Prosedur Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

usahanya, tanpa takut direcoki oleh tagihan-tagihan kreditor yang berada di luar PKPU. Selain itu, kreditor juga seharusnya terjamin melalui PKPU, karena bila terjadi pelanggaran terhadap perjanjian perdamaian tersebut, maka kreditor dapat mengajukan permohonan pembatalan perjanjian perdamaian kepada pengadilan niaga dan debitor otomatis dinyatakan pailit. Hal ini juga berbeda dengan proses restructuring biasa, yang apabila terjadi breach perjanjian, tentunya harus dilalui proses gugat perdata yang berliku-liku dan waktunya panjang. Proses restructuring hanya mengikat kreditor tertentu saja namun dalam PKPU mengikat semua kreditor. Sedangkan dalam kepailitan, walaupun juga ada mengenal perdamaian, namun pada dasarnya kepailitan itu ditujukan pada pemberesan harta pailit yang dilakukan dengan cara menjual seluruh boedel pailit dan membagikan hasil penjualan tersebut kepada para kreditor yang berhak menurut urutan yang ditentukan dalam Undang-Undang.

B. Prosedur Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang memberikan kemungkinan penundaan kewajiban pembayaran utang dapat diajukan baik oleh debitor maupun oleh kreditor Pasal 222 ayat 1 UUK-PKPU. Syarat bagi kreditor untuk dapat mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang apabila secara nyata debitor tidak lagi membayar piutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Sedangkan bagi debitor sendiri untuk dapat mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang bukan hanya setelah tidak dapat melanjutkan pembayaran utang-utangnya, tetapi Universitas Sumatera Utara juga apabila debitor memperkirakan tidak dapat melanjutkan membayar utang- utangnya itu ketika utang-utangnya itu jatuh waktu dan dapat ditagih. 41 ฀ Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal 333. 41 Sebaiknya dalam hal ini dimungkinkan pula bagi kreditor apabila dari laporan keuangan yang dikirim oleh debitor kepada kreditor seperti dalam perjanjian kredit yang diberikan oleh bank ditentukan bahwa dalam waktu-waktu tertentu wajib menyampaikan laporan keuangannya kepada bank kreditor, maka kreditor dapat pula untuk mengajukan permohonan PKPU, sama halnya seperti debitor. Maka dalam hal ini tidak menolak permohonan PKPU oleh kreditor apabila kreditor dapat membuktikan bahwa debitor diperkirakan tidak dapat melanjutkan pembayaran utang-utangnya ketika utang-utang itu sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Menurut Pasal 222 ayat 1, debitor dapat mengajukan PKPU hanya apabila debitor mempunyai lebih dari satu kreditor, selain itu menurut Pasal 222 ayat 2 debitor juga sudah dalam keadaan tidak dapat membayar utang-utangnya yang sudah: a. Mempunyai lebih dari satu kreditor, dan b. Sudah dalam keadaan tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, atau c. Memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Universitas Sumatera Utara Jatuh waktu dan dapat ditagih artinya adalah debitor telah berada dalam keadaan berhenti membayar utang-utangnya. Seorang debitor dapat mengajukan PKPU apabila: Menurut Pasal 222 ayat 1 dan ayat 3 UUK-PKPU, dapat diketahui juga bahwa selain debitor maka kreditor juga dapat mengajukan PKPU. Untuk jelasnya isi Pasal 222 ayat 3 adalah sebagai berikut: “Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada debitor diberi PKPU, untuk memungkinkan debitor mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditornya”. Dari ketentuan Pasal 222 ayat 3 diatas, maka pengajuan PKPU dapat saja diajukan oleh kreditor namun rencana perdamaian tetap diajukan oleh debitor dan kreditor tinggal menyetujui atau tidak rencana perdamaian tersebut. Seorang debitor yang diperkirakan tidak akan dapar melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dalam UUK-PKPU tidak ditentukan mengenai tolak ukurnya, maka dalam hal ini menurut Sutan Remi Syahdeini haruslah berdasarkan financial audit dan analisis keuangan yang dilakukan oleh suatu akuntan public. Jadi dalam hal ini bukan berdasarkan pertimbangan subjektif dari kreditor semata. Dalam hal debitor yang berbentuk Perseroan Terbatas, penyerahan laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik tidak merupakan masalah karena menurut Undand-undang tentang Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa perseroan terbatas harus menunjuk akuntan publik guna melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangannya. Dan bagi perusahaan yang sudah tercatat sahamnya di bursa efek, Undang-Undang Pasar Universitas Sumatera Utara Modal juga menentukan hal yang sama guna kepentingan para pemegang saham. Perbedaan antara PKPU dengan kepailitan juga terdapat dalam bidang prosedur yang harus ditempuh. Peraturan prosedur pada PKPU kurang luas dibandingkan dengan peraturan prosedur dalam kepailitan. 42 b. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh pengadilan niaga, dan sementara permohonan pernyataan pailit itu sedang diperiksa oleh pengadilan niaga, debitor atau kreditor yang bukan pemohon kepailtan juga mengajukan PKPU. PKPU diajukan sebelum debitor dinyatakan pailit, sebab apabila PKPU diajukan setelah debitor dinyatakan pailit, maka hal ini tidak ada gunanya lagi. Oleh karena itu, PKPU harus diajukan sebelum debitor dinyatakan pailit. Permohonan PKPU dapat diajukan oleh debitor baik sebelum permohonan pernyataan pailit diajukan maupun setelah permohonan pernyataan pailit diajukan sebagimana ketentuan Pasal 222 jo Pasal 229 ayat 4 UUK-PKPU, yang penting sebelum adanya keputusan hakim yang tetap menyatakan debitor pailit. Sehubungan dengan dimungkinkannya permohonan PKPU diajukan setelah pengadilan niaga menerima permohonan pernyataan pailit, dapat terjadi kemungkinan sebagai berikut: a. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh pengadilan niaga tetapi belum diperiksa, dan sementara permohonan pernyataan pailit belum diperiksa, pengadilan niaga menerima pula permohonan PKPU dari debitor atau dari kreditor yang bukan pemohon kepailitan. 42 ฀ Sunarmi, Op.Cit., hal 202. 43 ฀ Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal 338. 43 Universitas Sumatera Utara Sehubungan dengan kemungkinan-kemungkinan diatas, maka berdasarkan Pasal 229 ayat 3 UUK-PKPU menentukan bahwa” apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU diperiksa pada saat yang bersamaan, maka permohonan PKPU harus diputuskan terlebih dahulu”. Dengan demikian, asas hukum yang berlaku ialah permohonan PKPU harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengadilan niaga mendahului pemeriksaan terhadap permohonan peryataan pailit. Prosedur permohonan PKPU diuraikan berdasarkan ketentuan Pasal 224 UUK-PKPU yang berbunyi sebagai berikut: 1. Permohonan PKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan kepada pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan ditandatangani oleh pemohon dan oleh advokadnya. 2. Dalam hal pemohon adalah debitor, permohonan PKPU harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitor beserta surat bukti secukupnya. 3. Dalam hal pemohon adalah kreditor, pengadilan wajib memanggil debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7tujuh hari sebelum sidang. 4. Pada sidang sebagaimana dimaksud pada ayat 3, debitor mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang debitor beserta surat bukti secukupnya dan, bila ada Rencana Perdamaian. 5. Pada surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222. Universitas Sumatera Utara 6. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1, ayat 2 , ayat 3, ayat 4 dan ayat 5 berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara pengajuan PKPU sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Berdasarkan ketentuan Pasal 224 UUK-PKPU tersebut, maka permohonan PKPU harus diajukan secara tertulis kepada pengadilan niaga disertai dengan daftar uraian mengenai harta pailit lihat Pasal 102 UUK-PKPU beserta surat- surat bukti selayaknya. Surat permohonan itu harus ditandatangani baik oleh debitor maupun penasehat hukumnya. 44 44 ฀ Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal 341. Dengan demikian, debitur harus menunjuk penasehat hukum bila ingin mengajukan permohonan PKPU. Permohonan tersebut juga tidak dapat diajukan sendiri oleh penasehat hukum tetapi juga harus bersama-sama dengan debitor. Pada surat permohonan tersebut dapat juga dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222. Pada dasarnya PKPU bertujuan untuk mencapai perdamaian antara debitor dan para kreditornya, maka apabila pengajuan permohonan PKPU sekaligus dilampiri juga dengan rencana perdamaian, agar para kreditor dapat mengambil sikap untuk menerima atau menolak permohonan PKPU tersebut. Tetapi sebaliknya apabila permohonan PKPU tidak disertai rencana perdamaian maka para kreditor akan mengalami kesulitan dalam pengambilan sikap, dan sebaiknya hakim memintakan rencana perdamaian tersebut pada debitor. Universitas Sumatera Utara Sehubungan dengan kesepakatan mengenai rencana perdamaian hanya akan mempunyai arti apabila setiap kreditor terikat yaitu baik kreditor konkuren maupun kreditor preferen. Apabila tidak setiap kreditor terikat dengan perdamaian yang tercapai, maka kedudukan debitor dan kepentingan para kreditor dapat dibahayakan oleh kreditor yang tidak terikat. 45 Selama PKPU, debitor tanpa persetujuan pengurus PKPU tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. Kreditor yang tidak terikat dengan perdamaian itu, misalnya apabila ditentukan perdamaian itu hanya berlaku bagi kreditor konkuren, tetapi tiba-tiba kreditor yang tidak terikat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa mempedulikan sedang berlangsungya PKPU, dan apabila permohonan tersebut dikabulkan oleh hakim maka sia-sia saja perdamaian yang telah disepakati antara debitor dan kreditor konkuren. Oleh karena itu adalah tepat pemberlakuan UUK-PKPU yang menentukan bahwa pengajuan rencana perdamaian dalam rangka PKPU harus diajukan kepada semua kreditor, baik kreditor konkuren maupun kreditor preferen.

C. Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang