KARAKTERISTIK DAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR PABRIK PENGOLAHAN LCPKS DENGAN KOLAM ANAEROBIK

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KARAKTERISTIK DAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR PABRIK

KELAPA SAWIT Limbah yang dihasilkan pada pabrik kelapa sawit PKS memiliki karakteristik tersendiri pada setiap tahapan proses, namun karakteristik yang ditinjau untuk masuk kedalam unit pengelolaan limbah cair adalah karakteristik limbah secara keseluruhan. Menurut Husni 2010, limbah cair PKS umumnya bersuhu tinggi, berwarna kecoklatan, mengandung padatan terlarut, dan tersuspesi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan Biological Oxygen Demand BOD yang tinggi [3].Karakteristik limbah yang dihasilkan dari PT. PP London Sumatera PKS Bagerpang dapat dilihat pada Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit PKS Bagerpang [6]. No Parameter Mutu Raw Effluent Outlet Anaerobic Pond 1. Dissolved Oxygen mgL 5,0 6,3 2. COD mgL 81.600 3.480 3. BOD mgL 44.800 1.900 4. TS mgL 70.530 12.810 5. TSS mgL 41.390 5.220 6. Total Volatile Solid mgL 11.380 7.550 7. Volatile Suspended Solid mgL 4.890 1.970 8. P Alkalinity mgL - 245 9. Total Alkalinity mgL - 6.564 10. VFA mgL 1.972 890 11. Oil Grease mgL 5.685 49 12. Total N mgL 1.188 342 13. NH 3 -N mgL 54 280 14. pH 4,77 8,29 Dari Tabel 2.1 dapat dilihat limbah cair pabrik kelapa sawit berpotensi mencemari lingkungan disebabkan belum memenuhi baku mutu limbah cair, oleh karena itu diperlukan pengelolaan limbah cair tersebut agar lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan baku mutu. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat Keputusan Menteri lingkungan Hidup No.5KepMenLH2014 terdapat 6 enam tentang Universitas Sumatera Utara 6 parameter utama yang dijadikan pedoman baku mutu limbah cair pabrik kelapa sawit. Tabel 2.2 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit [7]. No Parameter Kadar Paling Tinggi mgL Beban Pencemaran Paling Tinggi KgTon 1. BOD 5 100 0,25 2. COD 350 0,88 3. TSS 250 0,63 4. TS 100 - 5. Minyak dan Lemak 25 0,063 6. Nitrogen Total 50 0,125 7. pH 6,0-9,0 8. Debit Limbah Paling Tinggi 2,5 m 2 per ton produk minyak sawit CPO TS diambil dari KepMenLH No.51 tahun 2005.

2.2 PENGOLAHAN LCPKS DENGAN KOLAM ANAEROBIK

LCPKS adalah air limbah yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit PKS yang umumnya terdiri dari kondensat rebusan, buangan hydrocyclonedan separator sludge. Sekitar 2.9–3.5 m 3 LCPKS dihasilkan setiap ton CPO yang dihasilkan. LCPKS kaya akan senyawa karbon organik dengan kandungan chemical oxygen demand COD lebih dari 40 gL dan kandungan nitrogen sekitar 0.2 and 0.5 gL sebagai ammonia nitrogen dan total nitrogen. Selain itu, LCPKS adalah senyawa koloid dengan kandungan air sebesar 95–96, minyak sebesar 0.6–0.7 dan total solid 4–5 termasuk 2–4 suspended solids[8]. Ada beberapa cara pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit LCPKS, seperti sistem kolam stabilisasi biasa, proses biologis anaerobik aerasi, proses biologis anaerobik fakultatif,dan lain-lain. Akan tetapi proses yang ada sekarang ini membutuhkan biaya yang besar dan susah dalam perawatannya, maka dari itu dicari alternatif lain dalam pengolahan LCPKS salah satunya adalah proses pengolahan dengan kolam anaerobik. Kolam anaerobik adalah salah satu sistem dalam pemanfaatan limbah yang dapat menghasilkan biogas yang dilakukan secara anaerobik dengan kecepatan tinggi dan sangat efisien [3]. Proses ini diawali dengan proses pemisahan lumpurpadatan tersuspensi dengan decanter ataupun dissolved air flotation dengan tujuan untuk mengurangi kadar COD, BOD, Nitrogen dan pasir, juga mengurangi masalah pada proses Universitas Sumatera Utara 7 pengolahan berikutnya seperti foaming, sedimentasi dan penyumbatan pipa outlet kolam karena adanya lumpur, lalu setelah terpisah, LCPKS dialirkan kedalam kolam, dimana akan terbentuknya biogas yang bisa disimpan dalam tangki. LPCKS yang telah terdegradasi, dapat digunakan sebagai air irigasi untuk nutrisi bagi tanah, akan tetapi harus diolah lebih lanjut secara aerobik jika ingin dibuang ke sungai sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan [9]. Menurut Rahardjo 2009, Sistem pengolahan ini dibuat dengan skala besar. Kolam dengan panjang 50 m, lebar 100 m dan tinggi 7 m, yang berjumlah dua buah. Didalamnya terdapat unggun tetap yang menggunakan media pendukung berupa potongan-potongan pipa Poly Vinyl ChloridePVC dengan dinding bergelombang. Dalam proses pengolahannya, limbah cair dalam kolam Fatpit mengalir ke dalam kolam anaerobik pertama dari bawah ke atas [10]. Untuk mengencerkan limbah cair yang baru masuk dan meningkatkan pHnya, sebagian effluent diresirkulasi, sedangkan sebagian besar effluent lagi dialirkan ke dalam kolam anaerobik kedua yang mempunyai arah aliran dari atas ke bawah. Effluent dari kolam anaerobik kedua yang sudah memenuhi ketentuan Baku Mutu Lingkungan BML dapat dibuang ke sungai. Gas yang dihasilkan dari proses anaerobik ini ditampung dengan menggunakan Gas Meter [10]. Keunggulan utama dari penggunaan kolam anaerobik untuk pengolahan LCPKS adalah : • Kebutuhan energi yang rendah • Mudah dalam pengoperasian • Mudah dalam start up • Kinerja yang tinggi [9] Kelemahan dari sistem kolam anaerobik adalah dapat terjadinya penyumbatan dalam pipa, karena terbentuknya biofilm yang berlebihan dan timbulnya endapan disekitarnya. Jika limbah cair mengandung terlalu banyak padatan tersuspensi lebih dari range 1000 – 5000 mgl, maka pertumbuhan bakteri menjadi lebih cepat dan hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pipa. Resiko terjadi penyumbatan di kolam kedua aliran dari atas ke bawah menjadi lebih besar , dengan demikian keterbatasan penggunaan Universitas Sumatera Utara 8 sistem kolam anaerobik ini adalah COD terlarut berkisar antara 6 dan 8 kgm 3 hari dengan jumlah padatan tersuspensi tidak lebih dari 5000 mgl[10].

2.3 ELEKTROKOAGULASI DAN ELEKTROLISIS