Bobot 100 Biji Kedelai Pengaruh Perlakuan Invigorasi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Grafik bobot 100 biji kedelai pada setiap perlakuan dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 8. Pengaruh Invigorasi Terhadap Rerarta Bobot 100 Biji Kedelai. Keterangan: M0Z0 = tanpa matriconditioning dan tanpa IAA. M0Z1 = tanpa matriconditioning dan IAA konsentrasi 2 mlliter air. M0Z2 = tanpa matriconditioning dan IAA konsentrasi 3 mlliter air. M0Z3 = tanpa matriconditioning dan konsentrasi IAA 4 mlliter air. M1Z0 = matriconditioning dan tanpa IAA. M1Z1 = matriconditioning dan IAA konsentrasi 2 mlliter air. M1Z2 = matriconditioning dan IAA konsentrasi 3 mlliter air. M1Z3 = matriconditioning dan IAA konsentrasi 4 mlliter air. Pada semua parameter pengamatan pertumbuhan dan hasil menunjukkan tidak terjadi perbedaan secara nyata pada semua perlakuan. Hasil penelitian di Laboratorium benih tidak berkolerasi dengan hasil parameter di lapangan. Hal ini karena faktor pertumbuhan dan hasil tanaman di lapangan dipengaruhi oleh serangan hama lalat bibit dan penggerek pucuk. Serangan hama lebih mempengaruhi pertumbuhan bisa dilihat dari nilai rerata tinggi tanaman pada semua perlakuan lebih pendek dari dari kriteria M0Z0 M0Z1 M0Z2 M0Z3 M1Z0 M1Z1 M1Z2 M1Z3 2 4 6 8 10 12 14 16 18 B obot 100 B ij i T ana man Perlakuan varietas kedelai Baluran yang memiliki tinggi tanamana 60-80 cm. Hal ini karena sekitar umur 2-5 minggu setelah tanam, tanaman kedelai terserang hama penggerek pucuk. Tinggi tanaman yang terserang penggerek pucuk cenderung lebih pendek, rata-rata hanya mencapai 27,7 cm, sedangkan pada tanaman sehat tinggi tanaman dapat mencapai 77,6 cm. Berkurangnya tinggi tanaman yang terserang penggerek pucuk disebabkan karena ujung tunas atau titik tumbuh tanaman kering dan mati, sehingga pertumbuhan menjadi terhenti, dan sebagai kompensasinya tanaman akan tumbuh ke samping dengan membentuk cabang lebih banyak dari tanaman sehat Balitkabi, 2014. Selain itu juga terjadi serangan hama lalat bibit yang menggerek batang bagian dalam, serangan berat pada lalat bibit mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan batang tanaman kedelai. Pertumbuhan batang kedelai yang terhambat mengakibatkan jumlah cabang tanaman kedelai rendah yaitu antara 2-3 cabang. Semua analisis pertumbuhan tanaman menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan sehingga hal ini berpengaruh terhadap jumlah polong, bobot bijitanaman, dan bobot 100 bijitanaman yang juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Untuk bobot bijitanaman yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu antara 14,67-21,67 gram atau setara dengan potensi hasil 2 tonha - 2,88 tonha dengan kadar air saat penimbangan antara 10-15,5. Untuk berat 100 bijitanaman pada penelitain ini yaitu antara 14-16,4 gram. Untuk potensi hasil tanaman kedelai perhektar berdasarkan bobot bijitanaman dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Pengaruh Invigorasi Terhadap Rerata Potensi Hasil Biji Kedelai tonha. Perlakuan Rerata Potensi Hasil Biji Kedelai tonha Tanpa matriconditioning dan tanpa IAA Tanpa matriconditioning dan IAA konsentrasi 2 mll air Tanpa matriconditioning dan IAA konsentrasi 3 mll air Tanpa matriconditioning dan IAA konsentrasi 4 mll air Matriconditioning dan tanpa IAA Matriconditioning dan IAA konsentrasi 2 mll air Matriconditioning dan IAA konsentrasi 3 mll air Matriconditioning dan IAA konsentrasi 4 mll air 2,64 a 2,00 a 2,56 a 2,88 a 2,40 a 2,24 a 2,10 a 2,40 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan sidik ragam taraf kesalahan 5. 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa: 1. Perlakuan matriconditioning yang diintegrasikan dengan IAA konsentrasi 2 mll air, 3 mll air dan 4 mll air dapat meningkatkan index vigor dan koefesien perkecambahan benih kedelai. 2. Perlakuan matricoditioning yang diintegrasikan dengan IAA belum dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai.

B. Saran

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan polybag sehingga masih perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penanaman langsung di Lahan. 46

VI. DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. dan F. Koes. 2010. Invigorasi Benih. http:www. google. co. idurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=1ved=0CBwQFjAAurl =http3A2F2Fbalitsereal. litbang. pertanian. go. id2Find2Fimages2Fstories2Fp60. pdfei=zpOKVZumO5OeugT_pIAousg. Diakses tanggal 24 Juni 2015. Balitkabi. 2014. Waspada Serangan Hama Penggerek Pucuk Melanagromyza dolichostigma de meijere pada Tanaman Kedelai. http:balitkabi.litbang.pertanian.go.idinfo-teknologi1542-waspadai- serangan-hama-penggerek-pucuk-melanagromyza-dolichostigma-de- meijere-pada-tanaman-kedelai-.html. Diakses tanggal 13 Desember 2015. Danapriatna. 2012. Pengaruh Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Kedelai. http:download. portalgaruda. orgarticle. php?article=19266val=1224. Diakses 17 April 2015. Eka, A.D. S, Hanafiah, I.Nuriadi.2015 Respon Morfologis dan Fisiologi Beberapa Varietas Kedelai di Tanah Masam. Jurnal Online Agroteknologi. Vol. 3. No. 2 : 507-514. Hartawan, 2011. Pengaruh Fotoperiodesitas, Asam Indol Asetat, dan Fosfor Terhadap Daya Simpan Benih Kedelai Pada Musim Hujan dan Kemarau. J. Agrivigor.Vol. 10 No. 2 : 168-177. Hendaryono, D.P.S dan Ari, W. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta. 137 hal. Ilyas, S. 2006. Seed treatments using matriconditioning to improve vegetables seed quality [review]. Bul.Agron. 34 2:124-132. Indartono, 2011. Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai. Gema Teknologi. Vol. 16 No. 3 : 158- 163. Istomo dan Randhi, FK. 2012. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih [Combretocarpus rotundatus Miq. Danser]. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 03 No. 01. Hal. 28-32. Khan, A. A. 1992. Prelant Physiological Seed Conditioning. In: J. Janick ed, Review. Wiley and Sons Inc. New York. p:131-181.