Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tidak Memilih AKDR
Berdasarkan Informed Choise Di Puskesmas Langsa Lama Tahun 2012
No Pernyataan
Ya Tidak
F F
1 Apakah ibu pernah mendengar informasi
tentang AKDR ? Kalau pernah ,dari :
a. Dokter
65 25,3
192 74,7
b. Bidan
225 87,5
32 12,5
c. Perawat
21 8,2
236 9,8
d. Televisi
13 5,1
244 94,9
e. Koran
7 2,7
250 97,3
f. Teman
61 23,7
196 76,3
g. Puskesmas
58 22,6
199 77,4
h. Pelayanan KB
24 9,3
233 90,7
i. …………….         sebutkan
3 1,2
254 98,8
2 Apakah ibu mendapat kan informasi dengan
lengkap dan jelas tentang metode-metode kontrasepsi dari petugas kesehatan?
216 84,0
41 16,0
3 Ditempat pelayanan KB yang ibu gunakan
tersedia lengkap berbagai jenis KB termasuk AKDR?
62 24,1
195 75,9
4 Petugas menyarankan beberapa metode KB
yang paling sesuai dengan kondisi ibu 219
85,2 38
14,8 5
Petugas memberikan informasi dengan jelas keuntungan dan kerugian jenis KB pilihan ibu
234 91,1
23 8,9
6 Petugas menjelaskan apa yang harus dilakukan
ibu jika mendapat masalah dalam pemakaian alat KB yang dipilih
242 94,2
15 5,8
7 Penjelasan petugas seputar masalah KB mudah
dimengerti oleh ibu 244
94,9 13
5,1 8
Petugas memberikan kesempatan yang cukup pada ibu untuk bertanya
247 96,1
10 3,9
9 Petugas memberikan jawaban yang memuaskan
pada ibu 247
96,1 10
3,9
B.  Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan  peneliti  terhadap  257  responden diketahui  karakteristik  ibu  akseptor  KB  non  AKDR,  sebagian  besar  responden
berada  pada  rentang  usia  25-35  tahun  sebanyak  91  orang  35,4,  mayoritas
Universitas Sumatera Utara
responden berpendidikan menengah atas sebanyak 189 orang 73,5, mayoritas responden  merupakan  primipara  sebanyak  109  orang  42,4,  mayoritas
akseptor  KB  suntik  sebanyak  124  orang  48,2,  mayoritas  responden  bekerja sebagai  IRT  sebanyak  215  orang  83,7  dan  mayoritas  responden
berpenghasilan dibawah 1 juta sebanyak 184 orang 71,6. 2.
Pengaruh Orang Lain Dari  hasil  penelitian  ini  menunjukan  bahwa  dari  257  orang  responden
memilih kontrasepsi berdasarkan pengaruh orang lain mayoritas adalah pengaruh dari suami yaitu sebanyak 236 orang 91,8 , namun didapat juga bahwasanya
202  78,6    responden  menjawab  suami  tidak  melarang  penggunaan  AKDR, dari  dua  jawaban  ini  peneliti  berasumsi  bahwa  suami  responden  tidak  memiliki
pengetahuan  tentang  AKDR.  Selain  itu  mayoritas  responden  juga  merasa  takut menggunakan  AKDR  karena  mendengar  pengalaman  temankeluarga  yang
mengalami efek samping  karena menggunakan AKDR yaitu sebanyak 206 orang 80,2 .
Penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  Imbarwati  2009 yang  bertujuan  Mengetahui  Beberapa  Faktor  Yang  Berkaitan  Dengan
Penggunaan KB AKDR pada peserta KB non AKDR.  Faktor pengetahuan suami sebagai  pasangan  dari  peserta  KB  juga  berkontribusi  cukup  besar  sebagai
pendukung  sekaligus  penganjur  istri  dalam  menjatuhkan  pilihan  kontrasepsi. Suami  yang  memiliki  pengetahuan  cukup  tentang  AKDR  akan  cenderung
menganjurkan  dan  mengijinkan  istrinya  menggunakan  alat  kontrasepsi  jangka panjang tersebut. Adapun persepsi rasa kurang aman yang dimiliki oleh sebagian
responden  tersebut  terkait  faktor  informasi  dari  orang  lain  baik  teman  maupun tetangga  yang  banyak  mengungkapkan  cerita  tentang  pengalaman  orang  lain
Universitas Sumatera Utara
yang  memakai AKDR namun  gagal  maupun  sekedar  mitos  yang  mereka sendiri tidak tahu kebenarannya.
Menurut  WHO  2007  :  43,  dalam  memutuskan  metode  mana  yang  akan digunakan, klien dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu nya  adalah faktor
pribadi yaitu pengaruh dari orang lain. 3.
Kemudahan metode Dari penelitian terhadap 257 responden akseptor KB non AKDR menunjukan
mayoritas responden tidak memilih AKDR karena prosudur pemasangan AKDR yang  harus  membuka  aurat  yaitu  sebanyak  145  orang  56,4.  Hal  ini  dapat
diartikan bahwasanya salah satu hambatan dalam penggunaan AKDR adalah rasa malu  responden  pada  saat  pemasangan  AKDR  yaitu  harus  membuka  aurat  atau
pakaian  bagian  bawah.  Dari  penelitian  ini  juga  diperoleh  dari  257  orang responden 143 orang tidak memilih AKDR karena prosudur pemasangan AKDR
yang dianggap responden merepotkan. Menurut  WHO,2007  :  43  dalam  memutuskan  metode  mana  yang  akan
digunakan, klien dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu nya  adalah faktor pribadi yaitu kemudahan metode alat kontrasepsi.
Dalam  tesis  Imbarwati  menunjukkan  bahwa  mayoritas  responden  menjawab merasa  malu  dengan  cara  pasang  AKDR  yang  memperlihatkan  aurat.  Hal  ini
memperlihatkan hambatan penggunaan KB AKDR salah satunya adalah perasaan malu  yang  dimiliki  calon  akseptor  KB  akan  pemasangan  KB  AKDR  yang
mengharuskan memperlihatkan aurat. 4.
Biaya Pada  penelitian  ini  menunjukan  dari  257  responden  dilihat  dari  segi  biaya
tidak  memilih  AKDR  mayoritas  dikarenakan  alat  kontrasepsi  yang  digunakan
Universitas Sumatera Utara
sekarang  lebih  murah  dibandingkan  dengan  AKDR  yaitu  sebanyak  221  orang 86.
Menurut  WHO,2007  :  43,  dalam  memutuskan  metode  mana  yang  akan digunakan klien salah satunya dipengaruhi oleh : Faktor Ekonomi dan aksebilitas
meliputi : biaya langsung dan biaya lain. Menurut  Handayani  2010  :  16  pemilihan  alat  kontrasepsi  salah  satunya
dipengaruhi  oleh  sosial  ekonomi  yaitu keluarga  dengan penghasilan  cukup akan lebih  mampu  mengikuti  program  KB  dari  pada  keluarga  yang  tidak  mampu,
karena bagi keluarga yang tidak mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. Sejalan  dengan  penelitian  Imbarwati  menunjukkan  bahwa  bahwa  ternyata
masih  banyak  responden  yang  menyatakan  biaya  KB  AKDR  mahal  41,5, biaya  KB  AKDR  di  BPS  mahal  37,3,  dan  biaya  KB  AKDR  di  dokter
termasuk  mahal46,6.  Persepsi  mahal  terhadap  biaya  KB  AKDR  tersebut umumnya  terbentuk  karena  responden  cenderung  memandang  dari  segi
pengeluaran  biaya  saat  pemasangan,  yang  tentu  berbeda  dengan  pengeluaran biaya  pemakaian  KB  non  AKDR  pertama  kali  yang  jauh  lebih  murah.  Cara
pandang  responden  tersebut  terkait  dengan  faktor  tingkat  pendidikan  dan pendapatan  responden  yang  mayoritas  berpendidikan  dasar  dan  pendapatan  di
bawah  rata-rata.  Tingkat  pendapatan  yang  mayoritas  berada  dibawah  UMR, membuat responden merasa keberatan bila harus mengeluarkan biaya yang besar
dalam  satu  waktu.  Hal  ini  terungkap  dari  pernyataan  responden  ketika  ditanya pendapat mereka tentang biaya KB AKDR.
5. Kesalahan Pesepsi
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini  menunjukan dari 257 sebagian  besar  masih   mempunyai pandangan  bahwa  AKDR  dapat  menembus  tempat  lain  dalam  tubuh  seperti
jantung yaitu sebanyak 176 68,5. Menurut  WHO,2007  :  43,  dalam  memutuskan  metode  mana  yang  akan
digunakan  klien  dipengaruhi  olehf  faktor  budaya  yaitu  :  kesalahan  persepsi mengenai suatu metode.
Menurut  Handayani  2010  :  16  pemilihan  alat  kontrasepsi  salah  satunya dipengaruhi  oleh  factor  budaya  sejumlah  faktor  budaya  dapat  mempengaruhi
klien dalm memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor salah satunya adalah salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode.
Dalam  tesis  Imbarwati  menunjukkan  bahwa  masih  banyak  responden  yang menjawab  AKDR  dapat  sebabkan  cacat  pada  bayi  jika  AKDR  masih  di  rahim
44,1, AKDR dapat menembus rahim 39, AKDR dapat menembus tempat lain  di  dalam  tubuh,  misalnya  perut  33,1.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa
persepsi rasa aman terhadap KB AKDR masih banyak yang bersifat negatif. 6.
Kepercayaan Religius Pada  penelitian  ini  diketahui  dari  257  orang  responden  tidak  memilih
kontrasepsi AKDR dikarenakan  yang harus memperlihatkan aurat vagina yaitu sebanyak  225  87  padahal  pada  pertanyaan  lain  responden  yang  menjawab
tokoh  agama  yang  responden  anut  yang  tidak  mempebolehkan  mengunakan AKDR sebagai alat kontrasepsi hanya18 orang 7,0.
Menurut Handayani 2010 : 16 pemilihan alat kontrasepsi  salah  satunya dipengaruhi  oleh  Agama  dimana  diberbagai  daerah  kepercayaan  religius  dapat
mempengaruhi  klien  dalm  memilih  metode  kontrasepsi.  Sebagai  contoh  : penganut  katolik  yang  taat  membatasi  pemilihan  kontrasepsi  mereka  pada  KB
Universitas Sumatera Utara
alami. Sebagian  pemimpin  islam pengklaim bahwa  sterilisai  dilarang  sedangkan sebagian lainnya mengizinkan.
Hal  ini  juga  sejalan  dengan  penelitian  Imbarwati  yang  menunjukkan bahwa 87  responden menjawab tidak pada pernyataan  tokoh agama ada yang
tidak  memperboleh  menggunakan  KB  AKDR,  Dengan  demikian  sebenarnya tidak ada hambatan dari sisi nilai agama.
7. Informed Choise
Pada  penelitian  menunjukan  bahwa  dari  257  orang  247  orang  96,1 menyatakan  bahwa  petugas  juga  memberi  kesempatan  pada  responden  untuk
bertanya  dan  petugas  juga  memberikan  jawaban  yang  memuaskan.  Walaupun demikian  responden  tetap  tidak  menggunakan  AKDR  mungkin  karena  mereka
lebih  yakin  dan  mempertahankan  persepsi  yang  salah  tentang  AKDR  seperti AKDR dapat menembus jantung.
Menurut saifuddin 2006 U-5 klien yang Informed Choise akan lebih baik dalam  menggunakan  KB  karena  Informed  Choise  adalah  suatu  kondisi  peserta
calon  peserta  yang  memilih  kontrasepsi  didasari  oleh  pengetahuan  yang  cukup setelah mendapat informasi yang lengkap dari petugas KB.
Hasil  penelitian  ini  tidak  sejalan  dengan  hasil  penelitian  Imbarwati  bahwa mayoritas responden kurang mendapatkan informasi tentang KB IUD dari tempat
pelayanan kontrasepsi  yang  dikunjungi. Hal tersebut  terbukti  dengan banyaknya responden  yang  menjawab tidak  setuju pada pernyataan ibu  diberikan informasi
tentang KB IUD.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
A.  Kesimpulan
Dari  hasil  penelitian  dan  pembahsan  tentang  faktor –  faktor  rendahnya
cakupan  AKDR  di  Puskesmas  Langsa  Lama  tahun  2012  ditarik  kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik  responden  mayoritas  berumur  25-35  tahun,    bersuku  Jawa,
pendidikan  SMU,  paritas  I,  menggunakan  alat  kontrasepsi  suntik,  mayoritas pekerjaannya sebagai  IRT dan mayoritas berpenghasilan dibawah 1 juta .
2. Cara  ibu  memilih  kontrasepsi  karena  faktor  pengaruh  orang  lain  mayoritas
adalah  pengaruh  dari  suami  dan  mayoritas  responden  juga  merasa  takut menggunakan  AKDR  karena  mendengar  pengalaman  temankeluarga  yang
mengalami efek samping  karena menggunakan AKDR. 3.
Ibu  tidak  memilih  kontrasepsi  AKDR  berdasarkan  kemudahan  metode mayoritas dikarenakan harus membuka pakaian bagian bawah.
4. Ibu  tidak  memilih  kontrasepsi  AKDR  berdasarkan  biaya  mayoritas
dikarenakan  alat  kontrasepsi  yang  digunakan  sekarang  lebih  murah dibandingkan dengan AKDR.
5. Ibu  tidak  memilih  kontrasepsi  AKDR  berdasarkan  kesalahan  persepsi
diperoleh  mayoritas  mempunyai  pandangan  bahwa  AKDR  dapat  menembus tempat lain dalam tubuh seperti jantung
6. Ibu  tidak  memilih  kontrasepsi  AKDR  berdasarkan  keyakinan  religius
diperoleh data mayoritas merasa malu dengan cara pemasangan AKDR yang harus memperlihatkan aurat vagina
38
Universitas Sumatera Utara