54
sehingga memicu konflik bukan saja mengenai kepemilikan tanah tetapi juga menyangkut penguasaan areal untuk perkebunan. Masayarakat tetap bersikeras
untuk mendapatkan lahan tersebut karena mereka memiliki keinginan untuk memanfaatkan lahan untuk kehidupan mereka yang lebih baik. Hal ini terlihat dari
hasil wawancara dengan masyarakat Desa Penggalian yang mengatakan : “Kalau saja pemerintah berbaik hati membantu kami membantu kami
mendapatkan lahan, dibagi-bagikan merata, pasti keadaan kami ga akan seperti ini dan pasti jadi lebih baik. Lahan yang dibagi bisa kami
manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan. Mbak lihat saja, jalan di desa kami ini yang paling parah dan bisa dibilang kami seperti desa
tertinggal.”
4.4.3 Kondisi Konflik Saat Ini
Kondisi konflik saat ini sudah tidak memanas lagi dan masyarakat juga sudah tidak menduduki lahan, hal ini karena sudah diadakannya beberapa kali
pertemuan antara pihak yang berkonflik dengan tim mediasi dari pihak Pemerintah Kabupaten serdang Bedagai untuk menyelesaikan konflik pertanahan
yang terjadi antara masyarakat Desa Penggalian dengan PT. Nusa Pusaka Kencana bahilang. Dalam kegiatan aktifitas sehari-hari juga antara masyarakat
dengan pekerja perkebunan berjalan normal dan biasa saja, meskipun masyarakat tetap memperjuangkan hak mereka tapi dalam kehidupan sosial mereka tidak lagi
mengalami ketegangan. Hal ini senada dengan pernyataan dari masyarakat desa yaitu Pak Syahrin yang diambil pada proses wawancara:
“Kalau kondisi sosial kami saat ini dengan pihak perusahaan ya biasa- biasa saja gitu, tidak ada istilah merasa saling bermusuhan karena ini.
Apalagi kan letak desa kita berbatasan langsung dengan areal perkebunan NPK, jadi ya sama semua pekerja kebun kami sudah biasa-biasa saja
tidak ada ketegangan. Cuma waktu konflik memanas tahun 2013 itu,
Universitas Sumatera Utara
55
masyarakat hampir bentrok sama pekerja kebun karena mau panen bawa- bawa polisi.”
Dalam kondisi sosial antara masyarakat dengan pihak perusahaan memang sudah tidak ada lagi ketegangan, tetapi masyarakat masih akan tetap
memperjuangkan tuntutan mereka. Dalam mediasi yang sudah berulang kali dilakukan masyarakat masih merasa tidak puas dan tidak mendapatkan hasil, oleh
karena itu masyarakat masih berencana untuk mengambil langkah selanjutnya dengan melakukan aksi-aksi protes berikutnya. Seperti pernyataan dari
masyarakat Desa Penggalian yang dikutip dari hasil wawancara: “Kami memang terpaksa harus mengambil langkah selanjutnya, salah
satu contoh yang masih kami rencanakan adalah kami akan mengepung instansi pemerintahan kecamatan karena dalam surat perintah Mendagri
itu sudah jelas bahwa Camat diperintahkan untuk mendistribusikan lahan tapi sampai sekarang kami belum menerima dan Camat tidak terlihat mau
membantu kami.”
Chang dalam Lubis 2014 mengungkapkan bahwa konflik sosial tidak hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian,
masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang dan masalah kekuasaan. Namun menurutnya, emosi sesaat
manusiapun bisa memicu terjadinya konflik sosial. Dari teori yang disampaikan oleh William Chang tersebut, dapat dilihat bahwa teori ini berkaitan dengan kasus
yang terjadi antara masyarakat Desa Penggalian dengan PT.NPK. Dimana konflik yang terjadi berakar dari masalah tanah yang kemudian berlarut-larut sehingga
sulit untuk menyelesaikannya.
Universitas Sumatera Utara
56
4.5 Mediasi Oleh Pemerintah : Alternatif Penyelesaian Konflik 4.5.1 Pembentukan Tim Mediasi