Model Kinetika Degradasi β-Karoten Minyak Goreng Sawit Curah

24 Berdasarkan hukum laju reaksi yang menyatakan bahwa nilai konstanta laju reaksi k akan semakin besar apabila reaksi berlangsung cepat walaupun dengan konsentrasi reaktan dalam jumlah kecil, maka laju oksidasi yang menyebabkan degradasi β-karoten dari yang paling cepat hingga yang paling lambat secara berturut-turut adalah minyak goreng sawit dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 9,99, 4,00, dan 1,99 meq O 2 aktifkg minyak. Bilangan peroksida menunjukkan jumlah peroksida yaitu senyawa radikal yang terbentuk dari proses oksidasi lipid. Senyawa β-karoten yang memiliki banyak ikatan rangkap sangat mudah diserang oleh radikal lipid dan kemudian membentuk radikal karotenoid- peroksil. Radikal karotenoid-peroksil ini akan berperan terhadap degradasi dan pemecahan baik senyawa lipid maupun β-karoten Sampaio et al. 2013. Hal inilah yang menyebabkan tingginya laju degradasi β-karoten pada minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal yang besar. Tabel 9 Perhitungan ordo reaksi degradasi β-Karoten minyak goreng curah PVi 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak dengan fortifikasi MSM pada suhu 60, 75, dan 90 °C Bilangan Peroksida Awal meq O 2 kg Suhu Penyimpanan °C Parameter Ordo 0 Ordo 1 Ordo 2 1,99 60 R 2 0,9596 0,9762 0,9707 Kemiringan -2,99x10 -4 -3,90x10 -4 5,25x10 -4 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 4,00 R 2 0,9082 0,9281 0,9216 Kemiringan 5,17x10 -4 -6,33x10 -4 7,92x10 -4 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 9,99 R 2 0,9768 0,9789 0,9493 Kemiringan -1,28x10 -3 -1,80x10 -3 2,78x10 -3 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 1,99 75 R 2 0,8901 0,9013 0,8815 Kemiringan -1,35x10 -3 -1,78x10 -3 2,44x10 -3 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 4,00 R 2 0,9464 0,9747 0,9579 Kemiringan -1,97x10 -3 -2,79x10 -3 4,17x10 -3 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 9,99 R 2 0,9130 0,9832 0,9740 Kemiringan -4,24x10 -3 -6,20x10 -3 9,68x10 -3 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 1,99 90 R 2 0,9145 0,9245 0,8766 Kemiringan -2,81x10 -3 -3,62x10 -3 5,46x10 -2 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 4,00 R 2 0,8269 0,8718 0,8624 Kemiringan -4,09x10 -3 -6,00x10 -3 9,45x10 -3 Intersep 1,0000 0,0000 1,0000 9,99 R 2 0,8414 0,9161 0,8587 Kemiringan -5,07 x10 -3 -7,94x10 -3 1,39x10 -2 Intersep 24,8145 0,0000 1,0000 25 Laju degradasi β-karoten pada ketiga jenis minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM dengan bilang peroksida awal yang berbeda mengikuti reaksi ordo 1 sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Takahashi et al. 2001 dalam menentukan model kooksidasi β-karoten dengan asam oleat, Ayustaningwarno 2010 dalam menentukan ki netika degradasi β-karoten pada minyak sawit merah, serta Anguelova dan Warthesen 2000 dalam menetukan degradasi β-karoten selama peroksidasi lipid. Ordo reaksi diperoleh dengan cara menghitung linieritas R 2 yang paling tinggi pada kurva hubungan antara waktu dengan konsentrasi. Perhitungan ordo reaksi degradasi β-karoten tiga jenis minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida awal yang berbeda pada tiga suhu penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 9. Laju degradasi β-karoten cenderung lebih tinggi pada minyak dengan bilangan peroksida awal yang tinggi Gambar 16, 17, dan 18. Pengaruh perbedaan bilangan peroksida awal terhadap laju degradasi β-karoten dapat dilihat pada Gambar 19. Konstanta laju degradasi β-karoten diubah menjadi bilangan logaritma dan dihubungkan dengan bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM, sehingga kurva hubungan antara log k dan bilangan peroksida awal ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan bilangan peroksida yang dibutuhkan untuk meningkatkan atau menurunkan laju degradasi β-karoten sebesar satu siklus logaritma. Berdasarkan Gambar 19, diketahui bahwa dibutuhkan perubahan bilangan peroksida sebesar 12,24, 15,29, dan 26,67 meq O 2 aktifkg minyak masing-masing pada suhu penyimpanan 60, 75, dan 90 °C untuk meningkatkan atau menurunkan laju degradasi β-karoten sebesar satu siklus logaritma. Suhu penyimpanan 60 °C menyebabkan minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM akan lebih sensitif terhadap perubahan bilangan peroksida yang menyebabkan peningkatan Gambar 19 Perubahan konstanta laju reaksi degradasi β-karoten minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM PVi 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak pada suhu 60, 75, dan 90 °C y = 0,0817x - 3,552 R² = 0,995 y = 0,0654x - 2,8523 R² = 0,9862 y = 0,0375x - 2,454 R² = 0,8169 -4,00 -3,50 -3,00 -2,50 -2,00 -1,50 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 log K onst ant a Laj u R ea k si J am Bilangan Peroksida meq O 2 aktifkg minyak Suhu 60 °C Suhu 75 °C Suhu 90 °C 26 atau penurunan laju degradasi β-karoten jikan dibandingkan dengan suhu penyimpanan 75 dan 90 °C. Peningkatan suhu menyebabkan laju degradasi β-karoten semakin cepat Gambar 20, 21, dan 22. Nilai konstanta laju degradasi β-karoten terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya suhu penyimpanan. Penyimpanan pada suhu 60 °C menunjukkan bahwa minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktif kg minyak memiliki konstanta laju reaksi degradasi β-karoten masing- masing sebesar 3,90x10 -4 jam, 6,33 x10 -4 jam, dan 1,80x10 -3 jam. Pada penyimpanan suhu 75 °C, minyak goreng sawit berbilangan peroksida awal sebesar 1,99 meq O 2 aktifkg minyak mengalami peningkatan konstanta laju reaksi menjadi 1,78x10 -3 jam, sedangkan minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal sebesar 4,00 dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak mengalami peningkatan konstanta laju reaksi menjadi 2,79x10 -3 jam dan 6,20x10 -3 jam. Gambar 20 Model degradasi β-karoten minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM PVi 1,99 meq O 2 aktifkg minyak pada suhu 60, 75, dan 90 °C y = -0,0004x R² = 0,9762 y = -0,0018x R² = 0,9013 y = -0,0036x R² = 0,9245 -1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 ln [ β- K ar ot en] t [β - K ar ot en] o ppm Lama Penyimpanan Jam Suhu 60 °C Suhu 75 °C Suhu 90 °C Gambar 21 Model degradasi β-karoten minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM PVi 4,00 meq O 2 aktifkg minyak pada suhu 60, 75, dan 90 °C y = -0,0006x R² = 0,9281 y = -0,0028x R² = 0,9747 y = -0,0060x R² = 0,8718 -1,30 -1,10 -0,90 -0,70 -0,50 -0,30 -0,10 100 200 300 400 500 600 700 800 900 ln [ β- K ar ot en] t [β - K ar ot en] o ppm Lama Penyimpanan Jam Suhu 60 °C Suhu 75 °C Suhu 90 °C 27 Peningkatan konstanta laju reaksi semakin ekstrim pada suhu penyimpanan 90 °C, dimana minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal sebesar 1,99 dan 4,00 meq O 2 aktifkg minyak mengalami peningkatan konstanta laju reaksi menjadi 3,62x10 -3 jam dan 6,00x10 -3 jam, sedangkan minyak goreng sawit berbilangan peroksida awal sebesar 9,99 meq O 2 aktifkg minyak mengalami peningkatan konstanta laju reaksi menjadi 7,94x10 -3 jam. Konstanta laju degradasi β-karoten yang diperoleh setelah penentuan ordo reaksi Tabel 9 kemudian diubah menjadi bilangan logaritma natural dan diplotkan dengan 1suhu dalam Kelvin, sehingga didapatkan kurva antara ln konstanta laju reaksi dengan 1suhu Gambar 23. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu persamaan Arrhenius sehingga hubungan antara suhu T, konstanta laju reaksi k, dan energi aktivasi Ea dapat diketahui. Gambar 23 Perubahan konstanta laju reaksi degradasi β-karoten minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM PVi 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak pada suhu 60, 75, dan 90 °C y = -9.027,03x + 19,37 R² = 0,97 y = -9.094,28x + 20,04 R² = 0,98 y = -5.956,68x + 11,73 R² = 0,89 -9,0 -8,0 -7,0 -6,0 -5,0 -4,0 -3,0 0,0027 0,0028 0,0028 0,0029 0,0029 0,0030 0,0030 0,0031 ln K onst ant a Laj u R ea k si J am 1Suhu K PVi 1.99 meqkg PVi 4.00 meqkg PVi 9.99 meqkg Gambar 22 Model degradasi β-karoten minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM PVi 9,99 meq O 2 aktifkg minyak pada suhu 60, 75, dan 90 °C y = -0,0018x R² = 0,9789 y = -0,0062x R² = 0,9833 y = -0,0079x R² = 0,9161 -1,60 -1,40 -1,20 -1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 100 200 300 400 500 600 ln [ β- K ar ote n]t [ β- K ar ote n]o ppm Lama Penyimpanan Jam Suhu 60 °C Suhu 75 °C Suhu 90 °C 28 Berdasarkan Gambar 23, minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak memiliki nilai energi aktivasi masing-masing sebesar 75,05, 75,61, dan 49,52 kJmol. Nilai energi aktivasi degradasi β-karoten ketiga jenis minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM dapat dilihat pada Tabel 10. Tingginya energi aktivasi minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal sebesar 4,00 meq O 2 aktifkg minyak menyebabkan sensitivitasnya terhadap peningkatan suhu menjadi semakin besar sehingga akan lebih rentan mengalami degradasi β-karoten apabila terjadi peningkatan suhu selama penyimpanan jika dibandingkan dengan kedua jenis minyak lainnya. Minyak sawit merah memiliki nilai Ea untuk degradasi β-karoten sebesar 55,60 kJmol Ayustaningwarno 2010. Nilai Ea ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai Ea untuk degradasi β-karoten pada ketiga jenis minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM, sehingga ketiga jenis minyak goreng sawit dengan fortifikasi MSM tersebut lebih sensitif terhadap peningkatan suhu selama penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut, laju degradasi β-karoten dapat dipertahankan tetap rendah apabila minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM dikemas dan disimpan dalam kondisi gelap pada suhu penyimpanan yang rendah. Tabel 10 Energi aktivasi degradasi β-karoten minyak goreng sawit curah dengan fotifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak Bilangan Peroksida Awal meq O 2 kg Kemiringan Kurva Konstanta Gas mol . K Energi Aktivasi Jmol 1,99 -9027,03 8,314 75050,73 4,00 -9094,28 8,314 75609,84 9,99 -5956,68 8,314 49523,84 SNI 7709-2012 menyatakan bahwa kadar vitamin A minimum yang harus terkandung dalam minyak goreng sawit adalah sebesar 45 IU atau setara dengan kadar β-karoten 27 ppm. Tiga jenis minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal yang berbeda memiliki umur simpan yang lebih pendek apabila bilangan peroksida dijadikan sebagai parameter mutu, namun apabila menggunakan kadar asam lemak bebas sebagai parameter mutu, umur simpannya menjadi lebih panjang. Pada suhu penyimpanan 30 °C dengan bilangan peroksida sebagai parameter mutu, minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99 dan 4,00 meq O 2 aktifkg minyak masing-masing memiliki umur simpan selama 2,3 dan 1,6 bulan Tabel 5, sedangkan minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 9,99 meq O 2 aktifkg minyak hanya memiliki umur simpan selama 2,2 jam disebabkan batas mutu akhir bilangan peroksida yang dapat diterima sesuai dengan persyaratan SNI 7709-2012 adalah 10 meq O 2 aktifkg minyak. Penggunaan kadar asam lemak bebas sebagai parameter mutu untuk menentukan umur simpan menyebabkan ketiga jenis minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal yang berbeda memiliki umur simpan yang lebih panjang, yaitu 116, 11, dan 5,8 bulan Tabel 8 masing-masing untuk minyak goreng sawit curah curah dengan fortifikasi MSM berbilangan 29 peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak. Umur simpan yang lebih panjang ini disebabkan batas mutu akhir kadar asam lemak bebas yang dapat diterima sesuai dengan persyaratan SNI 7709-2012 masih cukup tinggi, yaitu 0,3, sementara asam lemak bebas yang terkandung dalam ketiga jenis minyak tidak mengalami peningkatan yang ekstrim seperti bilangan peroksida selama penyimpanan pada setiap suhu oksidasi. Penggunaan bilangan peroksida sebagai parameter mutu akan lebih baik digunakan jika dibandingkan dengan kadar asam lemak bebas walaupun memberikan umur simpan yang relatif pendek karena selama masa simpan tersebut, kadar asam lemak pada minyak goreng sawit curah terfortifikasi MSM masih relatif rendah. Senyawa β-karoten yang harus terkandung dalam minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak pada awal penyimpanan sehingga dalam kurun waktu penyimpanan yang menggunakan bilangan peroksida sebagai parameter mutu, yaitu 2,3 bulan, 1,6 bulan, dan 2,2 jam masih mengandung kadar β-karoten yang setara dengan vitamin A 45 IU atau 27 ppm β-karoten dapat dilihat pada Tabel 11. Oksidas i lipid yang menyebabkan degradasi β-karoten pada ketiga jenis minyak ini mengikuti reaksi ordo satu, sehingga penentuan umur simpan dilakukan dengan persamaan penurunan mutu ordo satu sebagai berikut: t s = lnQoQs k t s : lama penyimpanan jam Qo : nilai mutu awal Qs : nilai mutu akhir yang dapat diterima k : konstanta laju reaksi Kilcast et al. 2000. Tabel 11 Kadar β-karoten yang harus terkandung pada minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM di awal penyimpanan suhu 30 °C kondisi gelap PVi: bilangan peroksida awal meq O 2 aktifkg minyak; k: konstanta laju reaksi; t s : lama penyimpanan jam; Q o : nilai mutu awal; Q s : nilai mutu akhir yang dapat diterima Senyawa β-karoten yang harus terkandung pada ketiga jenis minyak di awal penyimpanan pada suhu 30 °C kondisi gelap relatif rendah, yaitu 28,38, 28,47, dan 27,02 ppm masing-masing untuk minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal sebesar 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak. Nilai ini mendekati batas minimum kadar vitamin A sesuai SNI 7709-2012, yaitu s etara dengan kadar β-karoten 27 ppm. Hal ini disebabkan umur simpan dengan menggunakan bilangan peroksida sebagai parameter mutu yang relatif sangat singkat, sedangkan perubahan β-karoten mengikuti reaksi ordo satu, dimana pada tahap awal oksidasi lipid, β-karoten terdegradasi dengan cepat, Pvi meq O 2 kg minyak k t s Jam Qt β-Karoten ppm Qo β-Karoten ppm 1,99 3,04x10 -5 1634,79 27,00 28,38 4,00 4,69x10 -5 1129,22 27,00 28,47 9,99 3,48x10 -4 2,24 27,00 27,02 30 namun setelah beberapa waktu, laju degradasinya berkurang Cavalieri dan Reyes De Corcuera 2000. Fortifikasi MSM ke dalam minyak goreng sawit curah kemungkinan besar dapat diaplikasikan untuk mensubstitusi penggunaan vitamin A sintetik di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak goreng sawit curah yang difortifikasi dengan MSM akan cukup stabil selama penyimpanan dan memiliki umur simpan yang lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu distribusi minyak goreng sawit curah dari industri pengolahan minyak sawit hingga ke rumah tangga apabila disimpan dalam kemasan gelap dan suhu yang relatif rendah selama proses distribusinya. Efektivitas program fortifikasi MSM ke dalam minyak goreng sawit curah dapat tercapai apabila: 1 kualitas minyak goreng sawit yang akan difortifikasi dengan MSM terutama profil kadar peroksida yang relatif rendah, yaitu kisaran 0-4 meq O 2 aktifkg minyak, 2 kualitas MSM sebagai fortifikan yang memenuhi persyaratan, 3 pengemasan yang mampu melindungi minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM dari cahaya, serta 4 kondisi penyimpanan pada suhu yang relatif rendah.

4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Model perubahan bilangan peroksida pada minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak mengikuti reaksi ordo nol dengan energi aktivasi masing-masing sebesar 60,53, 67,88, dan 74,00 kJmol. Energi aktivasi yang lebih tinggi merupakan indikasi bahwa hanya dibutuhkan perubahan suhu yang lebih kecil untuk menstimulasi perubahan tertentu dalam suatu reaksi kimia Tan et al. 2001, sehingga minyak goreng sawit berbilangan peroksida awal 9,99 meq O 2 aktifkg minyak akan lebih sensitif mengalami perubahan bilangan peroksida apabila terjadi peningkatan suhu penyimpanan dibandingkan dua jenis minyak lainnya. Kadar asam lemak minyak goreng sawit dengan fortifikasi MSM terus mengalami peningkatan selama penyimpanan pada semua suhu oksidasi. Model pembentukan asam lemak pada minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak mengikuti reaksi ordo nol dengan energi aktivasi masing-masing sebesar 77,46, 63,06, dan 61,41 kJmol. Nilai energi aktivasi yang tinggi pada minyak berbilangan peroksida awal sebesar 1,99 meq O 2 aktifkg minyak menyebabkan sensitivitasnya terhadap peningkatan suhu menjadi semakin besar sehingga akan lebih rentan mengalami peningkatan asam lemak bebas apabila terjadi peningkatan suhu selama penyimpanan dibandingkan dua jenis minyak lainnya. Laju degradasi β-karoten pada ketiga jenis minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal yang berbeda mengikuti reaksi ordo 1. Minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg memiliki energi aktivasi masing-masing sebesar 75,05, 75,61, dan 49,52 kJmol kJmol. Tingginya energi 31 aktivasi minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal sebesar 4,00 meq O 2 aktifkg minyak menyebabkan sensitivitasnya terhadap peningkatan suhu menjadi semakin besar sehingga akan lebih rentan mengalami degradasi β-karoten apabila terjadi peningkatan suhu selama penyimpanan jika dibandingkan dengan kedua jenis minyak lainnya. Pengaruh bilangan peroksida awal pada minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM terhadap laju degradasi β-karoten lebih besar jika dibandingkan dengan suhu. Pada suhu penyimpanan 60 °C 12,24 meq O 2 aktifkg, hanya dibutuhkan perubahan bilangan peroksida yang lebih rendah untuk meningkatkan atau menurunkan laju degradasi β-karoten sebesar satu siklus logaritma jika dibandingkan dengan suhu penyimpanan 75 °C 15,29 meq O 2 aktifkg dan 90 °C 26,67 meq O 2 aktifkg. Penggunaan bilangan peroksida sebagai parameter mutu akan lebih baik digunakan daripada kadar asam lemak bebas walaupun memberikan umur simpan yang relatif singkat. Hal ini disebabkan karena selama masa simpan yang relatif singkat tersebut, kadar asam lemak pada minyak goreng sawit curah terfortifikasi MSM masih relatif rendah. Senyawa β-karoten yang harus terkandung pada ketiga jenis minyak di awal penyimpanan sehingga dalam kurun waktu penyimpanan yang menggunakan bilangan peroksida sebagai parameter mutu, yaitu 2,3 bulan, 1,6 bulan, dan 2,2 jam pada suhu 30 °C kondisi gelap masih mengandung kadar β- karoten yang s etara dengan vitamin A 45 IU atau 27 ppm β-karoten, yaitu 28,38, 28,47, dan 27,02 ppm masing-masing untuk minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM berbilangan peroksida awal sebesar 1,99, 4,00, dan 9,99 meq O 2 aktifkg minyak. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, fortifikasi MSM ke dalam minyak goreng sawit curah dapat diaplikasikan di Indonesia dan efektivitasnya dapat tercapai apabila kadar peroksida minyak goreng sawit curah berada pada kisaran 0-4 meq O 2 aktifkg minyak, kualitas MSM sebagai fortifikan memenuhi persyaratan, minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi MSM dikemas menggunakan kemasan yang terlindung dari cahaya, serta kondisi penyimpanan pada suhu yang relatif rendah.

4.2 Saran

Analisis oksigen terlarut perlu dilakukan untuk mengetahui penggunaan oksigen selama oksidasi. Selain itu, analisis kelembapan udara serta cemaran logam yang mempengaruhi laju oksidasi lipid juga perlu dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Anguelova T, Warthesen J. 2000. Degra dation of lycopene, α-carotene, and β- carotene during lipid peroxidation. J of Food Science 651: 73 [AOCS] American Oil Chemist Society. 2012. Online methods book subscriptions [internet]. [diacu 2012 November 27]. Tersedia dari: http:www.aocs.orgindex.cfm. Asmaralana A. 2010. Analisis efisiensi membrane filter press skala pilot plant dalam fraksinasi NDRPO Neutralized Deodorized Red Palm Oil [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. 32 Ayustaningwarno F. 2010. Kinetika parameter stabilitas oksidasi minyak sawit merah [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Basiron Y. 2005. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Ed ke-6 Volume ke-1. Shahidi F, editor. Hoboken: John Wiley and Sons Inc. Bensmira M, Jiang B, Nsabimana C, Jian T. 2007. Effect of lavender and thyme incorporation in sunflower seed oil on its resistance to frying temperatures. Food Res Intl 40: 341-346. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI minyak goreng sawit 7709-2012 [internet]. [diacu 2012 Desember 27]. Tersedia dari : http:bsn.go.idindex.html. Cavalieri RP and Reyes De Corcuera, JI. 2000. Kinetics of Chemical Reaction in Food. Volume ke-1. USA: Department of Biological Systems Engineering, Washington State University. Crapiste GH, Brevedan MIV, Carelli AA . 1999. Oxidation of sunflower oil during storage. J Am Oil Chem Soc 76 12: 1437-1443. Dauqan EMA, Sani HA, Abdullah A, Kasim ZM. 2011. Fatty acids composition of four different vegetable oils red palm olein, palm olein, corn oil and coconut oil by gas chromatography. International Conference on Chemistry and Chemical Engineering IPCBEE 214: 32. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2012. Pemerintah akan membangun lembaga riset kelapa sawit berskala besar [internet]. [diacu 2012 Desember 1]. Tersedia dari: http:www.diperta.jabarprov.go.idindex24318.html. [Kemendagri] Kementerian Perdagangan Dalam Negeri. 2012. Indonesia bebas minyak curah tahun 2015 [internet]. [diacu 2012 Desember 1]. Tersedia dari: http:djpdn.go.idindex132467.html. Kilcast D, Kalichevski-Dong MT, Blackburn C, Mizrahi S, Farhat I, Emblem A, Armstrong G, Muir D, Subramaniam P, Aked J, Kristott J, Pourkomailian B. 2000. The Stability and Shelf-Life of Food. Kilcast D and Subramaniam P, editor. UK: Woodhead Publishing Limted. Laillou A, Hafez SA, Mahmoud AH, Mansour M, Rohner F, Fortin S, Berger J, Ibrahim NA, Moench-Pfanner R. 2012. Vegetable oil of poor quality is limiting the success of fortification with vitamin A in Egypt. Food Nutr Bull 333: 186-193. Nagendran B, UR Unnithan, YM Choo, and K Sundram. 2000. Characteristics of red palm oil alpha-carotene and vitamin E-rich refined oil for food uses. Food Nutrition Bull 21:2. Palm Oil Research Institute of Malaysia. 1995. PORIM Test Methods. Kuala Lumpur: Ministry of Primary Industries. Prianto SI. 2010. Kajian terhadap pelaksanaan kebijakan subsidi minyak goreng untuk rumah tangga miskin di kota depok. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi ISSN 0854-3844 7 12:148-159. Riyadi AH. 2009. Kendali proses deodorisasi dalam pemurnian minyak sawit merah [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Rohman A, Che Man YB, Ismail A, Hashim P. 2011. Monitoring the oxidative stability of virgin coconut oil during oven test using chemical indexes and FTIR spectroscopy. International Food Research Journal 18: 303-310. Sampaio KA, Ceriani R, Silva SM, Taham T, Meirelles AJA. 2011.Steam deacidification of palm oil. Food Bioprod Process 89:383–390