1. PENDAHULUAN Latar Belakang
Perkembangan era globalisasi di dunia semakin meningkat pesat yang menyebabkan munculnya berbagai macam bisnis. Bisnis ialah suatu kegiatan
badan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau rekan bisnis lainnya, untuk mendapatkan keuntungan Setiawan 2013. Bisnis yang
tidak mengenal masa dan tidak pernah mati adalah bisnis usaha makanan dan minuman, sehingga bisnis inipun selalu ada, disetiap wilayah atau tempat,
setiap usia dan setiap kelas masyarakat selalu membutuhkan makanan dan minuman, baik skala besar maupun kecil, dengan melihat keadaan dan
kenyataan yang ada, maka bisnis restoran merupakan bisnis yang sangat menjanjikan dan akan memberikan keuntungan sangat menggiurkan.
Sebagian besar orang sangat ingin memiliki usaha, baik sebagai usaha tetap maupun sebagai usaha sampingan yang bisa dikelola dengan mudah.
Rumah makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat
untuk menikmati hidangan itu, serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Walaupun umumnya rumah makan menyajikan makanan
di tempat, tetapi ada juga rumah makan yang menyediakan layanan take-out dining dan delivery service untuk melayani konsumennya. Rumah makan
biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang dihidangkannya, misalnya rumah makan chinese food, rumah makan padang, rumah makan
cepat saji fast food restaurant dan sebagainya. Rumah makan di Indonesia disebut juga sebagai restoran. Restoran merupakan kata serapan yang berasal
dari bahasa perancis yang diadaptasi oleh bahasa inggris; restaurant yang berasal dari kata restaurer yang berarti memulihkan Utami 2013.
Kesibukan masyarakat modern telah membawa dampak positif bagi bisnis makanan dan minuman, sehingga dengan demikian makan diluar
rumah telah menjadi kebiasaan baru. Selain itu perubahan fungsi sebuah restoran atau rumah makan dari yang semula hanya sebagai untuk
melepaskan lapar dan haus, kini telah menjelma menjadi tempat untuk bersosialisasi bagi kalangan tertentu, tempat pertemuan bisnis sambil
bersantap, tempat berkumpul orang-orang dengan status sosial tertentu,dan lain-lain. Kebutuhan inilah yang banyak ditangkap oleh pengusaha restoran
atau café untuk memanjakan para pengunjungnya dengan menyediakan berbagai perangkat, mulai dari makanan dan minuman yang enak, pelayanan
yang baik, tempat yang nyaman, hingga yang terjangkau Raharjo 2008. Banyak outlet yang menawarkan produk makanan dan minuman dalam
berbagai bentuk bermunculan. Mulai dari yang sederhana hingga yang mewah. Hal ini disebabkan karena makanan adalah salahsatu kebutuhan
pokok yang semua orang harus penuhi. Alasan rasional outlet makanan tumbuh berkembang adalah karena bisnis ini menjanjikan keuntungan yang
besar Mandasari dan Tama 2011.
Lupiyoadi 2001 menjelaskan bahwa dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan, yaitu faktor mutu produk, faktor mutu pelayanan, faktor emosional, faktor harga dan faktor biaya. Dalam faktor produk, perlu
diperhatikan bahwa pelanggan merasa puas jika hasil evaluasinya menunjukkan bahwa produk yang digunakan adalah bermutu. Dalam faktor
mutu pelayanan, terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas, jika mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
Harapan konsumen dapat diartikan sebagai keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan standar atau
acuan dalam menilai kinerja produk tersebut. Untuk membuktikan baik tidaknya mutu suatu produk, dapat diukur dari tingkat kepuasan konsumen
Jasfar 2005. Kepuasan terhadap suatu jasa adalah perbandingan antara persepsinya terhadap jasa yang diterima dengan harapannya sebelum
menggunakan jasa tersebut. Apabila harapannya terlampaui, berarti jasa tersebut telah memberikan suatu mutu yang luar biasa dan juga akan
menimbulkan kepuasan sangat tinggi. Sebaliknya, jika harapan itu tidak tercapai, maka diartikan mutu
jasa tersebut tidak memenuhi apa yang diinginkannya atau perusahaan tersebut gagal melayani konsumennya.
Sumarwan 2003 mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhannya. Keputusan melakukan pembelian merupakan
hasil dari suatu hubungan yang saling memengaruhi antara faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli Kotler, 2005
1. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya
lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya
2. Faktor Sosial Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok
referensi, peran, status sosial dan keluarga. Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran
dan status sosial
3. Faktor Pribadi Faktor pribadi seperti umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri, juga memengaruhi perilaku konsumen. Tahapan siklus hidup keluarga
terbentuk dari konsumsi seseorang. Pekerjaan seseorang juga menentukan jenis produk yang akan dibelinya. Keadaan ekonomi yang dimaksud
adalah terdiri dari pendapatan, tabungan dan hartanya, serta kemampuan untuk menjamin. Gaya hidup merupakan gambaran seseorang secara
keseluruhan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian
adalah karakteristik psikologis berbeda dalam merespon lingkungan sekitarnya.
4. Faktor Psikologis Secara psikologis keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh
motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. Motivasi yaitu sesuatu yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu, termasuk
pembelian. Persepsi merupakan proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran berarti. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedangkan kepercayaan
adalah gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Proses keputusan pembelian konsumen merupakan urutan-urutan
kejadian yang dimulai dari pengenalan kebutuhan kemudian pencarian informasi atas kebutuhan tersebut setelah itu melakukan evaluasi
alternatif dan akhirnya melakukan keputusan pembelian serta diakhiri dengan perilaku setelah pembelian. Jadi jelas sekali proses pembelian
dimulai jauh sekali sebelum pembelian aktual dilakukan dan mempunyai konsekuensi yang lama setelah pembelian terjadi.
Perumusan Masalah
Bisnis restoran di Ibu Kota Jakarta dengan tingkat persaingan yang sangat ketat dan penuh strategi, maka untuk meraih pangsa pasar yang
diinginkan dan diharapkan memenangkan kompetisi bisnis restoran yang dapat memberikan keuntungan memadai. Dalam hal ini, pihak pengusaha
dapat meneliti tingkat kepuasan konsumen terhadap menu makan dan pelayanan yang prima untuk mengantisipasi persaingan dan perkembangan
menu makanan restoran yang disajikan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dilakukan perumusan masalah berikut :
1. Perkembangan bisnis restoran menu makanan “khas makassar” seperti apakah yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal ?
2. Strategi apakah yang harus dilakukan untuk membangun bisnis restoran khas Makassar di kota Jakarta.
3. Bisnis restoran menu makanan “khas Makassar” bagaimanakah yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan ?
Tujuan Kajian
1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal restoran menu makanan khas Makassar, yang dapat mempengaruhi perkembangan bisnis restoran
2. Menyusun strategi bisnis restoran menu makanan khas Makassar. 3. Mampu menganalisis kepuasan konsumen yang sudah menjadi pelanggan
restoran dengan menu makanan khas Makassar.
Kegunaan Kajian
1. Memberikan informasi dan masukan bermanfaat bagi pemilik restoran menu makanan khas Makassar untuk meningkatkan kepuasan dan
pelayanan kepada pelanggan setia, dalam rangka lebih mengembangkan bisnisnya.
2. Dapat memberikan referensi bagi calon pebisnis restoran menu makanan khas Makassar.
3. Dapat menjadi rujukan bagi instansi dari akademisi, praktisi dan masyarakat pada umumnya yang akan tertarik pada usaha restoran dengan
menu khas makanan.
2. TINJAUAN PUSTAKA Bisnis Restoran