Histerisis Magnet LANDASAN TEORI

2.2 Histerisis Magnet

Magnet biasanya dibagi atas dua kelompok : magnet lunak dan magnet keras . Magnet keras dapat menarik bahan lain yang bersifat magnet. Selain itu sifat kemagnetannya dapat dianggap cukup kekal. Magnet lunak dapat bersifat magnetic dan dapat menarik magnet lainnya, namun hanya berada dalam medan magnet. Sifat kemagnetannya tidak kekal. Perbedaan antara magnet permanen atau magnet keras dan magnet lunak dapat dilakukan dengan menggunakan loop histerisis yang telah dikenal seperti pada gambar 2.3. Bila bahan magnet berada dalam medan magnet, H “garis gaya yang berdekatan” akan tertarik ke dalam bahan tersebut sehingga rapat fluks meningkat. Dikatakan bahwa, induksi magnet, B meningkat. Dengan sendirinya, jumlah induksi tergantung pada medan magnet dan jenis bahan. Pada contoh gambar 2.3, rasio BH tidak linear, terjadi lompatan induksi mencapai level yang tinggi, kemudian rasio tersebut hampir konstan dalam medan yang lebih kuat[15]. Br Br Br Hc Hc Hc Medan magnet,H Medan magnet,H Medan magnet,H a b c Gambar 2.3. kurva magnetisasi. a Induksi awal B versus medan magnet H, b Loop histerisis magnet lunak. c Loop histerisis magnet keras. Baik induksi remanen rapat fluks dan medan koersif, B dan – Hc, masing-masing, besar untuk magnet keras. Hasil perkalian BH merupakan patokan untuk ukuran energi demagnetisasi[15]. Pada magnet lunak, terjadi penurunan kembali yang hampir sempurna jika medan magnet ditiadakan. Medan magnet bolak-balik akan menghasilkan kurva simetris di kuadran ketiga. Kurva histerisis magnet permanen sangat berbeda, bila medan magnet ditiadakan, induksi tersisa akan menghasilkan induksi remanen, Br. Medan yang berlawanan yang disebut medan koersif, -Hc, diperlukan sebelum induksi turun menjadi nol, sama dengan magnet lunak loop tertutup, akan tetapi magnet permanen memiliki simetri 180 C. Karena hasil kali medan magnet Am dan induksi V.detm 2 merupakan energi per satuan volume, luas daerah hasil integrasi di dalam loop histerisis adalah sama dengan energi yang diperlukan untuk satu siklus magnetisasi mulai dari nol 0 sampai +H hingga –H sampai 0. Energi yang dibutuhkan magnet lunak dapat diabaikan, akan tetapi magnet permanen memerlukan energi lebih banyak sehingga pada kondisi ruang demagnetisasi dapat diabaikan. Dikatakan magnetisasi permanen. Magnet permanen dapat diberi indeks berdasarkan medan koersif yang diperlukan untuk menghilangkan induksi. Patokan ukuran yang lebih baik adalah hasil kali BH. Hasil kali sesaat BH maksimum lebih sering digunakan karena merupakan barier energi kritis yang harus dilampaui. Magnet lunak merupakan pilihan tepat untuk penggunaan pada arus bolak-balik atau frekuensi tinggi, karena harus mengalami magnetisasi dan demagnetisasi berulang kali selama selang satu detik. Spesifikasi yang agak kritis untuk magnet lunak adalah induksi jenuh tinggi, medan koersif rendah, dan permeabilitas maksimum tinggi.

2.3 Sifat – Sifat Magnet