25
Tabel 4. Kisaran suhu media perkecambahan Media
perkecambahan Suhu
C Siang
Malam MP1
32.9 3.9
25.2 0.4
MP2 34.0
3.0 26.7
0.2 MP3
34.8 3.3
26.4 0.1
Keterangan: Data merupakan rata-rata dari 3 ulangan. Kisaran suhu ruang adalah 30.725.2
C
3. Respon Pertumbuhan, Kolonisasi, dan Serapan Hara Tanaman Jarak
Pagar pada Tahap Pembibitan Pembibitan I
Faktor tunggal pupuk memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada komponen pertumbuhan tanaman jarak pagar selama pembibitan berupa tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan bobot kering tajuk Lampiran 6. Pengaruh pupuk terhadap semua komponen perakaran jarak pagar
selama pembibitan tidak berbeda nyata Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Pupuk terhadap Pertumbuhan Empat Aksesi Tanaman Jarak
Pagar Umur 1.5 Bulan pada Tahap Pembibitan I Komponen Pertumbuhan
Pupuk P0
P1 P2
P3 P4
Tinggi tanaman cm 19.1
5.3
a
27.1 2.2
c
20.0 6.2
ab
27.7 4.5
c
21.1 6.6
b
Diameter batang mm 8.1
1.1
a
9.0 1.8
c
8.4 0.8
ab
8.8 1.1
bc
8.1 1.0
a
Jumlah daun helai 5.0
2.0
a
7.8 1.1
c
5.3 2.1
a
7.5 1.4
c
5.8 1.8
b
Luas daun cm
2
69.4 14.6
a
83.4 9.0
b
73.8
16.8
a
83.5 6.4
b
73.2
13.5
a
Bobot kering tajuk g 4.1 2.7
abc
6.0 2.9
c
3.6 1.9
a
5.8 2.3
bc
4.0 1.8
ab
Panjang akar primer cm 12.0 3.1 12.32.0 11.42.5 11.71.3 11.32.1
Jumlah akar sekunder helai
7.4
3.2 7.3
1.0 8.42.4 6.61.5 7.21.2 Bobot kering akar g
0.3 0.1
0.2 0.1 0.20.1 0.20.0 0.20.1
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT
P0: tanpa pupuk, P1: CMA, P2: PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK
Pupuk CMA P1 dan kombinasi CMA dengan PGPR P3 meningkatkan semua komponen pertumbuhan tajuk rata-rata sebesar 30 dan 36 terhadap P0
kontrol negatif, 40 dan 37 terhadap P2, serta 31 dan 28 terhadap P4 kontrol positifNPK. Jika dibandingkan antara kombinasi CMA-PGPR P3
dengan PGPR P2 secara tunggal maka terlihat pengaruh CMA lebih dominan dibandingkan PGPR pada kombinasi tersebut. Perlakuan PGPR saja kurang
26
terlihat pengaruhnya jika dilihat berdasarkan komponen bobot kering tajuk Tabel 5. Secara morfologi juga menunjukkan perbedaan antar perlakuan pupuk yang
lebih menonjol pada perlakuan CMA Gambar 3. Respon keempat aksesi jarak pagar terhadap perlakuan pupuk menunjukkan bahwa aksesi B3 mempunyai
respon terbaik pada tinggi tanaman 25.3 cm, jumlah daun 7.1 helai, dan luas daun 82.9 cm
2
sedangkan aksesi JB pada diameter batang 9.0 mm dan bobot kering tajuk 5.9 g Tabel 6.
Gambar 3. Morfologi beberapa aksesi jarak pagar terhadap perlakuan pupuk CMA A, PGPR B, Kombinasi CMA-PGPR C, dan NPK D pada
Tahap Pembibitan I. Tabel 6. Respon pertumbuhan Empat Aksesi Tanaman Jarak Pagar pada Semua
Perlakuan Pupuk pada Tahap Pembibitan I Komponen Pertumbuhan
Aksesi Jarak Pagar S1
J2 JB
B3 Tinggi tanaman cm
21.9 6.4
a
23.7 7.3
a
21.2 5.9
a
25.3 3.5
b
Diameter batang mm 8.4
1.0
a
8.3 1.0
a
9.0 1.0
b
8.2 1.1
a
Jumlah daun helai 5.9
2.0
b
6.7 2.1
b
5.5 2.1
a
7.1 1.3
c
Luas daun cm
2
67.0 13.4
a
76.9 14.9
b
80.0 11.2
b
82.9 9.6
b
Bobot kering tajuk g 3.9
2.3
a
4.8 2.1
ab
5.9 3.0
b
4.2 2.3
ab
Panjang akar primer cm 11.2
1.9 11.3
2.7 12.7
2.3 11.7
1.8 Jumlah akar sekunder helai 6.9
1.8 7.6
1.5 7.4
1.7 7.6
2.9 Bobot kering akar g
0.2 0.1
0.2 0.1
0.3 0.1
0.2 0.1
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT
S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
A
C B
D
27
A
B
C
5 10
15 20
25 30
35
P0 P1
P2 P3
P4
Ti ng
gi ta
na m
an c
m
Perlakuan pupuk -aksesi
S1 J2
JB B3
2 4
6 8
10 12
P0 P1
P2 P3
P4
Di am
et er
ba ta
ng m
m
Perlakuan pupuk-aksesi
S1 J2
JB B3
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
P0 P1
P2 P3
P4
Ju m
la h
da un
he la
i
Perlakuan pupuk-aksesi
S1 J2
JB B3
Interaksi antara perlakuan pupuk dengan aksesi berbeda nyata pada beberapa respon pertumbuhan seperti tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun.
Respon terbaik untuk tinggi tanaman terjadi pada kombinasi P3B3 dan P3S1 29.2 dan 29.0 cm, sedangkan untuk diameter pada P1JB 10.1 mm, dan jumlah daun
pada P1J2 8.5 helai Gambar 4. Aksesi B3 pada perlakuan pupuk P0 dan P2 cenderung mempunyai tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun yang
lebih dominan dibandingkan aksesi lainnya.
Gambar 4. Pengaruh Kombinasi Pupuk dengan Aksesi terhadap Tinggi Tanaman A, Diameter Batang B, dan Jumlah Daun C Tanaman Jarak
Pagar. P0: Tanpa pupuk, P1: CMA, P2: PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK; S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
Respon kolonisasi dan serapan hara pada perlakuan pupuk menunjukkan nilai tertinggi pada P1 dan P3. Sedangkan kolonisasi antar aksesi pada perlakuan
CMA P1 dan P3 tidak berbeda nyata. Serapan hara N, P, dan K tidak berbeda nyata kecuali pada aksesi JB yang memiliki serapan hara N berbeda Tabel 7.
Respon pertumbuhan, kolonisasi, dan serapan hara pada perlakuan pupuk
28
menunjukkan respon tertinggi pada perlakuan P1 dan P3 sedangkan respon masing-masing aksesi berbeda antara respon pertumbuhan, kolonisasi, dan
serapan haranya. Perlakuan pupuk hayati PGPR P2 saja cenderung kurang memperlihatkan respon yang lebih baik dibandingkan kontrol P0 dan P4 dan
pupuk hayati CMA P1 dan P3. Rendahnya respon pupuk hayati PGPR dibandingkan CMA terhadap peubah yang diamati kemungkinan akibat rendahnya
konsentrasi PGPR yang diberikan sebagaimana laporan Hamim et al. 2007 bahwa perlakuan pupuk hayati PGPR dengan konsentrasi 50 gtanaman dapat
meningkatkan ukuran tongkol dan bobot biji jagung dan tomat. Sehingga diperlukan pengujian PGPR pada berbagai konsentrasi yang lebih tinggi.
Tabel 7. Kolonisasi CMA dan Serapan Hara N, P, dan K Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan I
Perlakuan Kolonisasi
Serapan hara gtanaman N
P K
Pupuk P0
17.18 18.2
b
0.07 0.03
a
0.03 0.02
a
0.26 0.18
ab
P1 44.33
27.5
c
0.11 0.04
b
0.05 0.03
b
0.39 0.19
b
P2 0.00
0.0
a
0.07 0.03
a
0.03 0.02
a
0.22 0.11
a
P3 34.19
26.9
c
0.12 0.05
c
0.04 0.02
ab
0.32 0.14
b
P4 1.47
2.7
a
0.07 0.02
a
0.02 0.01
a
0.21 0.10
a
Aksesi S1
55.67 36.4
0.07 0.04
a
0.03 0.02
0.23 0.15
J2 37.94
21.4 0.09
0.04
ab
0.04 0.02
0.28 0.14
JB 25.12
21.3 0.11
0.06
b
0.05 0.02
0.34 0.19
B3 38.31
24.1 0.08
0.03
a
0.04 0.02
0.25 0.15
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 1 menurut uji DMRT
P0: tanpa pupuk, P1: CMA, P2: PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
Interaksi antara pupuk dengan aksesi berpengaruh nyata terhadap serapan hara N, P, dan K Lampiran 7. Serapan hara N tertinggi pada kombinasi P3JB
0.19 gtanaman, hara P pada kombinasi P1JB 0.07 gtanaman, dan hara K pada kombinasi P3JB 0.52 gtanaman. Perlakuan pupuk CMA dan kombinasinya
dengan PGPR terhadap aksesi JB, memberikan respon serapan hara yang lebih baik dibandingkan aksesi lainnya Gambar 5.
29
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 P0
P1 P2
P3 P4
Se rap
an h
ar a N
g tan
am an
Perlakuan
0,00 0,01
0,02 0,03
0,04 0,05
0,06 0,07
0,08 0,09
S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 P0
P1 P2
P3 P4
Se rap
an har
a P g
tan am
an
Perlakuan
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 S1 J2 JB B3 P0
P1 P2
P3 P4
Se rap
an har
a K g
tan am
an
Perlakuan
Gambar 5. Serapan Hara N A, Hara P B, dan Hara K C Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan I. P0: Tanpa pupuk, P1: CMA, P2:
PGPR, P3: CMA-PGPR, P4: NPK; S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
Pembibitan II
Percobaan lanjutan pembibitan II dilakukan untuk mempelajari respon pertumbuhan empat aksesi tanaman jarak pagar pada berbagai konsentrasi PGPR
dan kombinasinya dengan CMA. Level faktor pupuk adalah P0 tanpa pupuk, P1 NPK 0.4 g, P2 CMA 36 g, P3 PGPR 10 g, P4 PGPR 30 g, P5 PGPR 50 g,
P6 kombinasi CMA 36 g dengan PGPR 10 g, P7 kombinasi CMA 36 g dengan PGPR 30 g, dan P8 kombinasi CMA 36 g dengan PGPR 50 g. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pupuk dengan aksesi berpengaruh nyata pada respon pertumbuhan berupa luas daun dan panjang akar sekunder
Lampiran 8. Respon luas daun terbaik pada kombinasi P1B3, P4J2, P6J2 dan P7S1 170.0, 165.9, 162.3 dan 162.5 cm
2
dan panjang akar sekunder terbaik pada P3JB, P6B3, dan P7JB 17.2, 17.0, dan 16.9 cm Gambar 6.
A
B
C
30
A
B
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
P0 P1
P2 P3
P4 P5
P6 P7
P8
Pa nj
an g
ak ar
se ku
nd er
c m
Perlakuan pupuk-aksesi
S1 J2
JB B3
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
P0 P1
P2 P3
P4 P5
P6 P7
P8
Lu as
d au
n c
m
2
Perlakuan pupuk-aksesi
S1 J2
JB B3
Gambar 6. Pengaruh Kombinasi Pupuk dengan Aksesi terhadap Luas Daun A dan Panjang Akar Sekunder B Tanaman Jarak Pagar pada Tahap
Pembibitan II. P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g
– PGPR 10 g, P7: CMA 36 g
– PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
Faktor tunggal pupuk berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, jumlah akar sekunder, panjang akar
sekunder, dan bobot kering akar dan tajuk Tabel 8. Respon tanaman jarak pagar terhadap perlakuan pupuk bervariasi. Respon terbaik tinggi tanaman dan bobot
kering tajuk pada perlakuan P4 sebesar 34.2 cm dan 12.8 g, serta bobot kering akar pada P7 3.0 g. Perlakuan pupuk CMA dengan konsentrasi 36 g P2
mempunyai respon pertumbuhan lebih baik dari kontrol negatif tanpa pupuk pada hampir semua komponen pertumbuhan serta terhadap kontrol positif NPK
P1 pada bobot kering tajuk serta perakarannya. Perlakuan PGPR pada berbagai konsentrasi, baik tunggal maupun kombinasi dengan CMA, menunjukkan
peningkatan pertumbuhan berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi PGPR sampai dengan 30 g, namun ketika ditingkatkan lagi konsentrasinya sampai
50 g tidak menunjukkan peningkatan pertumbuhan.
31
Tabel 8. Pengaruh pupuk terhadap Respon Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g
– PGPR 10 g, P7: CMA 36 g–PGPR 30 g, P8: CMA 36 g
– PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
Komponen Pertumbuhan
Jenis Pupuk P0
P1 P2
P3 P4
P5 P6
P7 P8
Tinggi tanaman cm 25.6 1.6
a
29.6 1.8
bc
27.8 1.9
b
32.0 4.1
d
34.2 3.2
e
30.9 2.4
cd
31.2 2.8
cd
32.1 3.5
d
29.1 2.1
bc
Diameter batang mm 13.3 0.9
abcd
14.4 1.0
e
14.1 1.2
de
12.5 1.1
a
13.2 0.8
ab
13.2 1.2
abc
14.0 0.8
cde
14.3 0.9
e
14.0 1.3
bcde
Jumlah daun helai
8.8 2.1
9.9 1.4
8.6 1.4
9.6 2.3
9.5 0.8
10.1 2.4
9.5 2.0
9.4 1.4
9.3 1.1
Luas daun cm
2
116.8 10.0
a
151.9 20.7
cd
137.8
13.5
b
144.4 17.2
bc
157.7 11.7
d
134.0 9.8
b
152.9 8.7
cd
153.1 15.7
cd
151.9 16.4
cd
Bobot kering tajuk g
7.5 1.5
a
9.6 1.5
b
11.4 2.5
bcd
10.2 2.7
bc
12.8 3.1
d
11.6 2.3
bcd
12.3 2.2
cd
11.6 3.7
bcd
11.5 2.6
bcd
Panjang akar primer cm
19.9 1.3
ab
17.9 3.8
a
21.4 3.3
b
19.7 2.6
ab
20.7 2.3
b
21.0 2.1
b
20.4 2.7
b
21.1 2.1
b
20.2 2.8
b
Diameter akar primer mm
6.7 0.4
a
6.8 0.8
ab
7.5 1.0
bc
6.9 1.1
ab
6.9 1.0
ab
7.1 0.5
abc
7.7 0.7
c
7.2 1.1
abc
7.0 1.0
abc
Jumlah akar sekunder helai
42.1 5.9
b
41.1 9.6
b
38.6 14.2
b
36.0 5.9
ab
35.3 9.1
ab
36.9 7.5
b
35.6 13.1
ab
35.5 12.7
ab
27.2 7.8
a
Panjang akar sekunder cm
12.5 2.3
a
12.8 1.5
ab
14.7 1.8
bc
15.2 2.7
c
12.8 2.5
ab
13.2 2.7
ab
15.6 2.0
c
15.5 1.7
c
15.2 2.0
c
Bobot kering akar g
1.3 0.3
a
1.4 0.3
a
2.0
0.5
a
1.4 0.4
a
1.8 0.5
a
1.8 0.4
a
1.9 0.4
a
3.0 3.0
b
1.9 0.6
a
31
32
A B
S1 J2
JB B3
P8 P3
P0 P1 P2
P4 P6
P5 P7
Faktor tunggal aksesi berpengaruh nyata pada komponen tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan luas daun Tabel 9 dan Lampiran 8. Respon
terbaik tinggi tanaman pada aksesi B3 31.4 cm, diameter batang pada JB 14.2 mm, jumlah daun pada S1 10.2 helai, dan luas daun pada aksesi S1, J2, dan B3
146.1, 149.4, dan 146.3 cm
2
. Perbedaan pertumbuhan antar aksesi dan antar pupuk terlihat pada Gambar 7.
Tabel 9. Respon pertumbuhan Empat Aksesi Tanaman Jarak Pagar pada Semua Perlakuan Pupuk pada Tahap Pembibitan II
Komponen Pertumbuhan Aksesi Tanaman Jarak Pagar
S1 J2
JB B3
Tinggi tanaman cm
30.0 3,0
a
30.4 3.8
ab
29.4 3.3
a
31.4 4.0
b
Diameter batang mm
13.9 0,9
bc
13.6 1.3
b
14.2 1.2
c
13.0 0.9
a
Jumlah daun helai
10.2 2.5
b
9.0 1.3
a
8.8 1.2
a
9.7 1.4
ab
Luas daun cm
2
146.1 16.5
b
149.4 19.0
b
136.2 16.3
a
146.3 19.9
b
Bobot kering tajuk g
10.7 3.5
11.3 3.0
10.9 2.3
10.8 2.8
Panjang akar primer cm
19.7 3.0
20.5 2.6
20.6 3.0
20.3 2.3
Diameter akar primer mm
7.0 0.9
6.8 1.0
7.2 1.0
7.3 0.7
Jumlah akar sekunder helai
34.5 9.0
35.6 10.8
38.0 12.6
37.7 9.0
Panjang akar sekunder cm
13.8 2.2
14.2 2.4
14.9 2.4
13.7 2.6
Bobot kering akar g
2.2 2.1
1.7 0.6
1.8 0.5
1.6 0.5
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT
S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
Gambar 7. Morfologi Beberapa Aksesi Tanaman Jarak Pagar terhadap Perlakuan Pupuk A dan Pengaruh Masing-masing Pupuk B terhadap
Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II. P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR
50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8:
CMA 36 g – PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3:
Banten 3 32
33
38,1 34,9
26,0 26,4
5 10
15 20
25 30
35 40
45
S1 J2
JB B3
K ol
on is
as i C
M A
Aksesi
Kolonisasi CMA pada akar tanaman jarak pagar berbeda sangat nyata P 0.01 pada interaksi antara pupuk dan aksesi Lampiran 9. Persentase kolonisasi
tertinggi pada kombinasi P2J2 dan P8S1 51.5 dan 50.0. Rerata kolonisasi antar perlakuan pupuk tertinggi pada P2 sebesar 42.6. Persentase kolonisasi yang
rendah juga terjadi pada perlakuan tanpa CMA pada P0, P1, P3, P4, dan P5 akibat adanya CMA pada media tumbuh yang tidak disterilisasi. Perlakuan pupuk NPK
pada P1 mempunyai kolonisasi terendah Tabel 10. Kolonisasi pada keempat aksesi perlakuan CMA P2, P6, P7, dan P8 berbeda sangat nyata dengan
kolonisasi tertinggi pada aksesi S1 yaitu sebesar 38.1, sedangkan aksesi J2, JB, dan B3 masing-masing yaitu sebesar 34.9, 26.0, dan 26,4 Gambar 8.
Tabel 10. Kolonisasi CMA Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II Perlakuan
Kolonisasi Rerata
S1 J2
JB B3
P0 11.8
3.0
bcde
15.8 5.2
def
3.0 1.6
ab
17.6 2.8
defg
12.1 6.6
c
P1 0.0
0.0
a
0.0 0.0
a
2.9 0.0
ab
2.8 2.1
ab
1.4 1.9
a
P2 32.4
1.7
ijk
51.5 2.8
n
41.2 4.1
lm
45.5 3.3
mn
42.6 7.8
f
P3 12.1
4.6
cde
0.0 0.0
a
17.6 2.9
defg
28.1 1.9
ij
14.5 10.9
c
P4 18.8
3.0
efgh
6.1 1.4
abc
2.7 1.2
ab
0.0 0.0
a
6.9 7.7
b
P5 35.3
3.5
jkl
2.9 1.4
ab
26.5 3.6
ghij
12.5 2.8
cde
19.3 13.3
d
P6 45.2
10.1
mn
37.5 2.2
klm
23.5 5.0
fghi
23.5 4.9
fghi
32.4 11.1
e
P7 25.0
8.3
fghi
23.5 2.7
fghi
8.8 1.4
abcd
25.0 2.8
fghi
20.6 8.1
d
P8 50.0
20.4
n
27.0 5.5
hij
30.3 3.4
ijk
11.8 5.9
bcde
29.8 17.1
e
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT
S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
Gambar 8. Persentase kolonisasi CMA Keempat Aksesi Tanaman Jarak Pagar Perlakuan CMA pada Pembibitan II. S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2,
JB: Jabar, B3: Banten 3
34
Faktor tunggal pupuk serta interaksi antara pupuk dan aksesi secara nyata berpengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K. Sedangkan faktor tunggal aksesi
secara nyata tidak memberikan pengaruh terhadap serapan hara N, P, dan K tanaman jarak pagar pada pembibitan II Lampiran 9. Serapan hara pada
perlakuan pupuk dengan serapan tertinggi hara N pada perlakuan pupuk P6 dan P7 0.28 dan 0.29 gtanaman, hara P pada P2 dan P4 keduanya sebesar 0.11
gtanaman, dan hara K juga pada P2 dan P4 0.82 dan 0.84 gtanaman Tabel 11. Serapan hara pada perlakuan CMA, PGPR, maupun kombinasi CMA-PGPR
menunjukkan nilai lebih baik daripada kontrol tanpa NPK maupun menggunakan NPK. Peningkatan konsentrasi PGPR memberikan pengaruh pertumbuhan dan
serapan hara maksimum sampai pada konsentrasi 30 g, sedangkan perlakuan konsentrasi PGPR 50 g cenderung memberikan penurunan pengaruh, baik pada
perlakuan PGPR secara tunggal maupun kombinasi dengan CMA. Tabel 11. Serapan Hara N, P, dan K Tanaman Jarak Pagar pada Tahap
Pembibitan II Perlakuan
Serapan hara gtanaman N
P K
Pupuk P0
0.14 0.03
a
0.06 0.01
a
0.51 0.10
a
P1 0.18
0.03
b
0.06 0.01
a
0.55 0.08
ab
P2 0.23
0.05
cd
0.11 0.02
d
0.82 0.18
d
P3 0.20
0.05
bc
0.09 0.02
bc
0.66 0.16
bc
P4 0.25
0.06
de
0.11 0.03
d
0.84 0.19
d
P5 0.23
0.04
cd
0.10 0.02
cd
0.77 0.15
cd
P6 0.28
0.04
e
0.09 0.01
bc
0.75 0.12
cd
P7 0.29
0.05
e
0.09 0.01
bc
0.77 0.13
cd
P8 0.27
0.06
de
0.08 0.02
b
0.71 0.17
cd
Aksesi S1
0.23 0.07
0.10 0.02
0.72 0.18
J2 0.23
0.07 0.10
0.02 0.73
0.19 JB
0.22 0.06
0.10 0.02
0.71 0.16
B3 0.22
0.07 0.10
0.03 0.70
0.19
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 menurut uji DMRT
P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g
– PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g
– PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3
35
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30 0,35
0,40
S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3 P0
P1 P2
P3 P4
P5 P6
P7 P8
Se ra
pa n
ha ra
N g
ta na
m an
Perlakuan
0,00 0,02
0,04 0,06
0,08 0,10
0,12 0,14
S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3 P0
P1 P2
P3 P4
P5 P6
P7 P8
Se ra
pa n
ha ra
P g
ta na
m an
Perlakuan
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
0,6 0,7
0,8 0,9
1,0
S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3S1 J2 JB B3 P0
P1 P2
P3 P4
P5 P6
P7 P8
Se ra
pa n
ha ra
K g
ta na
m an
Perlakuan
Perlakuan pupuk NPK P1 hanya meningkatkan serapan hara N secara nyata, namun tidak pada serapan hara P dan K pada semua aksesi. Kombinasi
antara CMA dengan PGPR berpengaruh semakin meningkatkan serapan hara N pada P6 dan P7 meskipun tidak berbeda nyata antara keempat aksesi. Serapan
hara P dan K lebih tinggi pada kombinasi perlakuan P2JB dan P2B3 Gambar 9. Pola serapan hara sama dengan pola pertumbuhan tanaman yaitu perlakuan pupuk
PGPR tunggal maupun kombinasinya hanya meningkat sampai pada konsentrasi 30 g kecuali pada serapan hara N yang cenderung masih meningkat sampai
konsentrasi 50 g.
Gambar 9. Serapan Hara N A, Hara P B, dan Hara K C Tanaman Jarak Pagar pada Tahap Pembibitan II. P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2:
CMA 36 g, P3: PGPR 10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g
– PGPR 10 g, P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g
– PGPR 50 g, S1: Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 P0: Tanpa pupuk, P1: NPK, P2: CMA 36 g, P3: PGPR
10 g, P4: PGPR 30 g; P5: PGPR 50 g, P6: CMA 36 g – PGPR 10 g,
P7: CMA 36 g – PGPR 30 g, P8: CMA 36 g – PGPR 50 g, S1:
Sumbar 1, J2: Jateng 2, JB: Jabar, B3: Banten 3 C
B A
36
4. Respon Pertumbuhan, Kolonisasi, dan Serapan Hara Tanaman Jarak