Pendahuluan Bahasa Masyarakat Indonesia Terkini dalam Grafiti

Surabaya: Prodi Sastra Inggris UTM dan Lima-lima Jaya 1 BAHASA MASYARAKAT INDONESIA TERKINI DALAM GRAFITI Kajian Teks Dan Konteks Wacana Grafiti di Terminal Bungurasih Iqbal Nurul Azhar 1 Abstrak: Pengalaman, maupun masalah sehari-hari masyarakat yang bersifat komunal dapat pula menentukan variasi bahasa yang terjadi di dalam sebuah kebudayaan. Masyarakat yang sedang berada dalam titik emosional tertinggi seperti sedang marah atau sedih akan menghasilkan tuturan yang berhubungan dengan kemarahan dan kesedihan. Demikian juga masyarakat yang sedang berada dalam tekanan krisis ekonomi tentunya akan menghasilkan tuturan-tuturan baru yang berhubungan dengan dunia ekonomi atau bisnis. Dengan bersandar pada pernyataan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bahasa meskipun tidak selalu, sanggup menjadi representer dari kondisi masyarakat sebuah kebudayaan. Grafiti Latrinal sebagai salah satu bentuk bahasa tulis, seakan menegaskan hal ini. Dengan melihat fenomena grafiti yang ada di toilet umum, kita dapat melihat potret bangsa Indonesia yang ternyata sangat ”unik” Kata-kata Kuni : bisnis, grafiti, teks, konteks

A. Pendahuluan

Banyak karya sastra yang ditulis baik oleh orang Indonesia maupun orang asing memotret sisi-sisi natural Indonesia. Beberapa diantaranya berhubungan dengan dunia politik dan dunia ekonomi seperti: Schwarz 2004, Santoso 2003, Sulistyo, Achwan Soetrisno 2002, Effendy 2003, kondisi sosial bangsa Indonesia seperti: Winarta 2004, Herlijanto 2003, serta kondisi budaya yang termasuk di dalamnya dunia sastra dan segala isinya seperti: Aveling 2001, dan Jordaan 1997. Sayangnya diantara karya- karya tulis tentang Indonesia tersebut, sangat sedikit dijumpai karya sastra khusus mengulas grafiti di Indonesia, utamanya grafiti yang terdapat di toilet umum dalam perspektif linguistik. Sedikitnya tulisan yang mengupas tentang grafiti di toilet umum ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain; a adanya anggapan bahwa grafiti di toilet adalah produk dari tangan-tangan orang-orang yang kurang paham tentang kebersihan sehingga tidak layak untuk didiskusikan, b grafiti di toilet umum adalah produk orang-orang yang tidak terpelajar dan karenanya mengandung makna dangkal atau rendah, c dan adanya anggapan bahwa toilet umum adalah tempat yang kurang bersahabat untuk dijadikan bahan diskusi apalagi dalam bentuk sebuah artikel formal. 1 Dosen FISIB Universitas Trunojoyo Surabaya: Prodi Sastra Inggris UTM dan Lima-lima Jaya 2 Kesan minus juga peneliti dapatkan ketika pertama kali menjumpai grafiti atau yang lebih kita kenal sebagai corat-coret di tembok toilet umum. Ada perasaan tidak nyaman ketika membaca tulisan-tulisan yang tertera di tembok tersebut. Selain banyak mengandung kata-kata yang tidak pantas, tidak sopan, rasis, ataupun vulgar, bentuk font tulisannyapun sangatlah rendah kualitasnya apabila ditinjau dari sudut pandang keindahan. Namun anehnya, semakin sering peneliti bersua dengan grafiti yang tertulis di tembok toilet umum, perasaan tidak nyaman itu kemudian berubah menjadi perasaan positif karena terkadang, coretan-coretan di dinding toilet umum di tulis dengan menggunakan gaya yang mengesankan. Ada banyak sekali pertanyaan yang kemudian muncul terkait grafiti di dinding toilet umum, seperti; mengapa penulis grafiti tersebut menulisnya di dinding toilet, siapa gerangan penulisnya, dan untuk siapa tulisan tersebut diajukan. Seperti contoh salah satu grafiti yang penulis jumpai di dinding toilet terminal Bungurasih: Rhy Chaa. Sunrise in the Dark, memunculkan banyak sekali pertanyaan dan asumsi. Tidak hanya tulisan tersebut memunculkan pertanyaan siapakah sosok Rhy Chaa yang tertulis dalam grafiti, frasa Sunrise in the Dark pun mampu memikat penulis karena pilihan bahasanya yang tinggi dengan muatan ironi. Sunrise in the Dark adalah frasa dalam bahasa Inggis yang berarti mentari pagi yang terbit di kegelapan. Bentuk lingualnya yang menunjukkan kemampuan intelektual seseorang karena menggunakan bahasa Ingris yang puitis terlihat ironi apabila dilihat dari keberadaannya yang tercetak di dinding toilet yang kotor. Kesan akhir dari peneliti yang timbul dalam menangkap fenomena grafiti adalah: grafiti sangatlah menantang untuk dikaji. Perubahan kesan dari negatif menjadi positif ini membimbing peneliti untuk kemudian mencoba mencari beberapa literatur dalam rangka memahami grafiti lebih dalam lagi. Dalam proses pencarian tersebut peneliti mengalami kesulitan untuk menemukan tulisan yang benar-benar tuntas mengupas grafiti yang ada di toilet umum. Beberapa artikel yang berhubungan dengan grafiti memang ditemukan, namun semuanya adalah kajian grafiti di toilet umum yang ada di negara lain. Minimnya tulisan tentang grafiti di toilet umum yang berada di Indonesia inilah, manyebabkan peneliti memiliki pandangan bahwa penelitian, atau artikel yang mengupas tentang grafiti di toilet umum di Indonesia, wajib ada. Karena itulah, sebuah penelitian telah peneliti lakukan dan paper inipun di sajikan. Sumarlam 2009: 15 mendefinisikan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog atau secara Surabaya: Prodi Sastra Inggris UTM dan Lima-lima Jaya 3 tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat dan dokumen tertulis yang dapat dilihat struktur lahirnya dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya dari segi makna bersifat terpadu. Grafiti adalah dokumen tertulis yang memiliki bentuk kohesif meskipun banyak juga yang tidak kohesif serta memiliki makna koheren atau padu. Karena telah memenuhi syarat minimum sebuah objek dikatakan sebuah wacana inilah, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Grafiti adalah sebuah wacana. Artikel ini secara umum membahas tentang grafiti sebagai salah satu bentuk wacana dalam sudut pandang linguistik, dan karena berbentuk wacana, maka bidang linguistik yang tepat untuk mengkaji objek ini adalah analisis wacana. Pisau analisis yang digunakan untuk membedah wacana grafiti ini adalah analisis Kohesi Tekstual dan Kontekstual

B. Definisi dan Klasifikasi Grafiti