viii
viii
3. Bioskop Trisakti Theatre
Bioskop  Trisakti  Theatre  terletak  di  Jalan  Sraten  Nomor  91  Surakarta.  Berdiri pada  tanggal  15  Agustus  1968.  Pemilik  dan  Penanggung  jawab  bioskop  ini  adalah
Karsono Hadiputranto, penanggung jawab dari bioskop UP. Bioskop Trisakti bergabung dengan GPBSI pada tanggal 15 Agustus 1968. Bioskop ini berdiri di Surakarta, kemudian
bergabung  dengan  Gabungan  Pengusaha  Bioskop  Seluruh  Indonesia  GPBSI  pada tanggal 15 Agustus 1968.
4. Bioskop Star Theatre
Bertempat di Jalan Widuran Nomor 64. berdiri sejak tanggal 22 Desember 1970. Sama Seperti Bioskop Trisakti Theatre, Bioskop Star Theatre bergabung menjadi anggota
GPBSI pada saat berdiri yaitu tanggal 22 Desember 1970. Pemilik dari bioskop ini adalah Danurahardjo Sutandio, sedangkan yang bertanggung jawab adalah Mulyadi.
5. Bioskop Solo Theatre
Bioskop Solo Theatre terletak di Jalan Slamet Riyadi Nomor 235b. Berdiri pada tanggal 7 September 1972. pemilik dari bioskop ini adalah PT. Sanggar Film Semarang,
dengan  Ananto  Pratikyo  BS  sebagai  penangung  jawab  bioskop  ini.  Solo  Theatre bergabung  dengan  GPBSI  pada  tanggal  23  September  1972.  Bioskop  ini  merupakan
bioskop golongan “A” di Surakarta, dengan dua klas yaitu klas satu sebanyak enam ratus tiga puluh lima 635 kursi, dan klas dua sebanyak seratus enam puluh lima 165 kursi.
ix
ix
Bioskop Solo Theatre terletak di dalam Komplek Sriwedari. Tahun 1914 bioskop ini  bernama  Sriwedari  Bioscoop  yang  dimiliki  oleh  Keraton  Surakarta.
51
Tahun    1972 pengelolaan bioskop tersebut berpindah tangan ke Sanggar Film Semarang, tetapi tanah
masih menjadi hak milik Keraton Surakarta. Pada waktu itu Sriwedari merupakan tempat Kebon binatang bernama “kebun raja” yang sekarang dipindah di Satwa Taru Jurug.
Film yang diputar disini adalah film-film Indonesia dan film-film Malaysia. Film Malaysia  antara  lain  berjudul  “Ramli”  yang  berperan  sebagai  seorang  penarik  becak  di
Malaya. Salah satu syair berjudul “Air Mata” berbunyi: Aduhai sedih kurasa,
Jadi orang tak punya. Ku kayuh sudah bahtera,
Hidup tetap sengsara. Hidup tak pernah bahagia,
Berlinang air mata. Ku tempuh sudah derita,
Tapi tetap sengsara. Reff:   Pada siapa ku berlindung,
Pada siapa ku mengadu, Hidupku sebatang kara,
Tiada sanak saudara.
52
51
HM. Johan Tjasmadi, Seratus Tahun Bioskop Indonesia 1900-2000, Jakarta:PT. Grmedia: 2008, hlm 012
52
Wawancara dengan Wahyu, tgl  20 Agustus 2009.
x
x
Lagu  ini  dilantunkan  oleh  P.  Ramli  waktu  mengayuh  becak.  Film  ini  bercerita mengenai  kehidupan  Ramli  yang  selalu  tidak  bahagia,  hidup  sebatang  kara,  dan  tidak
punya  saudara.  P.  Ramli  hanya  punya  sepeda
53
.  Film  ini  digemari  penonton  karena mampu  membawa  penonton  menangis  dan  terharu.  Banyak  penonton  yang  tidak  hanya
menonton satu kali, tetapi berulang kali.
6. Bioskop New Fajar Theatre.