Perjuangan Hak KAJIAN TEORI

22 basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. 28 Advokasi adalah membangun organisasi-organisasi demokrasi yang kuat untuk membuat penguasa bertanggungjawab dan menyangkut peningkatan keterampilan serta pengertian rakyat tentang bagaimana kekuasan itu bekerja. Advokasi memusatkan perhatian kepada siapa yang mendapatkan masalah dalam masyarakat, seberapa banyak mereka mendapatkannya, siapa yang ditinggalkan, bagaiman uang rakyat yang dibelanjakan, bagaimana keputusan-keputusan itu dibuat, sebagaimana sejumlah orang dicegah untuk ikut serta dalam keputusan-keputusan itu, dan bagaimana informasi dibagikan atau disembunyikan. 29 2. Jenis-jenis Advokasi Berpijak pada literatur pekerjaan sosial, advokasi dapat dikelompokan dalam dua jenis, yaitu: a. Advokasi kasus adalah kegiatan yang dilakukan seorang pekerja sosial untuk membantu klien agar mampu menjangkau sumber atau pelayanan sosial yang telah menjadi haknya. Alasannya terjadi diskriminasi atau ketidakadilan yang dilakukan oleh lembaga, dunia bisnis atau kelompok profesional terhadap klien dan klien sendiri tidak mampu merespon situasi tersebut dengan baik. 28 Abdul Hakim Garuda Nusantara, Pedoman Advokasi, pers, 2005, Jakarta, hal. 6 29 Edi suharto, 2006, op. cit, h. 6 23 Pekerja sosial berbicara, beragumentasi dan bernegosiasi atas nama klien individu. Karena, advokasi sering disebut juga sebagai advokasi klien client advocacy. 30 b. Advokasi kelas menunjukan pada kegiatan-kegiatan atas nama kelas atau sekelompok orang untuk menjamin terpenuhinya hak-hak dalam menjangkau sumber atau memperoleh kesempatan-kesempatan. Fokus advokasi kelas adalah mempengaruhi atau melakukan perubahan- perubahan hukum dan kebijakan publik pada tingkat lokal maupun nasional. Advokasi kelas melibatkan proses-proses politik yang ditunjukan untuk mempengaruhi keputusan- keputusan pemerintah yang berkuasa. Pekerja sosial biasanya bertindak sebagai perwakilan organisasi, bukan sebagai seorang praktisi mandiri. Advokasi kelas umumnya dilakukan melalui kualisi kelompok dan organisasi lain yang memiliki agenda sejalan. 31 b Mediasi 1. Pengertian Mediasi Istilah mediasi cukup gencar dipopulerkan oleh akademisi dan praktisi. Para ilmuan berusaha mengungkapkan secara jelas makna mediasi dalam literatur ilmiah melaui riset dan studi akademik. Istilah mediasi tidak mudah didefinisikan secara lengkap dan menyeluruh 30 Edi Suharto, op. cit, h. 23 31 Ibid, h. 23 24 karena cakupannya cukup luas. Mediasi tidak memberikan suatu model yang dapat diuraikan secara terperinci dan dibedakan dari proses keputusan lainnya. 32 Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi yang efektif, dapat membantu dalan situasi konflik untuk mengkordinasikan aktivitas mereka sehingga lebih efektif dalam proses tawar-menawar .... bila tidak ada negosiasi ..... maka tidak ada mediasi. 33 Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti berada di tengah-tengah. Maka ini menunjukan pada peran yang ditampilkan pada pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antar pihak. “Berada diantara tengah” juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. 34 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mediasi berarti sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam menyelesaikan suatu perselisihan sebagai penasehat. 35 Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan etimologi lebih menekankan pada pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk menyelesaikan perselisihan. 36 32 Syahrizal Abbas, Mediasi, Kencana Pranada Media Group, 2009, Jakarta, hal. 1 33 Nurnaningsih Amriani, MEDIASI Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Di Pengadilan, PT Raja Grafindo Persada, 2011, Jakarta, hal. 28 34 Syahrizal Abbas, op. cit, h. 1- 2 35 Ibid, h. 2-3 36 Ibid, h. 3 25 Mediasi dapat berhasil baik jika para pihak mempunyai posisi tawar-menawar yang setara dan mereka masih menghargai hubungan baik antara mereka di masa depan. 37 Garry Goopaster memberikan definisi mediasi sebagai proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memiliki hak imparsial bekerjasama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan. 38 c Konseling 1. Pengertian Konseling Konseling atau penyuluhan Counseling, bermakna menyeluruh, menerangi, melakukan konsultasi atau memberikan terapi, cenderung dilakukan secara face to face antara konselor atau penyuluh dengan konseler atau klien. Penyuluhan merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan itu sendiri yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi fasilitas yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien. 39 Hubungan dalam penyuluhan bersifat interpersonal. Hubungan penyuluhan terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu tidak hanya bersifat kongnitif dan 37 Nurnaningsih Amriani, op, cit, h. 29 38 Syahrizal Abbas, loc. cit, h. 5 39 Zakri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling , Kizi Brother’s, 2008, Jakarta, hal. 17 26 dangkal, melainkan melibatkan semua unsur kepribadian dari kedua belah pihak yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, melainkan melibatkan semua unsur. Dalam proses penyuluhan kedua pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan karena penyuluhan itu dilakukan secara pribadi. Penyuluhan sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan klien. 40 Konseling berarti: kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang konselor dan klien untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang selaras dan integrasi berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. 41 Dalam penelitian ini teori yang sesuai dengan peran ATKI adalah teori Merton yang memulai analisanya dengan mendefinisikan status dan peran sebagaimana yang dibuat oleh Ralph Linton. Status berarti suatu posisi di dalam struktur sosial yang disertai dengan hak dan kewajibannya. Sedangkan peran berarti pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Menurut Linton, suatu masyarakat memiliki banyak status yang disebut status-set. Oleh karena itu setiap individu juga memiliki banyak peranan dan disebutnya role-set. 40 Ibid, h. 17-18 41 Ibid, h. 19 27 Selain itu dalam menganalisa kasus yang ada, teori advokasi yang digunakan adalah teori dari Sheila Espine-Villaluz, advokasi diartikan sebagai strategi terpadu yang dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukan suatu masalah atau isu ke dalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membangun basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini analisa masalah tidak akan terlepas dari teori tersebut. 28

BAB III GAMBARAN UMUM ATKI

A. Sejarah Terbentuknya ATKI

Pada awalnya berdirinya Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia ATKI bermula dengan sebuah kasus yang menimpa Eni Lestari, beliau bekerja pada sektor informal yang lebih dikenal dengan Pembantu Rumah Tangga PRT, kasus yang menimpanya soal PT yang memberangkatkannya ke Hongkong, karena kesalahan tersebut banyak tempat yang dia datangi dalam hal ini KJRI yaitu tempat pengaduan yang disediakan pemerintah untuk pengaduan persoalan TKI. Banyak yang terjadi pada Eni Lestari tersebut beliau, sempat lama kasusnya tertunda dengan beberapa alasan. Setelah 6 bulan berlalu LSM ASEAN, Asia Fasifik Mision For Migrants APMM dari Pilipina yang sedang menangani kasus yang sama. Mulai dari sana Eni Lestari mulai banyak berdiskusi dan sering pengalaman dengan LSM tersebut. Dari beberapa pendiskusian tersebut tercananglah organisasi yang mewadahi tentang persoalan buruh migran yang dikenal dengan ATKI-HK didirikan pada tanggal 1 Oktober 2000 di Hongkong SAR dan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di Hongkong dengan alamat di St. John’s Cathedral, 4 Garden Road, Central, Hongkong. Berdasarkan dokumen yang dimiliki oleh ATKI mengenai pembentukan organisasi TKI bahwa kepentingan untuk membangun organisasi TKI di tanah air sebenarnya sudah terbersit lama. Pada tahun 2006 ide tentang pembangunan organisasi massa TKI di Indonesia yang akan mempunyai peran 29 untuk kampanye dan advokasi atas persoalan-persoalan Buruh Migran Indonesia BMI telah menjadi gagasan bersama. Berikut ini adalah periodesasi pembangunan organisasi ATKI: 1. Periode Pra Pendirian 2006-2008 Pada fase sebelum 2006, upaya pembangunan organisasi massa TKI di dalam negeri pernah digagaskan oleh ATKI HK dan Gerakan Rakyat Indonesia GRI. Gagasan tersebut direalisasikan dengan mengadakan kegiatan: a. Workshop yaitu untuk melakukan penyusunan panduan pembangunan organisasi TKI yang diselenggarakan pada bulan Juni 2006. Workshop ini dihadiri oleh ATKI HK, INDIES, AGRA, FMN dan SPHP. Salah satu hasil dari workshop ini adalah berdirinya Keluarga Besar ATKI KERABAT. b. Workshop dengan tema “Memajukan Perjuangan Buruh Migran Indonesia” yang diselenggarakan pada 18-19 April 2007 di Jakarta. Workshop ini diselenggarakan melalui kerjasama antara INDIES- APMM dan ATKI HK. Workshop ini bisa dikatakan lebih maju dibandingkan dengan yang pernah diselenggarakan sebelumnya. Dalam workshop ini para peserta membahas dua hal utama yaitu analisa masalah-masalah BMI di dalam negeri dan juga negara tujuan serta program perjuangan bagi buruh migran. Dalam periode ini, INDIES berada di bawah pemimpinan Mertinus Ujianto. 30 c. November 2007, konsolidasi diselenggarakan kembali sebagai tindak lanjut dari agenda yang telah dilangsungkan sebelumnya. Kali ini konsolidasi diselenggarakan di Salatiga, Jawa Tengah. Semenjak agenda November 2007 tersebut, praktis tidak ada pekerjaan-pekerjaan konkret yang dijalankan oleh tim kerja nasional, baik dalam aspek politik maupun organisasi. Kordinasi sempat dilakukan satu kali pasca konsolidasi ini namun secara programatik upaya apa yang akan menjadi pekerjaan pembangunan ormas buruh migran di Indonesia tidak terealisasikan. 2. Periode Pra Pendirian Pada periode ini ATKI-HK memberikan penugasan kepada Retno Dewi anggota ATKI-HK dan mantan TKI-HK untuk bekerja di Jakarta sebagai petugas yang akan membangun ATKI di Indonesia. Retno Dewi kembali ke Indonesia pada tanggal 11 April 2008 dan langsung terlibat dalam kampanye massa menolak kenaikan BBM pada tanggal 23 April 2008 dan Mayday 2008 di Jakarta. Dalam dua momen ini nama ATKI- Indonesia sudah mulai menunjukkan eksistensinya. 3. Periode 2008-2009 Periode ini dimulai pada saat Retno Dewi anggota ATKI-HK mendapatkan tugas untuk bekerja sebagai petugas full timer pembangunan organisasi di Indonesia. Ini adalah upaya konkret yang coba dijalankan untuk segera mewujudkan target pembangunan organisasi buruh migran di Indonesia. 31 Dalam periode ini, setelah memperoleh satu orang tenaga full timer pekerjaan pembangunan organisasi buruh migran di Indonesia mulai mendapatkan perhatian yang jauh lebih serius. Beberapa program, meskipun belum tersusun secara sistematis telah mulai dijalankan. Mulai dari pendidikan, pembangunan organisasi, kampanye massa dan aliansi menjadi bagian dalam setiap pekerjaan yang dijalankan. 4. Periode 2009-2010 Pada bulan Januari, sebuah rapat diselenggarakan untuk menyusun program ATKI-Indonesia selama tahun 2009. Rapat diikuti oleh Eni ATKI HK, Retno ATKI-Indonesia, Syamsul dan Oki INDIES. Namun rapat program ini belumlah komprehensif. Kemudian di bulan yang sama diselenggarakan kembali sebuah rapat yang lebih komprehensif untuk melakukan pembahasan lebih mendalam berkenaan dengan program ATKI. Pekerjaan di unit kerja ATKI-Indonesia semakin berkembang pasca penetapan program ini. Investigasi sosial serta pekerjaan-pekerjaan politik organisasi mulai berjalan lebih sistematis. Dalam pekerjaan investigasi sosial, selama periode ini telah berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut di Cirebon dan Brebes yang kemudian berbuah pada lahirnya ATKI- Limbangan, Brebes, dan Jawa Tengah. Pekerjaan investigasi juga dilakukan di Cianjur, bersamaan dengan pekerjaan pelayanan massa korban gempa Jawa Barat, September 2009. Hasil lain dari pekerjaan ini adalah kontak-kontak baru di berbagai kota seperti Cirebon, Brebes, Sumenep, Malang dan Salatiga, termasuk juga di NTB.