8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan statusdan kesejahteraan
petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politikbudaya, lingkungan, maupun
melalui perbaikan improvement, pertumbuhan growth dan perubahan change Iqbal dan Sudaryanto, 2008.
Beberapa pertimbangan tentang pentingnya mengakselerasi sektor pertanian di Indonesia dikemukakan oleh Simatupang 1997 sebagai berikut:
1. Sektor pertanian masih tetap sebagai penyerap tenaga kerja, sehingga akselerasi
pembangunan sektor pertanian akan membantu mengatasi masalah pengangguran. 2.
Sektor pertanian merupakan penopang utama perekonomian desa dimana sebagian besar penduduk berada. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan
pertanian paling tepat untuk mendorong perekonomian desa dalam rangka meningkatkan pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan sekaligus
pengentasan kemiskinan. 3.
Sektor pertanian sebagai penghasil makanan pokok penduduk, sehingga dengan akselerasi pembangunan pertanian maka penyediaan pangan dapat terjamin.
Langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan pangan pada pasar dunia.
Universitas Sumatera Utara
9
4. Harga produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga
konsumen, sehingga dinamikanya amat berpengaruh terhadap laju inflasi. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan pertanian akan membantu menjaga stabilitas
perekonomian Indonesia. 5.
Akselerasi pembangunan pertanian sangatlah penting dalam rangka mendorong ekspor dan mengurangi impor produk pertanian, sehingga dalam hal ini dapat
membantu menjaga keseimbangan neraca pembayaran. 6.
Akselerasi pembangunan pertanian mampu meningkatkan kinerja sektor industri. Hal ini karena terdapat keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dengan sektor
industri yang meliputi keterkaitan produk, konsumsi dan investasi. Menurut Soekartawi 1993, untuk wilayah pedesaan yang umumnya identik dengan
petani dan kemiskinan, maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil, jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang
tinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani yang kurang baik menjadi lebih baik.
Suatu pembangunan pertanian berhasil jika didukung dengan penyediaan sarana sarana produksi yang memadai, adanya sistem transportasi yang baik dan organisasi
pemasaran yang baik. Dengan tersedianya sarana produksi pertanian dan dialokasikan dengan baik maka produktivitas pertanian akan tinggi sehingga pendapatan petani
juga meningkat yang mana jika dalam proses jangka panjang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.2 Konsep Nilai Tukar Petani
Konsep Nilai Tukar Petani merupakan pengembangan dari nilai tukar subsisten, dimana petani merupakan produsen dan konsumen. Nilai Tukar Petani berkaitan
dengan hubungan antara hasil pertanian yang dihasilkan petani dengan barang dan jasa yang dikonsumsi dan dibeli petani. Disamping berkaitan permasalahan kekuatan
relatif daya beli komoditas konsep barter, fenomena nilai tukar petani terkait dengan perilaku ekonomi rumahtangga. Proses pengambilan keputusan rumah tangga untuk
memproduksi, membelanjakan dan konsumsi suatu barang merupakan bagian dari perilaku ekonomi rumah tangga teori ekonomi rumah tangga Barnum dan Squire,
1979.
Nilai Tukar Petani NTP adalah sebagai rasio antara indeks harga yang diterima petani indeks harga jual outputnya terhadap indeks harga yang dibayar petani
indeks harga input yang digunakan untuk bertani, dimisalkan seperti pupuk. Dalam pengertian lain disebutkan NTP merupakan pengukur kemampuandaya tukar sektor
pertanian terhadap sektor non pertanian. Fluktuasi NTP menunjukkan fluktuasi kemampuan riil petani dan mengindikasikan kesejahteraan petani. NTP diperoleh dari
persentase rasio indeks harga yang diterima petani It dengan indeks harga yang dibayar petani Ib. Berdasarkan rasio tersebut, maka dapat dikatakan semakin tinggi
NTP, semakin baik profit yang diterima petani atau semakin baik posisi pendapatan petani.
Universitas Sumatera Utara
11
Jika disederhanakan NTP hanya menunjukkan perbedaan antara harga output pertanian dengan harga input pertanian, bukan harga barang-barang lain seperti
makanan, pakaian, dan lain sebagainya. Beberapa fungsi atau kegunaan Nilai Tukar Petani antara lain:
1. Berdasarkan sektor konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar petani IB, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh
petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat. 2. Berdasarkan indeks harga yang diterima petani dapat dilihat fluktuasi harga
barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini dipakai sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
3. Nilai tukar petani berguna untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. Dengan
demikian NTP dapat dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai kesejahteraan petani Buletin Nilai Tukar Petani, 2003.
Secara umum ada tiga macam pengertian NTP yaitu :
1. NTP 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih
besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik
dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.
2. NTP = 100, berarti petani mengalami impasbreak even. Kenaikanpenurunan
harga produksinya sama dengan persentase kenaikanpenurunan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraaan petani tidak mengalami perubahan.
Universitas Sumatera Utara
12
3. NTP 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit.
Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya Badan Pusat Statistik, 2008.
Penelitian Saleh dkk 2000 dari Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian menjelaskan bahwa faktor harga berpengaruh besar terhadap nilai tukar penerimaan
dan nilai tukar pendapatan. Nilai tukar penerimaan dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologi , tingkat serangan hamapenyakit, musimcuaca serta harga baik
harga saprodi maupun harga produk. Nilai tukar subsisten dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan usaha pertanian dan tingkat pengeluaran untuk konsumsi pangan.
Pada penelitian ini nilai tukar komoditas pertanian diukur dengan menggunakan konsep nilai tukar penerimaan dan nilai tukar barter. Nilai tukar pendapatan diukur
dengan konsep nilai tukar subsisten dan nilai tukar pendapatan total.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani
A. Pasar Produk Pertanian Salah satu penyebab rendahnya koefisien NTP sub sektor pertanian adalah
merupakan dampak dari laju kenaikan harga komoditas yang dihasilkan petani It tidak dapat mengikuti laju kenaikan harga harga kebutuhan petani produsen. Pasar
produk pertanian di tingkat produsen diwarnai oleh jumlah petani yang banyak dari dan miskin informasi disatu sisi serta jumlah pedagang pembeli produk pertanian
yang lebih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
13
B. Jaminan Harga Produk Pertanian Pada dasarnya kebijakan jaminan harga produk pertanian khususnya padi telah lama
dianut oleh pemerintah dalam rangka menjamin kesejahteraan petani produsen. Kebijakan harga dasar misalnya merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang
dilakukan untuk melindungi petani dari resiko rugi pada saat panen. Alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga komoditas pertanian
ditingkat petani sebagai produsen adalah dengan membuka peluang peningkatan nilai tambah hasil produksi petani. Hal ini sebagai misal dapat dilakukan dengan
menumbuhkan industri hilir berbahan baku produk pertanian secara lokal. Dengan adanya perubahan bentuk hasil pertanian sedekat mungkin dari sumbernya
diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah kepada petani dan pada gilirannya akan dapat meninglkatkan indeks terima petani.
c. Intensifikasi Pertanian Ketergantungan petani terhadap bahan kimia pada sisi permintaan menyebabkan
harga input pertanian semakin meningkat yang secara implisit menyebabkan indeks bayar petani produsen meningkat. Pasar bebas dalam tataniaga input produksi yang
memiliki struktur kebalikan dari pasar produk bahkan menyebabkan kenaikan harga input menjadi jauh lebih pesat dari kenaikan harga output. Dengan menjaganya
ketersediaan input bersubsidi secara tepat waktu dan tepat sasaran, pemerintah juga sudah saatnya melakukan sosialisasi input organik guna menghindari ketergantungan
petani terhadap input an-organik yang untuk memperolehnya membutuhkan dukungan modal yang cukup besar Syarief, 2012.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.4 Sistem Agribisnis
Menurut Griffin dan Ebert 1996, Agribisnis secara umum mengandung pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait dengan usaha untuk menghasilkan usaha
tani,untuk pengolahan dan pemasaran. Agribisnis meliputi seluruh sektor bahan masukan usaha tani yang terlibat dalam bidang produksi dan pada akhirnya
menangani proses penyebaran, penjualan baik secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir.
Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang
dihasilkan oleh usaha tani dan agroindustriyang saling terkait satu sama lain.
Gambar 2.1. Sistem Agribisnis
Subsistem Post
Produksi Subsistem
Produksi Subsistem
Pra Produksi
Subsistem Penunjang
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.4.1 Subsistem Pra Produksi
Menurut Andoko 2002, subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengadaan, dan penyaluran
sarana produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan teknologi usahatani dan pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal. Kegiatan yang ditangani
mencakup pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka peningkatan produksi pertanian, baik usahatani rakyat maupun usahatani berskala besar. Termasuk
dalam kegiatan subsistem ini adalah perencanaan mengenai lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani, dan skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang
optimal.
1. Lahan
Lahan sebagai salah satu produksi merupakan pabriknya hasil pertanian dimana tempat produksi itu berlangsung dan produk itu keluar. Luas lahan garapan dapat
mempengaruhi cara berproduksi petani, dimana pada luas lahan usahatani yang relatif kecil petani sukar untuk mengusahakan dan memilih cabang usahatani yang
menguntungkan.
2. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja dalam ilmu ekonomi yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan
ditujukan pada usaha produksi.
3. Modal
Universitas Sumatera Utara
16
Modal merupakan suatu bentuk kekayaan yang dapat berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses produksi.
4. Benih
Benih bermutu selain memiliki daya tumbuh yang tinggi, juga dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau mampu
berkecambah dengan normal.
5. Pupuk
Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik organik maupun anorganik dengan maksud untuk mengantikan unsur hara yang hilang dalam tanah dan untuk
meningkatkan produksi tanaman. Dengan pemupukan diharapkan produksi usaha tani dapat meningkat, baik dari jumlah maupun mutunya. Pupuk buatan sebagai salah satu
hasil teknologi baru yang memiliki keunggulan lebih produktif daripada pupuk kompos, dan pupuk kandang merupakan sarana produksi dalam usaha tani
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan produktifitas tanaman.
6. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi jamur, bakteria dan virus, kemudian nematoda bentuknya
Universitas Sumatera Utara
17
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
2.1.4.2 Subsistem Produksi
Kegiatan subsistem ini adalah melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah pertanian selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi.
Kegiatan subsistem ini menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah sebagaimana telah dikemukan dalam pengertian agribisnis. Proses produksi
dipengaruhi oleh karakteristik petani padi sawah. Karakteristik petani padi sawah memiliki ciri meliputi umur, pendidikan, luas lahan yang dimiliki, dan pengalaman
bertani. Proses produksi akan mendapatkan hasil produksi yang merupakan penerimaan yang diperoleh petani dari hasil penjualan. Penerimaan petani dari hasil
penjualan dinamakan pendapatan petani. Pendapatan income adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi.
2.1.4.3 Subsistem Post Produksi
Subsistem pengolahan hasil atau agroindustri mencakup aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, serta mencakup keseluruhan kegiatan mulai dari
penanganan pasca panen komoditi pertanian yang dihasilkan sampai pada tingkat pengolahan lanjut, selama bentuk, susunan, dan cita rasa komoditi tersebut tidak
berubah. Sementara itu, subsistem pemasaran hasil mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran hasil-hasil usahatani ataupun hasil olahannya, baik untuk pasar dalam
negeri maupun luar negeri. Selain itu, kondisi sumber daya, lingkungan, dan
Universitas Sumatera Utara
18
prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan perkembangan sistem agribisnis tersebut.
2.1.4.4 Subsistem Penunjang
Subsistem jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang agribisnis adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta mengembangkan
kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga
penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan manajemen. Lembaga keuangan seperti perbankan, modal
ventura, dan asuransi memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha khusus asuransi. Lembaga penelitian baik yang
dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil
penelitian dan pengembangan Downey, 1987.
2.1.5 Hubungan Sistem Agribisnis Usahatani Padi Sawah Dengan Nilai Tukar Petani NTP
Analisis usahatani menurut Soekartawi 1993 adalah mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada, secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Disebut efektif jika petani
produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik- baiknya, serta dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan output yang melebihi input. Adapun tujuan usahatani adalah
Universitas Sumatera Utara
19
memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu
seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan biaya yaitu bagaimana menekan biaya sekecil-kecilnya untuk
mencapai tingkat produksi tertentu. Adapun ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah : 1. Sempitnya lahan yang dimiliki petani.
2. Kurangnya modal. 3. Pengetahuan petani yang masih terbatas serta kurang dinamis.
4. Masih rendahnya tingkat pendapatan petani. Sistem agribisnis dapat menjadi harapan dan jalan untuk mensejahterakan masyarakat
pertanian selama pembangunan subsektor perekonomian ini selalu dibangun bersama petani danatau masyarakat perdesaan. Peran petani harus diekstensifikasi, sehingga
tidak hanya terbatas pada kegiatan non- farm saja petani dan masyarakat perdesaan perlu ikut berpartisipasi dalam aktivitas subsistem agribisnis yang lain off-farm,
tetapi tentu saja proses transisi ini akan mudah terjadi jika subsistem agribisnis dimaksud telah dirancang agar menjadi lebih sesuai dengan kapasitas teknis dan
finansial petani dan masyarakat perdesaan dengan segala keterbatasannya. Pengembangan agribisnis usahatani yang mampu menjamin ketersediaan pangan,
termasuk pangan alternatif, meningkatkan nilai tukar petani, serta meningkatkan daya beli masyarakat melalui pengembangan komoditas yang bernilai bisnis dan bernilai
tambah yang tinggi, memerlukan upaya-upaya pengelolaan yang bijak dalam memenuhi justifikasi politik dalam pengembangan agribisnis.
Universitas Sumatera Utara
20
Petani menghadapi kenaikan harga-harga barang kebutuhan lain yang harus dibeli, indikator yang dapat digunakan adalah melihat peranan sektor pertanian melalui
petaninya yang mampu memupuk surplus produksi dari usahatani dengan melakukan investasi untuk meningkatkan teknik produksi. Surplus usahatani ini dapat diamati
dari tingkat pendapatan dan tingkat profitabilitas usaha. Nilai tukar petani NTP yang merupakan perbandingan antara pendapatan dengan pengeluaran petani dalam
menghasilkan satu macam produksi dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat profitabilitas kegiatan usahatani Sumodiningrat, 1990.
2.1.6 Penelitian Sebelumnya
Sinuhaji 2011, dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani di Desa Sei Mencirim, Kec.Sunggal, Kab.Deli
Serdang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling
dengan menggunakan rumus Slovin. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani dianalisis dengan metode pembangunan model
penduga regresi linear berganda Rata- rata nilai tukar petani di Desa Sei Mencirim serta perkembangan nilai tukar petani di Prov.Sumatera Utara diperoleh dari data
primer. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani adalah produktivitas, luas lahan, biaya tenaga kerja,
harga gabah, dan harga pupuk. Susanti 2013, dalam penelitiannyayang berjudul Strategi Peningkatan Nilai Tukar
Petani Padi Sawah, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini
menggunakan data primer yang diperoleh dari petani melalui wawancara langsung
Universitas Sumatera Utara
21
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Petani responden diambil dengan menggunakan metode Slovin sehingga ditentukan
besar sampel petani padi sawah sebanyak 42 orang yang mengusahakan usahatani padi sawah. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis dengan rumus
matematis NTP = ItIbx100, indikator NTP dengan kriteria NTP100 mengalami surplus, NTP=100 mengalami impas, NTP100 mengalami defisit dan metode
analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Nilai Tukar Petani sebesar 91 NTP100 yang artinya petani ,mengalami defisit. Rata-rata tingkat
kesejahteraan petani pada suatu priode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada priode sebelumnya. Di dalam strategi peningkatan nilai
tukar petani dengan metode SWOT adalah strategi agresif ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
Supriyati 2004 , dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Nilai Tukar Komoditas Pertanian Kasus Komoditas Kentang
menjelaskan bahwa dalam periode 1987 –
1998, tingkat kesejahteraan petani kentang di Provinsi JawaTengah dan Jawa Timur cenderung meningkat karena pertumbuhan hargakentang lebih besar dibandingkan
dengan harga yang dibayar petani untuk barangkonsumsi, sarana produksi dan barang modal. Sebaliknya, di Sulawesi Selatantingkat kesejahteraan petani kentang
cenderung menurun. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan harga kentang lebih lambat dibandingkan dengan harga yang dibayar petani untuk barang konsumsi, sarana
produksi dan barang modal. Nilai tukar penerimaan komoditas kentang dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologi, harga sarana produksi, tingkat produktivitas, dan
Universitas Sumatera Utara
22
harga jual komoditas kentang. Harga kentang di tingkat produsen di tiga provinsi dipengaruhi olehtingkat inflasi.
2.2 Landasan Teori