Faktor Risiko Terjadinya Peningkatan Kasus DBD

gelap yang tertutup seperti di dalam lemari dan di bawah tempat tidur. Spesies Aedes aegypti ini selalunya aktif pada siang hari dengan waktu puncaknya ketika awal pagi atau lewat siang. Nyamuk tersebut dikatakan terinfeksi apabila ia menghisap darah dari orang yang darahnya mengandung virus Dengue dan nyamuk tersebut menjadi infeksius setelah periode inkubasi ekstrinsik obligatori selama 10 hingga 12 hari. Setelah menjadi infeksius, nyamuk itu bisa menularkan virus Dengue dengan menghisap darah atau hanya dengan menggigit kulit orang yang rentan Perez J.G.R. et al., 1998.

2.3 Faktor Risiko Terjadinya Peningkatan Kasus DBD

Faktor-faktor yang bertanggung jawab mengakibatkan peningkatan kasus Dengue dan DBD masing-masing sebagai masalah kesehatan global adalah kompleks dan belum sepenuhnya difahami. Walau bagaimanapun, kemunculan semula penyakit ini sangat erat kaitannya dengan perubahan demografik dan masyarakat lebih 50 tahun dahulu. Dua faktor utama adalah ketidakseimbangan pertumbuhan populasi secara global dan urbanisasi yang tidak terancang dan terkawal terutama di negara-negara tropikal yang sedang membangun. Perumahan yang di bawah standar, kepadatan, penurunan kebersihan air dan sistem pengurusan bahan buangan dengan urbanisasi yang tidak terancang telah menciptakan kondisi yang ideal untuk peningkatan penyakit yang ditransmisi oleh nyamuk di kawasan tropikal Gubler D.J., 1998. Faktor ketiga terbesar adalah pengawalan nyamuk yang kurang efektif di daerah di mana Dengue adalah endemik. Sejak 25 tahun lalu, yang diberi perhatian adalah dengan melakukan penyemprotan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, namun cara ini tidak Universitas Sumatera Utara efektif. Sebagai tambahan, distribusi geografis dan kepadatan populasi Aedes aegypti semakin meningkat, terutama di kawasan kota di daerah tropik disebabkan meningkatnya bilangan habitat larva nyamuk di lingkungan domestik. Tambahan pula kini diperkenalkan penggunaan plastik nonbiodegradable dan penggunaan ban kendaraan yang mana kedua-duanya ini meningkatkan lagi prevalensi penyakit DBD Gubler D.J., 1998. Faktor keempat yang berperan dalam peningkatan kasus Dengue dan DBD ini adalah meningkatnya perjalanan udara air travel, di mana menyediakan mekanisme yang ideal untuk transportasi Dengue dan banyak patogen lain ke seluruh dunia. Kebanyakan pariwisata mendapat infeksi dari negara yang dilawatinya namun hanya menunjukkan tanda setelah pulang ke negara asal, menyebabkan virus Dengue ini tersebar luas ke merata tempat di seluruh dunia sekaligus menambah strain baru untuk virus ini Gubler D.J., 1998. Faktor kelima yang menyumbang kepada epidemik Dengue ini adalah kekurangan infrastruktur kesehatan di kebanyakan negara dalam 30 tahun lalu. Kekurangan narasumber menyebabkan kurangnya ahli terlatih yang faham dan boleh memikirkan tentang cara pencegahan dan program kontrol untuk penyakit yang tersebar melalui vektor ini. Secara kebetulan, kesehatan umum telah mengubah polisi untuk memilih menggunakan metode pengawalan nyamuk berteknologi tinggi yang dipercayai paling efektif daripada mencegah penularan dengan mengurangi sumber pembiakan larva melalui kebersihan lingkungan Gubler D.J., 1998. Menurut Anwar 2000 yang dikutip dalam Kusumawati Y. et al. 2007, bahwa faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah dengue antara lain: 1 tingkat pengetahuan Universitas Sumatera Utara tentang tanda atau gejala; 2 cara penularan dan pencegahan penyakit DBD; 3 kebiasaan tidur siang; 4 kebiasaan menggantung pakaian; 5 kebiasaan membersihkan tempat penampungan air; 6 kebiasaan membersihkan halaman di sekitar rumah; 7 tempat penampungan air di dalam atau di luar rumah yang terbuka; dan 8 tempat penampungan air di dalam atau di luar rumah yang positif jentik. Semua faktor-faktor tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian DBD.

2.4 Patofisiologi DBD