Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Direct Indirect

43 pertahanan penyedia perijinan dan keamanan. Sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan ke depan dengan perikanan yaitu hanya sektor jasa sosial kemasyarakatn dan jasa lainnya. Sektor perikanan di Kabupaten Cianjur belum menjadi sektor strategis karena memiliki nilai IDP lebih besar dari satu dan nilai IDK kurang dari satu.

1. Multiplier

Multiplier adalah koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung dan tidak langsung dari meningkatnya permintaan akhir suatu sektor sebesar satu unit terhadap aspek-aspek tertentu sektor ekonomi suatu wilayah Rustiadi et al. 2011. Analisis ini dapat dilakukan terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Analisis ini ingin melihat seberapa jauh perubahan-perubahan dalam output pendapatan dan tenaga kerja sebagai akibat perubahan permintaan suatu sektor. Penelitian ini menggunakan angka pengganda multiplier berupa pengganda tipe I yang memposisikan permintaan akhir rumah tangga sebagai exogenous dimana rangsangan konsumsi rumah tangga ikut mempengaruhi sistem ekonomi dan output secara keseluruhan Nugroho dan Dahuri 2012. Analisis pengganda yang dilakukan terdiri dari angka pengganda output output multiplier, angka pengganda pendapatan income multiplier dan angka pengganda NTB total value added multiplier. a. Output Multiplier Angka Pengganda Output Hasil analisis angka pengganda output disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Multiplier effect output sektor-sektor perekonomian 1.00 1.00 1.00 1.00 1.01 1.01 1.03 1.03 1.08 1.09 1.13 1.26 1.33 1.40 1.43 1.46 1.62 1.78 0.0 1.0 2.0 Industri Tanpa Migas Usaha Sewa Bangunan dan Jasa … Pertambangan tanpa migas dan … Pemerintahan Umum dan Pertahanan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Perdagangan Besar dan Eceran Tanaman Bahan Makanan Hotel dan Restoran Air bersih Kehutanan Komunikasi Perikanan Listrik Pengangkutan Jasa Sosial kemasyarakatan serta … Perkebunan BangunanKonstruksi Peternakan 44 Sektor peternakan memperoleh angka pengganda output paling tinggi yaitu 1,78 lebih besar dari sektor bangunankontruksi 1,62. Perikanan memiliki output multiplier yang lebih rendah 1,26. Nilai tersebut diartikan apabila permintaan akhir sektor perikanan meningkat Rp. 1.000.000,00, maka pengaruh langsungnya terhadap total output perekonomian Kabupaten Cianjur adalah sebesar Rp.1.260.000,00. Nilai multiplier output sektor perikanan dalam kelompok sektor primer lebih besar dari tanaman bahan pangan, kehutanan dan perkebunan dan hanya lebih kecil dari peternakan.

b. Income Multiplier Angka Pengganda Pendapatan

Sektor bangunankontruksi merupakan pengganda pendapatan terbesar di Kabupaten Cianjur. Peningkatan permintaan akhir atas output sektor bangunankontruksi akan memberikan peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan yang paling tinggi. Sementara itu, sektor perikanan berada pada urutan 7 dengan nilai 1,33. Angka ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Rp.1.000.000,00 permintaan akhir output untuk sektor perikanan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp.1.330.000,00. Beberapa sektor primer memiliki nilai Income Multiplier cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa sektor primer memiliki potensi untuk dikembangkan karena dengan meningkatkan nilai tambahnya, dapat meningkatkan pendapatan untuk masyarakatrumahtangga. Hasil analisis angka pengganda pendapatan disajikan pada Gambar 16. Gambar 16 Multiplier effect income sektor-sektor perekonomian 1.00 1.00 1.01 1.01 1.01 1.01 1.01 1.03 1.08 1.12 1.13 1.33 1.38 1.41 1.63 1.70 2.24 3.50 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 Industri Tanpa Migas Usaha Sewa Bangunan dan Jasa … Pemerintahan Umum dan Pertahanan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Pertambangan tanpa migas dan … Perdagangan Besar dan Eceran Hotel dan Restoran Tanaman Bahan Makanan Air bersih Komunikasi Kehutanan Perikanan Perkebunan Listrik Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa … Pengangkutan Peternakan BangunanKonstruksi 45

c. Total Value-Added Multiplier PDRB Multiplier

Dalam Tabel I-O, diasumsikan Nilai Tambah Bruto PDRB berhubungan dengan output secara linear Rustiadi et al. 2011. Hasil analisis PDRB Muliplier disajikan pada Gambar 17. Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor peternakan mengakibatkan peningkatan terhadap PDRB yang paling tinggi. Sementara itu, sektor perikanan memiliki nilai 1,27. Angka ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Rp.1.000.000,00 permintaan akhir output untuk sektor perikanan akan meningkatkan PDRB sebesar Rp.1.270.000,00 . Gambar 17 Total value-added multiplier sektor-sektor perekonomian Sektor perikanan merupakan sektor primer berbasis sumber daya alam akan berkelanjutan dan berdampak besar terhadap ekonomi wilayah apabila memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor yang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Rustiadi et al. 2011, roda perekonomian dapat bersinergi dengan baik dengan adanya keterkaiatan. Makin kuat keterkaitan antar sektor, makin kecil ketergantungan sektor tersebut terhadap impor, sekaligus memperkecil kebocoran 1.00 1.00 1.00 1.00 1.01 1.01 1.03 1.03 1.07 1.08 1.14 1.27 1.45 1.49 1.57 1.66 2.46 3.15 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 Industri Tanpa Migas Usaha Sewa Bangunan dan Jasa … Pertambangan tanpa migas dan … Pemerintahan Umum dan Pertahanan Bank dan Lembaga Keuangan … Perdagangan Besar dan Eceran Tanaman Bahan Makanan Hotel dan Restoran Kehutanan Air bersih Komunikasi Perikanan Listrik Perkebunan Pengangkutan Jasa Sosial kemasyarakatan serta … BangunanKonstruksi Peternakan 46 wilayah yang mengalir ke wilayah lainnya, sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat dinikmati oleh masyarakat di wilayahnya sendiri. Analisis keterkaitan antar sektor pada dasarnya melihat dampak output dan kenyataan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian tersebut saling mempengaruhi. Upaya yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sektor perikanan sebagai salah satu sektor strategis di Kabupaten Cianjur adalah dengan meningkatkan keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lainnya pada sektor hilirnya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan nilai tambah produksi terutama dengan sektor industri non migas dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor indutri non migas yang merupakan sektor sekunder dan sektor perdagangan yang merupakan sektor tersier adalah sektor lanjutan dari penunjang sektor primer yang cenderung berkaitan pada sumber daya manusia, modal, teknologi dan bahan baku yang berasal dari sektor primer. Dengan memiliki keterkaitan k edepan yang kuat terhadap sektor tanpa migas terutama pada subsektor makanan dan minuman, diharapkan sektor perikanan akan menjadi sektor strategis yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Cianjur. Hal ini bisa dilakukan dengan cara meningkatkan keterkaitan dengan subsektor makanan dan minuman misalnya dengan upaya pengembangan indutri kecil dan menengah andalan seperti : a kerupuk ikan, b pengeringan ikan, c bakso dan sosis ikan dan d nuget ikan. Potensi Perikanan di Kabupaten Cianjur Potensi perikanan di Kabupaten Cianjur dapat dilihat dari nilai produktivitas menurut tempat pemeliharaannya. Data produktivitas ikan tahun 2012 disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Produktivitas ikan di setiap wadah budidaya Tempat Pemeliharaan Luas area Produksi Produktivitas Pembenihan 219,70 ha 9.741.615.830,00 ekor 44.340.536,32 ekorha KAT 1.744,32 ha 35.311,00 ton 20,24 tonha KAD 45,00 unit 17,48 ton 0,39 tonunit Sawah 12.980,00 ha 6.156,00 ton 0,47 tonha KJA 21.500,00 petak 4.948,39 ton 0,23 tonpetak Karamba 1.348,00 m2 16,30 ton 0,01 tonm2 Tambak 11,10 ha 113,20 ton 10,20 tonha Sungai 224,00 km 69,91 ton 0,31 tonkm Waduk 4.200,00 ha 243,93 ton 0,06 tonha Laut 75,00 km 160,04 ton 2,13 tonkm Sumber : Disnakanla 2012 Produktivitas optimum KJA diperoleh di tahun 1995 dengan nilai 2,3 tonpetaktahun. Tahun 2012 turun menjadi 0,23 tonpetaktahun. Perkembangan budidaya ikan sistem KJA di lingkungan perairan waduk awalnya berdampak positif terhadap peningkatan produksi ikan air tawar dan pendapatan petani ikan. Keuntungan yang tinggi membuat para investor masuk untuk berinvestasi. Akan tetapi di sisi lain, peningkatan jumlah unit kerja yang tidak terkendali dapat menimbulkan masalah penurunan produksi per satuan unit kerja. Kematian ikan 47 yang terjadi di waduk Cirata sebagai akibat kurangnya konsumsi oksigen di lingkungan perairan karena kejadian pengkayaan bahan organik sehingga terjadi umbalan. Dampak negatif tersebut timbul karena beberapa faktor lainnya, antara lain kurang diperhatikannya daya dukung lingkungan perairan, tata letak KJA, dan kurang memperhatikan prinsip-prinsip teknologi budidaya ikan sistem KJA yang tepat guna pada perairan waduk, terutama pengelolaan dan teknik pemberian pakan terhadap ikan yang dipelihara. Peningkatan produktivitas KJA dapat dilakukan dengan cara menerapkan teknologi IMTA Integrated Multi Tropic Aquaculture. Produktivitas pada wadah pemeliharaan lain sudah mendekati produktivitas optimum, hanya perlu penyuluhan kembali pada petani untuk menjadikan minapadi sebagai kegiatan utama dalam budidaya. Budidaya ikan sistem minapadi dapat menambah penghasilan petani, kaena selain dari hasil panen padi, petani memperoleh penghasilan tambahan dari budidaya ikan. Sistem minapadi ini membutuhkan modal lebih sedikit, karena tidak perlu menyediakan wadah budidaya untuk ikan. Jumlah RTP perikanan di Kabupaten Cianjur hanya 5,38 jauh lebih kecil dibandingkan jumlah RTP pertanian sebesar 46,1. Sementara itu bila dilihat dari hasil produksi padi dalam satu tahun hanya 18 tonha. Sedangkan produksi ikan di KJA dalam satu tahun sebesar 234,4 tonha BPS Cianjur 2013. Pengambilan keputusan untuk menentukan wilayah pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Cianjur dilakukan dengan menggunakan Analisis Hirarki Pengembangan Wilayah metode skalogram. Analisis ini digunakan untuk menentukan hirarki pusat-pusat kegiatan wilayah. Menurut Budiharsono 2001 bahwa semakin besar jumlah penduduk, akan semakin banyak jumlah unit fasilitas dan jumlah jenis fasilitas pada suatu pusat pelayanan, maka semakin tinggi pula hirarki dari pusat pelayanan tersebut. Dalam analisis skalogram, wilayah hirarki 1 mengindikasikan bahwa wilayah tersebut memiliki tingkat perkembangan yang baik, sementara wilayah hirarki II memiliki tingkat perkembangan sedang dan wilayah hirarki III memiliki tingkat perkembangan yang rendah. Hasil analisis skalogram berdasarkan tingkat pelayanan Kecamatan Leles, Cianjur, Tanggeung dan Cipanas masuk kedalam hirarki satu, 12 kecamatan masuk ke dalam hirarki dua dan sisanya hirarki tiga. Berdasarkan jumlah sarana prasarana perikanan, kecamatan Cilaku, Sukaluyu, Bojongpicung, Ciranjang, Mande, Cugenang dan Cikalong masuk ke dalam hirarki satu. Kecamatan yang masuk ke dalam hirarki satu pada analisis tingkat pelayanan masuk kedalam hirarki tiga. Hal ini menunjukkan kecamatan yang menjadi pusat pelayanan belum tentu merupakan pusat perkembangan sektor perikanan. Hasil perbandingan Hirarki kecamatan dapat dilihat pada tabel 14. Kecamatan yang berada di hirarki satu untuk pusat sektor perikanan sebagian besar berada di hirarki tiga pada pusat pelayanan umum, sementara kecamatan yang termasuk kedalam hirarki satu pada pusat pelayanan umum semuanya masuk ke dalam hirarki tiga pada pemusatan sektor perikanan. Peningkatan peran sektor perikanan dapat dilakukan dengan memperbaiki sarana prasarana umum yang berada di Kecamatan yang menjadi pusat sektor perikanan. Sarana prasarana yang diperbaiki merupakan sarana pendukung untuk sektor perikanan. Dangan perbaikan dan penambahan saran prasarana umum diharapkan dapat meningkatkan pengembangan sektor perikanan di pusat perkembangan wilayah perikanan. Peta perkembangan wilayah perikanan dapat dilihat pada gambar 18.