pantas. Segala tindakannya, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan yang dilakukan oleh mumayyiz dalam bentuk itu tidak sah dan tidak berikat
hukum atau batal yang tidak memungkinkan untuk disetujui oleh walinya. c
Tindakan yang mengandung keuntungan dan kerugian. Umpamanya jual beli, sewa menyewa, upah mengupah dan lainnya yang disatu pihak
mengurangi haknya dan dipihak lain menambah hak yang ada padanya. Tindakan yang dilakukannya dalam bentuk ini tidak batal secara mutlak
tetapi kesahannya tergantung pada persetujuan yang diberikan oleh walinya sesudah tindakan itu dilakukan.
3. Ahliyyah al-ada’ kamilah
ةلم ك ءاداا ةيلها
atau cakap berbuat hukum secara sempurna, yaitu manusia yang telah mencapai usia dewasa.Usia dewasa dalam
kitab-kitab fiqh ditentukan dengan tanda-tanda yang bersifat jasmani; yaitu bagi wanita telah haid atau mens dan para laki-laki dengan mimpi bersetubuh.
Pembatasan berdasarkan jasmani ini didasarkan pada petunjuk al- Qur’an, yaitu
sampai usia perkawinan atau umur yang pada waktu itu telah mungkin melakukan perkawinan.
b. Ahliyyah al-wujub
Ahliyyah al-wujub adalah kepantasan seorang manusia untuk menerima hak-hak dan dikenai kewajiban. Kecakapan dalam bentuk ini berlaku bagi tiap manusia ditinjau
dari segi ia adalah manusia, semenjak ia dilahirkan sampai menghembuskan nafas terakhir dalam segala sifat, kondisi dan keadaannya. Para ahli ushul membagi ahliyah al-
wujub itu kepada dua tingkatan.
1. Ahliyah al-wujub naqish
ةصق ن وجولا ةيلها
atau kecakapan dikenai hukum secara lemah, yaitu ketika seorang masih berada di dalam kandungan ibunya
janin. Janin dianggap memiliki ahliyyah Al-Wujub yang belum sempurna, karena hak-hak yang harus ia terima belum dapat dimilikinya, sebelum ia lahir kedunia
dengan selamat walau sesaat. Apabila ia telah lahir maka hak-hak yang ia terima menjadi miliknya. Ada empat hak janin yang masih dalam kandungan ibunya,
yaitu: a.
Hak keturunan dari ayahnya b.
Hak waris dari ahli warisnya c.
Wasiat yang ditujukan kepadanya d.
Harta wakaf yang ditujukan kepadanya.
18
2. Ahliyah al-wujub kamilah
ةيلهاةلم ك وجولا
atau kecakapan di kenai hukum secara sempurna, yaitu kecakapan seseorang untuk dikenai kewajiban dan juga
menerima hak. Kecakapan ini berlaku semenjak ia lahir sampai ia sekarat selama ia masih bernafas.Contoh anak yang baru lahir, disamping ia berhak secara pasti
menerima warisan dari orang tua atau kerabatnaya, ia juga dikenahi kewajiban seperti zakat fitrah atau zakat harta menurut sebagian pendapat ulama yang
pelaksanaannya dilakukan oleh orang tua atau walinya.
Ketentuan ini juga penting untuk mencegah adanya tindakan dari orang yang tidak bertanggung jawab terhadap usaha penghilangan janin yang dikandung seseorang.
Dalam penjelasan buku Perlindungan Anak disebutkan bahwa adanya ketentuan untuk memberikan perlindungan kepada anak secara utuh tanpa adanya diskriminasi antara
yang sudah kawin dengan yang pernah kawin dimana persyaratan tersebut menekankan
18
Totok Jumantoro,dkk, Kamus Ilmu Ushul Fikih, Jakarta: PT. Amzah, 2005, hlm 4.
pada segi legalistiknya, sedangkan dalam perlindungan anak penentuan batas usia anak lebih dititikberatkan pada aspek untuk melindungi anak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya.
19
Untuk menentukan batasan usia anak secara pasti tergolong agak sulit karena perkembangan seseorang baik fisik maupun psikis sangat variatif satu dan yang lainnya,
walaupun seseorang itu sudah dewasa namun tingkah lakunya masih memperlihatkan tanda-tanda belum dewasa dan demikian pula sebaliknya. Bertitik tolak dari uraian
diatas maka untuk pendefinisian anak yang dapat dijadikan acuan oleh penulis yaitu merujuk pada pengertian anak menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan An ak, dimana yang dimaksud dengan anak adalah “Seseorang yang belum
berusia 18 Delapan belas tahun, termasuk anak yang didalam kandungan”.
B. PengertianTindak Pidana