Sama seperti alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga
sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter
batang sehingga dasar daun dan batang rata, daun dan batang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan
tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar Ditjen POM, 1995.
2.4.2. Media disolusi
1
. Air Suling
Pelarut air digunakan untuk uji penetapan pelarutan beberapa tablet. Pengujian menggunakan cairan air memberikan hasil yang sangat berbeda dengan cairan
fisiologik, terutama untuk senyawa ionik yang sangat dipengaruhi oleh pH.
2. Larutan Ionik
Larutan ionik banyak digunakan untuk menyesuaikan pH organ tubuh : i.
Larutan asam pH 1,2 dibuat dari asam klorida encer baik ditambah atau tidak ditambah dengan larutan natrium atau kalium klorida, sehingga pH
cairan mendekati komposisi cairan lambung. ii.
Larutan dapar alkali pH 7-8 paling sering digunakan untuk meniru pH usus dalam pengujian sediaan dengan aksi diperpanjang atau aksi terjaga setelah
melewati cairan yang asam.
2.4.3 Faktor yang mempengaruhi laju disolusi
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang mempengaruhi laju disolusi dari bentuk sediaan biasanya diklasifikasikan atas tiga kategori yaitu:
1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi
kelarutan, bentuk kristal, serta ukuran partikel. Sifat-sifat fisikokimia lain seperti kekentalan berperan terhadap munculnya permasalahan dalam disolusi.
2. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan tambahan dan cara
pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan terhadap laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Cara
pengolahan dari bahan baku, bahan tambahan dan prosedur yang dilakukan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan berpengaruh terhadap laju
disolusi. Faktor formulasi yang dapat mempengaruhi laju disolusi di antaranya kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien, kekerasan dan porositas.
3. Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang meliputi
kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metode uji yang dipakai. Pengadukan mempengaruhi penyebaran partikel-partikel dan tebal
lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut. Suhu medium berpengaruh terhadap kelarutan zat aktif. Zat yang
kelarutannya tidak tergantung pH maka perubahan pH medium disolusi tidak akan mempengaruhi laju disolusi. Pemilihan kondisi pH pada percobaan in
vitro penting karena kondisi pH akan berbeda pada lokasi obat di saluran cerna sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan laju disolusi obat. Metode
Universitas Sumatera Utara
penentuan laju disolusi yang berbeda dapat menghasilkan laju disolusi yang sama atau berbeda tergantung pada metode uji yang digunakan Syukri, 2002.
Kriteria penerimaan hasil uji disolusi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Penerimaan hasil uji disolusi
No Tahap
Jumlah yang diuji
Kriteria penerimaan 1
S1 6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5 2
S2 6
Rata-rata dari 12 unit S1+S2 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit
sediaan yang lebih kecil dari Q-15
3 S3
12 Rata-rata dari 24 unit S1+S2+S3 adalah sama
dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih besar dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15
dan tidak satu unit pun yang lebih dari kecil dari Q-25
Keterangan: S1 : Tahap pertama; S2: Tahap kedua; S3: Tahap ketiga
Q : Jumlah zat aktif yang terlarut dan tertera dalam masing-masing monografi 2.5 Kromatografi
Teknik kromatografi telah berkembang dan digunakan untuk memisahkan berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun
komponen anorganik. Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan sering digunakan dalam bidang kimia untuk melakukan analisis, baik
analisis kualitatif, kuantitatif atau preparatif dalam bidang farmasi. Gandjar dan Rohman, 2007.
2.5.1 Pembagian kromatografi