30
Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa : 1.
Rata-rata  dari  Inventory  Turnover  adalah  7,5466  dengan  standar  deviasi 14,30130  dan  jumlah  data  yang  ada  adalah  90.  Nilai  tertinggi  Inventory
Turnover adalah 92,44 sedangkan nilai terendah adalah 0,77. 2.
Rata-rata  dari  Total  Assets  Turnover  adalah  1,2713  dengan  standar  deviasi 0,93693  dan  jumlah  data  yang  ada  adalah  90.  Nilai  Total  Assets  Turnover
adalah 5,65 sedangkan nilai terendah adalah 0,27. 3.
Rata-rata  dari  Gross  Profit  Margin  adalah  0,2046  dengan  standar  deviasi 0,11642  dan  jumlah  data  yang  ada  adalah  90.  Nilai  tertinggi  Gross  Profit
Margin adalah 0,50 sedangkan nilai terendah adalah 0,02.
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Salah  satu  syarat  yang  menjadi  dasar  penggunaan  model  regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square OLS adalah
dipenuhinya  semua  asumsi  klasik,  agar  hasil  pengujian  bersifat  tidak bias  dan  efisien  Best  Linear  Unbiased  Estimator.  Pengujian  asumsi
klasik  dalam penelitian ini dilakukan  dengan  bantuan program statistik. Menurut  Ghozali  2008,  asumsi  klasik  yang  harus  dipenuhi  adalah
sebagai berikut ini:  Berdistibusi normal.
 Non-Multikolinearitas,  artinya  antara  variabel  independen  dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna
ataupun mendekati sempurna.  Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi
tidak saling berkorelasi.
Universitas Sumatera Utara
31
 Non-Heterokedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji  data  statistik  dengan  model  Kolmogorov-Smirnov dilakukan  untuk  mengetahui  apakah  data  sudah  terdistribusi
secara normal atau tidak. Ghozali 2008, memberikan pedoman pengambilan  keputusan  rentang  data  mendekati  atau  merupakan
distribusi  normal  berdasarkan  uji  Kolmogorov  Smirnov  yang dapat dilihat dari:
a  nilai  sig.  atau  signifikan  atau  probabilitas    0,05,  maka distribusi data adalah tidak normal,
b  nilai  sig.  atau  signifikan  atau  probabilitas    0,05,  maka distribusi data adalah normal.
Hipotesis yang digunakan adalah : H0 : Data residual berdistribusi normal, dan
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal. Hasil  uji  normalitas  dengan  menggunakan  model  Kolmogorov-
Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
32
TABEL 4.2 HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 90
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .10125113
Most Extreme Differences
Absolute .150
Positive .150
Negative -.090
Kolmogorov-Smirnov Z 1.426
Asymp. Sig. 2-tailed .034
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Hasil  uji  Kolmogorov-Smirnov  pada  penelitian  ini  menujukkan
probabilitas  =  0,034.  Dengan  demikian,  data  pada  penelitian  ini  tidak berdistribusi  normal  dan  dapat  digunakan  untuk  melakukan  uji
hipotesis  karena  0,034    0,05.  Pada  pengujian  normalitas  dengan analisis statistik dapat ketahui bahwa data yang digunakan oleh peneliti
tidak  berdistribusi  normal  sehingga  data  ini  tidak  dapat  digunakan untuk  melakukan  uji  hipotesis.  Pada  penelitian  ini  peneliti
menggunakan  metode  transformasi  data  untuk  menormalkan  data penelitian.  Menurut  Ghozali  2008:32,  “data  yang  tidak  terdistribusi
secara  normal  dapat  ditransformasi  agar  menjadi  normal”.  Salah  satu
Universitas Sumatera Utara
33
trasformasi data
yang dapat
dilakukan adalah
dengan mentransformasikan  data  ke  LG10  atau  logaritma  10  atau  logaritma
natural LN. Hasil transformasi data ke logaritma natural dapat dilihat pada  lampiran.  Setelah  dilakukan  transformasi,  peneliti  melakukan
pengujian ulang terhadap uji normalitas untuk melihat kembali apakah data penelitian ini telah berdistribusi normal atau tidak. Hasil pengujian
normalitas setelah transformasi dapat dilihat sebagai berikut.
TABEL 4.3 HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 90
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .59279971
Most Extreme Differences
Absolute .101
Positive .040
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z .956
Asymp. Sig. 2-tailed .320
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov
seperti  yang  terdapat  dalam  tabel  4.3  dapat  disimpulkan  bahwa
Universitas Sumatera Utara
34
besarnya  nilai  Kolmogrov –Smirnov sebesar 0,956 dan signifikan lebih
dari  0,05  karena  Asymp.  Sig.  2-tailed  0,320    dari  0,05.  Nilai signifikansi  lebih  besar  dari  0,05  maka  H0  diterima  atau  H1  ditolak
yang berarti data residual telah berdistribusi normal. Dengan demikian, dapat  disimpulkan  bahwa  nilai-nilai  observasi  data  telah  terdistribusi
secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk  lebih  jelas,  berikut  ini  turut  dilampirkan  grafik  histrogram  dan
plot data yang terdistribusi normal.
GAMBAR 4.1 HISTOGRAM
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013
Universitas Sumatera Utara
35
Grafik  histogram  di  atas  menunjukkan  bahwa  data  telah terdistribusi  secara  normal.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  grafik
histogram  yang  menunjukkan  distribusi  data  mengikuti  garis diagonal  yang  tidak  menceng  skewness  kiri  maupun  menceng
ke  kanan.  Hal  ini  juga  didukung  dengan  hasil  uji  normalitas dengan menggunakan grafik plot yang ditampilkan pada Gambar
4.2
GAMBAR 4.2 UJI NORMALITAS DATA
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013
Universitas Sumatera Utara
36
Menurut  Ghozali  2008,  pendeteksian  normalitas  dapat dilakukan  dengan  melihat  penyebaran  data  titik  pada  sumbu
diagonal  dari  grafik,  yaitu  jika  data  titik  menyebar  di  sekitar garis  diagonal  dan  mengikuti  arah  garis  diagonal,  hal  ini
menunjukkan  data  yang  telah  terdistribusi  normal.  Gambar  4.2 menunjukkan  bahwa  data  titik  menyebar  di  sekitar  dan
mendekati garis diagonal. Hal ini sejalan dengan hasil pengujian dengan  menggunakan  histogram  bahwa  data  telah  terdistribusi
normal. Karena secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, maka dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya.
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Untuk  melihat  ada  atau  tidaknya  multikolinieritas  dalam  model regresi dapat dilihat dari:
1 nilai tolerence dan lawannya, 2 Variance Inflatin Factor VIF.
Kedua  ukuran  ini  menunjukkan  setiap  variabel  independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.  Tolerance
mengukur  variabilitas  variabel  independen  yang  terpilih  yang  tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1tolerence. Nilai  cutoff  yang  umum  dipakai  untuk  menunjukkan  adanya
mutikolineritas adalah nilai Tolerence  0,10 atau sama dengan VIF 10 Ghozali, 2008.
Universitas Sumatera Utara
37
TABEL 4.4 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta
Toleranc e
VIF
1 Constant
-1.470 .156
-9.403 .000
LN_ITO -.200
.100 -.230  -2.000
.049 .546
1.830 LN_TATO
-.547 .145
-.433  -3.771 .000
.546 1.830
a. Dependent Variable: LN_GPM Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013
Berdasarkan  tabel  4.4  dapat  disimpulkan  bahwa  penelitian  ini bebas  dari  adanya  multikolinieritas.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  dengan
membandingkannya  dengan  nilai  Tolerance  atau  VIF.  Masing-masing variabel  independen  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  memiliki
nilai  Tolerence  yang  lebih  besar  dari  0,10.  Jika  dilihat  dari  VIFnya, bahwa  masing-masing  variabel  bebas  lebih  kecil  dari  10.  Dengan
demikian dapat
disimpulkan bahwa
tidak terjadi
gejala multikolinieritas dalam variabel bebasnya.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Ghozali 2008 menyatakan “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
38
Jika  variance  dari  satu  pengamatan  ke  pengamatan  lain  tetap, maka  disebut  homoskedastisitas  dan  jika  berbeda  disebut
heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.  Cara  mendeteksi  ada  tidaknya  gejala
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan  dari  pengolahan  data  menggunakan  program  SPSS.
Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali 2008 adalah sebagai berikut:
1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola  tertentu  yang  teratur  bergelombang,  melebar  kemudian menyempit,
maka mengindikasikan
telah terjadi
heteroskedastisitas. 2.
jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan  di  bawah  angka  0  pada  sumbu  Y,  maka  tidak  terjadi
heteroskedastisitas.
Berikut  ini  dilampirkan  grafik  scatterplot  untuk  menganalisis apakah  terjadi  gejala  heteroskedastisitas  atau  tidak  dengan  cara
mengamati penyebaran titik-titik pada grafik.
Universitas Sumatera Utara
39
GAMBAR 4.3
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013
Dari  grafik  scatterplot  terlihat  bahwa  titik-titik  menyebar  secara acak  dengan  tidak  adanya  pola  yang  jelas  serta  tersebar  baik  di  atas
maupun  di  bawah  angka  0  pada  sumbu  Y.  Hal  tersebut  menunjukkan bahwa  tidak  terjadi  heteroskedastisitas,  sehingga  model  ini  layak
dipakai  untuk  memprediksi  tingkat  profitabilitas  gross  profit  margin pada  perusahaan  manufaktur  yang  terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia
berdasarkan masukan variabel independen yaitu inventory turnover dan total assets turnover.
Universitas Sumatera Utara
40
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji  ini  bertujuan  untuk  melihat  apakah  dalam  suatu  model  linear ada  korelasi  antar  kesalahan  pengganggu  pada  periode  t  dengan
kesalahan  pada  periode  t-1  sebelumnya.  Model  regresi  yang  baik adalah  yang  bebas  dari  autokorelasi.  Masalah  autokorelasi  umumnya
terjadi pada regresi yang datanya time series. Ada beberapa cara yang dapat  digunakan  untuk  mendeteksi  masalah  dalam  autokorelasi
diantaranya  adalah  dengan  Uji  Durbin  Watson.  Menurut  Sunyoto 2009, untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilihat dari:
1 angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif,
2 angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3 angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
TABEL 4.5 HASIL UJI AUTOKORELASI
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1
.611
a
.374 .359
.59957 1.770
a. Predictors: Constant, LN_TATO, LN_ITO b. Dependent Variable: LN_GPM
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2013
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel  4.5  menunjukkan  hasil  uji  autokorelasi  variabel penelitian.  Berdasarkan  hasil  pengujiannya  dapat  dilihat  bahwa
tidak  terjadi  autokorelasi  antar  kesalahan  pengganggu  antar periode.  Hal  tersebut  dilihat  dari  nilai  Durbin-Watson  D-W
sebesar  1,770.  Angka  D-W  di  antara  -2  sampai  +2  yang mengartikan bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil
dari  2.  Dengan  demikian,  dapat  dikemukakan  bahwa  tidak  ada autokorelasi positif maupun negatif.
4.2.3 Analisis Regresi