Respon Pertumbuhan, Kolonisasi, dan Serapan Hara Tanaman Jarak

25 Tabel 4. Kisaran suhu media perkecambahan Media perkecambahan Suhu C Siang Malam MP1 32.9 3.9 25.2 0.4 MP2 34.0 3.0 26.7 0.2 MP3 34.8 3.3 26.4 0.1 Keterangan: Data merupakan rata-rata dari 3 ulangan. Kisaran suhu ruang adalah 30.725.2 C

3. Respon Pertumbuhan, Kolonisasi, dan Serapan Hara Tanaman Jarak

Pagar pada Tahap Pembibitan Pembibitan I Faktor tunggal pupuk memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada komponen pertumbuhan tanaman jarak pagar selama pembibitan berupa tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan bobot kering tajuk Lampiran 6. Pengaruh pupuk terhadap semua komponen perakaran jarak pagar selama pembibitan tidak berbeda nyata Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Empat Aksesi Tanaman Jarak Pagar Umur 1.5 Bulan pada Tahap Pembibitan I Komponen Pertumbuhan Pupuk P0 P1 P2 P3 P4 Tinggi tanaman cm 19.1 5.3 a 27.1 2.2 c 20.0 6.2 ab 27.7 4.5 c 21.1 6.6 b Diameter batang mm 8.1 1.1 a 9.0 1.8 c 8.4 0.8 ab 8.8 1.1 bc 8.1 1.0 a Jumlah daun helai 5.0 2.0 a 7.8 1.1 c 5.3 2.1 a 7.5 1.4 c 5.8 1.8 b Luas daun cm 2 69.4 14.6 a 83.4 9.0 b 73.8  16.8 a 83.5 6.4 b 73.2  13.5 a Bobot kering tajuk g 4.1 2.7 abc 6.0 2.9 c 3.6 1.9 a 5.8 2.3 bc 4.0 1.8 ab Panjang akar primer cm 12.0 3.1 12.32.0 11.42.5 11.71.3 11.32.1 Jumlah akar sekunder helai 7.4  3.2 7.3 1.0 8.42.4 6.61.5 7.21.2 Bobot kering akar g 0.3  0.1 0.2 0.1 0.20.1 0.20.0 0.20.1 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT P0: tanpa pupuk, P1: CMA, P2: PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK Pupuk CMA P1 dan kombinasi CMA dengan PGPR P3 meningkatkan semua komponen pertumbuhan tajuk rata-rata sebesar 30 dan 36 terhadap P0 kontrol negatif, 40 dan 37 terhadap P2, serta 31 dan 28 terhadap P4 kontrol positifNPK. Jika dibandingkan antara kombinasi CMA-PGPR P3 dengan PGPR P2 secara tunggal maka terlihat pengaruh CMA lebih dominan dibandingkan PGPR pada kombinasi tersebut. Perlakuan PGPR saja kurang 26 terlihat pengaruhnya jika dilihat berdasarkan komponen bobot kering tajuk Tabel 5. Secara morfologi juga menunjukkan perbedaan antar perlakuan pupuk yang lebih menonjol pada perlakuan CMA Gambar 3. Respon keempat aksesi jarak pagar terhadap perlakuan pupuk menunjukkan bahwa aksesi B3 mempunyai respon terbaik pada tinggi tanaman 25.3 cm, jumlah daun 7.1 helai, dan luas daun 82.9 cm 2 sedangkan aksesi JB pada diameter batang 9.0 mm dan bobot kering tajuk 5.9 g Tabel 6. Gambar 3. Morfologi beberapa aksesi jarak pagar terhadap perlakuan pupuk CMA A, PGPR B, Kombinasi CMA-PGPR C, dan NPK D pada Tahap Pembibitan I. Tabel 6. Respon pertumbuhan Empat Aksesi Tanaman Jarak Pagar pada Semua Perlakuan Pupuk pada Tahap Pembibitan I Komponen Pertumbuhan Aksesi Jarak Pagar S1 J2 JB B3 Tinggi tanaman cm 21.9 6.4 a 23.7 7.3 a 21.2 5.9 a 25.3 3.5 b Diameter batang mm 8.4 1.0 a 8.3 1.0 a 9.0 1.0 b 8.2 1.1 a Jumlah daun helai 5.9 2.0 b 6.7 2.1 b 5.5 2.1 a 7.1 1.3 c Luas daun cm 2 67.0 13.4 a 76.9 14.9 b 80.0 11.2 b 82.9 9.6 b Bobot kering tajuk g 3.9 2.3 a 4.8 2.1 ab 5.9 3.0 b 4.2 2.3 ab Panjang akar primer cm 11.2 1.9 11.3 2.7 12.7 2.3 11.7 1.8 Jumlah akar sekunder helai 6.9 1.8 7.6 1.5 7.4 1.7 7.6 2.9 Bobot kering akar g 0.2 0.1 0.2 0.1 0.3 0.1 0.2 0.1 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 A C B D 27 A B C 5 10 15 20 25 30 35 P0 P1 P2 P3 P4 Ti ng gi ta na m an c m Perlakuan pupuk -aksesi S1 J2 JB B3 2 4 6 8 10 12 P0 P1 P2 P3 P4 Di am et er ba ta ng m m Perlakuan pupuk-aksesi S1 J2 JB B3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 P1 P2 P3 P4 Ju m la h da un he la i Perlakuan pupuk-aksesi S1 J2 JB B3 Interaksi antara perlakuan pupuk dengan aksesi berbeda nyata pada beberapa respon pertumbuhan seperti tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Respon terbaik untuk tinggi tanaman terjadi pada kombinasi P3B3 dan P3S1 29.2 dan 29.0 cm, sedangkan untuk diameter pada P1JB 10.1 mm, dan jumlah daun pada P1J2 8.5 helai Gambar 4. Aksesi B3 pada perlakuan pupuk P0 dan P2 cenderung mempunyai tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun yang lebih dominan dibandingkan aksesi lainnya. Gambar 4. Pengaruh Kombinasi Pupuk dengan Aksesi terhadap Tinggi Tanaman A, Diameter Batang B, dan Jumlah Daun C Tanaman Jarak Pagar. P0: Tanpa pupuk, P1: CMA, P2: PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK; S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 Respon kolonisasi dan serapan hara pada perlakuan pupuk menunjukkan nilai tertinggi pada P1 dan P3. Sedangkan kolonisasi antar aksesi pada perlakuan CMA P1 dan P3 tidak berbeda nyata. Serapan hara N, P, dan K tidak berbeda nyata kecuali pada aksesi JB yang memiliki serapan hara N berbeda Tabel 7. Respon pertumbuhan, kolonisasi, dan serapan hara pada perlakuan pupuk 28 menunjukkan respon tertinggi pada perlakuan P1 dan P3 sedangkan respon masing-masing aksesi berbeda antara respon pertumbuhan, kolonisasi, dan serapan haranya. Perlakuan pupuk hayati PGPR P2 saja cenderung kurang memperlihatkan respon yang lebih baik dibandingkan kontrol P0 dan P4 dan pupuk hayati CMA P1 dan P3. Rendahnya respon pupuk hayati PGPR dibandingkan CMA terhadap peubah yang diamati kemungkinan akibat rendahnya konsentrasi PGPR yang diberikan sebagaimana laporan Hamim et al. 2007 bahwa perlakuan pupuk hayati PGPR dengan konsentrasi 50 gtanaman dapat meningkatkan ukuran tongkol dan bobot biji jagung dan tomat. Sehingga diperlukan pengujian PGPR pada berbagai konsentrasi yang lebih tinggi. Tabel 7. Kolonisasi CMA dan Serapan Hara N, P, dan K Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan I Perlakuan Kolonisasi Serapan hara gtanaman N P K Pupuk P0 17.18 18.2 b 0.07 0.03 a 0.03 0.02 a 0.26 0.18 ab P1 44.33 27.5 c 0.11 0.04 b 0.05 0.03 b 0.39 0.19 b P2 0.00 0.0 a 0.07 0.03 a 0.03 0.02 a 0.22 0.11 a P3 34.19 26.9 c 0.12 0.05 c 0.04 0.02 ab 0.32 0.14 b P4 1.47 2.7 a 0.07 0.02 a 0.02 0.01 a 0.21 0.10 a Aksesi S1 55.67 36.4 0.07 0.04 a 0.03 0.02 0.23 0.15 J2 37.94 21.4 0.09 0.04 ab 0.04 0.02 0.28 0.14 JB 25.12 21.3 0.11 0.06 b 0.05 0.02 0.34 0.19 B3 38.31 24.1 0.08 0.03 a 0.04 0.02 0.25 0.15 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 1 menurut uji DMRT P0: tanpa pupuk, P1: CMA, P2: PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 Interaksi antara pupuk dengan aksesi berpengaruh nyata terhadap serapan hara N, P, dan K Lampiran 7. Serapan hara N tertinggi pada kombinasi P3JB 0.19 gtanaman, hara P pada kombinasi P1JB 0.07 gtanaman, dan hara K pada kombinasi P3JB 0.52 gtanaman. Perlakuan pupuk CMA dan kombinasinya dengan PGPR terhadap aksesi JB, memberikan respon serapan hara yang lebih baik dibandingkan aksesi lainnya Gambar 5. 29 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 P0 P1 P2 P3 P4 Se rap an h ar a N g tan am an Perlakuan 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 P0 P1 P2 P3 P4 Se rap an har a P g tan am an Perlakuan 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 P0 P1 P2 P3 P4 Se rap an har a K g tan am an Perlakuan Gambar 5. Serapan Hara N A, Hara P B, dan Hara K C Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan I. P0: Tanpa pupuk, P1: CMA, P2: PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK; S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 Pembibitan II Percobaan lanjutan pembibitan II dilakukan untuk mempelajari respon pertumbuhan empat aksesi tanaman jarak pagar pada berbagai konsentrasi PGPR dan kombinasinya dengan CMA. Level faktor pupuk adalah P0 tanpa pupuk, P1 NPK 0.4 g, P2 CMA 36 g, P3 PGPR 10 g, P4 PGPR 30 g, P5 PGPR 50 g, P6 kombinasi CMA 36 g dengan PGPR 10 g, P7 kombinasi CMA 36 g dengan PGPR 30 g, dan P8 kombinasi CMA 36 g dengan PGPR 50 g. Hasil percobaan menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pupuk dengan aksesi berpengaruh nyata pada respon pertumbuhan berupa luas daun dan panjang akar sekunder Lampiran 8. Respon luas daun terbaik pada kombinasi P1B3, P4J2, P6J2 dan P7S1 170.0, 165.9, 162.3 dan 162.5 cm 2 dan panjang akar sekunder terbaik pada P3JB, P6B3, dan P7JB 17.2, 17.0, dan 16.9 cm Gambar 6. A B C 30 A B 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Pa nj an g ak ar se ku nd er c m Perlakuan pupuk-aksesi S1 J2 JB B3 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Lu as d au n c m 2 Perlakuan pupuk-aksesi S1 J2 JB B3 Gambar 6. Pengaruh Kombinasi Pupuk dengan Aksesi terhadap Luas Daun A dan Panjang Akar Sekunder B Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II. P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 Faktor tunggal pupuk berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, jumlah akar sekunder, panjang akar sekunder, dan bobot kering akar dan tajuk Tabel 8. Respon tanaman jarak pagar terhadap perlakuan pupuk bervariasi. Respon terbaik tinggi tanaman dan bobot kering tajuk pada perlakuan P4 sebesar 34.2 cm dan 12.8 g, serta bobot kering akar pada P7 3.0 g. Perlakuan pupuk CMA dengan konsentrasi 36 g P2 mempunyai respon pertumbuhan lebih baik dari kontrol negatif tanpa pupuk pada hampir semua komponen pertumbuhan serta terhadap kontrol positif NPK P1 pada bobot kering tajuk serta perakarannya. Perlakuan PGPR pada berbagai konsentrasi, baik tunggal maupun kombinasi dengan CMA, menunjukkan peningkatan pertumbuhan berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi PGPR sampai dengan 30 g, namun ketika ditingkatkan lagi konsentrasinya sampai 50 g tidak menunjukkan peningkatan pertumbuhan. 31 Tabel 8. Pengaruh pupuk terhadap Respon Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g, P7: CMA 36 g–PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 Komponen Pertumbuhan Jenis Pupuk P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Tinggi tanaman cm 25.6 1.6 a 29.6 1.8 bc 27.8 1.9 b 32.0 4.1 d 34.2 3.2 e 30.9 2.4 cd 31.2 2.8 cd 32.1 3.5 d 29.1 2.1 bc Diameter batang mm 13.3 0.9 abcd 14.4 1.0 e 14.1 1.2 de 12.5 1.1 a 13.2 0.8 ab 13.2 1.2 abc 14.0 0.8 cde 14.3 0.9 e 14.0 1.3 bcde Jumlah daun helai 8.8 2.1 9.9 1.4 8.6 1.4 9.6 2.3 9.5 0.8 10.1 2.4 9.5 2.0 9.4 1.4 9.3 1.1 Luas daun cm 2 116.8 10.0 a 151.9 20.7 cd 137.8  13.5 b 144.4 17.2 bc 157.7 11.7 d 134.0 9.8 b 152.9 8.7 cd 153.1 15.7 cd 151.9 16.4 cd Bobot kering tajuk g 7.5 1.5 a 9.6 1.5 b 11.4 2.5 bcd 10.2 2.7 bc 12.8 3.1 d 11.6 2.3 bcd 12.3 2.2 cd 11.6 3.7 bcd 11.5 2.6 bcd Panjang akar primer cm 19.9 1.3 ab 17.9 3.8 a 21.4 3.3 b 19.7 2.6 ab 20.7 2.3 b 21.0 2.1 b 20.4 2.7 b 21.1 2.1 b 20.2 2.8 b Diameter akar primer mm 6.7 0.4 a 6.8 0.8 ab 7.5 1.0 bc 6.9 1.1 ab 6.9 1.0 ab 7.1 0.5 abc 7.7 0.7 c 7.2 1.1 abc 7.0 1.0 abc Jumlah akar sekunder helai 42.1 5.9 b 41.1 9.6 b 38.6 14.2 b 36.0 5.9 ab 35.3 9.1 ab 36.9 7.5 b 35.6 13.1 ab 35.5 12.7 ab 27.2 7.8 a Panjang akar sekunder cm 12.5 2.3 a 12.8 1.5 ab 14.7 1.8 bc 15.2 2.7 c 12.8 2.5 ab 13.2 2.7 ab 15.6 2.0 c 15.5 1.7 c 15.2 2.0 c Bobot kering akar g 1.3 0.3 a 1.4 0.3 a 2.0  0.5 a 1.4 0.4 a 1.8 0.5 a 1.8 0.4 a 1.9 0.4 a 3.0 3.0 b 1.9 0.6 a 31 32 A B S1 J2 JB B3 P8 P3 P0 P1 P2 P4 P6 P5 P7 Faktor tunggal aksesi berpengaruh nyata pada komponen tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan luas daun Tabel 9 dan Lampiran 8. Respon terbaik tinggi tanaman pada aksesi B3 31.4 cm, diameter batang pada JB 14.2 mm, jumlah daun pada S1 10.2 helai, dan luas daun pada aksesi S1, J2, dan B3 146.1, 149.4, dan 146.3 cm 2 . Perbedaan pertumbuhan antar aksesi dan antar pupuk terlihat pada Gambar 7. Tabel 9. Respon pertumbuhan Empat Aksesi Tanaman Jarak Pagar pada Semua Perlakuan Pupuk pada Tahap Pembibitan II Komponen Pertumbuhan Aksesi Tanaman Jarak Pagar S1 J2 JB B3 Tinggi tanaman cm 30.0 3,0 a 30.4 3.8 ab 29.4 3.3 a 31.4 4.0 b Diameter batang mm 13.9 0,9 bc 13.6 1.3 b 14.2 1.2 c 13.0 0.9 a Jumlah daun helai 10.2 2.5 b 9.0 1.3 a 8.8 1.2 a 9.7 1.4 ab Luas daun cm 2 146.1 16.5 b 149.4 19.0 b 136.2 16.3 a 146.3 19.9 b Bobot kering tajuk g 10.7 3.5 11.3 3.0 10.9 2.3 10.8 2.8 Panjang akar primer cm 19.7 3.0 20.5 2.6 20.6 3.0 20.3 2.3 Diameter akar primer mm 7.0 0.9 6.8 1.0 7.2 1.0 7.3 0.7 Jumlah akar sekunder helai 34.5 9.0 35.6 10.8 38.0 12.6 37.7 9.0 Panjang akar sekunder cm 13.8 2.2 14.2 2.4 14.9 2.4 13.7 2.6 Bobot kering akar g 2.2 2.1 1.7 0.6 1.8 0.5 1.6 0.5 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 Gambar 7. Morfologi Beberapa Aksesi Tanaman Jarak Pagar terhadap Perlakuan Pupuk A dan Pengaruh Masing-masing Pupuk B terhadap Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II. P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 32 33 38,1 34,9 26,0 26,4 5 10 15 20 25 30 35 40 45 S1 J2 JB B3 K ol on is as i C M A Aksesi Kolonisasi CMA pada akar tanaman jarak pagar berbeda sangat nyata P 0.01 pada interaksi antara pupuk dan aksesi Lampiran 9. Persentase kolonisasi tertinggi pada kombinasi P2J2 dan P8S1 51.5 dan 50.0. Rerata kolonisasi antar perlakuan pupuk tertinggi pada P2 sebesar 42.6. Persentase kolonisasi yang rendah juga terjadi pada perlakuan tanpa CMA pada P0, P1, P3, P4, dan P5 akibat adanya CMA pada media tumbuh yang tidak disterilisasi. Perlakuan pupuk NPK pada P1 mempunyai kolonisasi terendah Tabel 10. Kolonisasi pada keempat aksesi perlakuan CMA P2, P6, P7, dan P8 berbeda sangat nyata dengan kolonisasi tertinggi pada aksesi S1 yaitu sebesar 38.1, sedangkan aksesi J2, JB, dan B3 masing-masing yaitu sebesar 34.9, 26.0, dan 26,4 Gambar 8. Tabel 10. Kolonisasi CMA Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II Perlakuan Kolonisasi Rerata S1 J2 JB B3 P0 11.8 3.0 bcde 15.8 5.2 def 3.0 1.6 ab 17.6 2.8 defg 12.1 6.6 c P1 0.0 0.0 a 0.0 0.0 a 2.9 0.0 ab 2.8 2.1 ab 1.4 1.9 a P2 32.4 1.7 ijk 51.5 2.8 n 41.2 4.1 lm 45.5 3.3 mn 42.6 7.8 f P3 12.1 4.6 cde 0.0 0.0 a 17.6 2.9 defg 28.1 1.9 ij 14.5 10.9 c P4 18.8 3.0 efgh 6.1 1.4 abc 2.7 1.2 ab 0.0 0.0 a 6.9 7.7 b P5 35.3 3.5 jkl 2.9 1.4 ab 26.5 3.6 ghij 12.5 2.8 cde 19.3 13.3 d P6 45.2 10.1 mn 37.5 2.2 klm 23.5 5.0 fghi 23.5 4.9 fghi 32.4 11.1 e P7 25.0 8.3 fghi 23.5 2.7 fghi 8.8 1.4 abcd 25.0 2.8 fghi 20.6 8.1 d P8 50.0 20.4 n 27.0 5.5 hij 30.3 3.4 ijk 11.8 5.9 bcde 29.8 17.1 e Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 Gambar 8. Persentase kolonisasi CMA Keempat Aksesi Tanaman Jarak Pagar Perlakuan CMA pada Pembibitan II. S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 34 Faktor tunggal pupuk serta interaksi antara pupuk dan aksesi secara nyata berpengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K. Sedangkan faktor tunggal aksesi secara nyata tidak memberikan pengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K tanaman jarak pagar pada pembibitan II Lampiran 9. Serapan hara pada perlakuan pupuk dengan serapan tertinggi hara N pada perlakuan pupuk P6 dan P7 0.28 dan 0.29 gtanaman, hara P pada P2 dan P4 keduanya sebesar 0.11 gtanaman, dan hara K juga pada P2 dan P4 0.82 dan 0.84 gtanaman Tabel 11. Serapan hara pada perlakuan CMA, PGPR, maupun kombinasi CMA-PGPR menunjukkan nilai lebih baik daripada kontrol tanpa NPK maupun menggunakan NPK. Peningkatan konsentrasi PGPR memberikan pengaruh pertumbuhan dan serapan hara maksimum sampai pada konsentrasi 30 g, sedangkan perlakuan konsentrasi PGPR 50 g cenderung memberikan penurunan pengaruh, baik pada perlakuan PGPR secara tunggal maupun kombinasi dengan CMA. Tabel 11. Serapan Hara N, P, dan K Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II Perlakuan Serapan hara gtanaman N P K Pupuk P0 0.14 0.03 a 0.06 0.01 a 0.51 0.10 a P1 0.18 0.03 b 0.06 0.01 a 0.55 0.08 ab P2 0.23 0.05 cd 0.11 0.02 d 0.82 0.18 d P3 0.20 0.05 bc 0.09 0.02 bc 0.66 0.16 bc P4 0.25 0.06 de 0.11 0.03 d 0.84 0.19 d P5 0.23 0.04 cd 0.10 0.02 cd 0.77 0.15 cd P6 0.28 0.04 e 0.09 0.01 bc 0.75 0.12 cd P7 0.29 0.05 e 0.09 0.01 bc 0.77 0.13 cd P8 0.27 0.06 de 0.08 0.02 b 0.71 0.17 cd Aksesi S1 0.23 0.07 0.10 0.02 0.72 0.18 J2 0.23 0.07 0.10 0.02 0.73 0.19 JB 0.22 0.06 0.10 0.02 0.71 0.16 B3 0.22 0.07 0.10 0.03 0.70 0.19 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 35 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Se ra pa n ha ra N g ta na m an Perlakuan 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,14 S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Se ra pa n ha ra P g ta na m an Perlakuan 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3 P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Se ra pa n ha ra K g ta na m an Perlakuan Perlakuan pupuk NPK P1 hanya meningkatkan serapan hara N secara nyata, namun tidak pada serapan hara P dan K pada semua aksesi. Kombinasi antara CMA dengan PGPR berpengaruh semakin meningkatkan serapan hara N pada P6 dan P7 meskipun tidak berbeda nyata antara keempat aksesi. Serapan hara P dan K lebih tinggi pada kombinasi perlakuan P2JB dan P2B3 Gambar 9. Pola serapan hara sama dengan pola pertumbuhan tanaman yaitu perlakuan pupuk PGPR tunggal maupun kombinasinya hanya meningkat sampai pada konsentrasi 30 g kecuali pada serapan hara N yang cenderung masih meningkat sampai konsentrasi 50 g. Gambar 9. Serapan Hara N A, Hara P B, dan Hara K C Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II. P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 C B A 36

4. Respon Pertumbuhan, Kolonisasi, dan Serapan Hara Tanaman Jarak