Pengertian Jaksa Penuntut Umum Tugas dan Wewenang Penuntut Umum

di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, sedangkan pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepadanya terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum Pasal 191 KUHAP . Bebas tidak murni pada hakikatnya merupakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum terselubung. Lepas dari segala tuntutan hukum bisa dikatakan ada, apabila dalam suatu dakwaan unsur dari delik dirumuskan dengan istilah yang sama dalam perundang-undangan, sedangkan hakim menafsirkan dan memandang dakwaan tersebut tidak terbukti secara kurang tepat Oemar Seno Adji, 1985:167 . Tertutup kemungkinan untuk mengajukan banding terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum, tetapi dapat diajukan kasasi Andi Hamzah , 2002:292. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Keadaan sebaliknya juga dimungkinkan yakni apabila dalam mengadili fakta-fakta membebaskan tuduhan-tuduhan dimana sebenarnya terdapat pembebasan yang terselubung bedekte vrijpraak Hulsam, 1984:171.

3. Tinjauan Umum Tentang Jaksa Penuntut Umum

a. Pengertian Jaksa Penuntut Umum

KUHAP memberikan uraian pengertian Jaksa dan Penuntut Umum pada Pasal 1 butir 6a dan b serta Pasal 13. Ditegaskan bahwa Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang- undang ini untuk bertindak sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap Pasal 1 butir 6a KUHAP . Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim Pasal 1 butir 6a jo. Pasal 13 KUHAP . Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, yang dimaksud jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuasaan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. Sedangkan penuntut Umum menurut Pasal 1 angka 2 adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan hakim.

b. Tugas dan Wewenang Penuntut Umum

Tugas dan wewenang kejaksaan, secara umum mempunyai tugas dalam bidang pidana, dalam Pasal 30 ayat 1 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu: 1. Melakukan penuntutan. 2. Melaksanakan penetapan hakim dalam putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 3. Melakukan pengawasan, terhadap pelaksaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat. 4. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang. 5. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaanya dikoordinasikan dengan penyidik. Keppres RI No. 86 Tahun 1999 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, dalam Bab 1 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi, disebutkan dalam Pasal 1 sampai Pasal 3 yaitu : Pasal 1 : 1. Kejaksaan Republik Indonesia, selanjutya dalam Keputusan Presiden ini disebut Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara terutama dibidang penuntutan dalam tata susunan kekuasaan badan-badan penegak hukum dan keadilan, dipimpin oleh Jaksa Agung yang bertanggung jawab klangsung kepada Presiden. 2. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri sebagai pelaksana kekuasaan negara terutama di bidang penuntutan adalah satu dan tidak terpisah-pisahkan. Pasal 2 : Kejaksaan mempunyai tugas melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan dan tugas-tugas lain berdasarkan peraturan perundang-undangan serta turut menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang hukum. Pasal 3: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kejaksaan menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Presiden. b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasi, dan ketatalaksanaan serta pengelolaan atas kekayaan milik negara yang menjadi tanggung jawabnya. c. Pelaksanaan penegakkan hukum baik preventif maupun represif, yang berintikan keadilan dibidang pidana, melakukan dan atau turut menyelenggarakan intelejen yustisial di bidang ketertiban dan ketentraman umum, pemberian bantuan, pertimbangan, pelayanan, dan penegakkan hukum di bidang perdata, dan tata usaha negara, serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaan pemerintah, dan menyelamatkan kekayaan negara berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Presiden. d. Penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim, karena tidak mampu berdiri sendiri, atau disebabkan hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan, atau dirinya sendiri. e. Pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah di pusat dan di daerah dan turut menyusun peraturan perundang-undangan serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. f. Penyelanggaraan koordinasi, bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan baik ke dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undanagan dan kebijaksanaan umum yang diterpakan oleh Presiden.

2. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

KASASI TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM TERHADAP PENIPUAN OLEH PENUNTUT UMUM (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1600K/PID/2013)

3 93 84

KAJIAN ANALISIS KOMPARATIF TENTANG UPAYA HUKUM KASASI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK).

0 1 20

PERMOHONAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM AKIBAT JUDEX FACTIE MENGABAIKAN HUKUM PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PENIPUAN (STUDI PUTUSAN NOMOR : 253K K/ PID/2015).

0 0 12

Alasan Dan Implikasi Permohonan Kasasi Penuntut Umum Mengenai Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum Dalam Tindak Pidana Terhadap Perkawinan.

0 0 14

PengajuanKasasi oleh Penuntut Umum terhadap Putusan Lepas dari segala Tuntutan Hukum dalam Perkara Penggelapan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 1315 K/PID/2014).

0 0 10

ALASAN PERMOHONAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN JUDEX FACTI MENYATAKAN TERDAKWA LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM PERKARA PENIPUAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 380 K/PID/2015).

0 0 13

tinjauan tentang kesalahan penerapan hukum sebagai alasan kasasi penuntut umum kejaksaan negeri ngawi terhadap putusan lepas dari segala tuntutan hukum dalam perkara korupsi gratifikasi (studi putusan mahkamah agung nomo : 1914K/Pid.sus/2011).

0 0 11

PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM (ONSLAG VAN ALLE RECHTVOELGING) DALAM PERKARA PENGGELAPAN BERLANJUT (Studi Kasus dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 2194k/pid/2012).

0 0 13

TINJAUAN TENTANG ALASAN PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM PERKARA PENIPUAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 1559 K/Pid/2011).

0 0 1

Upaya Hukum Kasasi oleh Jaksa Penuntut U

0 0 48