77
konflik yang terjadi segera berakhir. Peran para aktor yang berkonflik juga sangat menentukan dalam mencapai konsensus, sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan dan memberikan pengaruh yang kuat bagi jalannya resolusi konflik. Keterbukaan dan kemauan dari pihak perusahaan juga dinilai berpengaruh dalam
hal tercapainya suatu konsensus resolusi konflik. Dalam kasus ini, konsensus tidak dapat tercapai karena sulitnya kedua belah pihak untuk menyatukan
pendapat mereka. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh adanya kepentingan- kepentingan lain dari kedua belah pihak yang berkonflik.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lusia 2010 juga mengatakan bahwa keberhasilan pihak ketiga yang berfungsi sebagai mediator tergantung pada
kredibilitas dan peran yang dimilikinya, serta pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang relevan adalah pendekatan bebas nilai non-judmental yang
didasarkan pada kepercayaan yang dimiliki pihak ketiga. Selain itu fleksibilitas yang berkaitan dengan kemampuan aktor pihak ketiga dalam menyelesaikan
masalah. Karena itu, mekanisme dan fleksibilitas serta independensi sangat menentukan posisi pihak ketiga.
4.6.2 Hubungan Para Aktor
Aktor-aktor mediasi yang berasal dari pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai berperan sebagai fasilitator dan memiliki posisi yang netral. Peran
tersebut ditandai oleh aktivitas memersuasi, memusyawarahkan, dan memberikan saran terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Desa Penggalian
dan PT. Nusa Pusaka Kencana untuk menyelesaikan konflik tersebut. Sebagai usaha untuk mengurangi kasus konflik pertanahan yang terjadi di Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
78
Serdang Bedagai, pemerintah berusaha untuk menjaga harmonisasi hubungan dengan aktor konflik agar proses mediasi dapat berjalan lancar.
Dalam rangka menjaga hubungan tersebut, di setiap forum pertemuan mediasi pemerintah melakukan koordinasi dan komunikasi aktif dalam setiap
pertemuan mediasi, di luar forum pemerintah mengaku tidak pernah melakukan pertemuan lain dengan kedua belah pihak yang berkonflik untuk membahas
penyelesaian konflik tersebut. Seperti kutipan wawancara penelitian dengan Pak Hanafi selaku anggota tim mediasi tersebut:
“Kami berkomunikasi dengan para pihak yang berkonflik hanya di forum saja, karena memang kami melakukan mediasi ini untuk menjadi wadah
bagi kedua belah pihak melakukan pertemuan untuk membahas masalah mereka dan kami sebagai fasilitatornya, jadi untuk melakukan pertemuan
lain diluar mediasi untuk membahas-bahas hal ini kami tidak pernah melakukannya. Karena masalah seperti ini memang sensitif, jadi kami
sebagai pemerintah berusaha untuk bersikap netral dan membangun
hubungan yang sewajarnya dengan kedua belah pihak.”
Dari kutipan wawancara di atas, terlihat bahwa tim mediasi mengaku tidak pernah melakukan pertemuan lain dengan kedua belah pihak yang berkonflik di
luar forum mediasi. Interaksi yang terjadi dalam forum juga berjalan sewajarnya, namun masyarakat sebagai pihak yang menuntut dalam hal ini kerap berbicara
kasar dan tidak terarah dikarenakan setiap pembelaan yang mereka lakukan selalu tidak dibenarkan oleh tim mediasi sehingga terkesan membela pihak perusahaan.
Seperti yang disampaikan oleh Pak Irwansyah pada saat wawancara penelitian: “Kami di dalam forum mediasi memang diberikan kesempatan secara
bergantian untuk memberikan pembelaan dan menunjukkan bukti-bukti tuntutan, awalnya kami memang bicara secara lembut, tapi ketika semua
bukti kami ditolak ya kami marah, jengkel, disitu ucapan terkadang udah
gak teratur lagi karena luapan rasa jengkel.”
Universitas Sumatera Utara
79
Dalam hal pertemuan di luar forum mediasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat Desa Penggalian mengaku tidak pernah melakukan pertemuan dengan
tim mediasi untuk membantu ataupun membela mereka. Namun masyarakat mengaku pernah melakukan usaha untuk mendapatkan bantuan dari pihak luar
yang menurut mereka memiliki posisi yang kuat dalam pemerintahan sehingga dapat membantu mereka untuk memenangkan tuntutan tersebut. Pada saat itu
masyarakat meminta bantuan oknum yang menurut mereka dapat membantu untuk melakukan pengukuran ulang lahan PT.NPK, namun usaha tersebut
berakhir pada ketidakjelasan dan masyarakat merasa tertipu karena sudah mengalami kerugian sebanyak Rp. 63.000.000 enam puluh tiga juta rupiah
dimana dana tersebut adalah hasil yang dikumpulkan dari seluruh masyarakat Desa Penggalian. Menurut analisa penulis, hal ini dikarenakan rendahnya
pengetahuan masyarakat sehingga terkesan mudah ditipu oleh oknum-oknum yang sengaja mengambil keuntungan dari masyarakat kecil.
Selain itu, masyarakat juga mengaku melakukan pertemuan lain dengan pihak-pihak dari luar untuk membangun jaringan seperti ke Komite Revolusi
Agraria Sumatera Utara, dan Organisasi-organisai Pembaruan Agraria yang berada di Jakarta yang sering menyuarakan tentang kasus-kasus tanah rakyat yang
diambil alih oleh perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh masyarakat ini dibantu oleh Kelompok Tani Menggugat KTM Kabupaten Serdang Bedagai yang
memang dibentuk sebagai wadah bagi masyarakat petani dalam mengajukan pengaduan ke pemerintah tentang kasus-kasus konflik tanah yang melibatkan
masyarakat dengan perusahaan perkebunan.
Universitas Sumatera Utara
80
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis wawancara dan keterangan pada bab sebelumnya maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Konflik pertanahan antara masyarakat Desa Penggalian dengan PT. Nusa
Pusaka Kencana Bahilang terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kasus tentang status kepemilikan tanah masyarakat. Pemerintah
terkesan mengabaikan setiap bukti tuntutan masyarakat yang menurut mereka tidak valid.
2. Usaha pemerintah untuk menyelesaikan konflik melalui jalan mediasi
dilakukan dengan inisiatif Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, hal ini dikarenakan banyaknya konflik pertanahan yang terjadi di Kabupaten
Serdang Bedagai dan untuk menghindari konflik yang berkepanjangan sehingga mengganggu kehidupan lingkungan sosial masyarakat yang
berkonflik. 3.
Anggota tim mediasi seluruhnya berasal dari jajaran pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai yang tergabung dalam Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah FKPD. Pembentukan tim tersebut sesuai dengan Surat Keputusan SK Bupati dan susunan tim mediasi juga telah diatur dalam
SK tersebut. Tidak adanya pihak independen ataupun profesional yang tergabung dalam tim mediasi tersebut menjadi suatu kelemahan, karena
Universitas Sumatera Utara