Penentuan Alkalinitas Dan Silika Pada Internal Treatment Di Pabrik Kelapa Sawit

(1)

PENENTUAN ALKALINITAS DAN SILIKA PADA INTERNAL

TREATMENT DI PABRIK KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

MAI SEVEN HUTASOIT

072409017

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENENTUAN ALKALINITAS DAN SILIKA PADA INTERNAL

TREATMENT DI PABRIK KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

MAI SEVEN HUTASOIT

072409017

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN ALKALINITAS DAN SILIKA PADA INTERNAL TREATMENT DI PABRIK KELAPA SAWIT

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : MAI SEVEN HUTASOIT

Nomor Induk Mahasiswa : 072409017

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2010

Diketahui

Departemen KIMIA FMIPA USU Dosen Pembimbing, Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS. Drs. Saut Nainggolan


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN ALKALINITAS DAN SILIKA PADA INTERNAL TREATMENT DI PABRIK KELAPA SAWIT

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2010 MAI SEVEN HUTASOIT 072409017


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, Sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dari awal penyusunan hingga selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Dalam karya ilmiah ini Penulis mengambil judul : PENENTUAN ALKALINITAS

DAN SILIKA PADA INTERNAL TREATMENT DI PABRIK KELAPA SAWIT. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan, waktu,dan pengetahuan. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Selama penulisan karya ilmiah ini, Penulis mendapat banyak dorongan, bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua petunjuk maupun bimbingan yang berharga yaitu kepada :

1. Kedua orang tua Saya, Ayahanda Manotan Hutasoit dan Ibunda Nurma Simamora, abang A.Elisa Hutasoit dan adik – adikku Yanto, Maslina, Tomi yang ku sayangi, yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang dan materi kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Bapak Drs. Saut Nainggolan sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada Penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, sebagai Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar,M. Phil, M. Sc, sebagai Ketua Jurusan Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

6. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama Penulis mengikuti perkuliahan

7. Teman – teman eks koordinasi dan koordinasi UKM KMK USU UP FMIPA, Kopral se USU, Lamb Of God (K’Lestari, Cinarty, Fenti dan Nova), Imel, Debora, b’Eben, b’Rikardo, teman – teman PTT di Kampreg Sumbagut VII


(6)

8. Bapak Jan Polman Sitindaon, BA selaku manager PKS Sei Mangkei, Bapak Ir Patra Ria Pohan selaku Maskep di PKS Sei Mangkei, Bapak Unggul Pambudi, ST, Bapak Ticko Apriant, ST, Bapak J Sihombing, ST selaku asisten pengolahan di PKS Sei Mangkei

9. Para mandor baik di pengolahan maupun di laboratorium PKS Sei Mangkei 10. Teman – teman saya PKL di PKS Sei Mangkei Perdagangan Darwis, Nataniel,

Hilda, Mestika

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa KIN 07 yang turut membantu Penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga karya ilmiah yang di buat oleh sipenulis bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala kebaikan yang telah di berikan semua pihak kepada penulis.

Penulis


(7)

ABSTRAK

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan dalam mendukung jalannya suatu proses pengolahan dan fungsinya bagi Pabrik Kelapa Sawit PTPTN III Sei Mangkei Perdagangan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lain.

Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO3- dan

sedikit oleh adanya CO32-. Analisa alkalinitas merupakan salah satu parameter

persyaratan untuk mencegah terjadinya pembentukan kerak pada pipa. Analisa alkalinitas dengan metode titrasi asam – basa dengan menggunakan larutan H2SO4

0,02 N sebagai larutan standart, untuk mengetahui standart sumber air. Silika bersifat tidak larut dalam air maupun asam dan biasanya berada dalam bentuk koloid. Sumber alami utama silika adalah mineral kuarsa. Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan industri, keberadaan silika dapat menimbulkan masalah pada pipa. Jika konsentrasi silika pada air boiler tinggi dapat menimbulkan kerak pada dinding boiler serta mengendap pada sudut – sudut turbin, sehingga akan menyebabkan gangguan pada perputaran turbin, yang akan mengurangi efisiensi energi yang dihasilkan. Komperator Lovibond merupakan alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi silika.


(8)

ABSTRACT

Water is a very important chemistry compound for oil palm factory, PTPN III Sei Mangkei Perdagangan, in running a manufacture process and the function can not be replaced by another compound.

Majority the natural water alkalinity caused by HCO3- and by little CO32-.

Alkalinity analysis is one of parameter requirement to prevent the forming of encrustation in the pipe. Alkality analysis with acid – bases method by using H2SO4

lateness and 0,02 N as standard lateness, to know the standar of water source. Silica is unfused in the water or is quartz mineral. On industrial water using, silica can make any problem in the pipe. If there are any concentration of silica in high boiler water if can make encrustation on the wall of boiler and settle on the corner of turbine then can make some disturbing on rotation of turbin that can decrease the produced energy eficiency. Lovibond comperator is equipment which is produced be measure silica concentration.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Air 5

2.2 Sifat Air 6

2.3 Pemantauan Kualitas Air 7

2.4 Sumber Air 7

2.5 Karakteristik Air 9

2.5.1 pH 9

2.5.2 Total Dissolved 10

2.5.3. Kesadahan 10

2.5.4. Alkalinitas 11

2.5.4.1. Penentuan Alkalinitas 13

2.5.4.2. Reagensia Asam - Basa 13

2.5.4.3. Gangguan Pada Alkalinitas 14

2.5.5. Silika 14

2.5.5.1. Penyingkiran Silika 16

2.6. Penggunaan Air Industri 16

2.7. Pengolahan Air 17

2.8. Water Treatment 18

BAB 3 BAHAN DAN METODE 21

3.1. Alat dan Bahan 21

3.1.1. Alat 21

3.1.2. Bahan

3.2. Prosedur Percobaan 22

3.2.1. Pembuatan Larutan Standart H2SO4 0,02 N 22

3.2.2. Penentuan P - Alkalinitas 22

3.2.3. Penentuan M - Alkalinitas 22

3.2.4. Penentuan Kadar Silika 23

3.3. Bagan Percobaan 23


(10)

3.3.4. Penentuan Silika 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25

4.1. Hasil Percobaan 25

4.1.1. Data Hasil Akhir P – Alkalinitas dan M – Alkalinitas

dan Silika 26

4.2. Pembahasan 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 29

5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

4.1.1. Data Hasil Akhir P – alkalinitas dan M – alkalinitas dan Silika 26

Tabel 1 : Data Percobaan P – Alkalinitas 32

Tabel 2 : Hasil Penentuan M – Alkalinitas 32


(12)

ABSTRAK

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan dalam mendukung jalannya suatu proses pengolahan dan fungsinya bagi Pabrik Kelapa Sawit PTPTN III Sei Mangkei Perdagangan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lain.

Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan oleh adanya HCO3- dan

sedikit oleh adanya CO32-. Analisa alkalinitas merupakan salah satu parameter

persyaratan untuk mencegah terjadinya pembentukan kerak pada pipa. Analisa alkalinitas dengan metode titrasi asam – basa dengan menggunakan larutan H2SO4

0,02 N sebagai larutan standart, untuk mengetahui standart sumber air. Silika bersifat tidak larut dalam air maupun asam dan biasanya berada dalam bentuk koloid. Sumber alami utama silika adalah mineral kuarsa. Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan industri, keberadaan silika dapat menimbulkan masalah pada pipa. Jika konsentrasi silika pada air boiler tinggi dapat menimbulkan kerak pada dinding boiler serta mengendap pada sudut – sudut turbin, sehingga akan menyebabkan gangguan pada perputaran turbin, yang akan mengurangi efisiensi energi yang dihasilkan. Komperator Lovibond merupakan alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi silika.


(13)

ABSTRACT

Water is a very important chemistry compound for oil palm factory, PTPN III Sei Mangkei Perdagangan, in running a manufacture process and the function can not be replaced by another compound.

Majority the natural water alkalinity caused by HCO3- and by little CO32-.

Alkalinity analysis is one of parameter requirement to prevent the forming of encrustation in the pipe. Alkality analysis with acid – bases method by using H2SO4

lateness and 0,02 N as standard lateness, to know the standar of water source. Silica is unfused in the water or is quartz mineral. On industrial water using, silica can make any problem in the pipe. If there are any concentration of silica in high boiler water if can make encrustation on the wall of boiler and settle on the corner of turbine then can make some disturbing on rotation of turbin that can decrease the produced energy eficiency. Lovibond comperator is equipment which is produced be measure silica concentration.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan suatu zat yang istimewa. Ia tampil dalam tiga wujud sekaligus; sebagai benda cair, benda padat (es, glester) dan benda gas (uap). Ia terdapat di tiga ruang : di permukaan bumi, di dalam tanah dan di atmosfir bumi. Dipermukaan bumi, ia berwujud sebagai samudera, padang es atau salju, sungai dan danau; secara umum disebut dengan istilah air permukaan.

Dalam kehidupan moderen seperti sekarang ini, peranan air terasa semakin penting. Bermula dari revolusi industri dalam abad XVIII, peradaban semakin berkembang dengan sangat pesatnya. Semakin besar jumlah penduduk bumi semakin besar pula kebutuhan akan air, kian maju teknologi kian besar juga keperluan akan air. Persoalan air pun menjadi bertambah pelik dengan adanya masalah pencemaran.

Air adalah segala-galanya bagi kehidupan, bagi manusia, bagi tanaman dan bagi hewan; bagi pertanian, bagi industri dan bagi keseimbangan alam. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.


(15)

Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk pengolahan, untuk kebutuhan rumah tangga dan air umpan boiler membutuhkan kemurnian yang memenuhi persyaratan air minum. Sumber air untuk kualitas tersebut sudah jarang dijumpai diperkebunan kelapa sawit, oleh sebab itu perlu pemurnian dan perlakuan yang menghasilkan air sesuai dengan kebutuhan. Air alam yang bersih dan murni hanya memerlukan sedikit pengawasan. Berdasarkan sumber air alam, yang selalu mengandung senyawa – senyawa kimia, maka diperlukan beberapa perlakuan sebelum digunakan di pabrik. Air sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan minyak sawit baik sebagai air pengencer maupun sebagai air pencuci.

Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan ketel diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini dipengaruhi oleh lingkungan asal mata air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh penduduk atau industri.

Kandungan – kandungan mineral yang terlarut pada air, pada umumnya terdiri dari kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium sulfat, silika, sodium klorida, sodium sulfat, dan sebagian kecil mangan, aluminium sulfat dan sebagainya.

Untuk kebutuhan air umpan boiler dibutuhkan air yang bebas dari kandungan mineral tersebut diatas. Karena dengan adanya mineral tersebut diatas dapat mengakibatkan terbentuknya endapan (sludge) dan kerak (scale) dalam sistem boiler.

Ketel uap atau boiler merupakan wadah dimana air digunakan untuk menghasilkan uap dengan bantuan panas sehingga temperatur dan tekanan udara yang menghasilkan


(16)

dorongan atau kerja. Keberhasilan dalam pengoperasian boiler tergantung pada kondisi air umpan boiler.

Masalah yang sering terjadi dalam pengoperasian boiler terutama berasal dari air umpan boiler itu sendiri, untuk menghindari masalah tersebut, maka kualitas air pengisi ketel harus selalu dikontrol agar memenuhi standart.

Sehubungan dengan pentingnya penagawasan air umpan boiler untuk memenuhi persyaratan, maka Penulis memilih Karya Ilmiah yang berjudul : Penentuan

Alkalinitas dan Silika Pada Internal Treatment di Pabrik Kelapa Sawit.

1.2. Permasalahan

Apakah kadar alkalinitas dan silika pada internal treatment di pabrik kelapa sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan memenuhi standart yang telah ditetapkan.

1.3. Tujuan

1. Untuk menentukan kadar alkalinitas dan silika pada internal treatment di pabrik kelapa sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan.

1.4. Manfaat

Setelah diketahui besarnya alkalinitas dan silika pada internal treatment, maka dapat diketahui gambaran tentang kualitas air yang digunakan dalam pengoperasian boiler di


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah – limpah. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan, dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, dan gunung es.

Air sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan minyak sawit baik sebagai air pengencer maupun sebagai air pencuci. Air adalah suatu bahan yang terdapat secara alami; kecuali di dalam kasus-kasus yang jarang, itu tidak cukup murni, itu tidak bisa digunakan untuk dikonsumsi manusia atau di dalam industri tanpa melakukan

treatment. Saat berada di dalam tanah landasan, pada permukaan bumi atau bahkan di udara, air menjadi kotor dan tercemar dengan padatan-padatan di dalam suspensi atau di dalam larutan: partikel-partikel tanah liat, buangan nabati, organisma-organisma hidup (plankton, bakteri, virus-virus), berbagai garam-garam, (klorid-klorid, sulfat-sulfat, sodium atau kalsium karbonat - karbonat, besi, mangan dll), materi organik (humik dan asam fulvik, residu-residu pabrikasi), dan gas-gas. (John Wiley & Sons, 1979).

2.2. Sifat Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32oF) – 100oC, air berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku dan suhu 100oC merupakan titik didih air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh


(18)

makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas dan padatan; sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel makhluk hidup adalah air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpanan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar – molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik.

2.3. Pemantauan Kualitas Air

Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.


(19)

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. (Effendi, H., 2003).

2.4. Sumber Air

Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan ketel diperoleh dari sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini dipengaruhi oleh lingkungan asal mata air tersebut.

A. Air Permuka an

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah.

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang dan badan air mengalir.

1. Perairan Tergenang

Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa, dan sebagainya. 2. Perairan Mengalir

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Pada perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh.

Klasifikasi perairan tergenang sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air; sedangkan klasifikasi perairan mengalir justru dipnegaruhi oleh


(20)

kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi dan sedimentasi. (Effendi, H., 2003).

Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai – sungai dan jika melalui suatu tempat rendah maka air akan berkumpul, membentuk suatu danau atau telaga.

Sumber – sumber air : 1. Air laut

2. Air atmosfir, air meteriologik 3. Air permukaan

4. Air tanah

1. Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%.

2. Air Atmosfir, air meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa – pipa penyalur maupun bak – bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan).

3. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh


(21)

2.5. Karakteristik Air 2.5.1. pH

pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik. Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi) lebih banyak ditemukan amonia yang tak terionisasi dan bersifat toksik. (Effendi, H., 2003).

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan, melalui

konsentrasi ion hidrogen H+. Ion hidrogen merupakan faktor utama untuk mengerti reaksi kimiawi dalam ilmu teknik penyehatan, karena:

a. H+ selalu ada dalam keseimbangan dinamis dengan air, yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air diamana sumber ion hidrogen tidak pernah habis.

b. H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja tetapi juga merupakan

unsur banyak senyawa lain, hingga jumlah reaksi tanpa H+ dapat dikatakan hanya sedikit saja. (Alaerts dan Sri, S., 1987).

2.5.2. Total Dissolved Solid (TDS)

Total dissolved solid ialah jumlah keseluruhan zat yang larut dalam air, yang

dimasukkan dalam kelompok ini ialah mineral dan garam – garam yang terlarut dalam air, zat tersebut berbentuk koloid. (Naibaho, P,M., 1996).

2.5.3. Kesadahan

Kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion penyusun alkalinitas, yaitu bikarbonat dan


(22)

karbonat. Kesadahan perairan berasal dari kontak dengan tanah dan bebatuan. (Effendi, H., 2003).

Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion – ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32- (salah satu ion alkalinitas) mengakibatkan terbentuknya kerak pada

dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsiumkarbonat CaCO3. Kerak ini akan

mengurangi penampang basah pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel. (Alaerst dan Sri, S., 1987).

2.5.4. Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), dan hidroksida (OH-).

Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), posfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan

ammonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas. Namun, pembentuk

alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami. (Effendi, H., 2003).

Alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Dalam air alam alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida.


(23)

Ini diperlukan sekali untuk memiliki beberapa kadar alkalinitas di dalam air boiler, jadi penghilangan alkalinitas secara lengkap dalam boiler merupakan

perlakuan jarang kecuali dalam demineralisasi. Beberapa alkalinitas juga diperlukan untuk memberikan pH optimum dalam air sediaan untuk mencegah karatan perpipaan dan peralatan.

Alkalinitas merupakan HCO3-, CO32-, atau OH-. Jika menjadikan air kota

dalam pelunakan, alkalinitas biasanya terbentuk dalam bikarbonat (HCO3-); jika kapur

perekat dikurangi, biasanya kebanyakan karbonat (CO32-), tetapi air itu dapat juga

mengandung beberapa hidroksida (OH-). Ketika bikarbonat dan karbonat mengalami panas di dalam boiler, bikarbonat dan karbonat pecah untuk melepaskan CO2:

2NaHCO3→ Na2CO3 + H2O + CO2↑ (1)

Natrium karbonat lalu pecah lagi menjadi :

Na2CO3 + H2O → 2NaOH + CO2↑ (2)

Gas karbon dioksida tidak larut ketika steam menjadi padat, menghasilkan asam karbonat korosif:

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3- (3)

Jumlah dari CO2 yang dihasilkan sebanding dengan alkalinitas. Karena suatu

alkalinitas yang memberikan dua kali sebanyak CO2 yang terbentuk dari HCO3- oleh

CO32- karena gangguan bikarbonat merupakan jumlah dari kedua reaksi - reaksi (1)

dan (2) di atas. Asam karbonat biasanya dinetralkan dengan perlakuan kimia pada tiap steam secara langsung atau secara tidak langsung melalui boiler menghasilkan suatu pH di sekitar 8,5 sampai 9,0. Pengurangan alkalinitas pada air umpan boiler sangat diperlukan, lalu untuk memperkecil pembentukan CO2 dan mengurangi biaya-biaya

perlakuan kimia.

Hidroksida yang dihasilkan oleh uraian HCO3- dan CO32- bermanfaat untuk

menimbulkan magnesium, untuk menyediakan suatu lingkungan yang baik untuk mempengaruhi endapan, dan untuk memperkecil kandungan SiO2. Uraian dari HCO3


(24)

-lengkap, tapi tidak semua CO32- berubah menjadi yang tajam. Perubahan bervariasi

dari boiler yang satu ke yang lain dan bertambah dengan temperatur. Ketetapan umumnya, pada 600 lb/in2 65 sampai 85% pada air boiler alkalinitas adalah NaOH, sisa Na2CO3. (Ini didasarkan pada keseimbangan dalam mengurangi sample air

boiler.)

Derajat pada penurunan alkalinitas kemudian ditentukan oleh limit kontrol air boiler dan sasaran mutu steam. Unit proses terbaik untuk penurunan alkalinitas bisa dipilih dari yang lain yang bermanfaat untuk menyediakan seperti efisiensi nya dalam penurunan alkalinitas.

2.5.4.1. Penentuan Alkalinitas

Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti asam sulfat dan asam klorida (H2SO4 dan HCl) menetralkan zat – zat alkalinitas yang merupakan zat

basa sampai titik akhir titrasi kira – kira pada pH 8,3 dan pH 4,5. Titik akhir ini dapat di tentukan oleh :

1. Jenis indikator yang di pilih dimana warnanya berubah – ubah pada pH titik akhir titrasi.

2. Perubahan warna pada titrasi asam basa memperlihatkan titik akhir titrasi/titik ekuivalensi.

2.5.4.2. Reagensia Asam – Basa

Dalam memilih suatu asam untuk digunakan dalam suatu larutan standart hendaknya diperhatikan faktor – faktor berikut :


(25)

3. Larutan asam itu harus stabil

4. Garam dari asam itu haruslah dapat larut

5. Asam itu tak boleh merupakan pengoksid yang cukup kuat sehingga merusak senyawaan organik yang digunakan sebagai indikator

Asam klorida dan asam sulfat digunakan paling banyak untuk larutan standart. (Day, R.A, dan A.L.Underwood, 1986).

2.5.4.3. Gangguan pada analisa alkalinitas

Adapun gangguan yang dapat terjadi pada saat analisa alkalinitas adalah :

a. Sabun dan lumpur dapat mempengaruhi elektroda dan memperlambat response pada pH meter. Usahakan titrasi dilakukan dengan perlahan untuk memberikan waktu yang cukup bagi keseimbangan pH pada elektroda.

b. Amoniak tinggi jangan dihilangkan melainkan dianalisa karena merupakan alkalinitas juga.

c. CO2 akan mempengaruhi alkalinitas suatu sampel yang terbuka terhadap

udara.

d. Pengenceran sampel dilarang karena air pengencer mempunyai alkalinitas yang berbeda.

e. Pemanasan dilarang pula, karena mengurangi CO2 terlarut, sehingga alkalinitas

berkurang pula. (Alaerts dan Sri, S, 1987)

2.5.5. Silika

Silika bersifat tidak larut dalam air maupun asam dan biasanya berada dalam bentuk koloid. Silika terdapat pada hampir semua batuan dan mudah mengalami pelapukan.


(26)

Sumber alami utama silika adalah mineral kuarsa. Sumber antropogenik silika relatif sangat kecil.

Keberadaan silika pada perairan tidak menimbulkan masalah karena tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup. Akan tetapi, pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan industri, keberadaan silika dapat menimbulkan masalah pada pipa karena dapat membentuk deposit silika. (Effendi, H., 2003).

Kerak silika yang terjadi pada boiler industri ialah :

1. Analcite (Sodium Alumino Silicate – Na2O.Al2O3.4SiO2.2H2O) terbentuk

sebagai hasil terikutnya aluminium pada boiler melalui air umpan. Biasanya aluminium yang terikut adalah : aluminium yang dipergunakan pada pratreatment yang pelaksanaannya kurang pengwasan. Aluminium yang terikut dalam jumlah sedikit kali akan dapat menyebabkan kerak yang besar. Oleh sebab itu pada pengendalian air umpan perlu pengawasan yang ketat terhadap aluminium dan silika.

2. Acmite (Sodium Ferrous Silika – Na2Fe2O3 4SiO2) dan kerak Fe – Si yang

dapat dibentuk dari hasil korosi, ini banyak terjadi pada boiler bagian – bagian persambungan dan tempat yang mudah terjadi korosi.

Kerak komposit sering mengandung silika yang berasal dari tanah liat yang tersuspensi dalam air. Tanah liat berisi silika dan aluminium hampir sama dengan analcite, dan merupakan pertimbangan dalam interprestasi hasil analisis tentang penyebab komposit tersebut.


(27)

Kerak laminar kerak yang dipecahkan menunjukkan lapisan – lapisan kerak yang tipis. Pembentukan lapisan kerak merupakan indikasi pembentukan berbagai kerak dengan berbagai kondisi boiler. (Naibaho, P.M., 1996).

2.5.5.1. Penyingkiran Silika

Silika tidak dapat disingkirkan dengan pertukaran kation – hidrogen atau pertukaran natrium zeolit, dan biasanya hanya tersingkir sebagian di dalam proses gamping – soda, dingin maupun panas. Silika merupakan ketidakmurnian yang sangat tidak dikehendaki, karena dapat menyebabkan pembentukan kerak yang melekat sangat kuat. Silika dapat disingkirkan dari air ketel dengan menggunakan gamping dolomit atau magnesia aktif di dalam pelunak. Jika menggunakan koagulasi dan pengendapan sebelumnya, sebagian silika dapat disingkirkan dengan koagulat feri. Zat ini sangat cocok bila konsentrasi silika tinggi di dalam air penambah. Metode ini tidak dapat membuang seluruh silika yang larut, tetapi dapat menurunkan konsentrasinya sampai cukup rendah sehingga pembuangan cuci (blowdown) ketel dapat mencegah

pembentukan kerak di dalam ketel bila dilakukan dengan baik. Cara yang paling umum digunakan untuk menghasilkan air yang hanya mengandung sedikit silika ialah demineralisasi. (Austin, G.T., 1996).

2.6. Penggunaan Air di Industri

a. Air bagi suatu industri adalah bahan penunjang baik untuk kegiatan langsung atau tak langsung.

b. Penggunaan air di industri biasanya untuk mendukung beberapa sistem, antara lain :


(28)

◦ Sistem pembangkit uap (boiler)

◦ Sistem pendingin

◦ Sistem pemroses (air proses)

◦ Sistem pemadam kebakaran

◦ Sistem air minum

c. Persyaratan kualitas air yang dapat digunakan dalam industri berbeda-beda tergantung kepada tujuan penggunaan air tersebut.

d. Air yang berasal dari alam pada umumnya belum memenuhi persyaratan yang diperlukan sehingga harus menjalani proses pengolahan lebih dahulu.

2.7. Pengolahan Air

Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha – usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat – sifat suatu zat.

Dalam proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dengan cara pengolahan lengkap atau complete treatment process, yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik physics, kimiawi dan bakteriologik. Pada pengolahan cara ini biasanya dilakukan terhadap air sungai kotor/keruh.

Pada hakekatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan pengolahan, yaitu :

1. Pengolahan physics; yaitu suatu tingkatan pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan kotoran – kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat – zat organik yang ada dalam air yang


(29)

2. Pengolahan kimia; yaitu suatu tingkatan pengolahan dengan menggunakan zat – zat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. (Sutrisno, C.T., 2004).

Pengolahan air (water conditioning) harus diatur seesuai dengan rencana penggunaan air itu. Ketel uap tekanan tinggi (17,2 Mpa atau lebih) mempunyai syarat air ketelnya harus dimurnikan dengan sebaik – baiknya. (Austin, G.T., 1996).

2.8. Water treatment

Proses-proses utama dilakukan oleh pabrik pengolahan air yaitu pemisahan padatan dan menghilangkan kuman. Bahan-bahan yang tidak dapat larut dapat digolongkan menurut ukurannya dan ini mempengaruhi metoda-metoda perawatan yang

digunakan. Padatan-padatan yang besar bisa terdapat secara alami, seperti pasir, kerikil dan reruntuhan alami yang besar (daun-daun, tongkat-tongkat, dll.), atau bisa juga puing - puing. Partikel-partikel yang besar dapat dihilangkan dengan cara yang sederhana atau menyaring. Bahan-bahan lebih kecil yang tidak bisa dilarutkan, sebagai contoh, partikel-partikel tanah liat atau senyawa organik yang tidak bisa dilarutkan, menunjukkan suatu masalah yang penting yang dapat memberi warna atau kekeruhan, atau kedua-duanya, kedalam air dan dapat melindungi patogen-patogen dari obat desinfeksi. Partikel-partikel kecil ini, dikenal sebagai koloid-koloid. Bahan-bahan tidak larut ini berikatan bersama-sama untuk membentuk partikel-partikel yang besar dengan penambahan bahan penggumpal kimia di dalam air yang mempercepat pembentukan gumpalan yang besar dan dapat menangkap partikel-partikel yang kecil dan dapat dihilangkan dengan pengendapan.


(30)

Beberapa bahan-bahan yang dapat larut di dalam air dengan demikian akan sedikit mempengaruhi koagulasi, proses-proses pengendapan dan filtrasi. Bahan-bahan yang dapat larut dapat berupa organik atau anorganik; bagaimanapun, grup utama pada jenis yang dapat larut adalah ion anorganik. Raw water dipilih atau ditentukan dengan mengandung konsentrasi yang rendah senyawa organik yang dapat larut, dan proses-proses treatment spesifik digunakan jika perlu untuk menghilangkan senyawa yang dapat larut, sebagai contoh, superklorinasi untuk menghilangkan senyawa rasa dan bau. Ion anorganik yang dapat larut dihilangkan ketika konsentrasi cukup tinggi dan mempengaruhi kualitas air yang kurang baik; sebagai contoh, pelunakan air untuk menghilangkan ion kalsium dan magnesium, desalinasi, menghilangkan besi dan mangan.

Proses pengolahan air adalah untuk menghilangkan padatan-padatan mengandalkan presipitasi penambahan bahan penggumpal kimia; proses untuk menghilangkan ion anorganik dari air menggunakan presipitasi kimia (misal; pengurangan soda kapur dan oksidasi besi) atau di atas proses-proses yang tertentu (misal; pertukaran ion dan oksidasi kimia). Desinfeksi membutuhkan penambahan desinfektan kimia yang dapat dipelihara dalam konsentrasi yang cukup untuk membunuh patogen-patogen dan tidak menggunakan reaksi kimia.

Reaksi kimia yang terjadi di dalam perairan dan selama proses pengolahan air dapat kompleks. Meski perairan mengandung larutan encer berupa ion - ion dan molekul-molekul, ada biasanya sejumlah besar pada jenis yang berbeda di dalam larutan dan interaksi yang siknifikan. Mayoritas reaksi-reaksi itu dapat dipahami dari


(31)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

1. Beaker glass 50 ml Pyrex

2. Erlenmeyer 250 ml Pyrex

3. Gelas ukur 10 ml Pyrex

4. Buret 10 ml Pyrex

5. Labu takar 1000 ml Pyrex

6. Pipet tetes 7. Statif dan klem 8. Botol aquadest

9. Lovibond Nessleriser 2150

3.1.2. Bahan

1. Sampel air boiler 2. Aquadest

3. H2SO4 0,02 N p.a

4. Phenolptalein 5. Metyl Orange


(32)

7. Larutan asam tartrat p.a

8. Larutan 1 – Amino – 2 – naphtol – 4 – sultonic acid

3.2. Prosedur

3.2.1. Pembuatan Larutan Standart H2SO4 0,02 N

1. Dipipet larutan H2SO4 98,5 % (36,987 N) sebanyak 0,54 ml

2. Dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml 3. Diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda 4. Dihomogenkan

3.2.2. Penentuan P – Alkalinitas

1. sample (air boiler) dimasukkan sebanyak 50 ml kedalam Erlenmeyer.

2. ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein, ( jika larutan tidak berwarna P – Alkalinitas = 0).

3. jika larutan berwarna merah lembayung, dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai

tidak berwarna.

4. dicatat volume H2SO4 0,02 N yang terpakai.

3.2.3. Penentuan M – Alkalinitas

1. sample (air boiler) dimasukkan sebanyak 50 ml kedalam Erlenmeyer.

2. ditambahkan 2 tetes indikator metyl orange, larutan menjadi berwarna kuning orange.

3. dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai larutan menjadi berwarna merah muda.


(33)

3.2.4. Penentuan Kadar Silika

1. Dimasukkan sampel (air boiler) kedalam tabung uji sebanyak 50 ml. 2. Ditambahkan ke dalam sampel 2 ml larutan sulfat molybdat.

3. Didiamkan selama 5 menit.

4. Ditambahkan sebanyak 4 ml larutan asam tartrat.

5. Ditambahkan 1 ml larutan 1 – Amino – 2 – naphtol – 4 – sultonic acid.

6. Diamati pada kolorimeter Lovibond dengan pembanding disc NV dan aquadest sebagai blangko.

7. Dicatat nilai bacaannya.

8. Jika warna sample sangat gelap maka kadar silikanya sangat tinggi. Oleh karena itu, harus diencerkan dan kadar silikanya dikalikan dengan besarnya pengenceran. (Soejardi dan Al.Santosa., 1990).

3.3. Bagan Percobaan

3.3.1. Penentuan P – Alkalinitas

dimasukkan sebanyak 50 ml kedalam Erlenmeyer. ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalein, ( jika larutan tidak berwarna P – Alkalinitas = 0).

dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai tidak berwarna.

Jika larutan berwarna merah lembayung. dicatat volume H2SO4 0,02 N yang terpakai.

3.3.2. Penentuan M – Alkalinitas

Hasil Sampel


(34)

dimasukkan sebanyak 50 ml kedalam Erlenmeyer. ditambahkan 2 tetes indikator Metyl Orange, larutan menjadi berwarna kuning orange.

dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai larutan menjadi

berwarna merah muda.

dicatat volume H2SO4 0,02 N yang terpakai.

3.3.3. Penentuan Silika

dimasukkan kedalam tabung uji sebanyak 50 ml. ditambahkan sebanyak 2 ml larutan sulfat molybdat didiamkan selama 5 menit

ditambahkan sebanyak 4 ml larutan asam tartrat

ditambahkan sebanyak 1 ml larutan 1 – Amino – 2 – naphtol – 4 – sultonic acid

diamati pada kolorimeter Lovibond Hasil

Hasil Sampel


(35)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan

1. Penentuan P – Alkalinitas Contoh Perhitungan

P – Alkalinitas sebagai CaCO3 = V H2SO4 / V Sampel x 1000

P – Alkalinitas (ppm CaCO3) untuk sampel I : 27,2466 / 50 x 1000 = 544,93 ppm

Sampel pada hari pertama

2. Penentuan M – Alkalinitas

M – Alkalinitas sebagai CaCO3 = V H2SO4 / V Sampel x 1000

Sampel pada hari pertama

M – Alkalinitas (ppm CaCO3) untuk sampel I : 29,2 / 50 x 1000 = 584 ppm

( McCoy, James W., 1969)

3. Penentuan Silika

Besar kadar silika = angka yang ditunjukkan pada disc komparator Lovibond (Dilakukan perlakuan yang sama pada penentuan berikutnya)


(36)

4.1.1. Data Hasil Akhir P – alkalinitas dan M – alkalinitas dan Silika

Sampel P - Alkalinitas M - Alkalinitas Silika

I 544,93 584 15

II 384,53 468,53 10

III 480,73 494,8 15

Rata - rata : 470,06 Rata - rata : 515,77 Rata - rata : 13,33

4.2. Pembahasan

Air yang digunakan Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan yaitu air yang kualitasnya baik atau air bebas mineral dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kerak dan perkaratan pada boiler dan alat – alat perlengkapan lainnya. Analisa alkalinitas pada air sungai bahbolon di Perkebunan Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan dilakukan dengan metode titrasi asam – basa dengan menggunakan H2SO4 0,02 N sebagai larutan standard. Sedangkan analisa silika

dilakukan secara kolorimetris dengan Komperator Lovibond.

Dari analisa yang dilakukan alkalinitas berkisar antara 384 mg/l CaCO3 sampai

584 mg/l CaCO3 dimana nilai ini masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pabrik

Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan dengan kadar maksimum alkalinitas yang diperbolehkan yaitu 800 mg/l CaCO3. Apabila kadar alkalinitas melampaui batas

yang di tetapkan maka akan terbentuk kerak atau pengendapan.

Dari hasil data yang diperoleh besarnya silika yang di dapat dari air di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan yaitu berkisar antara 10 mg/l sampai 15 mg/l. Apabila kadar silika melampaui batas yang telah ditetapkan maka


(37)

Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan masih memenuhi standard yang ditetapkan oleh Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan.

Untuk memastikan kerak atau endapan yang terbentuk tidak melekat pada pipa dan terjadinya karat pada perpipaan atau alat – alat perlengkapan lainnya maka dibutuhkan analisa alkalinitas dan silika secara rutin dan kontiniu agar kesalahan dapat diatasi seminimal mungkin.

Pengolahan external maupun internal pada air boiler sebaiknya dilakukan dengan seteliti mungkin, karena hal ini sangat mempengaruhi kualitas kerja boiler dalam menghasilkan uap yang digunakan dalam proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei Perdagangan.


(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa nilai alkalinitas dan silika masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh pabrik kelapa sawit PTPN III sei mangkei perdagangan. Adapun nilai alkalinitas dan silika yang diperoleh :

1. Nilai P – Alkalinitas : 470,06 ppm 2. Nilai M – Alkalinitas : 515,77 ppm 3. Kadar silika : 13,33 ppm

5.2. Saran

1. Sebaiknya analisa alkalinitas dan silika dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, agar kesalahan dapat diatasi seminimal mungkin.

2. Sebaiknya dilakukan analisa untuk parameter air yang lainnya agar didapat kualitas air yang baik.

3. Sebaiknya dalam setiap tahap pengolahan air dilakukan pengawasan yang lebih efisien agar didapat kualitas air yang baik.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Austin,George.T., 1996. “ Industri Proses Kimia ”. Edisi Kelima. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Day,R.A.,AL.Underwood., 1986. “ Analisis Kimia Kuantitatif “. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Effendi,H., 2003. “ Telaah Kualitas Air “. Kanisius. Yogyakarta.

Kemmer,Frank.N., 1979. “ The Nalco Water Handbook “. Second Edition. McGraw – Hill Book Company. New York.

Linsley,Ray.K., 1991. “ Teknik Sumber Daya Air “. Edisi Ketiga. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

McCoy,James.W., 1969. “ Chemical Analysis Of Industrial Water “. Chemical Publishing Company. New York.

Naibaho,P.M.,1996. “ Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit “. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Santika,S.S., G.Alaerts., 1987. “ Metoda Penelitian Air”. Usaha Nasional. Surabaya. Soejardi & Al.Santosa., 1990., “ Cara Analisis Air Untuk Pembangkit Tenaga Uap ”.

Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.

Sutrisno,C.Totok, dkk., 2004. “ Teknologi Penyediaan Air Bersih “. Cetakan Kelima. Rineka Cipta. Jakarta.

Viessman,Warren., 1985. “ Water Supply and Pollution Control “. Fourth Edition. Harper & Row,Publisher. New York.

Wiley,J & Sons., 1979. “ Water Treatment Handbook”. Fifth Edition. Firmin – Didot S.A. New York.


(40)

(41)

Lampiran Tabel 1 : Data Percobaan P – Alkalinitas

Sampel Volume Sampel

Volume Phenolptalein

Volume H2SO4 0,02

N

P -

Alkalinitas Rata - rata

( ml ) ( tetes) ( ml) P -

Alkalinitas I

50 2 27,64 552,8

544,93

50 2 27,5 550

50 2 26,6 532

II

50 2 19,2 384

384,53

50 2 19,28 385,6

50 2 19,2 384

III

50 2 24,54 490,8

480,73

50 2 23,54 470,8

50 2 24,03 480,6

Keterangan : Sampel I : sampel dari boiler pada hari pertama Sampel II : sampel dari boiler pada hari kedua Sampel III : sampel dari boiler pada hari ketiga

Tabel 2 : Hasil Penentuan M – Alkalinitas

Sampel Volume Sampel

Volume Metyl Orange

Volume H2SO4

0,02 N M - Alkalinitas Rata - rata

( ml ) ( tetes) ( ml) M -

Alkalinitas I

50 2 29,4 588

584

50 2 29 580

50 2 29,2 584

II

50 2 23,54 470,8

468,53

50 2 23,8 476

50 2 22,94 458,8

III

50 2 24,54 490,8

494, 8

50 2 25,38 507,6

50 2 24,3 486

Keterangan : Sampel I : sampel dari boiler pada hari pertama Sampel II : sampel dari boiler pada hari kedua


(42)

Tabel 3 : Data Percobaan Penentuan Silika

Sampel Larutan Sulfat Molybdat

Larutan Asam Tartrat

Larutan 1 - Amino - 2 - naphtol - 4 - sultonic

acid

SiO2

( ml ) ( ml ) ( ml ) ( ppm)

I 5 5 5 15

II 5 5 5 10

III 5 5 5 15

Keterangan : Sampel I : sampel dari boiler pada hari pertama Sampel II : sampel dari boiler pada hari kedua Sampel III : sampel dari boiler pada hari ketiga


(43)

Lampiran III Mutu Air untuk Boiler

No. Uraian Stn

Norma Mutu Air

Feed water Boiler

Sesudah sand filter Sesudah kation Sesudah anion Feed

tank I II

1. pH pada

suhu 250C

- 6,5-7 3-5 7,0-10 7,0-10

10,5-11,5

10,5-11,5

2. TDS ppm 50-70 Max 100 Max 100 Max

100

Max 2000

Max 2000

3. SS ppm - - - -

4. Total Solid = TDS + SS

ppm - Max 2 Max 2 Max 2 - -

5. Total Hardness

ppm Max 12 0,5- 2 0,5- 2 0,5- 2 Max 2 Max 2

6. DO ppm - - - Max

0,5 *)

7. SiO2 ppm Max 5 Max 5 Max 5 Max 5 Max

150

Max 150

8. Turbidity ftu Max 5 - - Max 5 - -

9. Colour - Max 15 - - Max 15

10. Total alkalinity (M-Alkalinity)

ppm - - - 25-40 500-800 500-800

11. Caustic alkalinity

ppm - - - - 300-500 300-500

12. P-Alkalinity ppm - - - - Max

600

Max 600

13. Sulphite ppm - - - - 20-80 20-80

14. Phospate ppm - - - - 30-70 30-70

15. Chloride ppm Max

500

Max 500 16. Iron ppm Max 0,3 Max 0,3 Max 0,3 Max

0,3


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa nilai alkalinitas dan silika masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh pabrik kelapa sawit PTPN III sei mangkei perdagangan. Adapun nilai alkalinitas dan silika yang diperoleh :

1. Nilai P – Alkalinitas : 470,06 ppm

2. Nilai M – Alkalinitas : 515,77 ppm

3. Kadar silika : 13,33 ppm

5.2. Saran

1. Sebaiknya analisa alkalinitas dan silika dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, agar kesalahan dapat diatasi seminimal mungkin.

2. Sebaiknya dilakukan analisa untuk parameter air yang lainnya agar didapat kualitas air yang baik.

3. Sebaiknya dalam setiap tahap pengolahan air dilakukan pengawasan yang lebih efisien agar didapat kualitas air yang baik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Austin,George.T., 1996. “ Industri Proses Kimia ”. Edisi Kelima. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Day,R.A.,AL.Underwood., 1986. “ Analisis Kimia Kuantitatif “. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Effendi,H., 2003. “ Telaah Kualitas Air “. Kanisius. Yogyakarta.

Kemmer,Frank.N., 1979. “ The Nalco Water Handbook “. Second Edition. McGraw – Hill Book Company. New York.

Linsley,Ray.K., 1991. “ Teknik Sumber Daya Air “. Edisi Ketiga. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

McCoy,James.W., 1969. “ Chemical Analysis Of Industrial Water “. Chemical Publishing Company. New York.

Naibaho,P.M.,1996. “ Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit “. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Santika,S.S., G.Alaerts., 1987. “ Metoda Penelitian Air”. Usaha Nasional. Surabaya. Soejardi & Al.Santosa., 1990., “ Cara Analisis Air Untuk Pembangkit Tenaga Uap ”.

Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.

Sutrisno,C.Totok, dkk., 2004. “ Teknologi Penyediaan Air Bersih “. Cetakan Kelima. Rineka Cipta. Jakarta.

Viessman,Warren., 1985. “ Water Supply and Pollution Control “. Fourth Edition. Harper & Row,Publisher. New York.

Wiley,J & Sons., 1979. “ Water Treatment Handbook”. Fifth Edition. Firmin – Didot S.A. New York.


(3)

(4)

Lampiran Tabel 1 : Data Percobaan P – Alkalinitas

Sampel Volume Sampel

Volume Phenolptalein

Volume H2SO4 0,02

N

P -

Alkalinitas Rata - rata

( ml ) ( tetes) ( ml) P -

Alkalinitas I

50 2 27,64 552,8

544,93

50 2 27,5 550

50 2 26,6 532

II

50 2 19,2 384

384,53

50 2 19,28 385,6

50 2 19,2 384

III

50 2 24,54 490,8

480,73

50 2 23,54 470,8

50 2 24,03 480,6

Keterangan : Sampel I : sampel dari boiler pada hari pertama Sampel II : sampel dari boiler pada hari kedua Sampel III : sampel dari boiler pada hari ketiga

Tabel 2 : Hasil Penentuan M – Alkalinitas

Sampel Volume Sampel

Volume Metyl Orange

Volume H2SO4

0,02 N M - Alkalinitas Rata - rata

( ml ) ( tetes) ( ml) M -

Alkalinitas I

50 2 29,4 588

584

50 2 29 580

50 2 29,2 584

II

50 2 23,54 470,8

468,53

50 2 23,8 476

50 2 22,94 458,8

III

50 2 24,54 490,8

494, 8

50 2 25,38 507,6

50 2 24,3 486

Keterangan : Sampel I : sampel dari boiler pada hari pertama Sampel II : sampel dari boiler pada hari kedua


(5)

Tabel 3 : Data Percobaan Penentuan Silika

Sampel Larutan Sulfat Molybdat

Larutan Asam Tartrat

Larutan 1 - Amino - 2 - naphtol - 4 - sultonic

acid

SiO2

( ml ) ( ml ) ( ml ) ( ppm)

I 5 5 5 15

II 5 5 5 10

III 5 5 5 15

Keterangan : Sampel I : sampel dari boiler pada hari pertama Sampel II : sampel dari boiler pada hari kedua Sampel III : sampel dari boiler pada hari ketiga


(6)

Lampiran III Mutu Air untuk Boiler

No. Uraian Stn

Norma Mutu Air

Feed water Boiler

Sesudah sand filter Sesudah kation Sesudah anion Feed

tank I II

1. pH pada

suhu 250C

- 6,5-7 3-5 7,0-10 7,0-10

10,5-11,5

10,5-11,5

2. TDS ppm 50-70 Max 100 Max 100 Max

100

Max 2000

Max 2000

3. SS ppm - - - -

4. Total Solid = TDS + SS

ppm - Max 2 Max 2 Max 2 - -

5. Total Hardness

ppm Max 12 0,5- 2 0,5- 2 0,5- 2 Max 2 Max 2

6. DO ppm - - - Max

0,5 *)

7. SiO2 ppm Max 5 Max 5 Max 5 Max 5 Max

150

Max 150

8. Turbidity ftu Max 5 - - Max 5 - -

9. Colour - Max 15 - - Max 15

10. Total alkalinity (M-Alkalinity)

ppm - - - 25-40 500-800 500-800

11. Caustic alkalinity

ppm - - - - 300-500 300-500

12. P-Alkalinity ppm - - - - Max

600

Max 600

13. Sulphite ppm - - - - 20-80 20-80

14. Phospate ppm - - - - 30-70 30-70

15. Chloride ppm Max

500

Max 500 16. Iron ppm Max 0,3 Max 0,3 Max 0,3 Max

0,3


Dokumen yang terkait

Prosedur Penerimaan Sawit Rakyat Ke Pabrik Kelapa Sawit ( Pks ) Di Ptpn Ii Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara ( Studi Di Ptpn Ii Sawit Seberang )

6 76 105

Pengaruh Tekanan Pada Stasiun Kempa Terhadap Kehilangan Minyak Dan Biji Pecah Dalam Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

11 88 51

Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Effluent Ranut (Reaktor Anaerobik Unggun Tetap) Menggunakan Teknik Elektrokoagulasi

2 53 102

Corrective Maintenance Bantalan Luncur Lori Pabrik Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Angkut 2,5 Ton TBS Menggunakan Analisa Kegagalan

17 114 75

Perencanaan Dan Pembuatan Poros Digester Untuk Sebuah Pabrik Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Olahan 12 Ton Tbs /Jam Dengan Pengecoran Logam

2 80 101

Kajian Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Supermini Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa Sawit Di Sumatera Utara (The Study On The Development Of Supermini Palm Oil Factory In Order To Increase The Palm Oil Farmers Income In North Sumater

0 49 7

Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang Berasal Dari Kolam Akhir (Final Pond) Dengan Proses Koagulasi Melalui Elektrolisis

0 42 3

Analisis Logam Transisi Dalam Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Setelah Perlakuan Land Application

2 69 3

Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Karet Dan Domestik

0 57 39

Pengendalian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Secara Biologis Dan Pengaruhnya Terbadap Sifat Tanah, Pertumbuhan Tanaman Kedelai(Glycine Max) Pada Tanah Ultisol

0 31 296