49 mengucapkan kata gelembung. Hal tersebut menunjukkan tidak terjadi gangguan
berbahasa seperti yang dikatakan Haron1997. Berdasarkan data 35-36 disimpulkan bahwa Ag dapat membentuk infiks –
em- dan -el- dengan baik. Hal tersebut karena kata-kata gemetar dan gelembung sering didengarnya di kehidupan sehari-harinya.
Percakapan di bawah merupakan percakapan peneliti dengan Jolyn,
selanjutnya disebut Jln. 37
Peneliti : Jolyn coba katakan, gemuruh Jln
: Gemuluh
Berdasarkan data 37 diketahui bahwa Jln mampu membentuk infiks –em- sesuai kategori c dalam teori Verhaar2001 pada kata gemuruh menjadi
gemuluh dengan cara membeo walaupun fonem r berganti menjadi l, tetapi Jln tidak mengerti arti dari kata tersebut. Hal tersebut menunjukkan tidak terjadi
gangguan berbahasa seperti yang dikatakan Haron1997. Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa Jln hanya dapat membentuk
infiks -em- dengan cara membeo dan tidak mengetahui makna kata yang terdapat infiks -em- tersebut, sedangkan untuk infiks -el- tidak dapat membentuknya sama
sekali dan tidak mengerti makna kata yang tersisip -el- di dalamnya.
4.1.4 Gangguan Pembentukan Konfiks
Data-data berikut merupakan percakapan antara peneliti dengan anak autisme yang bernama Flv Tarigan 9 tahun, Ag Kartika 12 tahun, dan Jln
Junawi 8 tahun, serta didampingi oleh terapis anak autisme tersebut yang
50 memeroleh data-data berupa konfiks pembubuhan depan dan belakang antara
lain men-kan, men-i, ke-an, memper-i sebagai berikut.
Percakapan di bawah merupakan percakapan peneliti dengan Fahlevi,
selanjutnya disebut Flv. 38
Peneliti : Fahlevi, coba lihat kakak Kakak sedang apa ini? sambil mem- peragakan melambaikan tangan
Flv : Dadah. melihat ke arah peneliti
Peneliti : Selain itu namanya apa kalau tangannya di atas? Flv
: Apa bu? bertanya kepada terapisnya Terapis : Melambaikan tangan. Ikuti
Flv
: Melabaikan tangan.
Berdasarkan data 38 diketahui bahwa Flv belum dapat membentuk konfiks me-kan sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001 secara langsung, tetapi
harus dengan membeo. Pengetahuan Flv tentang yang diperagakan oleh peneliti hanya sampai pada pengucapan kata dadah. Setelah terapis menyuruh ikuti
mengucapkan kata melambaikan, Flv baru dapat membentuk konfiks men-kan dengan mengucapkan kata melabaikan walaupun fonem m pada kata lambai
hilang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembentukan konfiks me-kan Flv tidak terganggu dan tidak ditemukan gangguan berbahasa sesuai yang dikatakan
Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan berbahasa.
39 Peneliti : Fahlevi, mobilan kamu pernah rusak?
Flv : Patah dia, gak ada pintunya.
Peneliti : Patah pintunya. Terus, Fahlevi tidak memperbaiki mobilannya? Flv
: Dilakban ayah pintunya. Peneliti : Oh iya. Coba ikuti kakak Sebutkan memperbaiki
Flv
: Mebaiki
Berdasarkan data 39 diketahui bahwa Flv belum dapat membentuk konfiks memper-i sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001 secara langsung. Saat
51 peneliti melakukan pemancingan agar Flv mengucapkan kata memperbaiki, Flv
tidak mengucapkannya. Setelah peneliti melakukan pengulangan dengan menyuruh Flv mengikuti menyebutkan kata memperbaiki dengan benar, Flv juga
tidak dapat membentuk konfiks memper-i dengan cara membeo. Akan tetapi, Flv mengucapkan kata mebaiki. Unsur mper- hilang pada afiks memper, hanya
tinggal unsur me-. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembentukan konfiks memper-i Flv mengalami gangguan menjadi me-i. Terjadi penghilangan unsur
per- yang termasuk ke dalam gangguan berbahasa omission penghilangan unsur bahasa unsur konfiks dalam penelitian sesuai dengan yang dinyatakan
Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan berbahasa. 40
Peneliti : Fahlevi bisa menaiki tangga? Flv
: Nai sampe atas Levi. Peneliti : Oh, naiknya sampe ke atas ya. Coba sebutkan menaiki
Flv
: Menaki taga rumah Levi.
Berdasarkan data 40 diketahui bahwa Flv belum dapat membentuk konfiks men-i sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001 secara langsung. Saat peneliti
melakukan pemancingan agar Flv mengucapkan kata menaiki, Flv tidak mengucapkannya. Setelah peneliti melakukan pengulangan dengan menyuruh Flv
mengikuti menyebutkan kata menaiki dengan benar, Flv baru dapat membentuk konfiks men-i dengan cara membeo. Flv mengucapkan kata menaiki menjadi
menaki. Fonem i hilang pada kata naik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembentukan konfiks men-i Flv tidak terganggu dan tidak ditemukan gangguan
berbahasa sesuai yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan berbahasa.
52 41
Peneliti : Fahlevi, coba katakan bagaimana keadaan wajah ibu Tini? Flv
: Ibu Tini cantik. Peneliti : Pintar, coba ikuti sebutkan keadaanmengatakan dengan lambat
dan jelas Flv
: Kedaan
Berdasarkan data 41 diketahui bahwa Flv belum dapat membentuk konfiks ke-an sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001 secara langsung. Flv
mengucapkan kata keadaan menjadi kedaan dengan membeo, menunjukkan bahwa Flv dapat membentuk konfiks ke-an pada kata kedaan walaupun fonem a
sesudah suku kata ke hilang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembentukan konfiks ke-an Flv tidak terganggu dan tidak ditemukan gangguan berbahasa sesuai
yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan berbahasa. Berdasarkan data 38-41 dapat disimpulkan bahwa Flv dapat membentuk
konfiks men-kan, men-i, dan ke-an dengan cara membeo, tetapi masih memahami konteks pembicaraan dari kata yang melekat konfiks tersebut di dalamnya.
Walaupun sebenarnya untuk arti sesungguhnya dari setiap konfiks tersebut tidak diketahui oleh Flv. Flv tidak dapat membentuk konfiks memper-i pada kata
memperbaiki dengan benar. Flv mengucapkannya hanya dengan mebaiki dan menghilangkan unsur mper-. Flv sama sekali tidak dapat membentuk konfiks
memper-kan dan tidak mengerti makna atau arti kata yang dilekati konfiks memper-kan.
Percakapan di bawah merupakan percakapan peneliti dengan Aiga,
selanjutnya disebut Ag. 42
Peneliti : Aiga, coba lihat kak sedang apa? sambil memperagakan memperkenalkan diri kepada ibu Rina
53 Ag
: Kenalan sama ibu Rina. Peneliti : Kalau Aiga baru masuk sekolah, terus Aiga melakukan apa
kepada teman-teman? Ag
: Aiga mepekenalkan diri.
Peneliti : Bagus, Aiga pintar. sambil bertepuk tangan Berdasarkan data 42 diketahui bahwa Ag dapat membentuk konfiks
memper-kan sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001 dengan mengucapkan kata memperkenalkan menjadi mepekenalkan. Ag menghilangkan fonem m dan r
pada afiks memper-, tetapi tetap tidak menghilangkan bentuk konfiks memper-kan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ditemukan gangguan berbahasa
sesuai yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan berbahasa.
43 Peneliti : Aiga, coba lihat kakak sedang apa? sambil memasukkan buku ke
dalam tas Ag
: memasukan buku dalam tas kakak.
Berdasaarkan data 43 diketahui bahwa Ag dapat membentuk konfiks men-
kan sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001 dengan mengucapkan kata memasukan. Ag menghilangkan fonem k pada suku kata terakhir kata
memasukkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ditemukan gangguan berbahasa sesuai yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan
berbahasa.
44 Peneliti : Aiga, kalau kakak makan cabai yang pedas sekali, kemudian
kakak nanti bisa kenapa? Ag
: Kakak kepedasan pasti.sambil memperagakan orang
yang sedang kepedasan Peneliti : Kepedasan, hu..ha..hu..ha ya memperagakan juga orang yang
sedang kepedasan
54 Berdasarkan data 44 diketahui bahwa Ag dapat membentuk konfiks ke-
an sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001. Ag mengucapkan kata kepedasan dengan benar melalui pancingan arahan yang diberikan oleh peneliti.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ditemukan gangguan berbahasa sesuai yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan berbahasa.
45 Peneliti : Aiga, bapak pandai tidak mengendarai mobil?
Ag : Pandai, bapak ngantar Aiga.
Peneliti : Coba sebutkan mengendarai Ag
: Mengendarai
Berdasarkan data 45 diketahui bahwa Ag dapat membentuk konfiks men-i sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001. Ag mengucapkan kata
mengendarai dengan benar walaupun harus melalui pancingan berupa pertanyaan- pertanyaan dan mengucapkan kata yang benar agar Ag mengikutinya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ditemukan gangguan berbahasa sesuai yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan berbahasa.
46 Peneliti : Aiga suka mempelajari apa kalau belajar sama bu Rina?
Ag : Warna-warna
Peneliti : Selain itu apa lagi? Ag
: Pelajari angka-angka
Peneliti : Coba ikuti katakan mempelajari Ag
: Mepelajari
Berdasarkan data 46 diketahui bahwa Ag dapat membentuk konfiks memper-i sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001. Ag mengucapkan kata
mepelajari dengan benar walaupun harus melalui pancingan berupa pertanyaan- pertanyaan dan mengucapkan kata yang benar agar Ag mengikutinya dengan
55 membeo. Ag menghilangkan fonem m setelah suku kata me yang seharusnya
mempelajari. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ditemukan gangguan berbahasa sesuai yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan
berbahasa. Berdasarkan data 42-46 dapat disimpulkan bahwa Ag dapat membentuk
konfiks men-kan, men-i, memper-kan, memper-i dan ke-an dengan baik. Ag juga mengerti arti dari kata-kata yang diucapkannya, walaupun harus ada pemancingan
yang diberikan oleh peneliti agar Ag membentuk konfiks yang diinginkan peneliti. Sebagian konfiks dibentuk oleh Ag dengan cara membeo dan sebagian
lagi dibentuk oleh Ag sendiri.
Percakapan di bawah merupakan percakapan peneliti dengan Jolyn,
selanjutnya disebut Jln. 47
Peneliti : Jolyn sayang sama bu Endang? Jln
: Sayang sambil dipeluk oleh bu Endangterapisnya Peneliti : Harus saling menyayangi ya sama bu Endang
Terapis : Iya kak, kita saling menyayangi ya Jolyn? Katakan menyayangi mengajari dengan pelan agar Jln mengikuti
Jln : Meyayangi
Berdasarkan data 47 diketahui bahwa Jln dapat membentuk konfiks men-i sesuai kategori d dalam teori Verhaar2001. Jln mengucapkan kta menyayangi
menjadi meyayangi, walaupun masih ada penghilangan fonem n pada nya. Jln membentuk konfiks men-i dengan cara membeo apa yang dikatakan oleh
terapisnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ditemukan gangguan berbahasa sesuai yang dikatakan Haron1997 tentang pengelompokkan gangguan
berbahasa.
56 Berdasarkan data 47 disimpulkan bahwa Jln hanya mampu membentuk
konfiks men-i dengan kata-kata umum yang sering didengarnya dan dipahaminya, sedangkan untuk membentuk konfiks men-kan, memper-kan, memper-i, dan ke-
an, Jln tidak dapat membentuknya maupun memahami artinya. Hal tersebut disebabkan karena ketidaksukaan Jln untuk berbicara sehingga kemampuan
berbicaranya sangat kurang.
4.2 Hubungan Gangguan Pembentukan Afiks dalam Bahasa Indonesia dengan Afasia yang Diderita Anak Autisme
Gangguan pembentukan afiks dalam bahasa Indonesia pada anak autisme merupakan gangguan berbahasa yang berhubungan dengan produksi bahasa di
dalam hemisfer kiri otak. Terjadinya gangguan pembentukan afiks karena medan Boroca pada hemisfer kiri otak yang menangani produksi bahasa mengalami
gangguan. Gangguan pembentukan afiks yang terjadi pada anak autisme termasuk ke dalam gangguan berbahasa yang juga disebut dengan afasia. Menurut
Kridalaksana 2008: 2 afasia adalah kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan untuk memakai bahasa lisan karena penyakit, cacat, atau cedera pada
otak. Oleh karena itu, gangguan pembentukan afiks bahasa lisan anak autisme dalam penelitian ini termasuk ke dalam golongan penyakit afasia, terutama ke
golongan afasia Broca. Anak autisme, selain mengalami keterbelakangan mental sosial juga mengalami afasia. Anak autisme mengalami perkembangan
kemampuan berbahasa yang tidak sebanding dengan perkembangan bahasa pada anak normal umumnya.
57 Afasia selalu dikaitkan dengan kelainan di pusat berbahasa yang berada di
hemisfer otak sebelah kiri. Kelainan afasia Broca ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun pikiran, perasaan, dan
kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain; bicara lisan tidak lancar, terputus-putus dan sering mengucapkan kata yang tidak
dimengrti orang lain; apabila bertutur menggunakan kalimat yang singkat dan monoton; dapat mengerti dan dapat merespon rangsangan yang diterimanya, tetapi
mengalami kesulitan untuk mengekspresikannya melalui komunikasi verbal. Afasia merupakan sejenis penyakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf
otak dengan melumpuhkan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Hal penting yang menandakan seseorang menderita afasia adalah keterbatasan dalam
komunikasi secara pertuturan, kesukaran memahami percakapan orang lain, dan kesukaran untuk membaca dan menulis. Anak autisme dalam penelitian ini
menderita afasia motorik atau afasia Broca terlihat jelas ditandai dengan sulitnya mereka untuk berbahasa dengan baik dan benar melalui alat artikulasinya, juga
mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Subjek penelitian seperti Flv 9tahun, Ag 12tahun, dan Jln 8tahun
ternyata mengalami gangguan afasia motorik subkortikal seperti yang dikemukakan Chaer, 2009: 157 dalam memproduksi pembentukan afiks dalam
bahasa Indonesia.
58
4.2.1 Afasia Motorik Subkortikal