Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Opini Audit Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

(1)

PENGARUH DIFERENSIASI KUALITAS AUDIT, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TERHADAP

PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Meisya Magi Anisa NIM: 109082000080

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Meisya Magi Anisa

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Mei 1991

3. Alamat : Jl. Lebak Bulus Raya 1 No. 45E Kel. Lebak Bulus Kec. Cilandak, Jakarta Selatan

4. Telepon : 08568094485

5. Email : meisyamagi@yahoo.com

II. PENDIDIKAN

1. MI Al-Hidayah Jakarta Tahun 1997-2003 2. SMP Negeri 86 Jakarta Tahun 2003-2006 3. SMK Negeri 20 Jakarta Tahun 2006-2009 4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2013

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Bimbingan Belajar Gamma 88, 2008-2009 2. PT Astra Internasional Tbk, Magang (Juli 2009)

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. BEM Jurusan Akuntansi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 2. Anggota Karang Taruna RW 01 Kel. Lebak Bulus, Jakarta Selatan


(7)

vi

V. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Talkshow Pemberantasan Korupsi Bersama KPK yang diselenggarakan BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009. 2. Seminar Nasional oleh Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif

Hidayatullah, “Peran Asuransi dalam Era Globalisasi”, 20 Mei 2010. 3. Company Visit oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ke Bursa Efek Indonesia Dan Museum Bank Indonesia, 28 Desember 2010.

4. KEPANITIAAN

1. Accounting Sportakuler oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai divisi secretariat, 2011.

2. Accounting Fair 2011 oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai divisi konsumsi, 4-8 April 2011.

3. Santunan Yatim Piatu oleh Karang Taruna RW 01 Kel. Lebak Bulus Jakarta Selatan, sebagai divisi acara, Agustus 2012.

4. Pentas Seni Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 68 oleh Karang Taruna RW 01 Kel. Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sebagai divisi acara, Agustus 2013.

5. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Yosep M. Eddy


(8)

vii

3. Ibu : Baryati

4. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Agustus 1963

5. Alamat : Jl. Lebak bulus Raya 1 No. 45E Kel. Lebak Bulus, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan

6. Telepon : 081381626027


(9)

viii ABSTRACT

THE EFFECTS OF THE DIFFERENTIATION OF AUDIT QUALITY, FINANCIAL DISTRESS AND AUDIT OPINION TO AUDIT SWITCHING (Empirical Study on Manufacturing Companies that Listed at Indonesian Stock

Exchange Period 2008-2011)

By

Meisya Magi Anisa

This research aimed to obtain empirical evidence of the differentiation of audit quality, financial distress and audit opinion to audit switching. This research was using samples of manufacturing industry. The company were listed on The Indonesian Stock Exchange in 2008-2011. Based on method purposive sampling, research samples total are 220 financial statements. Hypothesis in this research used logistic regression.

This research indicated that financial distress had significant influencing on the audit switching. Financial distress had significant value 0,002 below 0,05. The differentiation of audit quality did not have significant a value is 0,991 larger than 0,05 and audit opinion did not have significant a value is 0,996 larger than 0,05. The result is the differentiation of audit quality and audit opinion did not have significant influencing on the audit switching.

Keywords: the differentiation of audit quality, financial distress, audit opinion, and audit switching.


(10)

ix ABSTRAK

Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Opini Audit terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

Oleh Meisya Magi Anisa

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris dari diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan dan opini audit terhadap pergantian kantor akuntan publik. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2011. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 220 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik.

Penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik. Kesulitan keuangan perusahaan memiliki nilai signifikan 0,002 berada di bawah 0,05. Sedangkan diferensiasi kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dengan nilai sebesar 0,991 lebih besar dari 0,05 dan opini audit tidak berpengaruh signifikan dengan nilai sebesar 0,996 lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diferensiasi kualitas audit dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian kantor akuntan publik.

Kata kunci: diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan, opini audit, pergantian kantor akuntan publik.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia serta rahmatNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang menjadi pembimbing bagi umat untuk menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan, bimbingan, doa dan semanangat yang telah dicurahkan bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Ayahanda Yosep dan Ibunda Baryati, terimakasih atas segala doa, semangat, kasih sayang dan cintanya yang tak pernah lelah diberikan kepada penulis, semoga ananda semakin mampu menjadi anak yang membanggakan buat ayahanda dan ibunda.

2. Kakak-kakak tercinta, Riyadi Yuliarto Dyat, Dikhir Marsali Dyat dan Dilla Magi Isa Dyat, walaupun suka dibuat jengkel, tapi kalian adalah anugerah yang telah diberikan Allah SWT.

3. Keluarga besar dari pihak ayah maupun ibu yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala doa dan dukungannya.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(12)

xi

7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I. Terimakasih telah bersedia untuk meluangkan waktu, berbagi ilmu dan pengalaman, membimbing dan mengarahkan selama proses penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak Pak. Semoga keberkahan selalu menyertai Bapak sekeluarga

8. Ibu Wilda Farah, SE., MSi., Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II. Terimakasih atas kerendahan hatinya dalam membimbing penulis untuk menyusun skripsi ini, terimakasih telah meluangkan waktu, berbagi ilmu, pengalaman dan pengarahan. Terimakasih banyak Kak, semoga kakak semakin sukses

9. Seluruh Dosen yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan karyawan UIN syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

10. Lizarudin Arbi, teman baik yang selalu memberikan semangat dan doanya. Terimakasih ya, semoga kita sama-sama menjadi orang yang sukses.

11. Wahyuni (teteh), teman terbaikku semasa kuliah dari awal masuk UIN. Yang sabar dan baik hati. Semoga silaturahmi kita selalu terjalin dengan baik walaupun kita sudah tidak satu kampus lagi.

12. Karina Aningdita Pratiwi, terimakasih ya sudah mau meluangkan waktunya, berbagi pengalamannya, sabar dalam membantu proses menyusun skripsi ini.

13. Dwi Rahmawati Putri, Nabila Meidianti Tatyana, Anistya Hardini, Syauffa Pratiwi, Dini Utami, Desyani Safitri, terimakasih ya untuk doa dan dukungannya bagi penulis, semoga silaturahmi kita tidak terputus.

14. Teman seperjuangan Reni Anggraini, Melina Ernomo, Dellia Eka Rizkiyana, terimakasih ya buat doa dan semangatnya, semangat terus ya buat kita.

15. Teman-teman akuntansi kelas B angkatan 2009, terimakasih semuanya. 16. Teman-teman Fakultas Ekonomi angkatan 2009, khususnya jurusan

akuntansi semoga apa yang sudah kita dapat di bangku kuliah dapat berguna dan bermanfaat bagi orang banyak di luar sana.


(13)

xii

17. Teman-teman sepermainan yang baik hati, Jenny, Tiena, Nunung, Maryanah, Azis, terimakasih ya untuk doa dan dukungan yang tertuju untuk penulis

18. Seniorku Fakhdian Pamungkas, Nadiyya Hayatunnufus, Mochammad Idris dan yang lain, terimakasih untuk berbagi pengalamannya

19. Juniorku Nindy, Dwi dan yang lainnya, terimakasih ya untuk doa-doanya

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Agustus 2013


(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 16

A. Tinjauan Literatur ... 16

1. Pemeriksaan Laporan Keuangan (Auditing) ... 16

2. Jenis-jenis Audit ... 20

a. Audit Laporan Keuangan ... 20

b. Audit Kepatuhan... 20

c. Audit Operasional ... 21

3. Standar Auditing ... 21

a. Standar Umum ... 21

b. Standar Pekerjaan Lapangan ... 22


(15)

xiv

4. Diferensiasi Kualitas Audit... 23

5. Kesulitan Keuangan Perusahaan ... 28

a. Pengertian Kesulitan Keuangan ... 28

b. Faktor-faktor Penyebab Financial Distress 29 c. Akibat Financial Distress ... 31

d. Pihak-pihak yang Membutuhkan Informasi Financial Distress ... 32

6. Opini Audit ... 34

a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian ... 36

b. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas ... 37

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian ... 38

d. Pendapat Tidak Wajar ... 39

e. Pendapat Tidak Memberikan Pendapat ... 40

7. Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 41

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 45 1. Diferensiasi Kualitas Audit dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP)... 45

2. Kesulitan Keuangan Peusahaan dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 47

3. Opini Audit dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik... 48

C. Hasil Penelitian Terdahulu ... 49

D. Kerangka Pemikiran ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 54

B. Metode Penentuan Sampel ... 54

C. Metode Pengumpulan Data ... 56

D. Metode Analisis Data ... 57

1. Pengertian Regresi Logistik ... 57


(16)

xv

a. Menilai Kelayakan Model Regresi ... 57

1) Uji Statistik -2 Log Likelihood ... 58

2) Uji Statistik Cox and Snell’s R Square ... 59

3) Uji Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ... 59

4) Matriks Klasifikasi ... 60

b. Pengujian Hipotesis……… 60

E. Operasional Variabel Penelitian ... 61

1. Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 62

2. Diferensiasi Kualitas Audit... 62

3. Kesulitan Keuangan Perusahaan ... 62

4. Opini Audit ... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 64

2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 67

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 69

1. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 69

a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model ... 70

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 73

c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 74

d. Hasil Matriks Klasifikasi ... 75

e. Hasil Uji Regresi Logistik ... 76

1) Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik 77 2) Pengaruh Kesulitan Keuangan Perusahaan terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik 79 3) Pengaruh Opini Audit terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 81


(17)

xvi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 85

C. Keterbatasan ... 87

D. Saran ... 88

Daftar Pustaka ... 89


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 49

3.1 Operasionalisasi Variabel Dan Pengukuran... 63

4.1 Tahapan Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria………... 66

4.2 Sampel Penelitian……… 67

4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha……….. 69

4.4 Menilai Keseluruhan Model……….. 71

4.5 Iteration History 1………. 72

4.6 Koefisiensi Determinasi……… 73

4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi……….. 74

4.8 Matriks Klasifikasi……… 75

4.9 Hasil Uji Koefisien Regresi logistik... 76


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Sampel... 93 2 Hasil Output SPSS... 100


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak ketiga yang independen. Hal ini penting karena jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut (Agoes, 2008:8).

Untuk menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi objektivitas auditor, melalui serangkaian ketentuan, profesi auditor dilarang memiliki hubungan pribadi dengan klien mereka yang dapat menimbulkan konflik kepentingan potensial (Divianto 2011:155).

Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang


(22)

2 independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. (IAPI,2011:220.1)

Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat. Anggapan masyarakat terhadap independensi auditor ditekankan disini karena independensi secara intrisik merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. Sepanjang persepsi independensi ini dimasukkan ke dalam kode etik. Hal ini akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi. (IAPI, 2011:220.2)

Perkembangan profesi akuntan publik semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan jasa audit. Bertambahnya jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang beroperasi dapat menimbulkan persaingan antara KAP yang satu dengan lainnya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk berpindah dari satu KAP ke KAP lain. Pergantian auditor bisa bersifat mandatory (wajib) dan bisa juga bersifat voluntary (sukarela). Pergantian mandatory (wajib) dilakukan karena ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang kewajiban rotasi auditor. Jika pergantian secara voluntary (sukarela), maka faktor-faktor penyebab dapat berasal dari sisi klien (misalnya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering, dan sebagainya) dan dari sisi auditor (misalnya fee audit, kualitas audit, dan sebagainya).


(23)

3 Seiring dengan banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan. Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Kebangkrutan perusahaan Enron terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang lewat business partnership (Ayu, 2011:4).

Kasus Enron mulai terungkap pada Desember 2001 dan terus berkembang sampai tahun 2002. Enron dicurigai telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Menggelembungkan nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, diperlukan keahlian yang tinggi dari para profesional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain, telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya, dimana KAP Arthur Andersen yang menjadi auditor dari


(24)

4 Enron. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati oleh para investor (Said, 2002).

Di Indonesia, Kimia Farma sempat tidak mendapatkan kepercayaan dari pemiliksaham terbesarnya sendiri. Setelah dilakukan audit ulang, ternyata laporan keuangan yang telah diaudit menyajikan jumlah total penjualan yang overstated. Selain Kimia Farma, terdapat pula kasus Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (Securities Exchange Comission), dimana SEC sebagai pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP Eddy Pianto. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor masih diragukan oleh SEC, dimana kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor.

Selanjutnya kasus yang terjadi pada sejumlah perusahaan terbuka Grup Bakrie mengenai kisruh laporan keuangan. Dimana tujuh perusahaan yang termasuk dalam perusahaan terbuka Grup Bakrie diantaranya adalah Bakrie Sumatra Plantation, Energi Mega Persada, Bumi Resources, Bakrie Telecom, Bakrieland Development, Darma Henwa dan Benakat Petroleum Energy. Keributan bermula dari adanya dana triliunan rupiah di ketujuh perusahaan itu yang pencatatannya diduga bermasalah. Dalam laporan keuangan kuartal pertama mereka menyebutkan mempunyai dana deposito sekitar Rp 6,8 triliun di Bank Capital Indonesia. Padahal, seluruh dana nasabah di bank swasta tersebut hanya sebesar Rp 2,7 triliun. Itulah yang


(25)

5 memunculkan berbagai spekulasi tidak sedap. Sorotan terutama ditunjukkan kepada dua perusahaan Grup Bakrie yaitu Bakrie Sumatra Plantation Dan Energi Mega Persada dengan kepemilikan deposito Rp 4,6 triliun.

Skandal akuntansi yang terjadi menyebabkan lahirnya The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002. Pesan ini digunakan oleh banyak negara untuk memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi KAP maupun auditor (Suparlan dan Andayani, 2010:2). Berikut ini adalah beberapa provisi dari The Sarbanes-Oxley Act (SOX): 1. Perusahaan publik harus menerbitkan laporan pengendalian internal,

dan auditor luar harus mengevaluasi pengendalian internal klien. 2. Sebuah badan baru, Public Company Accounting Oversight Board,

mengawasi pekerjaan auditor perusahaan publik.

3. Kantor akuntan tidak boleh mengaudit klien publik sekaligus menyediakan jasa konsultasi tertentu kepada klien yang sama.

4. Hukuman yang berat menunggu para pelanggar 25 tahun penjara untuk penipuan sekuritas; 20 tahun bagi eksekutif yang melakukan sumpah palsu.

Selain itu, peraturan mengenai jasa audit juga terdapat dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 Pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari


(26)

6 suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Jika perusahaan mengganti KAP-nya yang telah mengaudit selama lima tahun, hal itu tidak akan menimbulkan pertanyaan karena bersifat wajib (mandatory). Jadi, yang biasanya menjadi masalah apabila pergantian KAP bersifat voluntary, yaitu atas keinginan perusahaan sendiri di luar aturan dari Menteri Keuangan.

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan diantaranya adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi enam tahun berturut-turut oleh kantor akuntan dan tiga tahun berberturut-turut-berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas (pasal 3 ayat 2 dan 3).

Dan pada tahun 2011, pemerintah memperbaharui peraturan tersebut dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Dijelaskan dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik dan/ atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu (pasal 4 ayat1). Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas


(27)

7 informasi keuangan historis diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 4 ayat 2) yang menjelaskan mengenai jumlah tahun buku berturut-turut, jenis industri, perusahaan publik atau privat, dan sanksi administrasi untuk menjaga independensi akuntan publik dan/ atau KAP. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan independensi auditor sehingga kualitas audit menjadi lebih tinggi.

Ketika KAP hanya memiliki beberapa personel yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang relevan sebagai rekan perikatan atau personel KAP yang bertanggung jawab atas pengendalian mutu perikatan dalam audit laporan keuangan emiten, rotasi mungkin bukan merupakan pencegahan yang tepat. Dalam hal ini, KAP harus menerapkan pencegahan yang lain umtuk mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Pencegahan tersebut mencakup antara lain melibatkan Praktisi lainnya yang bukan merupakan anggota tim assurance untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk memberikan saran yang diperlukan. Praktisi lainnya tersebut dapat merupakan seorang individu dalam KAP yang tidak terkait dengan tim assurance maupun seorang individu dari luar KAP. (IAPI,2011:75)

Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh perkembangan perusahaan pada umumnya. Semakin banyak perusahaan publik, semakin banyak pula jasa Akuntan Publik yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) saling bersaing untuk mendapatkan klien (perusahaan) dengan berusaha


(28)

8 memberikan jasa audit sebaik mungkin. Dengan banyaknya KAP yang ada saat ini, perusahaan pun mempunyai pilihan untuk tetap menggunakan KAP yang sama atau melakukan pergantian KAP (auditor switch). (Divianto 2011:153).

Menurut Kawijaya dan Juniarti (2002:94) keinginan KAP agar tetap dapat eksis dalam persaingan, berpeluang untuk menghalangi obyektifitas KAP yang selanjutnya akan mempengaruhi pula independensinya dalam melaksanakan tugas auditnya.

Kualitas auditor yang dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan audit akan menentukan kredibilitas laporan keuangan auditan. Tiap-tiap KAP memiliki perbedaan kualitas dalam memberikan jasa audit berkaitan dengan tingkat kompetensi dan kredibilitas, dalam hal ini disebut diferensiasi kualitas audit yang bisa diamati melalui investasi KAP dalam reputasi brand-name (the Big dan Non Big). Fenomena pergantian KAP telah ditemukan memiliki implikasi terhadap kredibilitas nilai laporan keuangan dan biaya monitoring aktivitas manajemen (Sinarwati, 2010:1).

Selain itu, masalah opini audit dapat menjadi pemicu pergantian KAP. Kondisi ini muncul saat perusahaan klien atau akuntan publik tidak setuju dengan opini audit sebelumnya atau yang akan datang. Permasalahan ini dapat memicu salah satu pihak untuk memisahkan diri. Secara umum, auditee tentunya menginginkan laporan keuangannya mendapat opini wajar tanpa pengecualian dari KAP yang disewanya. Karena pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan akan berpengaruh besar


(29)

9 terhadap kelangsungan hidup (going concern) perusahaan serta penyedia dana, terlebih bagi perusahaan yang go public. Di sisi lain, akuntan publik ingin berlaku profesional sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar profesional akuntan publik, sehingga apabila ada kondisi yang tidak sesuai dengan standar dalam pengauditan dapat menimbulkan konflik.

Dan salah satu alasan kuat perpindahan auditor adalah adanya dorongan yang pada perusahaan yang terancam bangkrut untuk mengganti auditornya (Damayanti dan Sudarma, 2008:6). Ketidakpastian bisnis pada perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Pergantian KAP juga dapat disebabkan karena perusahaan tidak dapat memenuhi biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang mengauditnya karena sedang menurunnya kondisi keuangan perusahaan (Sulistiarini dan Sudarno, 2012:3).

Hudaib dan Cooke (2005) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan tekanan finansial cenderung untuk mengganti KAP dibandingkan dengan perusahaan yang lebih sehat.

Pengujian atas pengaruh kualitas audit terhadap pergantian KAP telah dilakukan oleh Nagy (2005) menyebutkan perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan keuangan perusahaan. Bewley et. al (2008) mendapatkan perusahaan tidak membuat keputusan cepat untuk mengganti auditor, karena perusahaan melihat waktu yang


(30)

10 tepat untuk mendapatkan sinyal yang baik, terkait dengan kualitas pelaporan keuangan yang tinggi. Lin et al. (2009) dan Romanus et al. (2008) menyebutkan perusahaan yang berganti auditor ke auditor yang memiliki KAP lebih besar bisa memberikan sinyal yang lebih tinggi atas laba.

Pengujian atas kesulitan keuangan perusahaan terhadap pergantian KAP telah dilakukan oleh Scwartz dan Soo dalam Sinarwati (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Sinarwati (2009) yang menemukan bahwa kesulitan keuangan secara signifikan mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP. Mardiyah (2002) dalam Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan bahwa kesulitan keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP.

Pengujian atas pengaruh opini audit terhadap pergantian KAP telah dilakukan oleh Calderon dan Ofobike (2008), hasilnya adalah opini audit berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Akan tetapi penelitian yang sudah dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2008), Wijayanti (2010) serta Wijayani dan Januarti (2011) di Indonesia menunjukkan hasil yang berlawanan, opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP.


(31)

11 Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arezoo et al (2011), namun terdapat perbedaan yang diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih membahas mengenai pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) secara voluntary (sukarela) yang penyebabnya berasal dari sisi klien yaitu kesulitan keuangan perusahaan maupun dari sisi auditor yaitu kualitas audit dan opini audit yang diperoleh dari penelitian Nasser et. al., (2006), Nagy (2005), Maharani dan Bambang (2008), Sinarwati (2010), Calderon dan Ofobike (2008). Penelitian sebelumnya membahas pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, ukuran KAP, financial distress dan audit fee terhadap auditor switching. Sedangkan, dalam penelitian ini, peneliti menghilangkan variabel pergantian manajemen ukuran perusahaan klien dan audit fee karena hasil penelitian terdahulu masih beragam.

2. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Sedangkan, populasi dari penelitian sebelumnya adalah perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange (TSE) di Iran tahun 2003-2007.

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go public, merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar selama periode tahun 2008-2011. Alasan penggunaan data empat


(32)

12 tahun mulai tahun 2008-2011 adalah karena tahun 2008-2011 merupakan data perusahaan yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan sebelum rotasi audit dilakukan sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Dijelaskan dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik dan/ atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu (pasal 4 ayat1). Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 4 ayat 2) yang menjelaskan mengenai jumlah tahun buku berturut-turut, jenis industri, perusahaan publik atau privat, dan sanksi administrasi untuk menjaga independensi akuntan publik dan/ atau KAP. Pemilihan satu jenis industri bertujuan untuk menghindari adanya resiko bisnis yang mungkin terjadi antara jenis industri yang berbeda. Peneliti memilih industri manufaktur karena industri manufaktur bersifat heterogen dan terdapat berbagai jenis perusahaan dari perusahaan kecil hingga perusahaan besar. Selain itu industri manufaktur juga memiliki populasi terbesar.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan dan opini audit sering kali mempengaruhi keinginan klien untuk tetap atau berpindah KAP. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaandan Opini Audit


(33)

13 Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan mengenai:

1. Apakah diferensiasi kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur?

2. Apakah kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur?

3. Apakah opini audit berpengaruh signifikan terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh signifikan atas faktor diferensiasi kualitas audit terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur.

2. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh signifikan atas faktor kesulitan keuangan perusahaan terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur.


(34)

14 3. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh signifikan atas faktor opini audit terhadap pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi penelitian mengenai pandangan dan wawasan terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai pergantian kantor akuntan publik perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengonfirmasi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai opini pergantian kantor akuntan publik yang masih belum konsisten.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Auditor Kantor Akuntan Publik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai alasan-alasan dibalik pergantian kantor akuntan publik yang dilakukan oleh perusahaan.


(35)

15 b. Bagi Investor dan Calon investor

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP).


(36)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur

1. Pemeriksaan Laporan Keuangan (Auditing)

Auditing menurut Arenset. al (2010:15) adalah sebagai berikut:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.

Auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Sedangkan definisi auditing menurut Boynton dan Johnson (2006:6) yang berasal dari The Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association (Accounting Review, Vol 47) adalah sebagai berikut:

“A Systematic process of objectively obtaining and evaluating regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users”

Dikutip dari Halim (2008:1), Auditing Practices Commite (APC) mengemukakan definisi auditing sebagai berikut:

“An audit is the independent examination of,and expression of opinion on, the financial statement of enterprise by an appointed in pursuance of that appointment and in compliance with any relevant statuory obligation”.


(37)

17 Auditing adalah pemeriksaan independen dan ekspresi pendapat laporan keuangan perusahan oleh pengerjaan yang ditunjuk dan sesuai dengan kewajiban peraturan perundang-undangan yang relevan.

Sedangkan menurut Miller and Bailley dalam Halim (2008:1): “An audit is a method review and objective examination of an item. Including the verification of specific information as determined by the auditor or as established by general practice. Generally, the purpose of an audit is to express an opinion on or reach a conclusion about what was audited”.

Auditing adalah tinjauan metode dan pemeriksaan objektif dari item termasuk verifikasi informasi spesifik yang ditentukan oleh auditor yang ditetapkan oleh praktek umum, secara umum tujuan audit adalah untuk meyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan tentang apa yang telah diaudit.

Sukrisno Agoes (2004:3) mendefinisikan auditing yaitu sebagai berikut:

“Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts dalam Halim, 2008:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai


(38)

18 asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan pengertian auditing adalah suatu proses sistematis yang dilakukan oleh pihak independen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi (informasi) tersebut dengan kriteria yang sudah ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Tujuan dari pemeriksaan (audit) atas laporan keuangan adalah untuk mengetahui bahwa laporan keuangan tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak, baik pihak yang berasal dari dalam perusahaan maupun pihak dari luar perusahaan sehingga mereka dapat mengetahui berbagai informasi tentang keuangan perusahaan yang telah diperiksa kebenarannya. Pihak yang mengaudit laporan keuangan perusahaan juga harus merupakan lembaga resmi yang telah ditetapkan. Pihak yang memeriksa laporan keuangan bisa berasal dari dalam perusahaan (auditor internal), dan dari luar perusahaan (auditor eksternal).


(39)

19 Laporan keuangan biasanya pertama kali diperiksa oleh intern perusahaan, artinya perusahaan telah mempersiapkan auditor internal untuk memeriksa laporan keuangannya. Dalam hal ini, auditor internal dapat dengan mudah memperoleh data secara bebas sesuai dengan data aslinya. Pemeriksaan laporan keuangan harus dilakukan sesuai dengan fakta-fakta yang sesungguhnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan laporan keuangan pasti terdapat kekurangan, baik itu yang disengaja atau tidak. Oleh karena itu, adanya auditor internal dirasa perlu dan penting untuk melakukan pemeriksaan sebelum dilakukan oleh pihak yang berasal dari luar perusahaan (auditor eksternal).

Pemeriksaan laporan keuangan oleh pihak dari luar perusahaan haruslah dilakukan oleh seorang auditor independen. Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Mereka tidak termasuk orang yang terlatih untuk berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain. Sebagai contoh, dalam hal pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan, auditor tidak bertindak sebagai seorang ahli penilai, penaksir atau pengenal barang. Begitu pula, meskipun auditor mengetahui hukum komersial secara garis besar, ia tidak dapat bertindak dalam kapasitas sebagai seorang penasihat hukum dalam semua hal yang berkaitan dengan hukum (IAPI,2011:110.2)


(40)

20 2. Jenis-jenis Audit

Menurut Kellet. al (2006:8) audit dapat diklasifikasian berdasarkan tujuan dilaksanakanya audit yang menunjukan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit. Secara umum jenis-jenis audit adalah sebagai berikut:

a. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terakut yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Seringkali juga dilakukan audit laporan keuangan yang diukur berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan.

b. Audit Operasional

Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.


(41)

21 c. Audit Ketaatan

Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah auditee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.

3. Standar Auditing

Standar auditing berbeda prosedur auditing, yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2011:150.1) adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup besar sebagai auditor.


(42)

22 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan komfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuanganyang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan


(43)

23 dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyatan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasanya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

4. Diferensiasi Kualitas Audit

Kualitas auditor yang dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan audit akan menentukan kredibilitas laporan keuangan auditan. Tiap-tiap KAP memiliki perbedaan kualitas dalam memberikan jasa audit berkaitan dengan tingkat kompetensi dan kredibilitas, dalam hal ini disebut diferensiasi kualitas audit yang bisa diamati melalui investasi KAP dalam reputasi brand-name (the Big dan Non Big). Fenomena pergantian KAP telah ditemukan memiliki implikasi terhadap


(44)

24 kredibilitas nilai laporan keuangan dan biaya monitoring aktivitas manajemen (Sinarwati, 2010:1).

Berikut adalah nama KAP Big four yang berafiliasi dengan KAP Indonesia (IAPI, 2013):

1. KAP Osman Bing Satrio & Eny berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte).

2. KAP Purwantono, Suherman & Surja berafiliasi dengan Ernst & Young (EY)..

3. KAP Siddharta & Widjaja berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

4. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan berafiliasi dengan Pricewaterhouse (PwC).

KAP Non Big Four adalah semua KAP selain Big Four.

Terdapat beberapa argumen yang menjelaskan bahwa teori agensi mampu menjelaskan fenomena diferensiasi kualitas audit. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa biaya agensi yang terjadi antara satu perusahaan dengan perusahaan lain maupun biaya agensi yang terjadi dalam satu perusahaan dari tahun ke tahun bisa bervariasi. Diferensiasi dari biaya agensi ini mengimplikasikan adanya heterogenitas permintaan atas jasa audit, yaitu permintaan tingkat kualitas audit yang diinginkan. Francis (1984) juga mengaitkan antara teori agensi dengan diferensiasi kualitas audit melalui mekanisme permintaan, yang berargumen bahwa terdapat dorongan ekonomis pada beberapa


(45)

25 perusahaan untuk meminta audit yang berkualitas dalam rangka pengawasan terhadap kontrak-kontrak yang terjadi dalam perusahaan. Berdasarkan kedua argumen tersebut terlihat bahwa biaya agensi mampu menjelaskan terjadinya diferensiasi kualitas auditor.

Di Indonesia sendiri, isu mengenai diferensiasi kualitas auditor semakin mengemuka saat pemerintah mengatur jangka waktu pemberian jasa audit oleh KAP dan partner audit melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, KMK Nomor 359/KMK.06/2003 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008. Dengan adanya regulasi ini perusahaan diharuskan untuk melakukan pergantian auditor dan KAP setelah jangka waktu tertentu sehingga mendorong perusahaan untuk memikirkan mengenai kualitas audit yang dibutuhkan.

Menurut Becker et al. (1998) tingkat efektivitas pelaksanaan audit bervariasi bergantung pada kualitas auditor. Bila dibandingkan dengan auditor yang berkualitas rendah, auditor yang berkualitas tinggi lebih mampu mendeteksi penyimpangan dalam penerapan praktik akuntansi dan saat sudah terdeteksi, auditor ini mampu untuk menolak praktik tersebut danatau merubah laporan auditnya. Francis (1984) lebih luas lagi melihat bahwa diferensiasi kualitas audit muncul dari adanya pandangan bahwa jasa audit itu sendiri bersifat heterogen. Heterogenitas itu terjadi karena adanya persaingan pasar, diferensiasi jasa audit, dan skala ekonomi dari KAP besar.


(46)

26 Beberapa penelitian empiris membuktikan adanya diferensiasi kualitas audit, yang dalam hal ini diamati melalui investasi KAP dalam reputasi brand-name (the Big dan Non Big). Becker et al. (1998) berhasil membuktikan bahwa KAP Big Six memiliki kualitas audit yang lebih tinggi daripada KAP Non Big Six, berdasarkan pada bukti bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Six melaporkan discretionary accrual yang lebih besar daripada discretionary accrual yang dilaporkan perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Six. Hal yang serupa juga terjadi dalam penelitian Francis et al. (1999) yang membuktikan adanya audit fee KAP Big Eight lebih tinggi daripada KAP Non Big Eight baik pada perusahaan besar maupun kecil. Hal ini konsisten dengan pandangan diferensiasi.

Menurut DeAngelo (1981) kualitas audit adalah sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah


(47)

27 klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003) menguji pengaruh independensi dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, serta independensi berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Selain itu, mekanisme corporate governance berpengaruh secara statistis signifikan terhadap integritas laporan keuangan meskipun tidak sesuai dengan tanda yang diajukan dalam hipotesa.

Kesimpulan dari uraian di atas adalah diferensiasi kualitas audit merupakan perbedaan kualitas audit yang dapat diukur dengan berbagai cara salah satunya dengan reputasi brand-name dari KAP tersebut. Beberapa penelitian empiris membuktikan perusahaan yang diauidt oleh KAP brand-name atau the big-four melaporkan discretionary accrual yang lebih besar daripada discretionary accrual yang dilaporkan perusahaan yang diaudit oleh KAP non big-four.


(48)

28 5. Kesulitan Keuangan Perusahaan

a. Pengertian Kesulitan Keuangan (financial distress)

Kesulitan keuangan (financial distress) adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan maka akan muncul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aset di bawah harga pasar, biaya likuidasi, dan sebagainya (Ambarwati, 2010:31). Financial distress menurut Karen Wruck (1990) dalam Rodoni dan Ali (2010:172) adalah situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan (seperti kredit perdagangan atau biaya bunga) dan perusahaan ditekan untuk melakukan kegiatan perbaikan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya.

Setyorini dan Ardiati (2006) menyatakan bahwa kesulitan keuangan yang terdiri dari kesulitan likuiditas sampai dengan kondisi perusahaan berpotensi bangkrut disebabkan oleh banyak hal, baik dari luar maupun dari dalam perusahaan. Meskipun sebab-sebab terjadinya kesulitan keuangan sangat bervariasi, tetapi kebanyakan penyebabnya adalah karena serangkaian keputusan manajemen yang salah sehingga kondisi perusahaan memburuk. Perusahaan berpotensi bangkrut memiliki kecenderungan mengganti auditornya karena dalam perusahaan berpotensi bangkrut, terdapat pengaruh yang besar


(49)

29 terhadap putusnya kerja antara manajemen dan auditor, yang dapat memicu perusahaan untuk melakukan pergantian KAP.

Perusahaan yang bangkrut (yang mempunyai rasio hutang yang tinggi) dan sedang mengalami posisi keuangan yang tidak sehat cenderung akan menggunakan KAP yang mempunyai indepedensi yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan diri perusahaan di mata pemegang saham dan kreditur untuk mengurangi resiko litigasi (Prastiwi dan Wilsya, 2009)

b. Faktor-faktor Penyebab Financial Distress

Jika ditinjau dari segi aspek keuangan perusahaan, maka terdapat tiga keadaan yang menyebabkan financial distress (Rodoni dan Ali, 2010: 176-177), yaitu:

1) Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal

Terjadinya ketidakseimbangan aliran penerimaan uang yang bersumber pada penjualan atau penagihan piutang dengan pengeluaran uang untuk membiayai operasi perusahaan tidak mampu menarik dana untuk memenuhi kekurangan dana tersebut, maka perusahaan akan berada pada kondisi tidak likuid.

2) Besarnya beban hutang dan bunga

Apabila perusahaan mampu menarik dana dari luar, misalnya mendapatkan kredit dari bank untuk menutup kekurangan dana, maka masalah likuiditas perusahaan dapat teratasi untuk


(50)

30 sementara waktu. Tetapi kemudian timbul persoalan baru yaitu adanya keterkaitan kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga kredit. Walaupun demikian, hal ini tidak membahayakan perusahaan dan masih memberikan keuntungan bagi perusahaan apabila tingkat bunga lebih rendah dari tingkat investasi harta atas hutang yang diterima. Ketidakmampuan perusahaan melakukan manajemen risiko atas hutangnya dapat mengakibatkan perusahaan harus mendapatkan risiko menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.

3) Menderita kerugian

Pendapatan yang diperoleh perusahaan harus mampu menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dan menghasilkan laba bersih. Besarnya laba bersih sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan reinvestasi, sehingga akan menambah kekayaan bersih perusahaan dan meningkatkan ROE (Return On Equity) untuk menjamin kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu perusahaan harus selalu berupaya meningkatkan pendapatan dan mengendalikan tingkat biaya. Ketidakmampuan perusahaan untuk mempertahankan keseimbangan pendapatan dengan biaya, niscaya perusahaan akan mengalami financial distress


(51)

31 c. Akibat Financial Distress

Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan risiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi. Hal ini mungkin mempunyai pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang (Fachrudin, 2008). Adapun akibat kesulitan keuangan adalah sebagai berikut:

1) Risiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang.

2) Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya dengan pemasok, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.

3) Pemasok penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau bahkan menghentikan pemasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.

4) Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan pemasok mereka, dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut. Adanya keraguan tentang longetivy perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik. Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.


(52)

32 d. Pihak-pihak yang Membutuhkan Informasi Financial Distress

Menurut Almilia dan Kristiadji (2003), prediksi financial distress (kesulitan keuangan) perusahaan menjadi perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi:

1) Pemberi pinjaman

Informasi mengenai financial distress mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan. 2) Investor

Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga. 3) Pembuat peraturan

Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.

4) Pemerintah

Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antitrust regulation.


(53)

33 5) Auditor

Informasi financial distress dpat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6) Manajemen

Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. Apabila manajemen perusahaan bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

Posisi keuangan auditee mungkin memiliki implikasi penting pada keputusan mempertahankan KAP. Kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut cenderung meningkatkan evaluasi subjektivitas dan kehati-hatian auditor. Dalam kondisi seperti ini suatu perusahaan akan cenderung melakukan auditor switching. Auditor switching juga bisa


(54)

34 disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan penurunan kemampuan keuangan perusahaan.

Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon, 1985). Selain itu, Schwartz dan Soo (1995) dalam Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut.

6. Opini Audit

Pernyataan atas suatu asersi yang dikeluarkan oleh auditor disebut juga pendapat atau opini audit. Opini harus didasarkan atas pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan standar audit dan temuan auditor. Hasil pemeriksaan akuntan tertuang dalam suatu laporan yang menyatakan bahwa apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Mulyadi (2002), opini audit ada lima, yaitu pendapatwajar tanpa pengecualian (unqualified audit opinion), wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language), wajar dengan pengecualian (qualified audit opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion report), dan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion report).


(55)

35 Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI,2011)

Menurut Petronela (2004:47) menyatakan opini audit diberikan oleh auditor dalam beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Berdasarkan definisi diatas dapat diartikan bahwa opini audit adalah suatu pernyataan yang diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan perusahaan yang didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Opini audit merupakan salah satu hal yang penting dalam pengauditan laporan keuangan, laporan keuangan suatu entitas di audit diharapkan agar mendapatkan opini audit, sehingga laporan keuangan yang telah diaudit tersebut dapat dijadikan dasar sebagai sumber informasi untuk para pengguna laporan keuangan baik pihak ekstern maupun intern perusahaan. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan


(56)

36 laporan keuangan. Laporan auditan hanya dibuat jika audit benar-benar dilakukan.

Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut dapat menginformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Menurut Bastian (2007:136), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu: Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (Unqualifed Opinion), Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (Modified Unqualified Opinion), Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), Pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer).

a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (Unqualifed Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar pemeriksaan, penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelas.


(57)

37 Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified Opinion With Explanatory Language)

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas dapat ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku. Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar pemeriksaan, penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelas tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam paragrapf pengantar untuk menegaskan pemisahan tanggungjawab dalam pelaksanaan audit.

2) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh profesi atau pihak yang berwenang. Penyimpangan tersebut adalah yang terpaksa dilakukan agar pemakai laporan keuangan auditan tidak tersesatkan. Auditor harus menjelaskan penyimpangan yang


(58)

38 dilakukan berikut taksiran pengaruh maupun alasan penyimpangan dilakukan dalam satu paragraf khusus.

3) Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material. 4) Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

5) Auditor menemukan penggunaan prinsip dan metode akuntansi. c. Pendapat Wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Jenis pendapat ini diberikan apabila :

1) Luas pemeriksaan akuntan sangat dibatasi oleh klien.

2) Akuntan publik tidak dapat melakanakan prosedur pemeriksaan yang penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun akuntan.

3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim.

4) Prinsip akuntansi yang digunakan didalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

5) Akuntan publik tidak dapat menjaga independensinya dalam hubungan klien.

6) Tidak ada bukti kompeten yang mencukupi atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.


(59)

39 7) Auditor merasa yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material, tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai maupun perubahan prinsip akuntansi.

8) Pendapat ini hanya diberikan jika secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa elemen yang di kecualikan yang pengeculainya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

Pendapat wajar dengan pengecualian tersebut baru dapat diterbitkan oleh auditor apabila laporan keuangan menyajikan secara wajar namun, karena dengan kondisi tertentu sehingga auditor memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian seperti yang telah disebutkan diatas.

d. Pendapat Tidak Wajar ( Adverse Opinion).

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan mendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar di berikan terhadap laporan keuangan.


(60)

40 Penjelasan tersebuut harus dinyatakan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

Pendapat tidak wajar ini hanya bisa diberikan ketika auditor merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang material sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara beralasan, laporan audit harus menyatakan hal itu. e. Pendapat Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat ini layak diberikan apabila: 1) Ada lingkup audit yang sangat material.

2) Auditor tidak independen terhadap klien.

Pernyataan ini tidak dapat diberikan apabila auditor merasa yakin bahwa terdapat penyimpangan yang material dari prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor tidak diperkenankan mencantumkan paragraf lingkup audit, apabila menyatakan alasan mengapa auditnya tidak berdasarkan standar yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang dalam satu paragraf khusus sebelum paragraf pejelasan.


(61)

41 Suatu pernyataan dengan tidak menyatakan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah layak ketika auditor tidak melakasanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memberikan pendapat. Suatu pernyataan tidak menyatakan pendapat juga dilakukan jika auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang disajikan adalah wajar. Pernyataan tidak memberikan pendapat timbul karena adanya lingkup audit yang material dan tidak independenya auditor terhadap klien.

Pernyataan tidak memberikan pendapat harus diberikan dalam suatu pengauditan laporan keuangan entitas karena auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa terdapat penyimpangan material dari PABU di Indonesia.

7. Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP)

Auditor switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Bukti teoritis didasarkan pada teori agensi dan informasi ekonomi. Dalam kedua kasus, permintaan layanan audit muncul terutama dari adanya asimetri informasi. Dalam teori agensi, audit independen berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Tingkat biaya tersebut bervariasi pada organisasi, tergantung pada variabel seperti ukuran perusahaan, gearing, dan


(62)

42 kepemilikan saham manajemen. Dalam informasi ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai sinyal kejujuran manajemen (Dopuch dan Simunic, 1980; Dopuch dan Simunic, 1982 dalam Nasser et al., 2006).

Kadir (1994) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan berpindah KAP, yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. Serupa dengan Kadir (1994), Mardiyah (2002) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit.

Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor (Febrianto, 2009).

Ketika klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan kemana klien tersebut


(63)

43 akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien.

Klien yang di audit oleh KAP baru mungkin lebih puas dengan beberapa pertimbangan. Pertama perusahaan cenderung untuk mengganti auditor adalah bahwa mereka tidak puas dengan pelayanan yang diberikan dari auditor sebelumnya atau mereka mempunyai beberapa jenis perselisihan dengan auditor sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan mengganti auditor dalam tiga tahun yang lalu dengan harapan akan mengalami suatu peningkatan dalam kepuasan klien. Kedua perikatan audit yang baru, ada ketidakyakinan manajemen klien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan dari KAP. Akibatnya, ada dorongan yang kuat dari KAP untuk memprioritaskan pelayanan klien dalam tahun-tahun pertama setelah memperoleh klien baru (Craswell, 1995). Klien-klien baru mungkin mendapatkan perhatian khusus, dan mereka mungkin menikmati perspektif dan pandangan yang berbeda yang diberikan oleh auditor baru.

Behn et al (1997) menunjukkan bahwa pergantian auditor merupakan variabelyang mempengaruhi kepuasaan klien. Seorang auditor baru akan cenderung memperlihatkan kinerjanya pada tahun-tahun pertama saat auditor melakukan audit. Pada awal tahun-tahun kontrak pelakasanaan audit, auditor baru akan berusaha mencari tahu kinerja


(64)

44 auditor lama, dan untuk itu auditor baru akan membandingkan dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainyan. Harapan seorang auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik-baiknya, tanpa mengurangi sikap profesionalnya sebagai seorang auditor. Tujuan pergantian auditor dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Pergantian auditor menyebabkan dampak negatif.

Pergantian auditor merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah auditor. Pergantian auditor bisa disebabkan oleh kewajiban rotasi audit yang diatur oleh pemerintah (mandatory) atau pergantian secara sukarela (voluntary). Pemerintah telah mengatur kebijakan rotasi auditor dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang Jasa Akuntan Publik (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang Jasa Akuntan Publik. Perubahan yang dilakukan diantaranya adalah (1) pemberian jasa audit umum atas


(65)

45 laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP menjadi paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (Pasal 3 ayat 1); (2) akuntan publik dapat menerima penugasan kembali setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang sama (pasal 3 ayat 2); (3). Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP setelah satu tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut (Pasal 3 ayat 3).

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Diferensiasi Kualitas Audit dengan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP)

KAP Big-Eight memiliki investasi yang lebih besar dalam hal brand name daripada KAP Non Big-Eight. Healy dan Lys (1986) berpendapat bahwa hal ini menjelaskan bahwa:

a. Biaya informasi yang dikeluarkan investor dalam menilai kualitas audit lebih rendah pada KAP Big Eight daripada pada KAP Non Big-Eight.

b. Pihak-pihak yang terikat perjanjian memperoleh jaminan yang lebih besar bahwa pihak-pihak tersebut akan memperoleh kualitas


(1)

98

8

Pelangi Indah Canindo Tbk

PICO

9

Budi Acid Jaya Tbk

BUDI

10

Duta Pertiwi Nusantara Tbk

DPNS

11

Ekadharma Tape Ind. Tbk

EKAD

12

Eterindo Wahanatama Tbk

ETWA

13

Indo Acidatama

SRSN

14

Tri Polyta Indonesia Tbk

TPIA

15

Sorini Corporation Tbk

SOBI

16

Aneka Kemasindo Utama Tbk

AKKU

17

Asiaplast Industries Tbk

APLI

18

Berlina Tbk

BRNA

19

Fatrapolindo Nusa Industri Tbk

FPNI

20

Sekawan Intipratama Tbk

SIAP

21

Yanaprima Hatstapersada Tbk

YPAS

22

Sierad Produce Tbk

SIPD

23

Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk

INKP

24

Surabaya Agung Industry Pulp

SAIP

25

Suparma Tbk

SPMA

26

Astra Int’l Tbk

ASII

27

Astra Otoparts Tbk

AUTO

28

Branta Mulia Tbk

BRAM

29

Goodyear Indonesia Tbk

GDYR

30

Multi Prima Sejahtera Tbk

LPIN

31

Nipress Tbk

NIPS

32

Selamat Sempurna Tbk

SMSM

33

Argo Pantes Tbk

ARGO

34

Hanson International Tbk

MYRX

35

Karwell Indonesia Tbk

KARW

36

Pan Brothers Tex Tbk

PBRX

37

Panasia Indosyntec Tbk

HDTX

38

Polysindo Eka Perkasa Tbk

POLY

39

Ricky Putra Globalindo Tbk

RICY

40

Sunson Textile Manufacture Tbk

SSTM

41

Primarindo Asia Infrastructur Tbk

BIMA

42

Sepatu Bata Tbk

BATA

43

Voksel Electric Tbk

VOKS

44

Ades Waters Indonesia Tbk

ADES

45

Prasidha Aneka Niaga Tbk

PSDN


(2)

99

47

Bentoel International Investama Tbk

RMBA

48

HM Sampoerna Tbk

HMSP

49

Bristol-Myers Squibb Indonesia (PS) Tbk

SQBI

50

Darya-Varia Laboratoria Tbk

DVLA

51

Indofarma Tbk

INAF

52

Kimia Farma Tbk

KAEF

53

Schering Plough Indonesia Tbk

SCPI

54

Unilever Indonesia Tbk

UNVR

55

Langgeng Makmur Industri Tbk

LMPI

Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria

No

Kriteria Sampel

Jumlah

Perusahaan

1.

Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2011

150

2.

Perusahaan industri manufaktur yang tidak

terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2008-2011

23

3.

Perusahaan industri manufaktur yang tidak

menyertakan laporan auditor independen beserta

laporan keuangan yang telah diaudit selama periode

pengamatan 2008-2011

25

4.

Perusahaan industri manufaktur yang tidak

melakukan pergantian KAP selama periode

pengamatan 2008-2011

47

Jumlah perusahaan sampel

55

Tahun pengamatan

4


(3)

100

Tabel Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CHANGES 220 0 1 .36 .482

BNM 220 0 1 .24 .429

DEBT 220 .0000 163.2298 1.716202 11.9856159

OPINI 220 0 1 .56 .497

Valid N (listwise) 220

Tabel Ringkasan Sampel

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 220 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 220 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 220 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Tabel Menilai Keseluruhan Model

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant

Step 0

1 288.422 -.545

2 288.412 -.560

3 288.412 -.560

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 288.412

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.


(4)

101

Tabel Matriks Klasifikasi

Classification Tablea,b

Observed Predicted

CHANGES Percentage Correct

0 1

Step 0 CHANGES

0 140 0 100.0

1 80 0 .0

Overall Percentage 63.6

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Tabel

Iteration History

1

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant BNM DEBT OPINI

Step 1

1 132.141 -2.000 2.477 .000 1.521

2 106.996 -3.136 3.617 .001 2.647

3 98.828 -4.180 4.649 .004 3.689

4 95.895 -5.198 5.628 .014 4.701

5 94.287 -6.233 6.463 .119 5.673

6 76.374 -8.775 3.505 5.563 4.935

7 71.079 -11.197 3.854 9.625 4.905

8 69.339 -13.601 4.270 13.324 5.168

9 69.062 -15.302 5.021 15.085 5.846

10 69.018 -16.372 6.000 15.259 6.814

11 69.003 -17.373 7.001 15.260 7.814

12 68.997 -18.373 8.001 15.260 8.814

13 68.995 -19.373 9.001 15.260 9.814

14 68.994 -20.373 10.001 15.260 10.814

15 68.994 -21.373 11.001 15.260 11.814

16 68.994 -22.373 12.001 15.260 12.814

17 68.994 -23.373 13.001 15.260 13.814


(5)

102

19 68.994 -25.373 15.001 15.260 15.814

20 68.994 -26.373 16.001 15.260 16.814

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 288.412

d. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Tabel Koefisien Determinasi

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 68.994a .631 .864

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Tabel Menguji Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 13.239 8 .104

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

BNM 16.001 1446.095 .000 1 .991 8896753.186

DEBT 15.260 4.925 9.600 1 .002 4240057.523

OPINI 16.814 3515.963 .000 1 .996 20054685.913

Constant -26.373 3515.963 .000 1 .994 .000


(6)

103

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

160 +

+

I

I

I

I

F I

I

R 120 +

+

E I

I

Q I0

I

U I0

I

E 80 +0

+

N I0

I

C I0

1I

Y I0

1I

40 +0

1+

I0

1I

I0

1I

I0 0

1I

Predicted

---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group:

000000000000000000000000000000000000000000000000001111111111111111

1111111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is .50

Symbols: 0 - 0

1 - 1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pergantian Manajemen, Biaya Audit, Reputasi Audit, Opini Audit dan Kesulitan Keuangan terhadap Pergantian Auditor secara sukarela (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012-2013)

5 93 109

Analisis Pengaruh Opini Audit, Audit Report Lag dan Kantor Akuntan Publik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

18 117 88

Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaan, Opini Audit, dan Fee Audit Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 64 121

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian kantor akuntan publik: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2008-2012

1 8 137

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perusahaan dalam melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2011)

0 7 116

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

ANALISIS PENGARUH PERGANTIAN KOMITE AUDIT, REPUTASI KAP, KESULITAN KEUANGAN, DAN OPINI AUDIT TERHADAP PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA.

0 0 17

ABSTRAK Pengaruh Pergantian Manajemen, Biaya Audit, Reputasi Audit, Opini Audit dan Kesulitan Keuangan terhadap Pergantian Auditor secara sukarela (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012-2013)

0 0 14

ANALISIS PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, OPINI AUDIT, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN KLIEN YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI Pada Periode

0 0 17