Permasalahan Tujuan Manfaat Variabel-Variabel Proses Pada Oksidasi Ekstraksi

Tahap EOP adalah tahap EkstraksiOksidasiPeroksida, dimana zat kimia yang digunakan pada tahap ini adalah NaOH dan H 2 O 2 . Tahap ini merupakan tahap pemurnian dari tahap klorinasi. Tujuan utama dari tahap ini adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang kemungkinan besar larut dalam larutan alkali dari bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu H 2 O 2 . Dimana H 2 O 2 merupakan zat pemutih yang efektif untuk melindungi selulosa, memperbaiki brightness tanpa kehilangan produksi yang berarti. Brightness adalah merupakan sifat lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang diukur pada suatu kondisi yang baku, digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan. Dengan adanya H 2 O 2 ini diharapkan akan mencapai target brightness di tahap ini. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul “PENGARUH PENAMBAHAN H 2 O 2 TERHADAP KECERAHAN BRIGHTNESS TAHAP EKSTRAKSIOKSIDASIPEROKSIDA EOP DI PEMUTIHAN BLEACHING PADA PENGOLAHAN KAYU PT TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA”.

1.2 Permasalahan

Untuk mendapatkan pulp dengan tingkat kecerahan brightness yang baik serta kekuatan serat yang tinggi, maka lignin harus dihilangkan semaksimal mungkin, untuk itu diperlukan pemakaian H 2 O 2 hidrogen peroksida di tahap EOP Ekstraksi OksidasiPeroksida. Dari uraian diatas maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh H 2 O 2 Hidrogen Peroksida untuk menghasilkan kecerahan brightness pada tahap Universitas Sumatera Utara EkstraksiOksidasiPeroksida EOP supaya sesuai dengan standart ISO yang diinginkan.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh penambahan H 2 O 2 Hidrogen Peroksida terhadap kecerahan brightness pulp di tahap EkstraksiOksidasiPeroksida EOP pada pengolahan kayu.

1.4 Manfaat

Penambahan H 2 O 2 Hidrogen Peroksida pada pulp, dapat meningkatkan atau memperbaiki kecerahan brightness pulp. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum Tentang Kayu

2.1.1 Pengertian Kayu

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Pengertian kayu disini ialah suatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian- bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar. J.F.Dumanauw. 1990. Disisi lain kayu merupakan bahan dasar yang modern. Kubah-kubah kayu yang besar dan perabot rumah yang indah membuktikan kegunaan dan keindahannya. Di samping itu, kayu merupakan bahan dasar pulp dan kertas, serat, flim, aditif, dan banyak produk-produk lainnya. Tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa kayu merupakan salah satu produk alam yang sangat penting. D. Fengel dan G. Wegener. 1995 Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Klasifikasi Kayu Kayu diklasifikasikan dalam dua golongan yang umum, yaitu :

1. Kayu lunaksoftwoods 2. Kayu kerashardwoods Secara umum kayu keras lebih kompleks daripada kayu lunak, dimana kayu keras lebih banyak mengandung selulosa, hemiselulosa dan ekstraktif tetapi kandungan ligninnya lebih sedikit. Perbedaan antara kayu keras dan kayu lunak antara lain : a. Kayu lunak tersusun atas sedikit tipe sel yang penting, kayu keras tersusun atas banyak tipe sel dan 90-95 volume xilem kayu lunak tersusun atas sel-sel yang panjang, sisanya terdiri atas sel jari-jari. Sedangkan kayu keras paling sedikit tersusun atas empat macam sel utama. b. Kayu keras memiliki pembuluh sedangkan kayu lunak tidak. c. Sel-sel kayu lunak tersusun lurus dalam baris radikal yang sejajar dengan jari- jari yang lurus seperti jeruji, sedangkan jari-jari kayu keras jarang tersusun dalam baris radial yang lurus John. G. Haygreen dan Jim. L. Bowyer. 1985.

2.2 Sifat-sifat Umum Kayu

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Sifat dimaksud antara lain yang bersangkutan dengan sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat kimianya. Disamping sekian banyak sifat-sifat Universitas Sumatera Utara kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua kayu yaitu : 1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan simetri radial. 2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa unsur karbohidrat serta berupa lignin non-karbohidrat. 3. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya. 4. Kayu dapat dirusak makluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu keadaanya kering J. F. Dumanauw. 1990.

2.2.1 Sifat Fisik kayu

Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah : a. Berat jenis Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara 0,20 sampai 1,28 berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering tanur atau kering udara dan volum kayu pada posisi kadar air tersebut. Universitas Sumatera Utara b. Keawetan alami kayu Keawetan alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar. c. Warna kayu Ada beraneka macam, antara lain berwarna kuning, keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. d. Higroskopik Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara disekitarnya akan makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu dinamakan kandungan air kesetimbangan EMC = Equilibrium Moisture Content. e. Tekstur Tekstur ialah ukuran relatif sel-sel kayu. Yang dimaksud dengan sel kayu adalah serat-serat kayu. Universitas Sumatera Utara f. Serat Arah serat dapat ditentukan oleh arah alur-alur, jika arah-arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang. g. Berat Kayu Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga- rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di dalamnya J.F Dumanauw. 1990. h. Kekerasan Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah kayu yang lunak. i. Kesan Raba Kesan raba untuk tiap jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan zat ekstraktif di dalam kayu J.F Dumanauw. 1990.

2.2.2 Sifat Kimia Kayu

Komponen kimia dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makluk perusak kayu. Universitas Sumatera Utara Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari tiga unsur : 1. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa 2. Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin 3. Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu J. F. Dumanauw. 1990. Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah : a. Karbon 50 b. Hidrogen 6 c. Nitrogen 0,04-0,10 d. Abu 0,20-0,50 e. Sisanya adalah oksigen J. F. Dumanauw. 1990. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 : komponen kimia kayu menurut golongan kayu Komponen kimia Softwood Hardwood Sellulosa 42 ± 2 45 ± 2 Hemiselulosa 27 ± 2 30 ± 2 Lignin 27 ± 2 20 ± 2 Ekstraktif 3 ± 2 5 ± 2 a Sellulosa Sellulosa adalah bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel atau merupakan komponen kayu terbesar yang dalam kayu lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Bahan dasar selulosa adalah glukosa dengan rumus C 6 H 12 O 6 . Molekul-molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industri yang memakai selulosa sebagai bahan baku, misalnya pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan lain sebagainya J. F. Dumanauw. 1990. b Hemislulosapoliosa Hemiselulosa semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa merupakan polimer dari lima bentuk gula yang berlainan yaitu : glukosa, mannose, galaktosa, xylosa, dan arabinosa. Universitas Sumatera Utara Rantai hemiselulosa lebih pendek daripada selulosa karena hemiselulosa mempunyai derajad polimerisasi yang lebih rendah. Molekul hemiselulosa terdiri dari 300 unit gugus gula. Sebagian terbesar hemiselulosa merupakan polimer-polimer dengan rantai bercabang, berbeda dengan selulosa berantai lurus. Kandungan hemiselulosa dalam kayu keras lebih besar daripada kayu lunak dan komposisi gulanya berbeda. Pada proses pembuatan pulp hemiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan selulosa Anonim. 2001. Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen- komponen monomernya. Jumlah hemiselulosa dari berat kering kayu biasanya antara 20 dan 30 . Komposisi dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak secara khas berbeda dari kayu keras. Perbedaan-perbedaan yang besar juga terdapat dalam kandungan dan komposisi hemiselulosa antara batang, cabang, akar dan kulit kayu. Eero. Sjostrom. 1995. c Lignin Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan selulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Lignin berfungsi sebagai bahan perekat antara sel-sel selulosa dari pohon kayu. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana Anonim. 2001. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat, sebaliknya lignin pada dasarnya adalah suatu fenol. Lignin sangat stabil Universitas Sumatera Utara dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam karenanya susunan lignin yang di dalam kayu tetap tidak menentu. Lignin terletak terutama dalam lamella tengah dan dinding primer. Di dalam kayu lignin merupakan bahan yang tidak berwarna. Apabila lignin bersentuhan dengan udara, terutama dengan adanya sinar matahari, maka bersama-sama dengan karbohidart-karbohidrat tertentu lama kelamaan lignin cenderung menjadi kuning John. G. Haygreen dan Jim. L. Bowyer. 1985. d Ekstraktif Kayu biasanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak yang disebut dengan istilah “ekstraktif”. Zat-zat ini dapat diambil dipisahkan dari kayu apakah dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik seperti eter atau alkohol. Asam-asam lemak, asam-asam resin, lilin, terpentin, dan gugus fenol adalah merupakan beberapa grup yang juga merupakan ekstraktif. Anonim.2001. Istilah ekstraktif kayu meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan menggunakan pelarut polar dan non-polar. Ekstraktif merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik. Jumlah ekstraktif yang relatif tinggi diperoleh dalam kayu tropika. Kandungan dan komposisi ekstraktif berbeda di antara spesies kayu. D. Fengel dan G. Wegener. 1995. Universitas Sumatera Utara

2.3 Proses Pembuatan Pulp

Produksi pulp merupakan teknik yang paling penting untuk pengolahan kayu secara kimia. Pemisahan serat selulosa dari bahan-bahan yang bukan serat didalam kayu dapat dilakukan dengan berbagai macam cara proses, yaitu : 1. Proses pembuatan pulp secara mekanik 2. Proses pembuatan pulp secara semikimia 3. Proses pembuatan pulp secara kimia

2.3.1 Proses pembuatan Pulp Secara Mekanik

Dalam proses pembuatan pulp secara mekanik, pemisahan serat dilakukan dengan cara menggunakan tenaga mekanik. Proses ini dilakukan dengan menggerinda kayu menjadi serat pulp dan menghasilkan rendemen sebesar 90-95 , tetapi menyebabkan kerusakan pada serat. Penggunaan pulp yang dihasilkan pada proses mekanik ini nilainya kecil sekali, juga pulp itu masih mengandung banyak lignin dan serat-seratnya tidak murni sebagai serat. Anonim. 2001 Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Proses Pembuatan Pulp Secara Semikimia

Proses semikimia meliputi pengolahan cara kimia yang diikuti dengan perbaikan secara mekanik dan beroperasi pada rendemen yang tingginya dibawah proses mekanik. Biasanya bahan kimia yang digunakan pada proses ini adalah natrium sulfit Anonim.2001.

2.3.3 Proses Pembuatan Pulp Secara Kimia

Pada proses kimia, bahan-bahan yang terdapat ditengah lapisan kayu akan dilarutkan agar serat dapat terlepas dari zat-zat yang mengikatnya. Hal yang merugikan pada proses ini adalah rendemen yang rendah yaitu 45-55. Proses kimia dibagi menjadi tiga kategori : 1. proses soda 2. proses sulfit 3. proses sulfat Dalam proses soda, kayu dimasak dengan larutan natrium hidroksida. Larutan sisa pemasakan dipekatkan dan kemudian dibakar, yang akan menghasilkan natrium karbonat, dan apabila diolah dengan menambahkan batu kapur akan menghasilkan natrium hidroksida. Nama proses “soda” karena bahan kimia yang ditambahkan kedalam prosesnya berupa natrium karbonat. Proses ini sekarang tidak dipakai lagi. Pada proses sulfit, larutan pemasak yang dipakai adalah asam-asam yang mengandung sulfur dari logam alkali, atau alkali tanah berupa bisulfit Universitas Sumatera Utara Proses pembuatan pulp yang paling banyak digunakan saat ini adalah proses sulfat atau disebut juga proses kraft. Kekuatan proses kraft ini dikarenakan adanya bahan kimia yang terkandung dalam larutan pemasak yang disebut “sulfidity”. Keuntungan-keuntungan dari proses sulfat ini adalah sebagai berikut : 1. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi. 2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari spesies yang berbeda. 3. Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan harganya tidak mahal. 4. Tersedianya peralatan-peralatan operasi yang standar. 5. Banyak pilihan yang dipakai untuk proses pemucatan. 6. Dampak pencemarannya dapat dikatakan sangat rendah 7. Pendaur ulangan panas yang begitu efisien. 8. Pendaur ulangan bahan kimia yang sangat efisien 9. Masalah getah pitch dari kayu yang mengandung resin-resin sangat berkurang. 10. Dapat dihasilkan berbagai jenis pulp. Tujuan pembuatan pulp dengan proses kraft adalah untuk memisahkan serat- serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutnya lignin yang ada diantara ditengah-tengah “lamella” yang berfungsi sebagai pengikat serat. Universitas Sumatera Utara Bahan kimia yang terdapat dalam larutan pemasak juga merembes terserap ke dinding serat dan melarutkan lignin yang ada disitu Anonim. 2001.

2.4 Dasar Proses Pemutihan Pulp

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pemutihan pulp sangat berbeda, tetapi semua proses mempunyai kondisi penting yang sama, yaitu jumlah bahan kimia, konsistensi pemutihan, waktu dan suhu pemutihan D. Fengel dan G. Wegener. 1995. Proses pemutihan pulp dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Tujuan utama proses pemutihan pulp secara umum dapat diringkaskan sebagai berikut : 1 memperbaiki brightness 2 memperbaiki kemurnian 3 degradasi serat selulosa seminimum mungkinAnonim. 2001.

2.4.1 Teori Pemutihan Pulp

Tujuan dari pemutihan pulp kimia adalah untuk menghilangkan sisa lignin setelah proses pemasakan untuk memperoleh yang disebut pulp yang diputihkan penuh dengan derajat putih di atas 90 atau untuk memperoleh kualitas semi pengelantangan dengan derajat putih berkisar 60-70 D. Fengel dan G. wegener. 1995. Universitas Sumatera Utara Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan lignin yang tersisa. Lignin bisa dihilangkan dalam jumlah banyak pada proses pemasakan, tetapi hal ini akan mengurangi hasil yang banyak dan merusak serat, sehingga menghasilkan kualitas pulp rendah. Oleh karena itu, maka proses pemasakan dihentikan dan melanjutkan proses penghilangan lignin dengan bahan kimia. Pada normalnya dalam proses pemutihan lignin adalah melarutkan pulp kebentuk yang larut dengan air. Lignin pada pulp kelihatan dalam berbagai macam bentuk tergantung kepada kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin ini sangat reaktif yang berarti bahwa ini mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti Klorin, Hipo Klorit, Hidrogen Peroksida, dan lain-lain. Kemudian molekul lignin terurai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, yang larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp. Pencucian pulp pada pabrik pemutihan dikerjakan pada alat pencuci dengan cara pengenceran yang bergantian dan penebalan pulp dan dengan cara pembilasan. Variabel-variabel dasar pada proses pemutihan adalah bahan kimia, kekuatan, waktu, tempertur, dan pH Anonim. 2001. Pemutihan peroksida dengan natrium peroksida, hidrogen peroksida, atau campurannya adalah satu-satunya metode oksidatif yang secara industri digunakan pada pulp mekanik. Peroksida yang paling sering digunakan adalah Hidrogen Peroksida dalam media alkali pada harga pH 10 dan 11. Bahan-bahan kimia tambahan adalah natrium silikat, garam-garam magnesium yang berfungsi sebagai penyangga, penstabil.Disamping penggunaannya dalam pemutihan pulp mekanik, peroksida pada saat ini juga digunakan dalam serangkaian pemutihan beberapa industri pulp kimia. Universitas Sumatera Utara Peroksida terutama digunakan dalam tahap-tahap terakhir digabung dengan klor dioksida, yang menghasilkan kenaikan harga-harga derajat putih dan stabilitas. Baru- baru ini ekstraksi natrium hidroksida secara tradisional E kadang-kadang diganti dengan tahap peroksida alkali P atau PE yang menggabungkan pemutihan dan ekstraksi dalam satu tahap, dan menghasilkan tambahan derajat putih tanpa penambahan tahap. Dengan menaikkan penggunaan hidrogen peroksida maka jumlah bahan kimia pemutih klor berkurang yang menghasilkan penurunan beban klor dari limbah D. Fengel dan G. Wegener. 1995.

2.4.2 Tahap Oksidasi Ekstraksi

Tahap oksidasi ekstraksi merupakan tahap kedua pada pabrik pemutihan dengan banyak tahapan dan ini merupakan tahap pemurnian dari tahap klorinasi. Tujuan utama dari alkali ekstraksi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang kemungkinan besar larut dalam larutan alkali yang hangat berdasarkan kerja dari bahan- bahan kimia yang digunakan terhadap sebagian proses pemutihan. Proses oksidasi kimia seperti klorin dioksida dan peroksida yang digunakan setelah tahap ekstraksi, merupakan bahan-bahan kimia yang mahal. Konsumsi bahan kimia tersebut akan menjadi tinggi jika tidak ada tahap ekstraksi yang mengeluarkan lignin dan beberapa hemiselulosa dari pulp. Klorolignin yang tidak larut dalam air panas dan media asam terlarut dalam kaustik, pada temperatur Universitas Sumatera Utara rendah. Pada temperatur yang lebih tinggi, hemiselulosa pentosan larut, yang menyebabkan kehilangan produksi pulp untuk golongan kertas. Suhunan. Sirait. 2003

2.5 Variabel-Variabel Proses Pada Oksidasi Ekstraksi

1 Konsistensi Keefektifan proses ekstraksi tergantung kepada konsentrasi alkali yang digunakan. Suatu pulp dengan konsistensi yang tinggi maka akan diberikan konsentrasi alkali yang lebih tinggi pada penerapan bahan kimia yang diberikan. Pada konsistensi yang lebih tinggi sedikit uap air yang dibutuhkan untuk memanaskan pulp untuk menaikkan temperatur. 2 Temperatur Brightness yang lebih tinggi dihasilkan pada tahap pemutihan oksidasi berikutnya dan ekstraksi kappa lebih rendah dapat dicapai jika temperatur ekstraksi di jaga 65-70 o C. Temperatur diatas 70 o C tidak menunjukkan adanya hasil-hasil yang menguntungkan Suhunan. Sirait. 2003. 3 Waktu Reaksi Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikan terhadap waktu reaksi pada saat parameter-parameter yang lainnya dijaga tetap. Hal ini secara terus menerus berkurang setelah suatu reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada dua bentuk reaksi untuk Universitas Sumatera Utara menghilangkan lignin : a setiap tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan b sebuah akhir delignifikasi yang lambat. Masing-masing disebut eliminasi lignin yang bersifat mudah dan eliminasi lignin dengan cara lambat. 4 Brightness Ketika lignin sudah dikeluarkan dari pulp pada proses pemutihan dengan oksigen., brightness meningkat. Hal ini umumnya disebabkan oleh delignifikasi dan bukan proses penghilangan lignin Suhunan. Sirait. 2003.

2.6 Bahan Kimia Proses Pemutihan