Tanggungan hak jaminan untuk pelunasan utang

(2) Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai sesuai Undang-undang Pokok Agraria

(3) Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu

(4) Uang yang dijamin harus suatu hutang tertentu

(5) Memberikan kedudukan yang utama kepada Kreditor tertentu terhadap lain kreditor-kreditor27

Selanjutnya menurut Adrian Sutedi, Undang-undang Hak Tanggungan menjadi hak jaminan atas tanah yang kuat atas 4 (empat) ciri-ciri :

(1). Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya (2). Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada (3).Memenuhi Azas spsialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan

(4)Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya28

Menurut Pasal 1238.KUH Perdata, Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan

26

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, (Jakarta: Intermasa,1986), cet. ke-5, halaman. 75.

27

ST Remy Shahdeini, ibid,halaman 11

28


(43)

lewatnya waktu yang ditentukan. (KUHPerd. 391, 413, 579, 1243, 1362, 1626, 1805, 1979; Rv. 1 dst.)

Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupuan perikatan yang timbul karena undang-undang.29

Apabila terjadi Kredit Macet maka pihak bank selaku pemberi kredit dan pemegang Sertifikat Hak Tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam hal debitor atau penerima kredit tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi) dapat mengambil tindakan sebagai berikut30

Pihak Bank menagih debitor untuk melunasi seluruh hutangnya :

1. Pihak Bank menyuruh debitor untuk mengosongkan barang jaminan yang diikat dengan hak tanggungan

2. Pihak Bank atas persetujuan debitur dapat mengalihkan piutang debitur kepada dan hak jaminannya kepada pihak lain

3. Pihak Bank memohonkan lelang eksekusi barang jaminan

Kepastian hukum pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan apabila debitur lalai atau wanprestasi diatur dalam pasal Pasal 20 Undang-undang Hak Tanggungan berbunyi:

(1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau

b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan

29Abdul Kadir Muhammad. Hukum Perikatan.(Bandung :Citra Aditya Bakti, 1990), hlm. 20

30


(44)

dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.

Menurut penjelasan UU Hak Tanggungan point 9 menyatakan :

“Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yang Diperbarui (Het Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal 258 Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement tot Regeling van hetRechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura). Sehubungan dengan itu pada sertifikat Hak Tanggungan, yang berfungsi sebagai surat tanda-bukti adanya Hak Tanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan kata-kata "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa", untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Lelang diatur dalam perundang-undangan sejak 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan Vendu Instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56 yang dalam pasal 1 menyatakan;

Penjualan Umum adalan Pelelangan atau penjualan barang-barang yang dilakukan kepada umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang atau sebelumnya diberitahu mengenai pelelangan atau penjualan itu atau dijinkan untuk ikut serta dan diberi kesempatan untuk menawar harga, menyetujui harga yang ditawarkan atau memasukkan harga dalam sampul tertutup.

Pelaksanaan lelang eksekusi dilaksanakan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 40/PMK.07/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang jo Surat Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia


(45)

Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor : SE-23/PN/2000 tanggal 22 Nopember 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Namun dalam kenyataannya kepastian hukum pelaksanaan lelang eksekusi barang jaminan tidak semudah yang telah ditentukan menurut undang-undang tersebut.

Adanya Gugatan dan atau Perlawanan dari Debitur maupun pihak ketiga mengakibatkan ketidak pastian baik lelang eksekusi barang jaminan maupun eksekusi pengosongan barang jaminan.

UU Hak Tanggungan RI yang mempunyai azas mudah dan pasti eksekusinya ternyata belum dapat memenuhi semua kebutuhan dan mengatasi permasalahan tentang eksekusi barang jaminan sebagaimana diakui dalam Pasal 26 UU Hak Tanggungan belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 14, peraturan mengenai eksekusi hypotheek yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini, berlaku terhadap eksekusi Hak

Tanggungan

.

Artinya Undang-undang Hak Tanggungan ini mengakui belum mempunyai kekuatan eksekutorial tersendiri masih masih tergantung dengan Hukum lain terutama Hukum Acara tentang Eksekusi yang mudah diintervensi melalui perlawanan.


(46)

Saatnyalah Undang-undang Hak Tanggungan di Indonesia direvisi sebagaimana Teori Realistic Jurisprudence yang dikembangkan oleh Roscoe Pound dengan teorinya yang disebut “Law as tool of social engineering”, dimana hukum bertujuan untuk/sebagai alat perubahan masyarakat/tehnologi sosial bagi perubahan masyarakat. Pound menganalogikan hukum sebagai alat pengubah masyarakat sebagai suatu mekanik proses mekanik hukum. Untuk dapat memenuhi perannya sebagai alat tersebut, Pound lalu membuat penggolongan atas kepentingan-kepentingan yang harus di lindungi hukum, salah satunya antara lain : Kepentingan masyarakat (social interest) yang terdiri dari kepentingan akan kedamaian dan ketertiban; perlindungan lembaga-lembaga sosial; pencegahan kemerosotan akhlak; pencegahan pelanggaran hak dan kesejahteraan social.31

Teori ini sangat popular di Indonesia yang dikembangkan Kusuma Atmaja, dalam bukunya Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan yang memodofikasi “Law as tool of social engineering”, menjadi hukum sebagai sarana pembangunan.

32

2. Kerangka Konsepsi

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Jika masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian. “Konsep sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala. Maka konsep

31

Pound Roscou,Pengantar Filsafat Hukum”(Jakarta: Bhratara,1996), halaman 51

32


(47)

merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menentukan antara variabel-variabel yang lain, menentukan adanya hubungan empiris.33

a. Eksekusi

Eksekusi adalah sebagai tindakan hukum tindakan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan atau tata cara lanjutan proses pemeriksaan perkara.

b. Barang jaminan

Adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atastanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain;34

c. Putusan Pengadilan,

Putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan (eksekusi) adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht vangewijsde) yaitu putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum seperti verzet, banding dan kasasi

d. Parate Eksekusi

33

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997), hal. 21.

34


(48)

e. Suatu keputusan yang mempunyai kekuatan tetap atau daya laku eksekutorial tanpa keterlibatan penetapan pengadilan (hakim) dalam perkara perdatasesuai pasal 1178 ayat (2) KUH Perdata.yo berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, jo Pasal 6 beserta penjelasan,jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26 UUHT

f. Title eksekutorial Tata Cara Pelaksanaan Lelang Eksekusi terhadap barang jaminan tidak bergerak berdasarkan berdasarkan Pasal 20 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Hak Tanggungan jo Pasal 224 HIR atau 258 Rbg, jo Pasal 6 beserta penjelasan,jo pasal 11 jo Pasal 14 dan Pasal 26, apabila dalam APHT tidak dimuat janji sebagaimana pada Pasal 6 jo Pasal 11 ayat (2) huruf e UUHT

g. Fiat Eksekusi :

Suatu keputusan yang mempunyai kekuatan tetap atau daya laku eksekutorial dengan keterlibatan penetapan pengadilan (hakim) dalam perkara perdata. Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBG

h. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang(KPKNL)

Adalah instansi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. Menurut Pasal 30 KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan 44 negara, penilaian, piutang, dan lelang.

i. Lelang

Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun


(49)

untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.35

j. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

k. Pejabat Lelang

Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang.36

l. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan jasa perbankan yang ada.

m. Kredit

Penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

35

Pasal 1 point 1 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010

36

Pasal 1 point 14 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010


(50)

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutannya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.37

n. Perjanjian kredit bank

Perjanjian dimana kreditor (bank) memberikan kepada nasabah (kreditor) sebagai pinjaman sejumlah uang atau barang yang habis dipakai (dana) dengan syarat bahwa debitor harus mengembalikan dana yang sama jumlahnya berikut bunganya sesuai yang diperjanjikan. Perjanjian kredit bank dapat dilakukan setelah adanya suatu keputusan permohonan atas kredit yang dilakukan oleh pejabat bank yang berwenang memutuskan untuk menyetujui atau mengabulkan permohonan kredit calon debitor.38

o. Wanprestasi

Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupuan perikatan yang timbul karena undang-undang.39

p. Pembatalan Lelang eksekusi

Terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan dari pihak lain selain debitur/suami

37

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

38

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

39


(51)

atau isteri debitur/tereksekusi dan atau Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang40

q. Gugatan Perlawanan terhadap lelang eksekusi

Gugatan Perlawanan yang diajukan melalui Pengadilan Negeri setempat dengan alasan terjadinya tindakan perbuatan melanggar hukum dalam proses lelang eksekusi.

G. Metode Penelitian

Untuk keberhasilan suatu penelitian baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian sangat ditentukan oleh metode yang dipergunakan dalam penelitian.

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dinilai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini dilihat dari jenisnya digunakan dalam penulisan tesis ini adalah metode penelitian yuridis normative, yaitu dengan melakukan analisa terhadap permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum serta

40

Pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang


(52)

mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia .

Ronald Dworkin menyebut penelitian seperti ini sebagai penelitian doctrinal (Doktrinal Research), yaitu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (Law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (Law it is decided by the Judge through Judicial Process). 41

Dengan menggunakan tipe penelitian yang bersifat yuridis normative, maka pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach).42

Hal ini sesuai dengan kegunaan dari metode penelitian hukum normatif yaitu mengetahui dan mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah tertentu.43

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan semua gejala dan fakta dan mengalisa permasalahan yang ada sekarang44

41

Pendapat Ronald Dworkin, sebagaimana dikutip oleh Bismar Nasution, Metode Penelitian

Hukum dan Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah, disampaikan pada acara Dialog Interaktif

tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, 18 Februari 2003, hal 1.

42

Johny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, Edisi Revisi, Cet.2, 2006), hal.295

43

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir Abad ke 20, (Bandung: Alumni,1994), hal. 140

44


(1)

waktu dapat lebih pendek untuk mendapat putusan yang berkekutan tetap . Peluang perubahan peraturan ini mempunyai landasan yang kuat yang diatur dalam pasal 26 yang berbuyi ; Selama belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, dengan memperhatikan ketentuan dalam Pasal 14, peraturan mengenai eksekusi hypotheek yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini, berlaku terhadap eksekusi Hak Tanggungan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Affandi Ateng, Wahyu Affandi, Tentang Melaksanakan Putusan Hakim Perdata, Bandung: Alumni, 1983

Bungi Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003

Badrulzaman Mariam Darus. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional. Bandung: Alumni. 1983Waluyo Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Sinar Grafikan. 1996.

---. Aneka Hukum Bisnis, Bandung : Alumni, 1994

---, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001 ---, Perjanjian Kredit Bank, Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 1991

Black Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, St. Paul Minn: West Publishing Co, 1990

Fuady Munir, Hukum Perbankan Modern, Bandung: PT Citra Adi,1999

Harahap, M. Yahya Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta: PT. Gramedia, 1989

---, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986 Harsono Boedi, Hukum Agraria Indonesia,Jakarta:Djambatan,1997

Hartono Sunaryati C.F.G. Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional., Bandung: Alumni 1991.

---, Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir Abad ke 20, Bandung: Alumni, 1994


(3)

Huijbers Theo, Filsafat Hukum dalam lintasan sejarah, Yogyakarta: Kanisius. 1995 Cet VIII

Ibrahim Johny, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, Edisi Revisi, Cet.2, 2006

Kadir Abdul Muhammad. Hukum Perikatan.Bandung: Citra Aditya Bakti. 1990

Kashadi, Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia, Semarang : Fakultas Hukum UNDIP, 2000

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997.

L.Tanya Bernard, Tiori Hukum Strategi Tertib Manusia lintas ruang dan generasi. Jakarta: Genta. 2009

Lumban Tobing G.H.S, Kedudukan Grosse Akta Notaris Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia,Jakarta : Erlangga, 1983

Lubis M. Solly. Filsafat Ilmu dan Penelitian. Bandung: Mandar Majur. 1994

Mantay Borbir, S.dkk., Pengurusan Piutang Negara, pada PUPN/BUPLN, Jakarta: 2001

Masjehoen Sri Soedewi, Hak Jaminan Atas Tanah, Yogyakarta:Liberty, 1975 Mertokusumo Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:Liberty, 1998 Moleong Lexy J.. Metodologi Kualitatif. Bandung :Remaja Rosdakarya. 2004.

Nasution Bismar, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Bandung: Books Terrace & Library. Maret 2009 Cetakan ke 3 edisi Refisi.

Ngadijarno FX, Nunung Eko Laksito,dan Isti Indri Listani, Lelang Tiori dan praktek, BPPK, Jakarta. 2008.

Pound Roscou, Pengantar Filsafat Hukum Jakarta: Bhratara, 1996 Raharjo Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: Alumni 1986


(4)

Remy Sjahdeni Sutan., Hak Tanggungan, Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok dan Masalah yangDihadapi oleh Perbankan, Bandung: Alumni, 1999

--- Beberapa Permasalahan Undang- Undang HakTanggungan Bagi Perbankan dalam Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan diLingkungan Perbankan, Bandung: Citra Aditya Bakti,1996

Raymond P. Kent dalam Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991

Salman HR.Otje S,Filsafat Hukum Perkembangan & Dinamika Masalah,Bandung:Reifika Aditama, 2009

--- dan Anthon F Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Bandung:Reifika Aditama,2009 cetakan ke V

Satrio J., Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003

---, Hukum Perjanjian, Bandung:Citra Adiya Bakti, 1992

Patrik Purwahid dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi Dengan UUHT, Semarang : FH UNDIP 1996

Prodjodikoro Wirjono, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, Jakarta :Intermasa,1986, cet. ke-5

Sianturi Purnama Tioria,. Perlindungan Hukum Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang”.Bandung: Mandar Maju 2008.

Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:Universitas Indonesia 2008 .

Soemitro Rochmat, Peraturan dan Instruksi Lelang, Bandung: PT. Eresco, 1987 Supramono Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit, Suatu Tinjauan Yuridis

:Jakarta:1994

Subekti, Hukum Acara Perdata, Bandung : Bina Cipta. 1989.

---, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung: Citra Aditya Bakti 1992 ---,-dan Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perdata Di Indonesia, Jakarta:


(5)

Sunarmi, Hukum Kepailitan. Jakarta: PT Sofmedia. 2010 Edisi 2.

Surakhmad Winarto. Dasar dan Teknik Research. Bandung::Tarsito, 1978.

Sutantio Retnowulan dan Uripkartawinata.. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek.Bandung: Mandar Maju,2002

---, Penelitian tentang Perlindungan Hukum Eksekusi Jaminan Kredit, Jakarta: B P H N Departemen Kehakiman, 1995

Sutarno, Aspek-aspek Hukum perbankan pada Bank, Bandung: Alfabeta, 2003

Tion Oey Hoe, Fidusia sebagai jaminan unsur-unsur perikatan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984

Tje’Aman Edy Putra, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis Yogyakarta: Liberty, 1989

Usman,Racmadi ,Pasal-pasal tentang Hak Tanggungan Atas tanah, Jakarta: Penerbit Djambatan,1997

Volenhoven Van LJ. ,Pengantar Ilmu Hukum ,Jakarta: Pradnya Paramita,Cet ke 30 Waluyo Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafikan. 1996 B. Artikel, Majalah

Ahmad Zaenal Fanani, “.Makalah Teori Keadilan dalam Perspektif Filsafat Hukum

dan Islam” UII Yogyakarta, Http://www.makalah.net.

detikpertama.com/artikel/teori-hukum-islam.

Siregar Mahmul, Makalah Kepastian Hukum Dalam Transaksi Bisnis Internasional dan Implikasinya Terhadap Kegiatan Investasi Di

Indonesia,http://www.usu.ac.id 25 Maret 2011

Teddy Anggoro, Hak Tanggungan Parate Eksekusi: Hak Kreditur, Yang

Menderogasi Hukum Formil (Suatu Pemahaman Dasar dan Mendalam) http://www.groups.yahoo.com/group/Notaris_Indonesia/message/5105,17 Januari 2011


(6)

C. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement tot Regeling van het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura).

Reglemen Indonesia yang diperbarui (Het Herziene Indonesisch Reglement) . Vendu reglement Stbl.1908 Nomor 189 dan vendu instruct Stbl.1908 Nomor 190. Diubah dengan Stbl 1940 No.56

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 93/PMK.06/2010 tertanggal 23 April 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor ; 40/PMK.07/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Surat Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor : SE-23/PN/200022 Nopember 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan